LAPORAN HASIL WORKSHOP
PEMBINAAN KEROHANIAN
ANTIRADIKALISME
BOGOR, 22-25 MARET 2021
BERSAMA MENCEGAH RADIKALISME
DI SATUAN PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAN JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH ATAS
KATA PENGANTAR
Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yakni: ‘’tujuan pendidikan
adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab’’. Berdasarkan hal tersebut,
maka peserta didik merupakan suatu komponen penting dalam mengukur keberhasilan
pendidikan. Untuk itu, maka dibutuhkan upaya yang lebih besar dalam mengembangkan
peserta didik, salah satunya adalah melalui pembinaan terhadap peserta didik secara
sistematis dan berkelanjutan.
Pembinaan peserta didik semakin krusial pada jenjang Pendidikan Menengah,
khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada usia Pendidikan Menengah (usia 16 s.d. 18
Tahun) Peserta Didik lebih rentan terhadap pengaruh negatif, mengingat di era globalisasi
ini berbagai informasi dapat dengan mudah diakses. Berbagai konten negatif, seperti:
intoleransi, moderatisme, radikalisme, dan lainnya dapat dengan mudah diakses oleh
generasi muda, dan berakibat pada memudarnya semangat toleransi, kebangsaan,
kebhinekaan, kebersaman dan gotong royong.
Salah satu tujuan dari pembinaan peserta didik adalah memantapkan kepribadian
peserta didik untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan
sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan
pendidikan. Selain itu, pembinaan peserta didik juga ditujukan untuk mengembangkan
potensi peserta didik secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan
kreativitas. Pelaksanaan pembinaan peserta didik dilaksanakan melalui Kegiatan
ekstrakurikuler. Untuk itu direktorat SMA perlu mengadakan kegiatan pembinaan
kerohanian, untuk menangkal hal hal negatif yang akan terjadi pada peserta didik.
Jakarta, Februari 2021
a.n. Direktur SMA
Dr. Juandanilsyah, S.E., M.E.
NIP 19630803 199103 1 001
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................ 3
PENDAHULUAN ................................................... 4
PELAKSANAAN KEGIATAN ....................................... 6
TATA TERTIB ....................................................13
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Satuan pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan dan
mencapai tujuan pendidikan, melalui proses pendidikan, melalui proses pendidikan
yang menyatukan ranah pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga akan
dihasilkan peserta didik yang unggul dan berkualitas baik secara pengetahuan
maupun secara akhlak.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional telah menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Selanjutnya,
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) juga terpapar secara tersurat berbagai kompetensi yang
bersangkutan dengan karakter di samping intelektualitas.
Kegiatan pembinaan kerohanian yang dilakukan di satuan pendidikan
biasanya berbentuk pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh guru pendidikan
agama budi pekerti dalam pelaksanaannya. Kegiatan pembinaan kerohanian
diharapkan mampu menjadi benteng awal dalam menghadapi dekadensi moral
peserta didik.
Perkembangan media sosial berperan penting dalam mempengaruhi pola
pikir masyarakat. Pelaksanaan pembinaan kerohanian di satuan pendidikan ini
diperlukan untuk melindungi generasi muda umumnya dan peserta didik pada
khususnya dari pemikiran intoleransi sosial keagamaan dan antiradikalisme.
Pembinaan kerohanian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman
bagi para peserta didik tentang semangat toleransi, gotong royong, kebersamaan,
kebhinekaan dan semangat kebangsaan yang dikembangkan dalam berbagai
aktivitas ektrakurikuler di satuan pendidikan.
B. Tujuan
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
agama yang dianutnya.
2. Memberikan pemahaman terkait suatu tindakan atau tingkah laku seseorang
agar memiliki kepribadian yang sehat, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
dalam menjalani kehidupan.
3. Memberikan pemahaman kepada para peserta tentang berbagai aktivitas
kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan pembinaan kerohanian anti-
radikalisme yang dikembangkan pada satuan pendidikan masing-masing.
4. Memberikan pemahaman kepada para peserta tentang berbagai aktivitas
ekstrakurikuler yang berhubungan dengan pembinaan kerohanian anti-
radikalisme yang dikembangkan pada satuan pendidikan masing-masing
C. Hasil yang diharapkan
1. Para peserta mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sesuai agama yang dianutnya.
2. Para peserta mampu memahami tentang suatu tindakan atau tingkah laku
seseorang agar memiliki kepribadian yang sehat, berakhlak mulia, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan.
