The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Jurnal Bioma adalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by agusjokosungkono82, 2022-10-02 22:09:57

Jurnal BIOMA Oktober 2020

Jurnal Bioma adalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun

Keywords: Jurnal Bioma,Oktober 2020

STRATEGI PENINGKATAN PRESTASI SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN
DENGAN METODE DRILL PADA SISWA KELAS VIII-E SMP NEGERI 1 SAWAHAN

KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh : Dwi Kusumaningsih, S.Pd,
Guru SMP Negeri 1 Sawahan Kabupaten Madiun

Abstrak
Kata kunci: Peningkatan Prestasi Seni Budaya Dan Ketrampilan,Metode Drill

Pendidikan seni musik dimaksudkan untuk peningkatan potensi musik yang ada di dalam diri siswa.
Selain itu juga untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya seni Indonesia. Peningkatan apresiasi
terhadap karya seni terutama seni musik adalah dengan mengidentifikasi beragam lagu Nusantara maupun
menyebutkan jenis-jenis musik Nusantara sesuai pengetahuan siswa. Pelajaran menghafal pada pelajaran
seni musik menurut pandangan kebanyakan siswa, aterinya sangat rumit dan sangat sulit untuk
dihafal. Dikatakan bahwa pelajaran seni musik selalu berhubungan dengan not balok yang sangat sulit
untuk dipahami. Bisa disimpulkan bahwa siswa baru berperan sebagai penikmat musik saja belum memiliki
apresiasi yang penuh untuk menciptakan lagu atau memainkan alat musik. Karena itu diperlukan minat
terlebih dahulu agar siswa bisa mengekspresikan keinginannya terhadap musik. Pembelajaran Seni Budaya
Dan Ketrampilan harus banyak didominasi oleh kegiatan praktek, tetapi selama ini guru hanya mengisinya
dengan ceramah dan sedikit praktek. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan Prestasi
seni musik dalam menampilkan sikap mengidentifikasi jenis lagu nusantara dengan metode Drill pada siswa
Kelas VIII-E SMP Negeri1 Sawahan Kabupaten Madiun, Tahun2018/2019. Penelitian dilakukan selama 3
bulan, yaitu dari bulan Agustus 2018 sampai dengan Oktober 2018. Adapun yang menjadi subyek
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Sawahan Kabupaten Madiun.
Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2
siklus, setiap siklus terdiri atas 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Analisis data menggunakan análisis diskriftif kualitatif dengan membandingkan siklus I dengan siklus II,
sedangkan data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis menggunakan diskriftif komparatif, yaitu
membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II, kemudian direfleksi. Hasil
penelitian, melalui strategi pembelajaran metode Drill dapat meningkatkat pengetahuan Prestasi Seni
Budaya Dan Ketrampilan sikap mengidentifikasi jenis lagu nusantara. Pada kondisi awal, pengetahuan serta
apresiasi siswa terhadap jenis lagu nusantara masih sangat kurang. Terlihat dari perolehan nilai rata-rata
66.75, serta semangat siswa yang rendah selama mengikuti pelajaran seni musik.Pada siklus I sedikit
menunjukkan peningkatan dalam segi nilai mapun perilaku. Nilai rata-rata yang didapatkan di siklus I
adalah 74.50. Dan pada siklus II, dari hasil yang didapatkan kemampuan meningkat seiring dengan
meningkatnya apresiasi siswa. Dan nilai yang didapatkan siswa pada siklus II ini adalah 83.75. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengalami keberhasilan.

Latar Belakang Masalah selalu berhubungan dengan not balok yang sangat

Pendidikan seni musik dimaksudkan sulit untuk dipahami. Bisa disimpulkan bahwa

untuk peningkatan potensi musik yang ada di siswa baru berperan sebagai penikmat musik saja

dalam diri siswa.Selain itu juga untuk belum memiliki apresiasi yang penuh untuk

meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya seni menciptakan lagu atau memainkan alat musik.

Indonesia.Peningkatan apresiasi terhadap karya Karena itu diperlukan minat terlebih dahulu agar

seni terutama seni musik adalah dengan siswa bisa mengekspresikan keinginannya

mengidentifikasi beragam lagu Nusantara maupun terhadap musik. Pembelajaran Seni Budaya Dan

menyebutkan jenis-jenis musik Nusantara sesuai Ketrampilan harus banyak didominasi oleh

pengetahuan siswa. kegiatan praktek, tetapi selama ini guru hanya

Pelajaran menghafal pada pelajaran seni mengisinya dengan ceramah dan sedikit praktek.

musik menurut pandangan kebanyakan siswa, Musik adalah ungkapan perasaan yang

materinya sangat rumit dan sangat sulit untuk dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian. Negara

dihafal. Dikatakan bahwa pelajaran seni musik Indonesia yang terdiri dari beribu pulau serta

Drill - Dwi Kusumaningsih, S.Pd, - SMP Negeri 1 Sawahan - Kabupaten Madiun - Halaman 47

dihuni berbagai suku bangsa masing-masing mengidentifikasi jenis lagu nusantara dengan
memiliki adat istiadat berbeda. Dan masing- metode drill pada siswa Kelas VIII-E SMP
masing daerah memiliki alat-alat musik dan Negeri 1 Sawahan tahun pelajaran 2018/2019.
budaya yang beraneka ragam pula yang disebut
musik daerah. Musik daerah adalah musik yang Kajian Teoritis
lahir, dari budaya daerah yang lazim disebut Metode Drill
musik tradisional. Oleh karena itu baik alat
musiknya maupun lagunya bersifat sederhana. Metode drill disebut dengan metode
Ciri yang menonjol dari musik daerah di Indonesia latihan karena metode ini mengedepankan latihan.
adalah unsur kesederhanaan dan kedaerahan (Tim Metode ini dapat diterapkan untuk meningkatkan
Penyusun MGMP Seni Musik Kab. Madiun; keterampilan dan prestasi siswa. Dengan adanya
2009; 3). latihan siswa akan lebih kreatif dan lebih paham
terhadap pembelajaran yang telah diterimanya.
Hal ini membuat siswa menjadi kurang Pada dasarnya siswa akan lebih memahami materi
berminat mengikuti pelajaran seni musik. Maka yang diterimanya apabila siswa melakukan atau
dari itu guru ingin meningkatkan pengetahuan praktek secara langsung.
siswa tentang seni musik dengan kompetensi dasar
menampilkan sikap apresiatif terhadap Hipotesis Tindakan
keunikan jenis lagu nusantara. Dan peneliti
mengambil judul “Strategi Peningkatan Prestasi Diduga setelah dilakukan penelitian
Seni Budaya Dan Ketrampilan Dengan Metode
Drill Pada Siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 tindakan kelas strategi peningkatan
Sawahan Kabupaten Madiun Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2018/2019”. pengetahuan seni musik dalam

Rumusan Masalah mengidentifikasi jenis lagu nusantara dengan
Bagaimana strategi yang dilakukan guru
metode drill pada siswa Kelas VIII-E tahun
dalam meningkatkan pengetahuan Prestasi Seni
Budaya Dan Ketrampilan dengan metode drill pelajaran 2018/2019, kemampuan dan
pada siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Sawahan
tahun pelajaran 2018/2019? apresiasi siswa menjadi meningkat.

Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan

mengidentifikasi jenis lagu nusantara pada

siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Sawahan

tahun pelajaran 2018/2019. Metode Penelitian
Setting Penelitian
2. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1
guru dalam meningkatkan pengetahuan dan Sawahan Madiun, pada siswa Kelas VIII-E
Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Dengan
mengidentifikasi jenis lagu nusantara dengan mengambil waktu dari bulan Agustus sampai
dengan Oktober 2018.
metode drill pada siswa Kelas VIII-E SMP
SubjekPenelitian
Negeri 1 Sawahan tahun pelajaran 2018/2019. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa

3. Untuk mengetahui apa saja kendala yang Kelas VIII-E tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak
20 siswa.
dihadapi dalam meningkatkan pengetahuan
Sumber Data
dan mengidentifikasi jenis lagu nusantara Sumber data dalam penelitian ini meliputi

dengan metode drill pada siswa Kelas VIII-E

SMP Negeri 1 Sawahan tahun pelajaran

2018/2019.

4. Untuk mengetahui hasil yang didapat setelah

diadakan penelitian tindakan kelas dalam

meningkatkan pengetahuan dan

Drill - Dwi Kusumaningsih, S.Pd, - SMP Negeri 1 Sawahan - Kabupaten Madiun - Halaman 48

nara sumber dan dokumen. Nara sumber dalam

penelitian ini adalah dua informan kunci pada Deskripsi Hasil Siklus I

SMP Negeri1 Sawahan yaitu guru dan siswa kelas Perencanaan Tindakan

VIII-E. Sedangkan dokumen yang dipakai sebagai Direncanakan pada siklus I, siswa akan

data adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, diberikan materi pelajaran tentang

profil SMP Negeri 1 Sawahan mata pelajaran Seni mengidentifikasi jenis lagu nusantara. Kemudian

Budaya Dan Ketrampilan . diberikan tugas untuk menunjukkan sikap

apresiatifnya selama ini dengan menyanyikan

Teknik dan Alat Pengumpulan Data sebuah jenis lagu nusantara. Setelah itu guru

Dalam penelitian ini digunakan teknik mengamati sambil melakukan penilaian.

pengumpulan data yang meliputi : wawancara, Pelaksanaan Tindakan

observasi, dan dokumentasi. Melihat kondisi tersebut di atas, guru

mulai berpikir bagaimana kondisi tersebut dapat

Indikator Kinerja teratasi. Setelah permasalahan teridentifikasi, guru

1. Pengetahuan siswa mengenai lagu Nusantara lalu melakukan terobosan pembelajaran dengan

semakin meningkat. menggunakan metode drill dalam mengenalkan

2. Mengidentifikasi jenis lagu nusantara semakin beragam lagu Nusantara untuk meningkatkan

meningkat. sikap apresiatif siswa terhadap keunikan lagu

3. Siswa mampu menyanyikan lagu Nusantara Nusantara. Adapun langkah-langkahnya adalah

dengan irama, tempo, dan ekspresi yang tepat. sebagai berikut:

a. Guru masukke ruang kelas sambil menyapa

Prosedur Penelitian siswa.

Penelitian Tindakan Kelas ini b. Guru menjelaskan mengenai kompetensi yang

dilaksanakan selama dua siklus, menggunakan akan dicapai.

model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis c. Guru menjelaskan pula mengenai metode yang

dan Robbin MC Taggart yang terdiri dari empat akan digunakan untuk menyampaikan materi.

komponen yaitu : 1) Perencanaan (planning), 2) d. Guru mulai menyampaikan materi. Siswa

Aksi/tindakan (acting), 3) Observasi (observing), diminta untuk menyimak.

4) Refleksi (reflecting). e. Lalu guru memberikan tugas menyanyikan

sebuah jenis lagu nusantara dengan segenap

Hasil Penelitian hati sebagai bentuk apresiasi terhadap karya

Deskripsi Kondisi Awal seni.

Pada kondisi awal penelitian ini f. Guru melakukan penilaian untuk mengetahui

menjumpai adanya permasalahan dalam sejauhmana tingkat pemahaman siswa.

pembelajaran Seni Budaya Dan Ketrampilan, g. Guru meminta siswa untuk menghafalkan jenis

yakni pengetahuan serta apresiasi siswa terhadap lagu nusantara lagi untuk dinilai lagi di

jenis lagu nusantara masih sangat kurang. Terlihat pembelajaran selanjutnya. Guru memberikan

dari perolehan nilai serta semangat siswa yang saran agar siswa menunjukkan sikap

rendah selama mengikuti pelajaran seni musik. apresiatifnya dengan memakai alat musik dan

Mereka lebih bangga menyanyikan lagu Sawahan kostum sebagai penunjang penampilan.

daripada menyanyikan jenis lagu nusantara. Observasi

Menurut mereka menyanyikan lagu Sawahan Pembelajaran berlangsung kurang

dianggap lebih gaul daripada menyanyikan jenis optimal, dikarenakan apresiasi siswa dalam karya

lagu nusantara. Daftar Nilai Pra Siklus Siswa seni masih kurang. Yakni kebanyakan siswa

No Aspek Nilai masih belum kenal dengan jenis lagu nusantaranya

1. Nilai tertinggi 75 sendiri. Ada yang tahu tetapi tidak hafal. Ada juga

2. Nilai terendah 60 siswa yang hafal tetapi dalam membawakannya
kurang ekspresif. Sehingga apresiasi siswa yang
3. Nilai rata-rata 66,75 kurang itu menyebabkan perolehan nilai siswa
masih jauh dari sempurna. Maka dari itu
4. Ketuntasan belajar 25%

Sumber: SMP Negeri1 Sawahan

Drill - Dwi Kusumaningsih, S.Pd, - SMP Negeri 1 Sawahan - Kabupaten Madiun - Halaman 49

kekurangan di siklus I, dijadikan bahan koreksi Pelaksanaan Tindakan

untuk dilakukan perbaikan di siklus beikutnya. a. Guru masuk ke ruang kelas sambil menyapa

Refleksi siswa.

Pembelajaran Seni Budaya Dan b. Guru menjelaskan mengenai hasil evaluasi

Ketrampilan merupakan pelajaran yang sangat siklus I dan kompetensi yang akan dicapai.

menarik dan santai. Tetapi apresiasi siswa dalam c. Guru mulai menyampaikan materi dan

karya seni masih kurang. Tujuan dari dorongan semangat. Sementara itu siswa

pembelajaran Seni Budaya Dan Ketrampilan diminta untuk mendengar dan meresapinya.

terutama upaya peningkatan sikap mengidenti- d. Lalu guru memberikan tugas menyanyikan

fikasi jenis lagu nusantara adalah agar siswa bisa sebuah jenis lagu nusantara dengan segenap

mengenal jenis lagu nusantaranya sendiri, karena hati sebagai bentuk apresiasi terhadap karya

sebagai generasi penerus siapa yang akan seni. Guru membebaskan siswa bagaimana

melestarikannya kalau tidak kita sebagai anak bentuk apresiatifnya, bisa dengan alat musik,

bangsa. Segala catatan yang berkaitan dengan kostum, maupun penjiwaan yang mendalam.

kendala yang dihadapi guru pada siklus I dijadikan e. Guru melakukan penilaian untuk mengetahui

bahan untuk perbaikan, agar pengetahuan dan sejauhmana tingkat pemahaman siswa.

apresiasi siswa dapat terus ditingkatkan lagi. Observasi

Tabel 4.3 Daftar Nilai Siswa Di Siklus I Kegiatan pembelajaran mengidentifikasi

No Aspek Nilai jenis lagu nusantara berjalan dengan seru, aktif,

1. Nilai tertinggi 85 efektif, kreatif, dan memuaskan. Berdasarkan

2. Nilai terendah 60 hasil pengamatan diperoleh gambaran bahwa
apresiasi siswa terhadap jenis lagu nusantara
3. Nilai rata-rata 74,50 semakin meningkat. Sekolah menyediakan alat
musik gitar, pianika, angklung, gendang, dll
4. Ketuntasan belajar 55% apabila ada siswa yang memerlukannya. Tetapi
hanya beberapa saja yang menggunakan gitar,
Sumber: SMP Negeri1 Sawahan pianika, dan kecrek. Ada pula yang membawa
blangkon dan selendang untuk menunjang
Pada evaluasi hasil belajar siklus I penampilannya. Selebihnya hanya mengandalkan
suara dan penjiwaan saat menyanyikan jenis lagu
terdapat 9 siswa yang masih rendah nilainya dan nusantara.
Refleksi
11 siswa sudah mencapai ketuntasan belajar, hal
Dan hasil yang didapatkan di siklus II ini
ini dapat di bandingkan antara pra siklus dan mengalami peningkatan. Strategi pembelajaran
mampu menghantarkan siswa mencapai tujuan
evaluasi siklus I mencapai hasil peningkatan

belajar. Nilai rata-rata dari 20 siswa adalah 74.50

berdasarkan hasil tes siklus I, siswa yang tuntas 11

orang dan yang belum tuntas 9 siswa atau berada

pada kategori tuntas 55% dan sisanya yaitu

kategori belum tuntas.

Deskripsi Hasil Siklus II pendidikan khususnya dalam hal mengenalkan
Perencanaan Tindakan
dan menumbuhkan kecintaan siswa sebagai
Dengan berpedoman pada hasil yang
didapat pada siklus I, direncanakan guru akan generasi penerus bangsa agar cinta terhadap jenis
menjelaskan kembali mengenai kompetensi
mengidentifikasi jenis lagu nusantara. Setelah itu lagu nusantara. Pengetahuan saja tidak cukup,
guru juga akan meminta siswa untuk menyanyikan
jenis lagu nusantara lagi dengan penuh ekspresif. yang terpenting adalah rasa kecintaan dan rasa
Terserah bentuk ekspresifnya itu bisa dengan
memakai alat musik, gaya, kostum yang unik atau memiliki. Dengan begitu usaha untuk
bisa yang lainnya. Dan guru akan menyediakan
melestarikannya akan terpupuk dengan

sendirinya.

Tabel 4.5 Daftar Nilai Siswa Di Siklus II

No Aspek Nilai

1. Nilai tertinggi 95

alat musik apabila ada siswa yang 2. Nilai terendah 70

memerlukannya. Namun, sebelum itu guru akan 3. Nilai rata-rata 83.75

memberikan evaluasi dan saran agar siswa tidak 4. Ketuntasan belajar 95%

mengulangi kesalahan yag serupa. Sumber: SMP Negeri1 Sawahan

Drill - Dwi Kusumaningsih, S.Pd, - SMP Negeri 1 Sawahan - Kabupaten Madiun - Halaman 50

Ada peningkatan nilai dari siklus I ke Sehingga, bisa dikatakan penelitian tindakan kelas
siklus II, dari hasil evaluasi kedua terdapat 19 yang mengambil judul Strategi Peningkatan
siswa yang sudah mencapai ketuntasan dan 1 Prestasi Seni Budaya Dan Ketrampilan Dengan
orang siswa belum mencapai ketuntasan, atau dari Metode Drill Pada Siswa Kelas VIII-E SMP
55% siklus ke I meningkat 95% pada siklus ke II Negeri 1 Sawahan Kabupaten Madiun Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 mengalami
Pembahasan keberhasilan.
Tiap Siklus dan Antar Siklus
Hasil Penelitian
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini Penelitian ini dikatakan berhasil karena
adalah untuk meningkatkan pengetahuan siswa
serta kecintaannya terhadap jenis lagu nusantara. nilai rata-rata yang didapatkan siswa mengalami
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini peningkatan di tiap siklusnya. Pada siklus I siswa
dikelompokkan menjadi dua, yakni hasil dari tes dijelaskan mengenai materi mengidentifikasi jenis
dan hasil dari non tes. Hasil dari tes didapat lagu nusantara, kemudian siswa diminta untuk
berdasarkan nilai yang didapatkan siswa. membewakan jenis lagu nusantara sebagai bentuk
Sedangkan hasil non tes didapatkan dari hasil wujud sikap apresiatif mereka. Siswa
observasi dan wawancara. Hasil observasi mendapatkan nilai yang meningkat bila
memberikan gambaran bahwa pembelajaran guna dibandingkan dengan nilai prasiklus, yakni
peningkatan pemahaman siswa Kelas VIII-E pada sebesar 55% dari nilai sebelumnya yakni 25%,
kompetensi mengidentifikasi jenis lagu nusantara walaupun pemahaman siswa sudah meningkat
melalui metode drill di SMP Negeri 1 Sawahan tetapi wujud apresiatif mereka masih kurang.
tahun pelajaran 2018/2019 dapat menciptakan Parahnya ada siswa yang tidak hafal dengan
suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan, satupun jenis lagu nusantara.
komunikatif dan kondusif. Siswa menjadi lebih
aktif, antusias, kreatif dan tidak merasa bosan. Melihat itu guru merasa terharu dan
Hasil yang didapat dari siklus I tidak begitu meminta siswa untuk menghafalkan salah satu
memberikan hasil yang sesuai dengan target, lagu derah di rumah. Maka dari itu, kekurangan
namun sebagai awal dari perbandingan dengan pra yang terdapat pada siklus I, dijadikan acuan
siklus, siklus I sedikit menunjukkan peningkatan perbaikan di siklus I. Pada siklus II, siswa
dalam segi nilai mapun perilaku. Nilai rata-rata dijelaskan kembali mengenai materi menampilkan
yang didapatkan di siklus I adalah 74.50 sikap apresiatif terhadap keunikan jenis lagu
meningkat dari nilai kondisi awal yang hanya nusantara, dan siswa diminta untuk membawakan
mendapat 66.75. sebuah jenis lagu nusantara yang sudah
dipersiapkan dari rumah. Siswa sebelumnya telah
Siklus II, proses pembelajarannya berlatih di rumah agar tidak malu lagi ketika
mengacu pada kekurangan yang terjadi di siklus I. diminta untuk membawakannya di depan kelas.
Dimana guru lebih kreatif lagi mengajak siswa
untuk lebih menunjukkan apresiasinya terhadap Dari hasil yang didapatkan kemampuan
jenis lagu nusantara. Siswa mampu membawakan meningkat seiring dengan meningkatnya apresiasi
jenis lagu nusantara dengan ekspresi yang siswa. Dan nilai yang didapatkan siswa pada
mengagumkan. Siswa tidak hanya menyanyi saja, siklus II ini adalah 95%. Dari keseluruhan hasil di
tetapi mampu memdukannya dengan atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
memanfaatkan alat musik, menggunakan kostum tindakan kelas yang mengambil judul strategi
sederhana, dan penjiwaan yang luar biasa. peningkatan seni musik dalam mengidentifikasi
Sehingga hasil yang didapatkan bisa dibilang jenis lagu nusantara dengan metode drill pada
memuaskan. Prestasi pembelajaran yang siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Sawahan tahun
meningkat, berjalan bersama dengan aktifitas pelajaran 2018/2019 mengalami keberhasilan.
siswa yang partisipatif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan memerankan tanggung Kesimpulan
jawab yang diberikan kepada guru dengan Strategi Peningkatan Prestasi Seni
menguasai materi pelajaran yang diberikan.
Budaya Dan Ketrampilan Dengan Metode Drill
Pada Siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Sawahan

Drill - Dwi Kusumaningsih, S.Pd, - SMP Negeri 1 Sawahan - Kabupaten Madiun - Halaman 51

Kabupaten Madiun Semester Ganjil Tahun sedikit-demi sedikit mulai ditinggalkan. Adapun
Pelajaran 2018/2019. Ada kesimpulan yang bisa saran yang ingin peneliti berikan adalah sebagai
didapat dari penelitian tindakan kelas ini yaitu berikut:
nilai yang didapatkan siswa mengalami 1. Bagi orang tua, pengetahuan sejak dini
peningkatan di tiap siklusnya setelah
menggunakan metode drill. Yakni siklus I siswa dikenalkan lewat keluarga. Apabila keluarga
mendapat nilai rata-rata sebesar 74.50 dari nilai tidak mengenalkan atau menunjukkan
sebelumnya yang 66.75, siklus II siswa mendapat kecintaan terhadap jenis lagu nusantara maka
83.75. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak pun tidak akan mengenal apalagi
pembelajaran mengalami keberhasilan. mencintai. Maka dari itu orang tua sebagai
guru di rumah hendaknya membekali siswa
Saran dengan rasa kecintaan terhadap kebudayaan
Siswa perlu dibiasakan untuk daerah, seperti jenis lagu nusantara.
2. Bagi sekolah, untuk tidak menghilangkan
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang pelajaran seni musik di sekolah, agar siswa
berguna bagi dirinya. Dengan dasar itu, memiliki kecerdasan emosional yang bisa
pembelajaran harus dikemas menjadi didapat lewat musik. Karena musik bisa
proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” menciptakan situasi kondisi jiwa yang
pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa harmonis dan tenang.
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui 3. Bagi siswa, sebagai generasi penerus bangsa
keterlibatan aktif dalam proses belajar dan hendaknya untuk terus menggali potensi
mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan kebudayaan yang ada di daerahnya. Dan ikut
guru. Pendekatan pengajaran yang menempatkan melestarikannya semampu kita.
guru sebagai sentral kegiatan belajar-mengajar

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1993. Profil Kemampuan Guru Sekolah Dasar.Jakarta : Ditjen

Dikti Depdikbud.
Majid, Abdul 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan standar Kompetensi Guru. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Nasution, S. 1988. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar Jakarta: Bina Aksara.
Ngalim Purwanto, (1995), Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Rosdakarya, Bandung Jawa Sawahan.
Sanjaya, W, 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.
Shaffta, Idri. 2009. Optimized Learning Strategy. Pendekatan Teoritis dan Praktis Meraih Keberhasilan

Belajar. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Pustaka Mulia
Sugiyono, Prof. Dr. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Tim penyusun MGMP Seni Budaya (Seni Musik) Kabupaten Madiun. 2009. Seni
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Drill - Dwi Kusumaningsih, S.Pd, - SMP Negeri 1 Sawahan - Kabupaten Madiun - Halaman 52

PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT)
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS PADA SISWA
KELAS VIII-A SMP NEGERI 4 SARADAN KABUPTEN MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh : Nanik Wahyuni, S.Pd,
Guru SMP Negeri 4 Saradan Kabupten Madiun

Abstrak
Kata kunci: pembelajaran Bahasa Inggris, kooperatif model TGT

Menggunakan metode kerja kelmpok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau
meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja
kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja
kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa
didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah
lima unsru pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Apakah pembelajaran kooperatif model TGT
berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Inggris? (b) Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran
Bahasa Inggris dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model TGT?

Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model
TGT terhadap hasil belajar Bahasa Inggris. (b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan
mata pelajaran Bahasa Inggris setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model TGT

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap
putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran
penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Saradan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2018/2019. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I
sampai siklus II yaitu, siklus I 70.45 (51.52%), siklus II 80.61 (96.67%). Simpulan dari penelitian ini
adalah metode kooperatif model TGT dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas
VIII-A SMP Negeri 4 Saradan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2018/2019 serta model pembelajaran
ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative Bahasa Inggris.

Latar Belakang Masalah peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-
Bahasa Inggris merupakan suatu bahan latihan atau tugas Bahasa Inggris dengan bekerja
kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada
kajian yang memiliki objek bahasan yang sangat orang lain.
luas dan dibangun melalui proses penalaran yang
dinamis, sehingga keterkaitan antar konsep dalam Gagne (dalam Suprijono, 2009:2)
Bahasa Inggris bersifat penjelasan. mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris agar seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
deduktif untuk menguatkan pemahaman yang pertumbuhan seseorang secara alamiah. Jadi
sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan pembelajaran belajar pada hakikatnya adalah perubahan
Bahasa Inggris adalah melatih cara berfikir secara kemampuan yang dicapai seseorang yang
sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. diperoleh setelah beraktivitas. Sedangkan
Suprijono sendiri mengartikan belajar sebagai
Pembelajaran Bahasa Inggris tidak juga kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke
tidak lagi mengutamakan pada penyerapan perkembangan pribadi seutuhnya (Suprijono,
melalui pencapaian informasi, tetapi lebih 2009:3). Suprijono juga mengatakan bahwa
mengutamakan pada pengembangan kemampuan
dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas

TGT - Nanik Wahyuni, S.Pd, - SMP Negeri 4 Saradan - Kabupten Madiun - Halaman 53

prinsip belajar adalah: perubahan perilaku, 1. Apakah pembelajaran kooperatif model TGT
merupakan proses dan merupakan bentuk berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa
pengalaman (Suprijono, 2009:4). Merujuk Inggris siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 4
pemikiran Gagne, Suprijono (2009:5-6) Saradan Kabupten Madiun Tahun Pelajaran
menjelaskan bahwa hasil dari belajar adalah: 2018/2019?
informasi verbal, keterampilan intelektual,
strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap 2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi
pelajaran Bahasa Inggris dengan diterapkan-
Langkah-langkah tersebut memerlukan nya metode pembelajaran kooperatif model
partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada TGT pada siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 4
metode pembelajaran yang melibatkan siswa Saradan Kabupten Madiun Tahun Pelajaran
secara langsung dalam pembelajaran. Adapun 2018/2019?
metode yang dimaksud adalah metode
pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif Tujuan Penelitian
adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa 1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran
bekerja dalam kelompok-kelompok untuk
menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2). kooperatif model TGT terhadap hasil belajar
Bahasa Inggris siswa Kelas VIII-A SMP
Pembelajaran kooperatif lebih menekan- Negeri 4 Saradan Kabupten Madiun Tahun
kan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan Pelajaran 2018/2019?
melakukan komunikasi aktif dengan sesama 2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman
temannya. Dengan komunikasi tersebut diharap- dan penguasaan mata pelajaran Bahasa Inggris
kan siswa dapat menguasai materi pelajaran setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif
dengan mudah karena “siswa lebih mudah model TGT pada siswa Kelas VIII-A SMP
memahami penjelasan dari kawannya dibanding Negeri 4 Saradan Kabupten Madiun Tahun
penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan Pelajaran 2018/2019?
serta pemikiran mereka lebih sejalan dan
sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2). Kajian Pustaka
Pengajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Penelitian juga menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang Pengajaran kooperatif memerlukan
amat positif terhadap siswa yang rendah hasil pendekatan pengajaran melalui penggunaan
belajarnya. (Nur, 1996: 2). kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai
Pete Tschumi dari Universitas Arkansas tujuan belajar (Houlobec, 2001).
Little Rock memperkenalkan suatu ilmu
pengetahuan pengantar pelajaran komputer Pembelajaran kooperatif adalah suatu
selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja
secara individu, dan dua kali secara kelompok. dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan
Dalam kelas pertama hanya 36% siswa yang tujuan bersama. (Felder, 1994: 2).
mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas
yang bekerja secara kooperatif ada 58% dan 65% Pembelajaran kooperatif merupakan
siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik strategi pembelajaran dengan cara menempatkan
(Felder, 1994:14). siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki kemampuan berbeda (Wahyuni (2001:
Berdasarkan paparan tersebut di atas 8).
maka peneliti ingin mencoba melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Metode Metode pembelajaran kooperatif
Kooperatif Model TGT (Team Games memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan
Tournament) Meningkatkan Prestasi Belajar cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama
Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas VIII-A SMP dalam proses pembelajaran (Setyningsih (2001:
Negeri 4 Saradan Kabupten Madiun Tahun 8).
Pelajaran 2018/2019.”
Disimpulkan bahwa pembelajaran
Rumusan Masalah kooperatif adalah suatu metode pembelajaran
dengan cara mengelompokkan siswa dengan
kemampuan yang berbeda ke dalam kelompok-

TGT - Nanik Wahyuni, S.Pd, - SMP Negeri 4 Saradan - Kabupten Madiun - Halaman 54

kelompok kecil untuk bekerja sama dalam Saradan Tahun Pelajaran 2018/2019.

memecahkan masalah untuk memcapai tujuan Metode Penelitian
Model penelitian yang penulis pakai
bersama.
dalam penelitian ini adalah Model Lewis yang
Dalam pembelajaran kooperatif juga lebih ditafsirkan oleh Kemmis. Model ini
menggambarkan sebuah spiral dari beberapa
mengutamakan sikap sosial untuk mencapai siklus kegiatan. Pada awal tindakan atau siklus
dasar pertama, peneliti melakukan kegiatan-
tujuan pembelajaran bersama yaitu dengan cara kegiatan berupa: perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Keempat tindakan
bekerja sama. tersebut dipandang sebagai sebuah siklus.