3. Para peserta mampu memahami tentang berbagai kegiatan pembelajaran yang
berhubungan dengan pembinaan kerohanian antiradikalisme yang
dikembangkan pada satuan pendidikan masing-masing.
4. Para peserta mampu memahami tentang berbagai aktivitas ekstrakurikuler yang
berhubungan dengan pembinaan kerohanian antiradikalisme yang
dikembangkan pada satuan pendidikan masing-masing.
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Pengorganisasian
Kegiatan Workshop Pembinaan Kerohanian Antiradikalisme di SMA
dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Direktorat Sekolah Menengah Atas,
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
B. Waktu dan Tempat
Kegiatan penyusunan panduan pelaksanaan kegiatan workshop Pembinaan
Kerohanian Antiradikalisme di SMA selama 4 (empat ) hari atau setara 32 jam @60
menit dilaksanakan dengan waktu dan tempat sebagai berikut:
Hari, Tanggal : Senin - Kamis, 22 Maret – 25 Maret 2021
Registrasi : Senin, 22 Maret 2021 pukul 13.00 WIB
Pembukaan : Senin, 22 Maret 2021 – Pukul 16.00 WIB
Penutupan : Kamis, 25 Maret 2021 – Pukul 11.00 WIB
Tempat : Hotel Royal Bogor
Jalan Ir. H. Djuanda Nomor 16 Paledang, Kota Bogor Jawa Barat 16127
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan
Workshop Pembinaan Kerohanian Antiradikalisme
Bogor 22 s.d. 25 Maret 2021
Waktu Acara/Kegiatan Narasumber/Penyaji Pembahas Notulen
13.00 – 14.30 Registrasi Peserta Senin, 22 Maret 2021 Panitia Panitia
Panitia
14.30 – 15.30 Pretest Panitia Panitia Panitia
15.30 – 16.00 ISHOMA
16.00 – 17.00 PLENO: Direktur SMA Pendamping: MC
17.00 – 18.00 Koordinator dan Sub Tim Bidang
18.00 – 19.30 Pembukaan dan Koordinator Dit. SMA Peserta Didik
Pengarahan Kebijakan
Umum Dit. SMA
Program Koordinator Bidang PD. Tim Bidang Peserta Tim Bidang
Direktorat SMA Bidang Direktorat SMA Didik Peserta Didik
Peserta Didik Tahun
2021
ISHOMA
19.30 – 21.30 Konsep Pembinaan Rahmat Hidayat, M.Pd Erik Pratama, Tim Bidang
Kerohanian
S.Pd.,M.T. Peserta Didik
Selasa, 23 Maret 2021
07.00 – 09.00 Konsep Pembinaan Rahmat Hidayat, M.Pd Erik Pratama, Tim Bidang
Kerohanian Peserta Didik
S.Pd.,M.T.
09.00 -10.00 Radikalisme , Letkol. Setyo Pranowo Yanti Widyastuti, S.Si. Tim Bidang
Terorisme di Indonesia Peserta Didik
10.00 – 10.15 dan Strategi Coffee Break
10.15 -11.15 Penanggulangannya Tim Bidang
Letkol. Setyo Pranowo Yanti Widyastuti, S.Si. Peserta Didik
11.15 – 12.15 Radikalisme ,
Terorisme di Indonesia Sunaryo, S.IP, M.Si. Gayuh Tristanti, M.Pd. Tim Bidang
12.15 – 13.00 dan Strategi Peserta Didik
Penanggulangannya
Penanggulangan
Radikalisme ,
Terorisme dengan
Strategi Soft Approach
ISHOMA
13.00 – 14.00 Penanggulangan Sunaryo, S.IP, M.Si. Gayuh Tristanti, M.Pd. Tim Bidang
Radikalisme , Peserta Didik
Terorisme dengan
Strategi Soft Approach
14.00 – 15.00 Implementasi Kementerian Agama Indah Budiati, M.A Tim Bidang
Penyusunan program Peserta Didik
pembelajaran dan
kegiatan kesiswaan
Terkait Antiradikalisme
15.00 – 15.15 Coffee Break
15.15 – 16.15 Implementasi Kementerian Agama Indah Budiati, M.A Tim Bidang
Penyusunan program Peserta Didik
pembelajaran dan
kegiatan kesiswaan
Terkait Antiradikalisme
16.15 – 17.15 Penguatan Rani Haerani, S.Pd. Teddy Handika , S. Tim Bidang
17.15 – 19.30
Pembinaan program Pd.M.T Peserta Didik
pembelajaran dan