Pembelajaran kooperatif mempunyai Setting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini
unsur-unsur yang perlu diperhatikan, yaitu :
dilaksanakan di SMP Negeri 4 Saradan bulan
1. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap September sampai dengan Nopember 2018.

siswa lain dalam kelompoknya, disamping Subyek Penelitian dan Sumber Data
Subyek penelitian adalah siswa Kelas
tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam
VIII-A SMP Negeri 4 Saradan pada semester
mempelajari materi yang dihadapi. gasal tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah
33 siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah
2. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Saradan pada
semester gasal tahun pelajaran 2018/2019 yang
semuanya memiliki tujuan yang sama. berjumlah 33 siswa sebagai subjek penelitian.

3. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan
tanggungjawab sama besar diantara para
tes, observasi, dan angket. Sedangkan alat
anggota kelompok. pengumpulan data berupa butir soal tes, lembar
observasi dan lembar angket.
4. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau
Analisis Data
penghargaan yang akan ikut berpengaruh Data dari variabel keaktifan dan variabel

terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. ketrampilan proses diambil dengan pengamatan,
sedangkan data dari variabel prestasi belajar
5. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara diambil dengan tes. Data yang diperoleh diolah
dengan analisis deskriptif.
mereka memperoleh keterampilan
Prosedur Penelitian
bekerjasama selama belajar. Prosedur yang Digunakan

6. Para siswa akan diminta mempertanggung- Berdasarkan diskusi kolaboratif antara
peneliti dan guru rekan sejawat mata pelajaran
jawabkan secara individual materi yang Bahasa Inggris model belajar yang digunakan
adalah model TGT. Prosedur tindakan
ditangani dalam kelompok kooperatif. pembelajaran yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan unsur-unsur dalam a. Peneliti dan guru rekan sejawat mata pelajaran

pembelajaran kooperatif, Johnson, Johnson dalam Bahasa Inggris berkolaborasi untuk

Wahyuni (2001: 10) menyebutkan peranan guru

dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Menentukan objek pembelajaran

2. Membuat keputusan menempatkan siswa

dalam kelompok-kelompok belajar sebelum

pembelajaran dimulai.

3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada

siswa.

4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan

keperluan tugas.

5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu

siswa dengan cara mendiskusikan cara

kerjasama.

Hipotesis
Pembelajaran dengan model TGT (Team

Games Tournament) pada pembelajaran dasar
kompetensi percakapan transaksional (to get
things done) dan interpersonal (bersosialisasi)
dapat meningkatkan keaktifan, ketrampilan
proses, dan prestasi belajar siswa SMP Negeri 4

TGT - Nanik Wahyuni, S.Pd, - SMP Negeri 4 Saradan - Kabupten Madiun - Halaman 55

menyiapkan pokok bahasan yang harus diteliti lain. Bagi mereka yang dapat menyelesaikan
dan harus dipelajari siswa. masalah dapat poin bintang atas nama
b. Secara kolaborasi peneliti dan guru rekan kelompok dan atas nama pribadi.
sejawat mata pelajaran Bahasa Inggris c. Untuk memperjelas atau mempertegas materi
membuat rancangan pembelajaran, media siswa diberi soal turnamen baru yang tidak
pembelaran, instrumen evaluasi, dan skoring jauh tingkat kesulitannya dengan soal
evaluasi. sebelumnya.
c. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan model d. Guru memberikan soal turnamen untuk tahap
TGT, siswa diberi pembelajaran yang pertama yakni turnamen dalam kelompok.
bentuknya rangsangan untuk berinisiatif Dalam kegiatan ini di bawah pengawasan dan
diwujudkan dalam bentuk soal. Soal bimbingan peneliti dan guru rekan sejawat.
dikompetisikan pada siswa dalam kelompok e. Siswa diberi soal turnamen antar kelompok
maupun antar tim. Siswa dibiarkan untuk tahap kedua. Soal dibuat hampir mirip
mengkoordinir sendiri dalam kelompoknya. dari soal turnamen tahap pertama.
Selanjutnya guru mengkoordinir kompetisi f. Pada suatu penyelesaian suatu masalah soal
dengan turnamen antar tim. siswa atau kelompok yang berhasil wajib
d. Pada pembelajaran berakhir guru selalu menjelaskan pada kelompok lain.
memberi masalah pada siswa berupa soal-soal g. Siswa diberi tes akhis siklus.
untuk dikompetisikan antar kelompok mereka Pengamatan
sendiri. Seterusnya untuk dibahas pada saat a. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati
tatap muka berikutnya. apakah jiwa kompetitif sudah dapat
dilaksanakan oleh siswa dalam pembelajaran
Siklus 1 siklus 1.
Perencanaan b. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati
a. Meninjau kembali rancangan pembelajaran pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa.
Dimulai dari permasalahan yang muncul pada
yang disiapkan untuk siklus 1. Penekanan awal pelajaran hingga akhir pelajaran. Berikan
perencanaan disini adalah menyiapkan siswa penilaian untuk masing-masing siswa tentang
benar-benar berada pada suasana untuk saling indikator keaktifan dan ketrampilan proses
berkompetisi. Persiapan ini akan ditemukan yang telah disiapkan.
terlebih dahulu antara peneliti, guru rekan c. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati
sejawat dan siswa di luar jam pelajaran untuk jalannya turnamen tahap pertama. Adakah
ditanamkan sifat bekerjasama dalam tim dan permasalahan yang dihadapi siswa. Pada
saling berkompetisi. bagian-bagian mana mereka mengalami
b. Menyiapkan modul pembelajaran berupa tugas kesulitan dalam mengerjakan soal.
rumah maupun soal turnamen: Isi program d. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati
modul ini berupa ringkasan materi dan soal- jalannya turnamen tahap kedua. Dilakukan
soal yang dicalonkan dalam turnamen. Soal- evaluasi pada individu-individu yang mampu
soal dikerjakan sebaiknya dalam kelompok. dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
Bahan ini diberikan pada saat tatap muka pada e. Menilai hasi evaluasi siklus 1.
poin a di atas. Refleksi
Pelaksanaan a. Secara kolaboratif peneliti dan guru rekan
a. Peneliti dan guru rekan sejawat menampung sejawat menganalisis hasil pengamatan.
semua permasalahan yang muncul setelah Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat
siswa mempelajari modul pembelajaran yang simpulan sementara terhadap pelaksanaan
diberikan sebelumnya. siklus 1.
b. Permasalahan dibahas bersama dengan model b. Mendiskusikan hasil analisis berdasar
tanya jawab sambil menjelaskan materi. indikator pengamatan, dan indikator soal
Apabila permasalahan muncul dari siswa pada evaluasi. Membuat suatu perbaikan tindakan
suatu kelompok, maka pemecahannya atau rancangan revisi berdasar hasil analisis
dilakukan dengan model kompetisi untuk tim

TGT - Nanik Wahyuni, S.Pd, - SMP Negeri 4 Saradan - Kabupten Madiun - Halaman 56

pencapaian indikator-indikator tersebut. proses.
b. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati
Siklus 2
Perencanaan jalannya turnamen tahap pertama dan kedua.
a. Meninjau kembali rancangan pembelajaran Peneliti dan guru rekan sejawat
membandingkan dengan pelaksanaan pada
yang disiapkan untuk siklus 2 dengan siklus 1 dan siklus 2.
melakukan revisi sesuai hasil reflesi siklus 1. c. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati
Penekanan perencanaan disini adalah jalannya turnamen tahap kedua. Dilakukan
menekankan semangat dalam menyelesaikan evaluasi pada individu-individu yang mampu
masalah sesuai dengan jiwa kompetitif siswa. dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
Dimungkinkan pada siklus 1 siswa masih Refleksi
banyak yang bingung, maka siklus 2 ini lebih a. Secara kolaboratif peneliti dan guru rekan
intensif dalam kontrol tugas maupun sejawat menganalisis hasil pengamatan.
permainan turnamen. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat
b. Menyiapkan modul berupa tugas rumah simpulan sementara terhadap pelaksanaan
maupun soal turnamen untuk dilaksanakan siklus 2.
pada siklus 2. b. Mendiskusikan hasil analisis berdasar
Pelaksanaan indikator pengamatan, dan indikator soal
a. Peneliti dan guru rekan sejawat kembali turnamen. Kali ini ditekankan pada refleksi
menampung semua permasalahan yang kegiatan dan ketrampilan untuk tiap individu.
muncul setelah siswa mempelajari modul Apakah tiap individu sudah mulai terbiasa
pembelajaran yang diberikan sebelumnya. dengan turnamen, dan sudah mulai terlatih
b. Permasalahan dibahas bersama dengan model memecahkan masalah.
tanya jawab sambil menjelaskan materi yang
sedang dipelajari. Kembali masalah yang Hasil Penelitian Dan Pembahasan
muncul berupa soal dikompetisikan pada Data penelitian yang diperoleh berupa
kelompok lain untuk turnamen tahap 1 dan 2.
c. Bersama siswa merangkum materi konsep hasil penilaian, data observasi berupa pengamatan
siklus 2. pengelolaan metode pembelajaran kooperatif dan
d. Siswa diberi soal turnamen untuk tahap pengamatan aktivitas siswa dan guru pada saat
pertama yakni turnamen dalam kelompok. pembelajaran pada setiap siklus. Data lembar
Dalam kegiatan ini di bawah pengawasan dan observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data
bimbingan peneliti dan guru rekan sejawat. pengamatan metode pembelajaran yang
Disini kesempatan menjawab soal lebih digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan
ditekankan pada tim yang belum aktif. metode pembelajaran kooperatif model TGT
e. Siswa diberi soal turnamen antar kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan
untuk tahap kedua. Teknik yang dilakukan data pengamatan aktivitas siswa dan guru. Data tes
dalam turnamen ini benar-benar harus formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi
memperhatikan keaktifan dan ketrampilan belajar siswa setelah diterapkan metode
prosesnya. Diharapkan pada turnamen ini lebih pembelajaran kooperatif model TGT.
baik dan lebih aktif dari pada turnamen siklus
1. Analisis Data Penelitian Persiklus
f. Diakhiri dengan tes akhir siklus 2. Siklus I
Pengamatan Tahap Perencanaan
a. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati
pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
Dimulai dari permasalahan yang muncul pada perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP,
awal pelajaran hingga akhir pelajaran. Berikan LKS, soal penilaian dan alat-alat pengajaran yang
penilaian lagi untuk masing-masing siswa mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
tentang indikator keaktifan dan ketrampilan observasi pengolahan metode pembelajaran
kooperatif, dan lembar observasi aktivitas guru
dan siswa.

TGT - Nanik Wahyuni, S.Pd, - SMP Negeri 4 Saradan - Kabupten Madiun - Halaman 57

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan No Aktivitas Siswa yang diamati Nilai

Pengamatan dilaksanakan bersamaan 3 Bekerja dengan menggunakan 2

dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pengamat alat/media

adalah mapel Bahasa Inggris sebagai seorang 4 Diskusi antar siswa/antara siswa 2

relawan. dengan guru

Data hasil penelitian pada siklus I adalah 5 Menyajikan hasil pembelajaran 3

sebagai berikut: nilai rata-rata prestasi belajar 6 Mengajukan/menanggapi 2

siswa adalah 70.45 dan ketuntasan belajar klasikal pertanyaan/ide

mencapai 51.52% atau ada 17 siswa dari 33 siswa 7 Menulis yang relevan dengan 2

sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan KBM

bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa 8 Merangkum pembelajaran 3

belum tuntas belajar, karena siswa yang 9 Mengerjakan tes evaluasi 4
memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 51.52%

lebih kecil dari persentase ketuntasan yang Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa
aktivitas guru yang paling dominan adalah
dikehendaki yaitu sebesar 85%. menyampaikan tujuan, membimbing siswa
merangkum pelajaran membimbing dan
Terdapat aspek-aspek yang mendapatkan mengamati siswa dalam mengerjakan
LKS/menenukan konsep adalah memadai
kriteria kurang memadai pada aktivitas Guru pada
Aktivitas lain yang lain masih kurang
siklus I, yaitu memotivasi siswa, menyampaikan memadai. Sedangkan aktivitas siswa yang
memadai adalah mengerjakan tes evaluasi. Pada
tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siklus I, secara garis besar pembelajaran dengan
metode kooperatif model TGT sudah
siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru
masih cukup dominan untuk memberikan
penilaian kurang memadai di atas, merupakan penjelasan dan arahan karena model tersebut
masih dirasakan baru oleh siswa.
suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan Refleksi

akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil
revisi yang akan dilakukan pada siklus II. pengamatan sebagai berikut:
1. Guru kurang memadai dalam memotivasi
Tabel 4.3. Aktivitas guru dan siswa pada siklus I
siswa dan dalam menyampaikan tujuan
No Aktivitas Guru yang diamati Nilai pembelajaran
2. Guru kurang memadai dalam pengelolaan
1 Menyampaikan tujuan 3 waktu
3. Siswa kurang begitu antusias selama
2 Memotivasi siswa/merumuskan 2 pembelajaran berlangsung
Revisi
masalah/hipotesis
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
3 Mengkaitkan dengan pelajaran 2 pada siklus I ini masih terdapat kekurangan,
sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
berikutnya siklus berikutnya.
1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi
4 Menyampaikan materi/langkah- 2
siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan
langkah/strategi tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan
5 Menjelaskan/melatih 4 yang akan dilakukan.

menggunakan alat

6 Membimbing dan mengamati 3

siswa dalam mengerjakan

LKS/menenukan konsep

7 Meminta siswa menyajikandan 2

mendiskusikan hasil kegiatan

8 Memberikan umpan balik 3

9 Membimbing siswa merangkum 2

pelajaran

No Aktivitas Siswa yang diamati Nilai
1 Mendengarkan/memperhatikan 2

penjelasan guru
2 Membaca buku siswa / 3

mengerjakan LKS

TGT - Nanik Wahyuni, S.Pd, - SMP Negeri 4 Saradan - Kabupten Madiun - Halaman 58

2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik No Aktivitas Guru yang diamati Nilai
dengan menambahkan informasi-informasi
yang dirasa perlu dan memberi catatan 1 Menyampaikan tujuan 4

3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat 2 Memotivasi siswa/merumuskan 4
dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa
lebih antusias. masalah/hipotesis

Siklus II 3 Mengkaitkan dengan pelajaran 4
Perencanaan
berikutnya
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, 4 Menyampaikan materi/langkah- 5
LKS, soal tes formatif dan alat-alat pengajaran
yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan langkah/strategi
lembar observasi pengelolaan metode
pembelajaran kooperatif model TGT dan lembar 5 Menjelaskan/melatih 4
observasi aktivitas guru dan siswa.
Tahap kegiatan dan pengamatan menggunakan alat

Peneliti bertindak sebagai guru. Proses 6 Membimbing dan mengamati 5
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
dengan memperhatikan revisi pada siklus I, siswa dalam mengerjakan
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I
tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan LKS/menenukan konsep
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar. Pengamat adalah guru mapel 7 Meminta siswa menyajikandan 4
Bahasa Inggris SMP Negeri 4 Saradan dan
sebagai seorang relawan. Pada akhir proses belajar mendiskusikan hasil kegiatan
mengajar siswa diberi tes penilaian dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa 8 Memberikan umpan balik 3
dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah 9 Membimbing siswa merangkum 5
instrumen yang telah ada dalam RPP. Adapun data
hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai pelajaran
berikut: nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
80.61 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai Jumlah nilai 37
96.67% atau ada 32 siswa dari 33 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Rata-rata 4,1
pada siklus pertama secara klasikal siswa sudah
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh No Aktivitas Siswa yang diamati Nilai
nilai ≥ 75 hanya sebesar 96.67% lebih besar dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 1 Mendengarkan/memperhatikan 4
sebesar 85%.
penjelasan guru
Pengelolaan pembelajaran oleh Guru pada
siklus II mendapatkan penilaian memadai. 2 Membaca buku siswa / 5
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam
menerapkan metode pembelajaran kooperatif mengerjakan LKS
model TGT diharapkan dapat berhasil
semaksimal mungkin. 3 Bekerja dengan menggunakan 3
Tabel 4.6. Aktivitas guru dan siswa pada siklus II
alat/media

4 Diskusi antar siswa/antara siswa 5

dengan guru

5 Menyajikan hasil pembelajaran 5

6 Mengajukan/menanggapi 4

pertanyaan/ide

7 Menulis yang relevan dengan 4

KBM

8 Merangkum pembelajaran 5

9 Mengerjakan tes evaluasi 4

Jumlah nilai 39

Rata-rata 4,3

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa

aktivitas guru yang paling dominan pada siklus II

adalah sudah memadai. Sedangkan untuk aktivitas

siswa juga sudah memadai.

Pembahasan
Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif model TGT
memiliki dampak positif dalam meningkatkan

TGT - Nanik Wahyuni, S.Pd, - SMP Negeri 4 Saradan - Kabupten Madiun - Halaman 59

prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari pembelajaran kooperatif model TGT, sehingga

semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat.

materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan

meningkat dari sklus I, dan II) yaitu masing- diterapkannya metode pembelajaran kooperatif

masing 51.52%, dan 96.67%. Pada siklus II model TGT dapat meningkatkan motivasi belajar

ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah siswa serta model pembelajaran ini dapat

tercapai. digunakan sebagai salah satu alternative Bahasa

Tabel 4.7 Perbandingan Siklus I dan Siklus II Inggris.

Rata-rata Siklus I Siklus II Kesimpulan
Persentase 70.45 80.61 Dari hasil penelitian tindakan kelas di
51.52% 96.67%
SMPN 4 Saradan Kabupaten Madiun antara Siklus

Kemampuan Guru dalam Mengelola I dan Siklus II sebagai berikut :
Pembelajaran 1. Pembelajaran dengan kooperatif model TGT
Berdasarkan analisis data, diperoleh
memiliki dampak positif dalam meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses metode pembelajaran prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
kooperatif model TGT dalam setiap siklus peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak setiap siklus, yaitu siklus I 70.45 (51.52%),
positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat siklus II 80.61 (96.67%).
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata 2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif
siswa pada setiap siklus yang terus mengalami model TGT mempunyai pengaruh positif,
peningkatan. yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar
Aktivitas Guru dan Siswa Dalam siswa yang ditunjukan dengan rata-rata
Pembelajaran jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa
tertarik dan berminat dengan metode
Berdasarkan analisis data, diperoleh pembelajaran kooperatif model TGT sehingga
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Bahasa mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
Inggris pokok Bahasan percakapan transaksional

(to get things done) dan interpersonal Saran
(bersosialisasi) pendek dengan metode Dari hasil penelitian yang diperoleh dari
pembelajaran kooperatif model TGT dikatakan
bahwa aktivitas siwa dapat dikategorikan aktif. uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar
matematika lebih efektif dan lebih memberikan
Sedangkan untuk aktivitas guru selama hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan
pembelajaran telah melaksanakan langkah- saran sebagai berikut:
langkah metode pembelajaran kooperatif model 1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran
TGT dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas
guru yang muncul di antaranya aktivitas kooperatif model TGT memerlukan persiapan
membimbing dan mengamati siswa dalam yang cukup matang, sehingga guru harus
mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, mempu menentukan atau memilih topik yang
menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi benar-benar bisa diterapkan dengan model
umpan balik/evaluasi/Tanya jawab dimana kooperatif model TGT dalam proses belajar
prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. mengajar sehingga diperoleh hasil yang
Tanggapan Siswa terhadap Metode optimal.
pembelajaran kooperatif model TGT 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
Berdasarkan analisis angket siswa dapat siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam
diketahui bahwa tanggapan siswa termasuk taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya
positif. Ini ditunjukan dengan rata-rata jawaban dapat menemuan pengetahuan baru,
siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan memperoleh konsep dan keterampilan,
berminat dengan metode pembelajaran kooperatif sehingga siswa berhasil atau mampu
model TGT. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memecahkan masalah-masalah yang
memberikan respon positif terhadap metode

TGT - Nanik Wahyuni, S.Pd, - SMP Negeri 4 Saradan - Kabupten Madiun - Halaman 60

dihadapinya. SMP Negeri 4 Saradan Kelas VIII-A Tahun
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, Pelajaran 2018/2019.

karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di

Daftar Pustaka
Asep Jihad dan Abdul Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo
Djaramah, 2000, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta.
Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My %

Document\Coop % 20 Report.
Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
Oemar Hamalik. (1995). Metode Belajar Dan Kesulitan - Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito
Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo.
Sulaiman. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Susilo, Herawati.2009. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan

Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing
Tohirin (2005). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo

TGT - Nanik Wahyuni, S.Pd, - SMP Negeri 4 Saradan - Kabupten Madiun - Halaman 61

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS KEMAMPUAN
MEMAHAMI TEKS DENGAN TEKNIK SQ3R (SURVEY-QUESTION-READ-RECITE-

REVIEW) SISWA KELAS IX-B SMPN 3 SARADAN MADIUN SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh : Drs. Warso,
Guru SMPN 3 Saradan Kabupaten Madiun

Abstrak

Bahasa terjadi dan hidup dalam konteks yang dapat berupa apa saja yang mempengaruhi,
menentukan dan terkait dengan pilihan-pilihan bahasa yang dibuat seseorang ketika menciptakan dan
menafsirkan teks.Dalam konteks apapun, orang menggunakan bahasa untuk melakukan tiga fungsi utama:
Fungsi gagasan (ideational function), yakni fungsi bahasa untuk mengemukakan atau mengkonstruksi
gagasan atau informasi; Fungsi interpersonal (interpersonal function), yakni fungsi bahasa untuk
berinteraksi dengan sesama manusia yang mengungkapkan tindak tutur yang dilakukan, sikap, perasaan
dsb.;Fungsi tekstual (textual function), yakni fungsi yang mengatur bagaimana teks atau bahasa yang
diciptakan ditata sehingga tercapai kohesi dan koherensinya, sehingga mudah difahami orang yang
mendengar atau membacanya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah peningkatkan Prestasi Belajar Bahasa
Inggris Kemampuan Memahami Teks Dengan Teknik SQ3R (Survey-Question-Read-Recite-Review)
Siswa Kelas IX-B SMPN 3 Saradan Madiun Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019

Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru lain serta dengan kepala sekolah. Peneliti
terlibat langsung dalam penelitian mulai dari awal sampai penelitian berakhir. Peneliti berusaha melihat,
mengamati, merasakan, menghayati, merefleksi dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang
berlangsung. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian tindakan terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), observasi (obseving), dan refleksi (relecting). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat
maka data yang telah terkumpul dianalisis secara statistik yaitu mengunakan rumus mean atau rata-rata.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata pada siklus mengalami peningkatan yang
signifikan.. Mengacu pada hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini maka dapat
disimpulkan bahwa : Ada peningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Kemampuan Memahami Teks
Dengan Teknik SQ3R (Survey-Question-Read-Recite-Review) Siswa Kelas IX-B SMPN 3 Saradan
Madiun Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

Latar Belakang Masalah Akan tetapi, sering kurang disadari bahwa
Pada dasarnya, kegiatan komunikasi kelalaian bertata bahasa menimbulkan banyak
miskomunikasi yang barangkali tidak berdampak
verbal adalah proses penciptaan teks, baik lisan serius dalam percakapan santai, tetapi bisa
maupun tertulis, yang terjadi karena orang berdampak sangat serius bahkan berakibat fatal
menafsirkan dan menanggapi teks dalam sebuah dalam konteks formal atau akademis.
wacana. Maka teks adalah produk dari konteks
situasi dan konteks budaya. Misalnya, ketika Kurikulum ini kembali menekankan
seseorang berbahasa Inggris, ia tidak hanya harus perlunya penguasaan tata bahasa karena tujuan
menggunakan kosa kata bahasa Inggris melainkan pembelajaran di sekolah menengah adalah
juga menggunakan tata bahasanya agar ia menyiapkan lulusan untuk masuk ke SMP.
difahami oleh penutur aslinya.Sering ada Belajar bahasa Inggris di SMP/MTs adalah untuk
anggapan bahwa berbahasa secara komunikatif belajar dalam konteks penggunaan bahasa yang
tidak perlu terlalu memperhatikan tata bahasa. serius. Targetnya adalah memberikan kemampuan

SQ3R - Drs. Warso - SMPN 3 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 62

berbahasa Inggris yang berterima di tingkat Kekurangaktivan siswa dalam belajar secara
internasional. Kata ‘berterima’ di sini berarti efektif dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai
bahasa Inggris yang gramatikal yang berikut:
menggunakan kaidah-kaidah yang dikenal oleh 1. Hasil belajar siswa pada umumnya hanya
penutur bahasa tersebut. Maka teks bahasa Inggris
yang diciptakan siswa seharusnya merupakan teks sampai tingkat penguasaan pengetahuan,
yang berterima, yang gramatikal, yang tertata merupakan hasil belajar terendah. Para siswa
dengan baik. umumnnya belajar dengan teknik menghafal
tentang apa yang dapat dicatat dari penjelasan
Di era globalisasi saat ini yang diikuti guru atau dari buku–buku. Apabila telah hafal,
oleh perkembangan informasi, baik dibidang maka siswa merasa cukup. Pengertian belajar
sosial, budaya, agama yang tidak dapat dipisahkan dengan tingkatan hasilnya sebagai berikut:
pula oleh adanya perkembangan sumber-sumber Belajar adalah proses perubahan perilaku, yang
bacaan atau buku. Semua orang membutuhkan dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
buku untuk mencari informasi atau berita yang penggunaan, dan penilaian tentang
terjadi terdahulu, sekarang atau yang akan datang. pengetahuan, sikap, nilai, dan ketrampilan
Seorang murid membutuhkan buku untuk (Sudirman dkk., 1987:99).
mempelajari materi yang bertujuan untuk 2. Guru dalam mengajar kurang merangsang
menguasai ilmu yang telah diberikan oleh guru aktivitas siswa secara optimal. Apabila kita
terhadap murid ataupun belum pernah diajarkan, amati, media pendidikan yang digunakan guru
baik itu dalam bentuk lisan maupun dalam pengajaran, kiranya belum
tertulis.Asumsi-asumsi yang melandasi program dimanfaatkan secara baik di samping belum
pendidikan sering kali tidak sejalan dengan tersedianya alat dan jenis madia secara lengkap
hakikat belajar, hakikat orang yang belajar dan serta keahlian yang kurang. Berbagai jenis
hakikat orang yang mengajar. Dunia pendidikan, sumber belum secara efektif digunakan guru
lebih khusus dunia belajar, hanya didekati dengan dalam pengajaran, di samping belum memadai
paradigma yang tidak mampu menggambarkan penyedian jenis–jenis sumber belajarnya yang
hakikat belajar dan pembelajaran secara relevan dan mutakhir serta terpilih sesuai
menyeluruh. Oleh karena itu praktek-praktek dengan bidang studi yang diajarkan. Semua hal
pendidikan/pembelajaran yang diwarnai landasan tersebut sangat erat kaitannya dengan usaha
teoritik dan konseptual yang tidak akurat. untuk merangsang aktivitas belajar siswa.
Pembelajaran yang menggunakan teori
behavioristik penekanannya pada pembentukan Hasil belajar murid sangat ditentukan atas
perilaku keteraturan, ketertiban, ketaatan dan kemampuan pemahaman terhadap pemahaman
kepastian. sebuah buku dan bacaan-bacaan yang mereka
dapatkan.Hal ini dikarenakan untuk memahami
Pendekatan sistem, sebagai suatu suatu materi pelajaran siswa dituntut untu
pendekatan yang secara keseluruhan berangkat mermaami buku-buku tersebut. Dalam
dan preskripsi behavioristik, yang secara luas pertumbuhannya seorang anak akan belajar
dipakai untuk memecahkan masalah pembelajaran tentang mendengarkan atau menyimak ucapan
(Degeng, 2000:3). seseorang dan belajar berbicara dalam
lingkungannya, baik dilingkungan keluarga,
Meningkatkan mutu pendidikan sekolah dan masyarakat. Dalam lingkungan
merupakan kewajiban dan tanggung jawab bagi sekolah anak akan diajarkan bagaimana membaca,
para pendidik. Dengan demikian peranan guru menulis, dan menyimak, dengan kemampuan
sangat sentral dalam proses belajar–mengajar, membaca diharapkan akan memudahkan dan
karena pada dasarnya guru harus mampu meningkatkan komunikasi dengan orang lain dan
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan sekaligus memudahkan menerima pesan lewat
psikomotor anak. Dengan kata lain, dalam tulisan.
mengajar bidang studi apa pun guru harus
berupaya mengembangkan pengetahuan, sikap Dalam kenyataannya minat membaca
dan nilai anak didik. Sebab ketiga aspek tersebut siswa masih tergolong rendah hal ini ditunjukkan
merupakan pembentukan kepribadian individu. dari kecepatan dan ketepatan membaca yang

SQ3R - Drs. Warso - SMPN 3 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 63

masih kurang. Siswa cenderung untuk ramai jika (Survey-question-read-recite-review) siswa Kelas
tugas yang diberikan terkait dengan kegiatan IX-B SMPN 3 Saradan Madiun Semester Genap
membaca. Kejenuhan seringkali muncul diri siswa Tahun Pelajaran 2018/2019.
terhadap kegiatan membaca, terlebih pada
kegiatan membaca artikel atau buku diktat yang Tujuan Penelitian
lumayan panjang. Hal ini dikarenakan siswa akan A. Untuk mendeskripsikan teknik membaca
merasakan kesulitan dalam memahami isi bacaan,
terlebih pada bascaan yang panjang. dengan SQ3R dalam memahami teks siswa
Kelas IX-B SMPN 3 Saradan Madiun
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019?
dari membaca maka perlu adanya teknik untuk B. Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan
membaca, sehingga dengan teknik yang benar kebiasaan siswa dalam menggunakan teknik
diharapkan dapat hasil yang maksimal. Dengan membaca dengan SQ3R dalam mata pelajaran
teknik tersebut diharapkan siswa dapat memahami bahasa Inggris.
suatu bacaan dengan baik dalam tempo waktu C. Untuk mengetahui peningkatan memahami
yang efektif. teks dengan teknik membaca dengan SQ3R
siswa Kelas IX-B SMPN 3 Saradan Madiun
Salah satu alternatif teknik membaca Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.
adalah teknik SQ3R (Survey-Question-Read- D. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat
Recite-Review) yang dikembangkan oleh Francis digunakan sebagai salah satu pedoman dalam
P. Robinson tahun 1941. (Soedarsono, 2000:59). meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Dalam sistem SQ3R ini sebelum membaca guru dalam menunjang peningkatan mutu
terlebih dahulu disurvey untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dasar khusunya dan pada
gagasan umum apa yang akan kita baca. Setelah sekolah pada umumnya.
disurvey kemudian langkah kedua adalah question
(bertanya) maksudnya bertanya dalam hati Manfaat dan Kegunaan Penelitian.
mengenai isi buku dan bertanya kepada diri sendiri Secara Teoritis
tentang informasi yang dibutuhkan dalam buku a. Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai
itu. Langkah ketiga adalah read (membaca)
maksudnya adalah setelah menyusun pertanyaan bahan informasi kepada pihak-pihak yang
barulah membaca secara teliti. Langkah keempat terkait dengan pembinaan lembaga pendidikan,
adalah Recite (mengingat kembali) maksudnya agar dapat menyesuaikan kebijakan dan
adalah setelah membaca berhenti sejenak untuk strategi pembinaannya dalam mengembangkan
mengendapkan apa yang dibaca. Dan langkah sistim pembelajaran, sehingga mutu
yang terakhir adalah review (melihat ulang), pendidikan, hasil belajar siswa bidang studi
maksudnya adalah menelusuri kembali hal-hal bahasa Inggris khususnya dapat meningkat.
penting yang sudah dibaca sebelumnya sebelum b. Menambah referensi bagi peneliti lain dalam
mengakhiri kegiatan membaca. (Dawud dkk, menganalisis pada lembaga pendidikan
2004:238) khususnya yang berkaitan dengan masalah
tersebut untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dari pengertian diatas, kiranya perlu c. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh
adanya penelitian mengenai pengaruh teknik orangtua/wali murid sebagai bahan acuan
membaca dengan SQ3R terhadap hasil belajar dalam ikut serta memajukan pendidikan
siswa. Karena itu penelitian ini berjudul : khusunya dalam meningkatkan prestasi atau
Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris hasil belajar siswa.
Kemampuan Memahami Teks Dengan Teknik Secara Praktis
SQ3R (Survey-Question-Read-Recite-Review) a. Dapat membuka perspektif guru mengenai
Siswa Kelas IX-B SMPN 3 Saradan Madiun pemberian teknik membaca dengan SQ3R
Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019”. dalam kegiatan belajar mengajar dalam upaya
peningkatan keaktifan dan ketrampilan siswa.
Rumusan Masalah b. Dapat memberi masukan dan lebih
Adakah peningkatan kemampuan mempertegas akan pentinya pemberian teknik