kegiatan kesiswaan
terkait Antiradikalisme
ISHOMA
19.30 – 21.30 Penguatan Pembinaan Rani Haerani, S.Pd. Teddy Handika , S. Tim Bidang
program pembelajaran
dan kegiatan kesiswaan Pd.M.T Peserta Didik
terkait Antiradikalisme
Hari Ketiga Rabu, 24 Maret 2021
07.00 – 10.00 Pengawasan Firman Danny, S.Pd Heni Purwaningsih, Tim Bidang
Pembinaan program
kegiatan kesiswaan M.Pd Peserta Didik
terkait Antiradikalisme
10.00 – 10.15 Coffee Break
10.15-12.15 Penyusunan Rencana Nurbadriyah, M.Pd. Angga Dwijayanto, Tim Bidang
Tindak Lanjut S.S. Peserta Didik
12.15 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 15.00 Penyusunan Rencana Nurbadriyah, M.Pd. Angga Dwijayanto, Tim Bidang
Tindak Lanjut S.S. Peserta Didik
15.00 Coffee Break
– 15.15
15.15 – 17.15 Penyusunan Rencana Nurbadriyah, M.Pd. Angga Dwijayanto, Tim Bidang
Tindak Lanjut S.S. Peserta Didik
17.15 – 19.00 ISHOMA
19.00 – 22.00 Diskusi kelompok Gayuh Tristanti Dewi, Dra. Wiyana, M.Pd Tim Bidang
S.Pd., M.Pd. Peserta Didik
Kamis, 25 Maret 2021
07.00 – 10.00 Presentasi Nursyamsih, M.Pd. Abdul Karim, S.Pd. Tim Bidang
Peserta Didik
10.00 -10.15 Postest
10.15 – 11.15 Penutupan Coffee Break
11.00 – 12.00
Panitia Panitia Panitia
Koordinator Bidang Tim Bidang Peserta Tim Bidang
Didik Peserta Didik
Peserta Didik atau Yang
Mewakili
D. Peserta
Peserta berasal dari
1. Dinas Pendidikan
2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan atau Guru mata pelajaran PABP, dan
Bimbingan Karir.
*Data terlampir
E. Pengarah , Narasumber, Pembahas, dan Panitia
1. Pengarah sebanyak Lima orang berasal dari Direktorat Sekolah Menengah Atas;
2. Narasumber sebanyak delapan orang, terdiri dari unsur Praktisi/Akademisi,
BNPT, Kementerian Agama, dan TNI.
3. Pembahas sebanyak delapan dari unsur Praktisi/Akademisi
4. Panitia dari unsur Direktorat SMA.
F. Struktur Program
Struktur program kegiatan panduan pelaksanaan kegiatan Workshop
Pembinaan Kerohanian Untuk Mencegah Paham Radikalisme Di Satuan Pendidikan
sebagai berikut:
N Materi Waktu Narasumber/
No. (@ 60’) Penyaji
A. Materi Umum
1 Pembukaan dan Pengarahan Kebijakan Umum 1 Drs. Purwadi Sutanto, M.Si.
Direktorat Pembinaan SMA Direktur SMA
2. Program Bidang Peserta Didik Tahun 2021 2 Dr. Juandanilsyah, SE., MM.
Koordinator Bidang Peserta Didik Dit. SMA
3 Konsep dan Strategi Pembinaan Kerohanian SMA 2 Sub Koordinator Bidang Peserta Didik Dit. SMA
4 Radikalisme Terorisme di Indonesia dan strategi 2 Letkol. Setyo Pranowo
penanggulangannya
5 Penanggulangan Radikalisme Terorisme dengan 2 Sunaryo,S.IP.M.Si
strategi soft approach
6 Sebuah Model Penanganan Radikalisme di Satuan 2 Bidang Pembinaan Madrasah Kementerian Agama
Pendidikan
B. Materi Pokok
7 Konsep dan strategi penanganan Radikalisme di 3
Rahmat Hidayat, S.Pd., M.Pd.
Satuan Pendidikan
8 Penguatan Pembinaan Kerohanian 3
Rani Haerani, M.Pd.
9 Pengawasan Pembinaan Kerohanian 3 Firman Danny, S.Pd.
Haryanto, M.A.
10 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut 4 Nurbadriyah, M.Pd.
11 Diskusi Kelompok dan Presentasi 6 Tim Pembahas
12 Paparan Hasil dan Penutupan
2 Dr. Juandanilsyah, SE., MM.
Jumlah Koordinator Bidang Peserta Didik Dit. SMA
32
G. Alur Kegiatan
Alur kegiatan penyusunan panduan pelaksanaan Workshop Pembinaan
Kerohanian Untuk Mencegah Paham Radikalisme di Satuan Pendidikan.