memahami teks dengan teknik membaca SQ3R

SQ3R - Drs. Warso - SMPN 3 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 64

membaca dengan SQ3R dalam kegiatan belajar Langkah 2 Q-Question
mengajar khusunya pada mata pelajaran Question (bertanya) maksudnya bertanya
bahasa Inggris pada siswa
dalam hati mengenai isi buku itu dan bertanya
Kajian Teori kepada diri sendiri tentang informasi yang
Metode Membaca Dengan SQ3R dibutuhkan dari buku itu. Pertanyaan itu
digunakan untuk membimbing pembaca pada apa
Dalam sistem SQ3R ini, sebelum yang diperlukan. (Dawud dkk,2004:238)
membaca terlebih dahulu kita survey bacaan untuk
mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita Bersamaan dengan survey, diajukan
baca. Lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan sebanyak-banyakya tentang isi bacaan
pertanyaan tersebut kita akan lebih mudah itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub
memahami sendiri pokok-pokok pentingnya, kita dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Misalnya
akan menguasai dan mengingatnya lebih lama. subjudul itu “Sifat-sifat tercela” dapat diubah
dengan bertanya apa sifat-sifat tercela bagi diri
Sistem membaca SQ3R dikemukakakn sendiri? Mungkin pertanyaan itu dapat
oleh Francis P Robinson tahun 1941, merupakan dipersempit lagi dengan mengaitkan pengatahuan
sistem membaca yang semakin populer digunakan : apakah ujub dan takabbur termasuk sifat yang
orang. SQ3R merupakan proses membaca yang tercela? Apa akibat sifat yang tecela? Dan
terdiri dari lima langkah yaitu : Survey, Question, sebagainya.
Read, Racite (atau Recall), Review
Langkah 1 : S-Survei Pada waktu survey buku secara
keseluruhan pertanyaan mungkin terlau umum,
Survey atau prabaca adalah teknik untuk tetapi pada survey pada bab ke bab pertanyaan-
mengenal bahan sebelum membacanya secara pertanyaan itu dapat lebih spesifik. Suatu
lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan pertanyaan dapat menimbulkan beberapa
ikhtisar umum yang akan dibaca. pertanyaan lain tentang isi secara mendalam.
(Soedarso,2000;60). Langkah 3: R-read

Survey (Survei), maksudnya melakukan Setelah melewati tahap survey dan timbul
pengamatan awal secara sekilas mengenai beberapa pertanyaan akan mendapat jawaban di
identitas buku dan gambaran umum isinya. Survey bacaan yang dihadapi, langkah berikutnya dalah
merupakan langkah pertama sebelum membaca Read atau membaca. Read (membaca) maksudnya
buku secara teliti. (Dawud dkk.2004:238) setelah menyusun pertanyaan kunci, barulah
seorang membaca dengan teliti buku itu. (Dawud
Langkah ini dimaksudkan untuk dkk,2004:238).
a. Mempercepat menangkap arti,
b. Mendapatkan abstrak, Jadi membaca adalah langkah ketiga
c. Mengetahui ide-ide yang penting bukan langkah pertama atau satu-satunya langkah
d. Melihat susunan organisasi bacaan tersebut untuk menguasai bacaan. Cara membacapun
e. Mendapatkan minat perhatian yang seksama bukan seperti membaca novel, hanya mengikuti
apa yang sedang berlangsung, malainkan secara
terhadap bacaan dan kritis. (Soedarso, 2000:63)
f. Memudahkan mengingat lebih banyak dan
Membaca tulisan itu bagian demi bagian.
memahami lebih mudah Sementara membaca bagian-bagian itu untuk
Prabaca dilakukan hanya beberapa menit, mencaril jawaban atas pertanyaan yang anda
bentuk berdasarkan judul-judul bagian atau
tetapi dengan cara sistematis kita cepat pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan
menemukan ide-ide penting dan organisasi bahan. topik bacaan itu. (Soedarso, 2000:63)
Hal ini akan sangat membantu mencapai tujuan
kita membaca. Selain itu, prabaca juga digunakan Pada tahap membaca ada dua hal yang
untuk melihat suatu artikel di koran atau majalah perlu diperhatikan, yaitu: (1) tidak membuat
dan menimbang-nimbang buku di perpustakaan catatan-catatan. Hal ini akan memperlambat
atau di toko buku untuk mengetahui apakah membaca. (2) tidak membuat tanda-tanda seperti
tulisan atau buku ini cocok dengan kebutuhan, garis bawah pada kata maupun frase tertentu, hal
tidak terlalu sulit, Atau terlalu dangkal, apakah ini bisa jadi setelah membaca selesai ternyata
cocok dengan literatur yang disarankan.

SQ3R - Drs. Warso - SMPN 3 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 65

salah memilihnya. Review) siswa kelas IX-B SMPN 3 Saradan
Langkah 4 :R-Recite atau Recall Madiun Semester Genap Tahun Pelajaran
2018/2019.
Recite atau Recall (mengendapkan dan
mengingat kembali) maksudnya setelah membaca Metode Penelitian
secara teliti suatu bab, seseorang harus berhenti Setting Penelitian
sejenak untuk mengendapkan apa yang dibaca
atau mengigat kembali. (Dawud dkk,2004). Cara Penelitian ini dilakukan di kelas IX-B
yang dapat dilakukan adalah berhenti sejenak SMPN 3 Saradan Madiun yang berjumlah 25
setiap membaca suatu bagian. Kemudian orang siswa pada bulan Maret-April 2019 dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau prosedur sebagai berikut:
menyebutkan hal-hal penting dari bab itu. Pada a. Persiapan
kesempatan itu dapat juga membuat catatan
seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, 1) Menyusun proposal penelitian
mengulangi membaca sekali lagi. Sebelum 2) Mengajukan ijin penelitian
menginjak langkah selanjutnya, pastikan empat 3) Menyiapkan instrumen penelitian.
langkah ini sudah dijalani dengan benar. b. Pelaksanaan penelitian.

Adapun waktu yang disediakan adalah Pelaksanaan penelitian berlangsung
setengah dari waktu untuk membaca. pada kegiatan belajar mengajar di kelas IX-B
(Soedarso,2000:63). Hal ini bukan merupakan SMPN 3 Saradan Madiun.
pemborosan waktu, malainkan memang c. Penyusunan laporan penelitian.
diperlukan untuk tahap ini. Justru pembaca yang 1) Mengumpulkan dan menilai hasil tes
hanya membaca sekedar membaca itu 2) Menganalisis hasil penelitian.
memboroskan waktu. Sekalipun mereka mengerti 3) Menyusun laporan penelitian.
apa yang dibaca, tetapi akan segera melupaknnya.
Langkah 5: R- Review Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
Daya ingat manusia sangat terbatas.
Sekalipun pada waktu membaca 85% kita tindakan kelas yang dilakukan untuk
menguasai isi bacaan, kemampuan kita dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
tempo waktu 8 jam untuk mengingat detail yang pemahaman. Proses pelaksanaan tindakan kelas
penting tinggal 40%. Dan dalam tempo dua melalui empat tahap dalam 2 siklus mulai dari (1)
minggu pemahaman kita tinggal 20%. perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3)
(Soedarso,2000:64) pengamatan (observing), dan (4) refleksi
(reflecting).
Review (melihat ulang), maksudnya
adalah menelururi kembali hal-hal yang penting Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
yang sudah dibaca sebelum mengakhiri kegiatan untuk mendapatkan gambaran tentang
membaca. (Dawud dkk,2004:239). Setelah selesai pembelajaran memahami teks melalui teknik
keseluruhan dari apa yang harus dibaca, SQ3R pada siswa kelas IX-B SMPN 3 Saradan
mengulangi lagi untuk menelusuri kembali judul- Madiun . Penelitian tindakan ini bersifat
judul dan subjudul dan bagian-bagian penting eksperimental dalam arti percobaan-percobaan
lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang dilakukan bersifat segera dan ditelaah
yang perlu untuk diingat kembali. Tahap ini kembali efektifitasnya.
menurut Soedarso (2000:32) selain membantu
daya ingat dan memperjelas pemahaman juga Siklus Penelitian
untuk mendapatkan hal-hal penting yang Tahap perencanaan (planning).
barangkali terlewati sebelumnya. a. Menyusun rencana/ skenario pembelajaran
b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana
Hipotesis Tindakan
Ada peningkatan prestasi belajar bahasa pendukung yang diperlukan dalam kelas, misal
data kelas dan lembar tugas.
inggris kemampuan memahami teks dengan c. Mempersiapkan instrument dan analisis data,
teknik SQ3R (Survey-Question-Read-Recite- yaitu pedoman penilaian dan format penilaian.
Tahap pelaksanaan tindakan (acting).

SQ3R - Drs. Warso - SMPN 3 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 66

Pada tahap ini kegiatan pembelajaran Seangkan untu mengetahui ketuntasan
dalam kelas secara nyata dengan strategi
pembelajaran teknik SQ3R dengan langkah belajar dengan menggunakan rumus prosentase
seperti yang telah direncanakan dalam skenario
pembelajaran. Pada saat kegiatan ini disertai sebagai berikut:
kegiatan observasi dengan interprestasi serta ∑siswa tuntas
diikuti kegiatan refleksi.
Tahap observasi (observing). %ketuntasan = X 100%

Pada kegiatan ini dilakukan perekaman ∑seluruh siswa
data yang meliputi proses dan hasil dari
pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan Hasil Penelitian
pengamatan untuk mengumpulkan bukti hasil Siklus I
tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan Perencanaan Tindakan I
landasan melakukan refleksi. Observasi dilakukan
terhadap kegiatan siswa dan kegiatan guru. Guru sebagai pemberi tindakan,
Tahap refleksi (reflecting). mempersiapkan skenario pembelajaran sedangkan
latihan kerja siswa LKS dan Modul telah
Pada tahap ini dilakukan analisis data dibagikan pada pertemuan sebelumnya. Untuk
mengenai proses, masalah dan hambatan yang mengetahui keterampilan proses yang dimiliki
dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap siswa, digunakan perangkat tes. Sedangkan aspek
pelaksanaan tindakan yang kan dutindaklanjuti keterampilan proses yang diamati dalam siklus I
pada siklus adalah memahami teks perangkat tes diberikan
pada awal dan akhir siklus I.
Instrumen Penelitian
1. Rencana Pelajaran (RP) Selain keterampilan proses, juga diamati
2. Lembar Kegiatan Siswa tingkat kemampuan afektif. Untuk hal tersebut
3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar dilakukan pengamatan atau membuat catatan
4. Tes Memahami Teks lapangan pada lembar observasi yang telah
disediakan. Kemampuan afektif yang diamati
Teknik Analisis Data. adalah meliputi keberanian mengemukakan
Data yang berupa angket, nilai dan skala pendapat, keaktifan/peran, kerja sama dalam
kelompok, inisiatif/kreatif, kemampuan bertanya,
sikap dianalisis dengan metode kualitatif dan rasa ingin tahu siswa. Setelah pembelajaran
deskriptif. Sedangkan untuk menganalisis tingkat dengan teknik SQ3R selesai, akan dilihat
keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa bagaimana proses dan kemampuan afektif siswa.
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya Pelaksanaan Tindakan I
dilakukan dengan analisis statistik deskriptif 1) Tahap Survei (prabaca) adalah teknik untuk
terhadap data
1. Untuk menilai kemampuan membaca teks mengenal bahan sebelum membacanya secara
2. Untuk ketuntasan belajar lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi
3. Untuk lembar observasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca. Survey,
4. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa maksudnya melakukan pengamatan awal
secara sekilas mengenai identitas buku dan
Data yang diperoleh dianalisis secara gambaran umum isinya. Survey merupakan
statistik deskriptif dengan menggunakan langkah pertama sebelum membaca buku
persamaan sebagai berikut : secara teliti.
2) Tahap Question (bertanya) maksudnya
x bertanya dalam hati mengenai isi buku itu dan
bertanya kepada diri sendiri tentang informasi
M= yang dibutuhkan dari buku itu. Pertanyaan itu
N digunakan untuk membimbing pembaca pada
apa yang diperlukan.
Keterangan: 3) Tahap Read Setelah melewati tahap survey dan
M = Nilai rata-rata timbul beberapa pertanyaan akan mendapat
∑x = Jumlah nilai siswa jawaban di bacaan yang dihadapi, langkah
N = Jumlah siswa

SQ3R - Drs. Warso - SMPN 3 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 67

berikutnya dalah Read atau membaca. Read yaitu aspek survei, read, recall, dan review.
(membaca) maksudnya setelah menyusun Berdasarkan observasi yang dilakukan
pertanyaan kunci, barulah seorang membaca
dengan teliti buku itu selama pembelajaran, diperoleh hasil penguasaan
4) Tahap Recite atau Recall (mengendapkan dan kemampuan afektif yang dipaparkan berikut ini:
mengingat kembali) maksudnya setelah Secara umum aspek kemampuan afektif masih
membaca secara teliti suatu bab, berhenti belum optimal. Dari observasi tersebut diperoleh
sejenak untuk mengendapkan apa yang dibaca prosentase rata-rata dari jumlah siswa yang
atau mengigat kembali memenuhi aspek adalah 66%. Hal tersebut berarti
5) Tahap Review (melihat ulang), maksudnya bahwa penguasaan kemampuan afektif belajar
adalah menelururi kembali hal-hal yang siswa perlu ditingkatkan untuk memenuhi tujuan
penting yang sudah dibaca sebelum pembelajaran berikutnya. Sehingga semua aspek
mengakhiri kegiatan membaca. yang dikaji pada siklus ini, akan dikaji ulang pada
Dari hasil pelaksanaan pada siklus I diperoleh siklus selanjutnya.
nilai memahami teks sebagai berikut: nilai rata-
rata 75.80 dan ketuntasan belajar 60% Siklus II
Observasi I
Perencanaan Tindakan II
Pengamatan pada tindakan I dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh data tentang Dalam perencanaan tindakan II juga
keterampilan proses, aspek kemampuan afektif
dan pelaksanaan pembelajaran dengan teknik ditentukan aspek keterampilan proses dan aspek
SQ3R.
Analisis dan Refleksi I kemampuan afektif yang akan di amati. Seperti

Berdasarkan pengadaan pre-test dan post- yang telah dibahas di analisis dan refleksi II
test pada siklus I, diperoleh hasil tes penguasaan
keterampilan proses siswa, sebagaimana yang Dengan melihat refleksi II, perbaikan
dipaparkan berikut ini: Penguasaan keterampilan
proses siswa sebelum mendapatkan pembelajaran pada Siklus II meliputi tahap-tahap yang terdapat
membaca dengan metode SQ3R pada siklus I
masih rendah. Setelah mendapatkan pembelajaran pada tiap siklus. Guru harus berupaya mengajukan
sebagaimana tersebut di atas, penguasaan
keterampilan proses siswa mengalami pertanyaan-pertanyaan sesering mungkin,
peningkatan yang belum signifikan. Meskipun
demikian, pembelajaran tersebut telah membawa khususnya ditujukan pada anak yang kurang aktif.
perubahan pada proses pembelajaran bahasa
Indonesia diterapkan di sekolah. Tetapi, Pada saat siswa memahami teks, guru harus lebih
pembelajaran ini masih mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya adalah siswa lebih memberi bimbingan terutama pada kelompok
bersemangat dan lebih aktif selama pembelajaran
serta terpenuhinya penguasaan keterampilan yang kurang kreatif. Hal tersebut bertujuan untuk
proses. Sedangkan kekurangannya adalah suasana
kelas yang ramai dan membutuhkan waktu yang meningkatkan keterampilan proses dan
lebih lama.
kemampuan afektif siswa, khususnya aspek-aspek
Selain itu, penguasaan keterampilan
proses siswa pada siklus I secara umum masih yang belum mencapai 90%.
rendah. Hal tersebut dapat ditinjau dari prosentase
peningkatan yang belum signifikan, walaupun Pelaksanaan Tindakan II
untuk aspek question sudah memperoleh
peningkatan 32%. Sehingga aspek yang dikaji Pada pelaksanaan tindakan II didapatkan
pada siklus I dikaji ulang pada siklus selanjutnya,
hasil kemampuan memahami teks sebagai berikut:

nilai rataa-rata 83,60 dan ketuntasan belajar 90%

Observasi II

Pengamatan pada tindakan II dilakukan

dengan tujuan untuk memperoleh data tentang

keterampilan proses, aspek kemampuan afektif

dan pelaksanaan pembelajaran dengan teknik

SQ3R.

Analisis dan Refleksi II

Siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran Bahasa Ingris. Prosentase

peningkatan yang terjadi boleh dikatakan sudah

optimal, Secara umun prosentase peningkatan

aspek keterampilan proses siswa pada Siklus II ini

mengalami peningkatan yang signifikan.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan

selama berlangsungnya pembelajaran, diperoleh

SQ3R - Drs. Warso - SMPN 3 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 68

hasil penguasaan kemampuan afektif berikut ini: Saradan Madiun Tahun Pelajaran 2018/2019.
Secara umum penguasaan aspek kemampuan Berdasarkan hasil analisis dan hasil
afektif pada Siklus II sangat optimal. Hal tersebut,
ditunjukkan dengan perolehan persentase rata-rata observasi maka hipotesis tindakan yang berbunyi:
dari jumlah siswa yang memenuhi aspek, yaitu Ada peningkatan kemampuan memahami teks
92%. dengan teknik SQ3R siswa kelas IX-B SMPN 3
Saradan Madiun Tahun Pelajaran 2018/2019
Pembahasan dinyatakan diterima.

Berdasarkan hasil analisis data dan Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pengamatan dapat
prosentase peningkatan dari aspek keterampilan
disimpulkan bahwa upaya meningkatkan
proses yang di amati pada siklus I dan siklus II memahami teks dengan teknik SQ3R siswa kelas
IX-B SMPN 3 Saradan Kabupaten Madiun adalah
maka dibuatlah tabel seperti tabel, dengan tujuan sebagai berikut:
1. Aktifitas siswa untuk berusaha mengerti dan
untuk mempermudah dalam membahas
memahami teks meningkat, hal ini bisa dilihat
peningkatan memahami teks dengan teknik dari aktifitas siswa dalam memahami modul
pembelajaran, mengerjakan LKS dan
SQ3R: melakukan diskusi kelas.
2. Keterampilan kooperatif siswa selama proses
Tabel 7 Perbandingan Nilai rata-rata dan pembelajaran dengan menggunakan teknik
SQ3R, menunjukkan adanya peningkatan.
Ketuntasan Belajar 3. Prestasi belajar Bahasa Inggris pada
kompetensi dasar memahami teks mengalami
Aspek Siklus I Siklus II peningkatan yang disignifikan setelah
melaksanakan proses pembelajaran dengan
Nilai Rata-rata 75.80 83.60 menggunakan teknik membaca SQ3R.
4. Ada peningkatan memahami teks dengan
Ketuntasan 60% 90% teknik SQ3R, siswa kelas IX-B SMPN 3
Saradan Madiun tahun pelajaran 2018/2019.
Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas Hal ini terbukti dari nilai rata-rata pada siklus I
75.80 meningkat pada meningkat lagi pada
dan mengacu pada hipotesis penelitian maka dapat siklus II menjadi 83.60.

disimpulkan: Ada peningkatan kemampuan Saran
Untuk meningkatkan kemampuan dalam
memahami teks dengan teknik SQ3R siswa kelas
pembelajaran bahasa Inggris dan perolehan hasil
IX-B SMPN 3 Saradan Madiun Tahun Pelajaran belajar mata pelajaran bahasa Inggris, kususnya
pada kompetensi memahami teks penulis
2018/2019. menyarankan sebagai berikut :
a. Untuk guru
Tabel 8 Tabel Perbandingan Persentase
1. Guru hendaknya memberikan teknik belajar
Peningkatan Keterampilan Proses Siswa yang berorientasi pada siswa dan teknik
membaca yang cepat dan terarah.
Aspek Yang Persentase
2. Guru hendaknya selalu membimbing siswa
Diamati Siklus I Siklus II agar prestasinya lebih meningkat.

Survei 72 92 3. Diharapkan guru lebih berperan aktif dalam
mengelola kelas, sehingga pembelajaran
Question 64 84 dapat berlangsung secara aktif bagi siswa.

Read 76 96 b. Untuk Sekolah dan Orang tua

Recall 76 96

Review 76 96

Tabel 9 Perbandingan persentase jumlah siswa

yang memenuhi aspek kemampuan afektif

Persentase

Aspek Yang diamati Siklus Siklus
I II

Keberanian 60% 92%
mengemukakan pendapat

Keaktifan/Peran 96% 100%

Kemampuan bertanya 60% 92%

Kerjasama dalam 96% 96%
kelompok
Inisiatif/Kreatif 44% 88%
Rasa ingin tahu 40% 84%

Berdasarkan hasil observasi dan mengacu

pada hipotesis penelitian maka dapat disimpulkan:

Ada peningkatan kemampuan memahami teks

dengan teknik SQ3R siswa kelas IX-B SMPN 3

SQ3R - Drs. Warso - SMPN 3 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 69

Sekolah dan orang tua disarankan dan melaksanakan semua petunjuk dan
menyediakan buku-buku sebagai pelengkap pengetahuan yang diberikan oleh guru
dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya sehingga siswa sadar akan pentingnya
dan buku-buku ilmu pengetahuan lain yang membaca.
menunjang kegiatan belajar mengajar. 2) Diharapkan lebih aktif dalam mencari
c. Untuk Siswa bahan bacaan untuk memperoleh wawasan
1) Diharapkan siswa mampu memperhatikan dan pengetahuan siswa.

Daftar Pustaka

Anonim. 2005. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Surabaya.

Departemen Pendidikan Nasional Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bhs. Inggris.

Melvin L. Silberman, 1996. Active Learning : 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston:Allyn Bacon.

Nurhadi dkk, (II Rev. 2004) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and learning/CTL) dan
Penerapannya dalam KBK; Malang ; Penerbit Universitas Negeri Malang.

Depdiknas. 2003.Garis-Garis Besar Program Pengajaran Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk SMP.
Jakarta : Depdikbud.

_________. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik indonesia Nomor 22 tahun 200.

Soedarso. 2000. Sitem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

SQ3R - Drs. Warso - SMPN 3 Saradan - Kabupaten Madiun - Halaman 70

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII.E SMP NEGERI 2 GEGER
KABUPATEN MADIUN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Oleh : Agung Setyo Nugroho, S.Pd.,
Guru SMP Negeri 2 Geger Kabupaten Madiun

Abstrak Meningkatkan hasil belajar, Metode STAD.
Kata kunci.

Metode pembelajaran memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi sesama temannya.
Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat
positif bagi siswa yang rendah hasil belajar, suasana belajar kooperatif juga mampu menghasilkan prestasi
yang tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada suasana
belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah memisahkan siswa (Anita Lie, 2014). Hal inilah yang
terjadi di SMP Negeri 2 Geger, informasi yang dipeoleh dari hasil wawancara peneliti denga guru
matematika Kelas VII.E, dengan penggunaan metode ceramah sebagian besar siswa sering mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang diajakan, mereka merasa pelajaran matematika adalah pelajaran
yang sulit. Disamping itu aktifitas siswa selama proses belajar mengajar juga masih sangat kurang sehingga
pada akhirnya prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru lain. Peneliti terlibat langsung dalam
penelitian mulai dari awal sampai penelitian berakhir. Peneliti berusaha melihat, mengamati, merasakan,
menghayati, merefleksi dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Tahap-tahap
pelaksanaan penelitian tindakan terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi
(obseving), dan refleksi (reflecting).

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa Kelas VII.E
Semester I SMP Negeri 2 Geger pada materi pokok Perbandingan melalaui pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Team Achievement Division). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dari hasil
observasi diperoleh data kualitatif yang akan memberikan gambaran tentang kegiatan yang dilakukan siswa
dan guru selama proses belajar mengajar dan hasil tes siswa yang diperoleh berupa data kuantitatif.

Hasil penelitian nilai rata-rata siklus I = 72 atau ketuntasan 50% dan siklus II = 81.88 atau
ketuntasan 91.67%. Dari hasil yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat
bahwa pembelajaran ini dapat meningkatkan aktifitas serta prestasi belajar siswa. Karena dalam
pembelajaran kooperatif siswa dapat saling membantu memahami pembelajaran dan memperbaiki jawaban
teman serta kegiatan lainnya dengan mencapai tujuan belajar bersama

Latar Belakang kehidupan yang layak, siapa yang memiliki
Berdasarkan Undang-undang no. 20 tahun keunggulan kompetitif dia yang mendapatkan
kemudahan hidup.
2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa tujuan pendidikakan nasional Masalah pendidikan yang utama di
adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar Indonesia sangat rendahnya mutu pada setiap
menjadi manusia yang beriman betaqwa kepada jenjang pendidikan. Setelah dilakukan perbaikan
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, dalam bidang pendidikan, semakin disadari bahwa
berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga semakin banyak kekurangan-kekurangan tersebut
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. adalah terletak pada inti kegiatan pendidikan itu
sendiri yaitu proses belajar mengajar yang
Tujuan pendidikan nasional tersebut melibatkan anak didik dan pendidik, salah satu
sangat relevan dengan kondisi dalam era contoh yaitu penggunaan satu metode mengajar.
globalisasi saat ini. Dimana suasana kehidupan
menjadi semakin rumit, cepat berubah dan sulit Menurut Djamarah tahun 2005,
diprediksi.Kondisi ini membwa dampak penggunaan satu metode, lebih cenderung
pesaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan menghasilkan kegitan hasil belajar mengajar yang

STAD - Agung Setyo Nugroho, S.Pd. - SMP Negeri 2 Geger - Kabupaten Madiun - Halaman 71

membosankan bagi siswa, jalan pengajaran pun (Anita Lie, 2014).
tampak kaku siswa kurang bergaiah belajar,
kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan Hal inilah yang terjadi di SMP Negeri 2
belajar siswa.
Geger, informasi yang dipeoleh dari hasil
Salah satu metode yang biasa digunakan
adalah metode ceramah, metode ceramah adalah wawancara peneliti denga guru matematika Kelas
metode yang boleh dikatakan konvensional,
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan VII.E, dengan penggunaan metode ceramah
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan
siswa. Dalam penerapannya, proses belajar sebagian besar siswa sering mengalami kesulitan
mengajar lebih berpusat pada guru, siswa hanya
mendengarkan, menulis dan menghafalkan materi dalam memahami materi yang diajakan, mereka
yang diajarkan dan mengajarkan soal secara
individu ditempat masing-masing. merasa pelajaran matematika adalah pelajaran

Dewasa ini telah banyak dikembangkan yang sulit. Disamping itu aktifitas siswa selama
model pembelajaran, seperti model pembelajaran
kooperatif dan model diskusi kelas. Menurut proses belajar mengajar juga masih sangat kurang
Ibrahim, dkk (2000) suatu model pembelajaran
ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa
tujuan, dan struktur penghargaan. Demikian juga
dengan model pembelajaran kooperatif dan model menjadi rendah.
pembelajaran diskusi.
Tabel 1.1 Tabel nilai rata-rata ulangan harian mata
Menurut Nur (1996), terkait dengan
tuntutan dan tantangan kehidupan masa depan pelajaan matematika semester I kelas VII.E SMP
untuk menerapkan dan mengembangkan wawasan
kekeluargaan dan kebersamaan, keunggulan, Negeri 2 Geger tahun pelajaran 2019/2020.
yakni suatu wawasan yang akan menumbuhkan
etos kerja yang maksimal, kemauan untuk No Ulangan Harian Nilai
mencapai prestasi tertinggi, sikap kritis, keimanan Rata-rata
dan ketakwaan, keahlian dan profesional, karya
dan cipta, kemandirian dan kewirausahaan, maka 1. Bilangan bulat 5,62
sangat tepat bila pembelajaran di kelas semakin
menekankan dan membutuhkan siswa aktif 2. Pecahan 4,17
terutama pengajaran pada Sekolah Menengah
Pertama (SMP). 3. Operasi hitung aljabar 5,43

Banyak penelitian menunjukkan bahwa 4. Persamaan linear 1 variabel 5,23
dalam latar kooperatif, siswa lebih banyak belajar
dari temannya sendiri sesama siswa daripada dan pertidaksamaan linear 1
belajar dari guru.Metode pembelajaran
memanfaatkan kecenderungan siswa untuk variabel
berinteraksi sesama temannya. Hasil penelitian-
nya juga menunjukkan bahwa pembelajaran Dari data diatas diketahui bahwa nilai
kooperatif memiliki dampak yang sangat positif
bagi siswa yang rendah hasil belajar, suasana rata-rata ulangan harian matematika pada pokok
belajar kooperatif juga mampu menghasilkan
prestasi yang tinggi, hubungan yang lebih positif bahasan pecahan masih sangat rendah. Oleh
dan penyesuaian psikologi yang lebih baik
daripada suasana belajar yang penuh dengan karena itu diperlukan pemilihan model
persaingan dan memisah memisahkan siswa
pembelajaran yang tepat. Siswa SMP Negeri 2

Geger pada umumnya belum memiliki interaksi

yang besifat kooperatif artinya belum belajar

secara besama dalam suatu kelompok, dimana

siswa masih belajar secara individualistis tanpa

ada saling tukar fikiran, contoh nampak dari siswa

yang pintar atau siswa yang mempunyai

kemampuan lebih setelah mereka memperoleh

pengajaran dari guru dan memahami konsep yang

diberikan, mereka tidak mau membimbing dan

mengajarkan temannya yang kurang memahami

konsep sehingga siswa yang kurang atau minim

pengetahuannya tetap tidak ada perkembangan.

Perbedaan ini perlu ditekan sekecil

mungkin supaya tidak menimbulkan efek

psikologi bagi siswa untuk diperlukan suatu

sarana berupa model pembelajaran yang mampu

membuat terjalinnya kerjasama diantara siswa

yaitu salah satu pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievemen Division).