PLENO
Pembukaan dan
Pengarahan Kebijakan
Umum Direktorat Pembinaan
SMA
Program Bidang Konsep dan
Peserta Didik Tahun Strategi Pengembangan
2021 Kerohanian di SMA
H. Konsep dan Model Penanganan Penguatan Pembinaan
Is. trategi penanganan Radikalisme di Satuan Program Kegiatan kesiswaan
radikalisme di SMA
Pendidikan Antiradikalisme di SMA
an Yang Maha Esa
di SMA J. Pengawasan
Rencana TiKnd. ak Lanjut Pembinaan Program
Diskusi dan pembelajaran kegiatan
Presentasi PLENO kesiswaan Antiradikalisme
Penutupan
di SMA
Penjelasan alur kegiatan:
1. Pembukaan dan Pengarahan
Pembukaan Workshop Pembinaan Kerohanian Untuk Mencegah Paham
Radikalisme Di Satuan Pendidikan oleh Direktur SMA, Direktorat Sekolah
Menengah Atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
diawali dengan pengarahan kebijakan umum Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Kebijakan Umum Kemendikbud tentang Pendidikan di
masa pandemi Covid 19.
3. Pemaparan materi oleh narasumber
4. Diskusi Membahas tentang berbagai macam masalah yang dihadapi di satuan
Pendidikan dalam penanganan pembinaan kerohanian Antiradikalisme di
satuan pendidikan
5. Paparan Hasil Diskusi
Pada sesi ini mendiskusikan hasil seluruh rangkaian diskusi dan menjadi
bahan penyempurnaan workshop Pembinaan Kerohanian Antiradikalisme di
satuan pendidikan
6. Penutupan
Kegiatan Penyusunan panduan pelaksanaan kegiatan workshop
Pembinaan Kerohanian Antiradikalisme di satuan pendidikan ini akan
ditutup oleh Koordinator Bidang Peserta Didik atau pejabat yang mewakili,
yang akan menyampaikan kesimpulan secara keseluruhan dari kegiatan ini.
Konsep Kegiatan
Workshop Pembinaan Kerohanian untuk Mencegah Paham Radikalisme di
Satuan Pendidikan disusun untuk dapat memberikan bekal terbaik bagi para peserta
didik agar mereka lebih memiliki pemahaman dan konsep tentang pentingnya
beragama, perdamaian, dan Antiradikalisme. Adapun hasil yang diharapkan dari
kegiatan workshop kerohanian yang bisa dipakai bagi peserta didik tingkat Sekolah
Menengah Atas yang bisa di terapkan dalam kegiatan di lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat dan di lingkungan keluarga.
TATA TERTIB
A. TATA TERTIB PESERTA
Tata tertib yang harus diikuti oleh peserta selama kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
1. Pada saat datang, peserta diharuskan segera mendaftarkan diri (Check-in) kepada
petugas pendaftaran (panitia )
2. Mengisi registrasi kedatangan
3. Mengisi formulir biodata peserta yang sudah disediakan
4. Menyerahkan kelengkapan administrasi kepada panitia, seperti: surat tugas dari
instansi asal, SPPD, hasil rapid tes, tiket perjalanan darat, udara, dan boarding pass
atas nama pribadi
5. Menempati kamar yang telah disediakan oleh panitia
6. Mematuhi segala tata tertib serta ikut memelihara keamanan dan kenyamanan selama
kegiatan berlangsung
7. Selama mengikuti kegiatan peserta diwajibkan :
a. Mengikuti semua rangkaian kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. Hadir di ruang kegiatan sepuluh menit sebelum kegiatan dimulai
c. Mengisi daftar hadir (pagi, siang, dan sore ) sebelum kegiatan dimulai
d. Tidak meninggalkan tempat kegiatan, kecuali dalam hal yang sangat mendesak /
sangat penting, setelah mendapat izin/ persetujuan dari panitia.
e. Memakai tanda pengenal yang telah dibagikan oleh panitia
f. Selama mengikuti kegiatan belajar, semua gawai dinonaktifkan / digetarkan
g. Peserta memakai pakaian sopan dan rapi , tidak diperbolehkan memakai kaos
dan sandal.
B. TATA TERTIB AKOMODASI
Kewajiban Penyelenggara dan Peserta Pembinaan
Kewajiban penyelenggara
1. Membersihkan tempat kegiatan dengan disinfektan.
2. Menata tempat duduk dengan jarak minimal satu meter.
3. Melakukan skrining awal berupa pengukuran suhu tubuh terhadap semua peserta
dan narasumber yang datang ke tempat kegiatan.