Rumusan Masalah
Apakah melalui model pembelajaran

STAD - Agung Setyo Nugroho, S.Pd. - SMP Negeri 2 Geger - Kabupaten Madiun - Halaman 72

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil berbagai suku, memiliki kamapuan tinggi, sedang,
belajar siswa materi pokok Himpunan pada siswa dan rendah. Salah satu tujuan mengapa anggota
Kelas VII.E SMP Negeri 2 Geger Tahun Pelajaran kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
2019/2020. kemampuan heterogen yaitu agar siswa dapat
saling berbagi (sharing) dan saling melengkapi.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk Pembelajaran kooperatif tipe STAD
terdiri dari lima komponen utama yaitu: Penyajian
meningkatkan hasil belajar siswa materi pokok kelas, kegiatan kelompok, kuis, skor kemajuan
Himpunan melalui pembelajaran kooperatf tipe individu, dan penghargaan kelompok. Siklus
STAD (Student Team Achievemen Division). pembelajaran yang teratur dari STAD yaitu:
a. Penyajian kelas. Guru menyampaikan materi
Manfaat Penelitian
1. Siswa. pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas.
Penyajian kelas tersebut mencakup
Membantu siswa untuk meningkatkan hasil pembukaan, pengembangan dan latihan
belajar pada mata pelajaran matematika pembimbing.
khususnya dalam materi pokok Himpunan b. Kegiatan kelompok. Siswa mendiskusikan
standar kompetensi dapat dituntaskan oleh lembar kerja yang diberikan dan diharapkan
siswa secara optimal. saling membantu sesama anggota kelompok
2. Guru untuk memahami bahan pelajaran dan
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Sebagai salah satu pedoman bagi guru
dalam memilih metode pembelajaran Guru perlu mengingatkan siswa dalam
khususnya dalam materi pokok Himpunan kegiatan kelompok untuk memperhatikan hal-
3. Sekolah hal sebagai berikut:
1. Masing-masing siswa itu sendiri
Bahan acuan untuk memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan, pengembangan mempunyai tanggung jawab untuk
strategi pembelajaran dan dapat menjadi memastikan teman kelompoknya yang telah
alternatif dalam mengatasi masalah mempelajari materi.
pembelajaran terutama mata pelajaran 2. Tidak seorangpun siswa selesai belajar
Matematika materi pokok Himpunan pada sebelum anggota kelompoknya menguasai
siswa kelas VII.E SMP Negeri 2 Geger. materi pelajaran.
3. Meminta bantuan kepada teman satu
Kajian Pustaka kelompok sebelum meminta bantuan pada
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD guru.
(Student Teams Achievement Divisions) c. Kuis (Quiz). Kuis adalah tes dalam bentuk
essay yang dikerjakan secara mandiri dengan
Model pembelajaran kooperatif tipe tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa
STAD dikembangkan oleh Slavin Robert dan belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai
teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. hasil perkembangan individu dan disumbang-
Metode ini dipandang sebagai yang paling kan sebagai nilai perkembangan dan
sederhana dan paling langsung dari pendekatan keberhasilan kelompok.
pembelajaran koopertaif. Model ini mengacu d. Skor kemajuan individu. Skor kemajuan
kepada belajar kelompok. Anggota team individu ini tidak berdasarkan pada skor
menggunakan lembar kegiatan atau pembelajaran mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya. jauh skor kuis terkini melampui rata-rata skor
Kemudian saling membantu satu sama lain untuk siswa yang lalu.
memahami bahan pelajaran dan memecahkan e. Penghargaan kelompok. Penghargaan
masalah melalui diskusi. kelompok adalah pemberian predikat kepada
masing-masing kelompok. Predikat ini
Masing-masing kelompok beranggotakan diperoleh dengan melihat skor kemajuan
4-5 orang, dibentuk dari anggota yang heterogen
terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari

STAD - Agung Setyo Nugroho, S.Pd. - SMP Negeri 2 Geger - Kabupaten Madiun - Halaman 73

kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh anggota lainnya.
dengan mengumpulkan skor kemajuan b. Setelah siswa selesai mengerjakan soal,
masing-masing anggota kelompok kemudian
dibagi dengan jumlah anggota dalam lembar jawaban dikumpulkan untuk dinilai.
kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata c. Guru dan siswa membahas soal-soal LKS.
kelompok. Dalam memberikan penghargaan
kelompok terdapat tingkatan yaitu: kelompok Metode Penelitian
super (super team), kelompok hebat (great Rancangan Penelitian
team), dan kelompok baik (good team).
Rancangan penelitian tindakan kelas
“Penghargaan yang diterima akan dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus,
mempengaruhi konsep diri siswa secara positif setiap siklus menggunakan langkah-langkah :
yang meningkatkan keyakinan diri siswa” • Perencanaan.
(Slameto, 2003). • Pelaksanaan.
f. Langkah-langkah secara umum proses • Observasi.
pembelajaran kooperatif tipe STAD • Refleksi.
Tahap pendahuluan
a. Guru memberikan informasi kepada siswa Obyek Tindakan
Proses penelitian tindakan kelas ini
tentang materi yang akan mereka pelajari,
tujuan pembelajaran, dan pemberian dititikberatkan pada peningkatan hasil belajar
motivasi agar siswa tertarik pada materi. siswa melalui proses model pembelajaran
b. Guru membentuk siswa kedalam kelompok kooperatif tipe STAD.
yang sudah direncanakan.
c. Mensosialisasikan kepada siswa tentang Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian
model pembelajaran yang digunakan Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2
dengan tujuan agar siswa dapat mengenal
dan memahaminya. Geger, Kecamatam Geger, Kabupaten Madiun
d. Guru memberikan persepsi yang berkaitan Propinsi Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan
dengan materi yang akan dipelajari. selama dua bulan mulai Minggu ke tiga bulan
Tahap Pengembangan Oktober 2019 sampai dengan Minggu keempat
a. Guru mendemonstrasikan konsep atau bulan Desember 2019. Subyek penelitian adalah
keterampilan secara efektif dengan siswa Kelas VII.E SMPN 2 Geger.
menggunakan alat bantu atau manipulatif
lain. Sumber Data
b. Guru membagikan lembar kerja siswa Sumber data penelitian adalah data primer
(LKS) sebagai bahan diskusi kepada
masing-masing kelompok. yang diperolah melalui angket, wawancara, dan
c. Siswa memberikan kesempatan untuk observasi pada siwa Kelas VII.E SMP Negeri 2
mendiskusikan LKS bersama Geger.
kelompoknya.
d. Guru memantau kerja dari tiap-tiap Teknik dan Alat Pengumpulan Data
kelompok dan membimbing siswa yang a. Angket, untuk memperoleh data secara cepat
mengalami kesulitan.
Tahap penerapan dari responden dalam waktu yang singkat.
a. Guru memberikan kesempatan kepada b. Observasi, untuk cross check data yang
siswa untuk mengerjakan soal-soal yang
ada dalam LKS dengan waktu yang dikumpulkan melalui angket, tentang sikap dan
ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara perilaku guru selama kegiatan, sehingga
individu tetapi tidak menutup kemungkinan diharapkan mendapatkan data yang akurat.
mereka saling bertukar pikiran dengan c. Wawancara, untuk melengkapi data yang
diperoleh melalui angket, dan observasi.

Validasi Data
Agar data yang dikumpulkan valid, maka

penulis mengumpulkan data melalui perpaduan

STAD - Agung Setyo Nugroho, S.Pd. - SMP Negeri 2 Geger - Kabupaten Madiun - Halaman 74

antara angket, observasi, dan wawancara sehingga 9. Membuat kesimpulan bersama dalam kelas.
data yang diperoleh obyektif, valid, dan dapat Pengamatan
dipertanggung jawabkan. 1. Reaksi siswa saat menerima tugas

Analisis Data mendiskusikan materi.
Analisis data yang digunakan pada 2. Aktifitas siswa selama diskusi kelompok.
3. Partisipasi siswa dalam membuat laporan hasil
penelitian adalah analisis kuantitatif dan kualitatif.
kerja.
Pelaksanaan Penelitian 4. Produk siswa yang berupa laporan hasil kerja
Tahap Pra Siklus
a. Menginformasikan kepada Kelas VII.E SMPN kelompok
5. Partisipasi siswa selama diskusi kelas.
2 Geger pada saat proses pembelajaran akan 6. Partisipasi siswa selama membuat laporan
dimulai bahwa kelasnya dijadikan penelitian.
b. Mengadakan ulangan harian bersama.
c. Menganalisis hasil ulangan Refleksi
d. Mengamati aktifitas siswa baik sikap dan
perilakunya selama mengikuti proses Berdasarkan hasil pengamatan atau
pembelajaran maupun ulangan. observasi dan wawancara selama kagiatan suklus
e. Melakukan penelitian. pertama, diperoleh data aktifitas dan hasil kerja
siswa selama diskusi. Data tersebut digunakan
sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan
pada siklus ke dua.

Siklus Pertama Siklus ke Dua
Perencanaan Perencanaan
1. Mengkondisikan kelas agar dapat digunakan 1. Menyusun rencana atau skenario tindakan

untuk penelitian tindakan kelas. ulang berdasarkan evaluasi dan catatan yang
2. Menyiapkan perangkat penelitian, antara lain : didapat berdasarkan hasil refleksi siklus
pertama.
a. Menyusun angket penelitian. 2. Menyiapkan perangkat tindakan berupa lembar
b. Menyusun pedoman observasi. pengumpulan data dan perangkat analisis data.
c. Menyusun pedoman wawancara atau 3. Melaksanakan rencana tindakan siklus ke dua
dengan pendekatan STAD.
panduan wawancara. Tindakan
d. Menyiapkan pedoman analisis data.
Tindakan Pada siklus ke dua, peneliti melakukan
1. Membentuk kelompok belajar berdasarkan tindakan yang berupa perbaikan dari tindakan
hiterogenitas jenis kelamin, kemampuan. siklus pertama, dengan menggunakan pendekatan
2. Memberi penjelasan kepada kelompok tentang yang sama seperti siklus pertama yakni
materi yang harus didiskusikan, dan yang pendekatan STAD yang lebih bervariasi.
dilakukan dalam kelompok. Pengamatan
3. Menugaskan kelompok untuk membuat 1. Peneliti melakukan pengamatan atau observasi
kesimpulan materi yang didiskusikan dalam
kelompok dengan menggunakan lembar pengamatan
4. Membimbing kelompok dalam mengerjakan terhadap proses diskusi siswa
tugas diskusi. 2. Mengumpulkan data hasil diskusi siswa baik
5. Rangkuman yang dibuat harus dihubungkan diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
dengan kondisi riil di masyarakat setempat. Refleksi
6. Masing-masing kelompok diminta untuk 1. Memeriksa dan menilai hasil diskusi siswa
mempresentasikan hasil kerja kelompok. 2. Mengidentifikasi kelemahan yang timbul pada
7. Kelompok lain diberi kesempatan untuk tindakan siklus ke dua berlangsung
memberi tanggapan hasil kelompok lain. 3. Melakukan evaluasi secara menyeluruh
8. Meminta kelompok mengumpulkan hasil kerja terhadap proses dan hasil kerja siswa selama
kelompok. siklus ke dua.

STAD - Agung Setyo Nugroho, S.Pd. - SMP Negeri 2 Geger - Kabupaten Madiun - Halaman 75

Hasil Penelitian Data prestasi belajar siswa siklus I adalah
Hasil penelitian merupakan hasil yang meghitung nilai keseluruhan nilai per unit dan
nilai sebagian. Data lengkap prestasi belajar siswa
diperoleh pada tahap pra siklus, pelaksanaan siklus I, kemudian dianalisis sehingga diperoleh
tindakan siklus pertama, dan pelaksanaan tindakan data seperti berikut:
siklus ke dua. Hasil penelitian berupa hasil Tabel 4.3. Data hasil evaluasi belajar siklus I
ulangan harian siswa dan sikap atau perilaku siswa
selama diskusi kelompok dan diskusi kelas. No Aspek Nilai

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan 1. Nilai tertinggi 100
untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa
Kelas VII.E Semester I SMP Negeri 2 Geger pada 2. Nilai terendah 50
materi pokok Himpunan melalaui pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD. Penelitian ini 3. Nilai Rata-Rata 72
dilaksanakan dalam 2 siklus, dari hasil observasi
diperoleh data kualitatif yang akan memberikan 4. Persentase Ketuntasan 50%
gambaran tentang kegiatan yang dilakukan siswa
dan guru selama proses belajar mengajar dan hasil Nilai rata-rata siswa adalah 72 Dari 25
tes siswa yang diperoleh berupa data kuantitatif.
Data-data tersebut selanjutnya dianalisis dengan siswa yang mengikuti tes evaluasi terdapat 12
menggunakan metode dan rumus yang telah
ditetapkan sebelumnya. siswa yang tuntas belajar, persentase ketuntasan

Analisis data penelitian siklus I belajar adalah 50%. Nilai masih kurang dari
Data obsevasi aktivitas guru.
ketuntasan belajar secara klasikal. Hal ini
Data observasi guru diperoleh dari
pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa belum
mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan
oleh peneliti yang bertujuan untuk merekam mencapai target dari prestasi belajar yang
jalannya proses belajar mengajar. Observasi
terhadap aktivitas siswa dilakukan dengan diinginkan yaitu ketuntasan belajar klasikal yang
mengamati prilaku siswa pada saat proses belajar
mengajar. Semua aktivitas siswa yang tampak >75. Dan untuk mengetahui dapat meningkat atau
diberi tanda rumput dalam lembar observasi yang
sesuai dengan item yang tersedia. Adapun hasil tidaknya prestasi belajar siswa, maka akan
data yang diperoleh dari observasi terhadap siswa
adalah aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 12 dilanjutkan ke siklus II.
yang berkategori aktif
Kekurangan yang terdapat pada siklus 1:
Data observasi aktivitas siswa.
Berdasarkan banyaknya siswa dan 1. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa

banyaknya deskriptor pada setiap indikator maka masih kurang
jumlah skor ideal untuk tiap-tiap indikator adalah
4 sehingga kriteria penggolongan aktivitas belajar 2. Komunikasi dan kerja sama siswa dalam
siswa yang aktiv belajar siswa pada siklus I
sebesar 12 yang berarti bahwa aktivitas belajar kelompok nampak kurang. Demikian siswa
siswa berkategori kurang aktif, sehingga pada
siklus selanjutnya perlu ditingkatkan lagi. yang berkemampuan rendah , enggan bertanya

Data prestasi belajar pada Temanya yang berkemampuan tinggi.

3. Guru kurang membimbing siswa dalam

diskusi.

4. Guru kurang mengatur alokasi waktu, sehingga

waktu untuk pengerjaan yang tidak cukup

5. Guru kurang memotivasi siswa dalam

membangkitkan minat pada awal pelajaran.

Rencana perbaikan pada siklus II :

1. Guru memberikan beberapa pertanyaan dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya, sehingga komunikasi antara guru dan

siswa tercipta.

2. Guru mentukan tutor sebaya untuk tiap-tiap

kelompok agar mau membantu atau mengajari

temenya yang belum bisa. Guru menekankan

kepada siswa bahwa kelompok yang dikatakan

berhasil apabila tiap anggota kelompoknya

mengerti atau bias menjawab pertanyaan yang

diberikan

3. Guru lebih aktif memberikan bimbingan

STAD - Agung Setyo Nugroho, S.Pd. - SMP Negeri 2 Geger - Kabupaten Madiun - Halaman 76

kepada tiap kelompok dengan terus ketuntasan belajar secara klasikal, ini berarti
mengoreksi kelompok tiap pelajaran bahwa proses pembelajaran pada siklus II sudah
berlangsung dapat dikatakan berhasil.
4. Guru mengatur kembali alokasi waktu
pengerjaan LKS serta menentukan jumlah soal Berdasarkan data diatas diketahui bahwa
dan tingkat kesulitan soal sesuai dengan waktu terdapat peningkatan yang signifikan dari hasil
yang tersedia. prestasi belajar siswa yang kurang pada siklus I
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa sudah dapat ditingkatkan pada siklus II, dengan
untuk membangkitkan minat pada pelajaran demikian ini menunjukkan bahwa tujuan yang
yaitu dengan memberikan gambaran tentang diharapkan yaitu meningkatkan prestasi belajar
kegunaan materi yang sedang dipelajari dalam siswa tercapai.
kehidupan sehari-hari.
Dari tindakan siklus II target yang
Analisis data penelitian siklus II ditetapkan oleh kurikulum sudah tercapai. Dengan
Data Observasi Kegiatan Guru demikian, siklus berikutnya dapat dihentikan
karena telah diperoleh informasi–informasi yang
Observasi terhadap aktivitas siswa cukup untuk mengambil keputusan sehubungan
dilakukan dengan mengamati prilaku siswa pada dengan target penelitian ini. Walaupun demikian
saat proses belajar mengajar berlangsung. Data namun masih ada beberapa siswa yang masih
lengkap tentang aktivitas siswa selama proses dibawah target, maka perlu mendapat perhatian
pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran penanggulangan khusus dari guru bidang studi
kooperatif tipe STAD pada siklus II dapat dilihat, yang bersangkutan.
berdasarkan hasil observasi pada siklus II skor
rata-rata aktivitas siswa adalah 9 dan berkategori Pembahasan
sangat aktif. Berdasarkan analisis data, pelaksanaan

Data Observasi Aktivitas Siswa tindakan pada siklus I menunjukan bahwa nilai
Data lengkap tentang aktivitas siswa rata-rata kelas sebesar 72. dan persentase
ketuntasan klasikal adalah 50%. Hasil ini belum
selama pelajaran dengan menerapkan mencapai ketuntasan klasikal yaitu 75% atau
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II lebih. Adapun untuk hasil observasi aktivitas
dapat dilihat, berdasarkan hasil observasi dari skor belajar siswa pada siklus I diperoleh bahwa skor
rata-rata siswa sebesar 23 yang berarti bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 12 dengan
aktivitas belajar siswa sudah berkategori aktif. total skor sebesar 72 yang tergolong dalam
kategori kurang aktif. Hasil penelitian pada siklus
Data Prestasi Belajar I menunjukan bahwa prestasi belajar siswa masih
Data lengkap tentang prestasi belajar kurang dan aktivitas belajar siswa juga masih
rendah.
siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6
Data pada lampiran tersebut dianalisis sehingga Karna ketuntasan belajar pada siklus I
diperoleh hasil sebagai berikut: belum tercapai, maka pelaksanaan tindakan
Tabel 4.6. Data hasil evaluasi belajar siklus II dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan
perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan
No Aspek Nilai kekurangan-kekurangan pembelajaran kooperatif
pada siklus I.
1. Nilai tertinggi 100
Setelah melakukan perbaikan dalam
2. Nilai terendah 60 proses pembelajaran, dari hasil analisa pada siklus
II diperoleh nilai rata – rata kelas sebesar 81.88
3. Nilai Rata-Rata 81,88 dan persentsae ketuntasan klasikal sebesar
91.67%. Pada hasil observasi aktivitas belajar
4. Persentase Ketuntasan 91,6% siswa diperoleh skor rata – rata aktifitas siswa
adalah 23 dengan nilai sebesar diatas KKM yang
Siswa yang mendapat nilai maksimal 25 tergolong aktif/sangat aktif. Data ini menunjukan

(ketuntasan 91.67%). Karena ketuntasan klasikal
tercapai jika banyaknya siswa yang tuntas ≥ 75%,

maka hasil penelitian pada siklus II sudah tercapai

STAD - Agung Setyo Nugroho, S.Pd. - SMP Negeri 2 Geger - Kabupaten Madiun - Halaman 77

bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor pada termotivasi dalam belajar matematika. Model
aktivitas siswa dan peningkatan nilai prestasi pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti
belajar siswa jika dibandingkan dengan siklus dapat meningkatkan prestasi belajar
sebelumnya. Dan setelah dianalisis dengan matematika materi pokok Himpunan pada
menggunakan ketuntasan klasikal dan nilai rata- siswa kelas VII.E SMP Negeri 2 Geger Tahun
rata, maka prestasi belajar siswa pada siklus II Pelajaran 2019/2020. Siswa dengan sungguh-
mengalami peningkatan secara signifikan. sungguh mengikuti proses pembelajaran mulai
dari penyajian kelas, diskusi kelompok,
Dari hasil yang diperoleh dalam presentasi, kuis, dan penialain kinerja
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat kelompok. Pada umumnya siswa dapat
bahwa pembelajaran ini dapat meningkatkan menggunakan waktu yang tersedia selama
aktifitas serta prestasi belajar siswa. Karena dalam pembelajaran untuk untuk belajar aktif, berani
pembelajaran kooperatif siswa dapat saling untuk bersaing antar teman dalam kuis dan
membantu memahami pembelajaran dan saling bekerjasama dalam berdiskusi antar
memperbaiki jawaban teman serta kegiatan siswa, mengemukakan jawaban dalam
lainnya dengan mencapai tujuan belajar bersama. memperoleh prestasi dalam kelompok.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anita Lie (2014) 3. Respon siswa terhadap pembelajaran
yang menyebutkan bahwa “Suasana belajar kooperatif tipe STAD menunjukkan respon
kooperatif juga mampu menghasilkan prestasi positif yang didapat dari jurnal siswa setiap
yang lebih tinggi, serta hubungan yang lebih siklus, sebagian besar siswa tertarik dan senang
positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dengan pembelajaran model STAD. Sikap dan
dari pada suasana belajar yang penuh dengan respon siswa merupakan salah satu potensi
persaingan dan memisah–misahkan siswa“. untuk menciptakan situasi belajar yang efektif
sehingga pencapaian ketuntasan atau prestasi
Terjadinya peningkatan ini pula belajar siswa dalam pembelajaran matematika
disebabkan oleh model pembelajaran kooperatif meningkat.
tipe STAD yang diterapkan dalam pembelajaran 4. Prestasi belajar siswa bisa diketahui dari test
Matematika memiliki keuntungan–keuntungan akhir siklus I dan test akhir siklus II mengalami
sesuai pendapat Ibrahinm dkk (2000) diantaranya peningkatan yang siqnifikan, Peningkatan
“Siswa berperan aktif sebagai tutor sebaya untuk prestasi belajar siswa, peneliti dapat
lebih meningkatakan keberhasilan kelompok, menyimpulkan dari peningkatan prosentase
interaksi antara siswa seiring kemampuan mereka ketuntasan belajar setiap akhir siklus.
dalam berpendapat”. Peningkatan tersebut dari 50% pada siklus I
menjadi 91.67% pada akhir siklus II, dengan
Dengan demikian, penerapan model rata-rata dari 72 pada siklus I menjadi 81.88
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat pada akhir siklus II.
meningkatkan prestasi belajar matematika materi
pokok Himpunan pada siswa kelas VII.E SMP
Negeri 2 Geger Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kesimpulan Saran
1. Pembelajaran dengan menggunakan metode 1. Bagi Siswa.

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat • Dengan model pembelajaran STAD siswa
meningkatkan prestasi belajar matematika termotivasi untuk bertanggung jawab dalam
materi pokok Himpunan pada siswa kelas meningkatkan nilai, mampu bersaing
VII.E SMP Negeri 2 Geger Tahun Pelajaran dengan kelompok lain.
2019/2020.
2. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas • Model pembelajaran kooperatif type STAD
siswa dan aktivitas terhadap kegiatan guru dapat meningkatkan prestasi siswa dalam
selama pembelajaran berjalan dengan baik dan belajar.
mengalami peningkatan sehingga dapat
menggambarkan bahwa siswa senang dan • Memperbanyak latihan mengerjakan soal
sehingga mempunyai banyak pengalaman
dalam memecahkan berbagai macam soal

STAD - Agung Setyo Nugroho, S.Pd. - SMP Negeri 2 Geger - Kabupaten Madiun - Halaman 78

dan menyelesaikan dengan jelas dan benar. dikembangkan dan dipakai pada
2. Bagi Guru kompetensi dasar lain serta dapat dijadikan
bahan penelitian lebih lanjut dengan aspek-
• Guru mempunyai pengetahuan dan aspek berbeda.
ketrampilan serta menerapkan pendekatan • Penerapan model pembelajaran STAD ini
atau model pembelajaran di sekolah. Sebab memberi referensi guru bahwa dengan
dengan pengetahuan dan kemauan model pembelajaran STAD adalah model
berinovasi dalam penggunaan model yang melibatkan siswa selalu aktif selama
pembelajaran, serta memvariasikan kegiatan pembelajaran berlangsung.
kegiatan belajar mengajar maka minat 3. Bagi Sekolah.
belajar, motivasi belajar serta
aktivitas belajar siswa terhadap Model pembelajaran kooperatif tipe
pembelajaran matematika akan tumbuh. STAD sebagai model pembelajaran alternatif
Penggunaan model pembelajaran yang yang digunakan di SMP Negeri 2 Geger pada
bervariatif bertujuan untuk menghindari mata pelajaran selain matematika dan
kejenuhan siswa. Salah satunya dari model disesuaikan dengan karakteristik masing-
pembelajaran yang ada adalah masing karena penerapan model STAD dapat
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. meningkatkan aktivitas belajar siswa serta
prestasi belajar siswa.
• Model pembelajaran STAD ini dapat

Daftar Pustaka

Arikunto Suharsimi, 1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SMP. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiona, 2014 Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta
Hamalik Omar, 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara
Lie Anita. 2014, Cooperative Learning ; Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang Kelas. Jakarta: PT

Grasindo.
Muslihuddin, 2013, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan Sekolah, LPMP Jawa Barat.
Nana Sudjana.1995. Penelitian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, 2004, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Nunik Avianti Agus,2007,Mudah Belajar Matematika Untuk Kelas VII SMP/MTs, BSE Pusat Perbukuan

Depniknas.
Suharsimi Arikunto. 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukadi, 2006, Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Penerbit Kolbu.

Slavin, Robert E. 2000. Cooperatif learning Theory, Research, and Practice. Second Edition. Noedham
height: A. Simon and scuster Company.

……………… 2013. Cooperatif Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Syiful Bahri Djumarah dan Aswan Zain. 2014. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Widyantini. 2013. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: PPPPTK Matematika Yogyakarta.

STAD - Agung Setyo Nugroho, S.Pd. - SMP Negeri 2 Geger - Kabupaten Madiun - Halaman 79

Gaya Selingkung Jurnal BIOMA

Jurnal BIOMA ini diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Madiun. Mulai 2019 terbit

secara berkala setiap 3 bulan. Tujuannya untuk menyebarluaskan informasi hasil penelitian, penelitian tindakan kelas,

pendidikan, pelatihan, pembelajaran serta tulisan ilmiah populer dalam lingkup kependidikan. Jurnal BIOMA

menerima kiriman artikel yang ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan batasan lingkup yang

berkaitan dengan masalah pendidikan. Penentuan artikel yang dimuat dalam Jurnal BIOMA dilakukan melalui proses

blind review oleh editor BIOMA. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam penentuan pemuat artikel, antara lain :

terpenuhinya syarat penulisan dalam jurnal ilmiah, metode penelitian yang digunakan, kontribusi hasil penelitian dan

artikel terhadap perkembangan pendidikan. Penulis harus menyatakan bahwa artikel yang dikirim ke BIOMA adalah

hasil karya sendiri, orisinal dan tidak dikirim atau dipublikasikan dalam majalah atau jurnal ilmiah lainnya. Editor

berhak untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat, dan apabila dipandang perlu editor

menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat dalam jurnal BIOMA

hendaknya mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh editor. Artikel dapat dikirim ke editor Jurnal

BIOMA dengan alamat : Sekretariat Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Madiun Jl. Raya Tiron 87

Kabupaten Madiun, Jawa Timur 63151 Telp (0351) 464477 Fax 473173. CP : Endang Sri Hastuti (Hp 081231180068)

Untuk pengiriman artikel ke alamat sekretariat berupa CD dan 2 eks hard copy (hasil cetakan).

Pengiriman melalui surel dengan alamat email : [email protected]

Contact person : Endang Sri Hastuti (Hp 081231180068) Sulastri (Hp 081914859677)

Ida Nurchasanah (Hp 081252218645) Agus Joko Sungkono (Hp 08125914795)

Pedoman Penulisan Artikel.
Penulisan artikel dalam jurnal pendidikan sains BIOMA yang diharapkan menjadi pertimbangan penulis meliputi :
Format :
1. Artikel diketik pada kertas A4 (210 x 297 mm). dengan spasi 1,15 kecuali abstrak dan daftar pustaka spasi tunggal
2. Identitas penulis diketik di bawah judul yang terdiri atas : nama, unit kerja dan alamat email bila ada.
3. Diketik dalam format 2 kolom, kecuali abstrak dan daftar pustaka.
4. Panjang artikel maksimum 5.000 kata dengan tipe huruf Times New Roman font11 untuk judul font 12 bold.
5. Margin atas, bawah, samping kanan 2 cm dan samping kiri sekurang kurangnya 2,5 cm
6. Jumlah halaman 5 – 20 halaman. Semua halaman sebaiknya diberi nomor urut.
7. Kutipan, gambar atau rujukan harus menyebutkan sumber dan tahun. Format sumber kutipan atau rujukan : nama

penulis, tahun, halaman yang dikutip.
8. Kutipan yang langsung dan panjang (lebih dari tiga setengah baris) diketik dengan jarak baris satu dengan bentuk

berinden.
9. Minimal 70 % dari rujukan yang digunakan berasal dari sumber yang terbaru (diterbitkan tidak lebih dari 10 tahun

sebelum artikel dikirim ke jurnal BIOMA).

Isi Tulisan Artikel Hasil Penelitian
Abstrak :bagian ini memuat ringkasan artikel atau ringkasan penelitian yang meliputi masalah penelitian, tujuan,
metode, hasil dan pembahasan serta simpulan. Abstrak disajikan diawal teks dan terdiri antara 200 sampai dengan 400
kata Abstrak diberi kata kunci (key word) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel.
Pendahuluan :menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan penelitian. Ditulis tanpa subjudul.
Kajian Teori : memaparkan kerangka teoritis dari variabel yang ada di judul.
Metode Penelitian :macam penelitian yang dilakukan, instrumen pengumpulan data, metode dan teknik analisis data
yang digunakan.
Hasil Penelitian dan pembahasan : berisi pemaparan data hasil tentang hasil akhir dari proses kerja teknik analisis
data, bentuk akhir bagian ini adalah berupa angka, gambar dan tabel tetapi bukan merupakan barisan tabel data.
Penutup : berisi kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka, memuat sumber-sumber yang dikutip dalam artikel, hanya sumber yang diacu saja yang perlu
dicantumkan dalam daftar pustaka.

Isi Tulisan Artikel Non Penelitian
Abstrak : memuat ringkasan dari artikel secara keseluruhan
Pendahuluan : menguraikan latar belakang penulisan artikel dan tujuan penulisan
Isi : menguraikan substansi isi dari artikel
Penutup : menjelaskan kesimpulan dari isi artikel

Editor berhak mengedit dan atau meringkas isi jurnal tanpa mengurangi makna karya tulis. Editor tidak
bertanggungjawab terhadap isi dan keaslian karya tulis. Isi dan keaslian karya tulis menjadi tanggungjawab pribadi
penulis sepenuhnya.

Cara Memakai Masker yang Benar

https://covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/cara-memakai-masker-yang-benar2

Masker sangat penting digunakan orang sakit
(demam/batuk/bersin) atau mereka yang merawat
orang sakit. Berikut panduan cara menggunakan
masker yang tepat.

Tenaga kesehatan, orang sakit dan orang yang merawat
orang sakit menggunakan masker medis. Orang sehat
cukup menggunakan masker kain.

Berikut panduan cara menggunakan masker yang tepat :

• Sebelum memasang masker, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir (minimal
20 detik) atau bila tidak tersedia, gunakan cairan pembersih tangan (minimal
alkohol 60%).

• Pasang masker untuk menutupi mulut dan hidung dan pastikan tidak ada sela
antara wajah dan masker.

• Hindari menyentuh masker saat digunakan; bila tersentuh, cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir minimal 20 detik atau bila tidak ada, cairan pembersih
tangan (minimal alkohol 60%)

• Ganti masker yang basah atau lembab dengan masker baru. Masker medis hanya
boleh digunakan satu kali saja. Masker kain dapat digunakan berulang kali.

• Untuk membuka masker: lepaskan dari belakang. Jangan sentuh bagian depan
masker; Untuk masker 1x pakai, buang segera di tempat sampah tertutup atau
kantong plastik. Untuk masker kain, segera cuci dengan deterjen. Untuk
memasang masker baru, ikuti poin pertama.

Sumber :

https://covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/cara-memakai-masker-yang-benar2

Jurnal BIOMA

Penerbit : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Madiun – Jawa Timur
Alamat : Jl. Raya Tiron 87 Kabupaten Madiun, Jawa Timur 63151 Telp (0351) 464477
Fax 473173. CP : Endang Sri Hastuti (Hp 081231180068)
Blog : jurnalbioma.blogspot.com – email : [email protected]


Click to View FlipBook Version