4. Menyediakan sarana cuci tangan menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer di
berbagai lokasi strategis di tempat kegiatan
5. Menyiapkan fasilitas ibadah sesuai protokol kesehatan
Kewajiban Peserta:
1. Memastikan diri dalam kondisi sehat.
2. Mematuhi protocol kesehatan dan menerapkan 3 M (Menjaga kebersihan dengan
sering mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker selama kegiatan).
3. Menghindari penggunaan peralatan makan secara bersamaan.
4. Menghindari kontak fisik, seperti bersalaman, berpelukan, bercium pipi dan lain-
lain.
5. Membawa peralatan ibadah sendiri
A.KONSEP PEMBINAAN KEROHANIAN ANTIRADIKALISME
Isu radikalisme pada satuan Pendidikan kian menjadi perbincangan hangat seiring munculnya
hasil dari pelbagai survey yang dilakukan oleh beberapa Lembaga Penelitian antara lain Lembaga
Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) Jakarta pada tahun 2010 yang menyebutkan sebanyak
48,9% siswa di Jabodetabek menyatakan persetujuannya terhadap aksi radikal.
Riset MAARIF Institute pada tahun 2011 tentang Pemetaan Problem Radikalisme di SMU Negeri
di 4 daerah (Pandeglang, Cianjur, Yogyakarta, dan Solo) yang mengambil data dari 50 sekolah
mengkonfirmasi fenomena di atas. Menurut riset ini, sekolah menjadi ruang yang terbuka bagi
diseminasi paham apa saja. Karena pihak sekolah terlalu terbuka, maka kelompok radikalisme
keagamaan memanfaatkan ruang terbuka ini untuk masuk secara aktif mengkampanyekan
pahamnya dan memperluas jaringannya.
Peserta didik setara SMA/MA dari segi usia berada pada masa remaja (12-21
tahun).Usia ini merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan
orang dewasa. Itulah sebabnya para peserta didik SMA/MA pada masa ini banyak melakukan
berbagai aktivitas untuk menemukan jati dirinya (ego identity). Perkembangan peserta didik
usia tersebut ditandai dengan sejumlah karakteristik penting antara lain: (1)
Memperoleh hubungan yang matang dengan teman sebaya, (2) Dapat menerima dan belajar
peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan dewasa yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat, (3) Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif, (4)
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, (5) Memilih dan
mempersiapkan karir di masa depannya sesuai dengan minat dan kemampuannya, (6)
Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga, dan memiliki anak,
(7) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai
warga negara, (8) Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial, (9) Memperoleh
seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku, dan (10)
Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan pengalaman keberagamaannya (Hasan,
2016).
Terdapat beberapa definisi radikalisme, antara lain: a) menurut Kartodirdjo (1985),
radikalisme adalah gerakan sosial yang menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang
berlangsung dan ditandai oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan
dengan kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa. b) menurut Rubaidi (2007),
radikalisme merupakan gerakan-gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan
sosial dan politik yang ada dengan jalan menggunakan kekerasan. c) menurut Hasani dan
Naipospos (2010), radikalisme adalah pandangan yang ingin melakukan perubahan yang mendasar
sesuai dengan interpretasinya terhadap realitas sosial atau ideologi yang dianutnya. d) menurut
Partanto dan Al Barry (1994), radikalisme adalah paham politik kenegaraan yang menghendaki
perubahan dan perombakan besar sebagai jalan untuk mencapai taraf kemajuan. e) menurut KBBI,
radikalisme memiliki tiga arti. Pertama,radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal dalam
politik, kedua, radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, dan ketiga, radikalisme adalah
sikap ekstrem dalam aliran politik.
Radikalisme bisa dikelompokkan menjadi dua level, yaitu level pemikiran dan level aksi
atau tindakan. Pada level pemikiran, radikalisme masih berbentuk wacana, konsep,dan gagasan
yang kerap diperbincangkan, yang hakikatnya mendukung berbagai tindak kekerasan dalam
tercapainya suatu tujuan. Adapun pada level aksi atau tindakan, radikalisme berada pada
ranah sosial-politik dan agama. Pada ranah politik, faham ini digambarkan dengan adanya
tindakan memaksakan kehendaknya dengan cara-cara yang inkonstitusional, bahkan bisa
berbentuk tindakan mobilisasi masa untuk kepentingan politik tertentu dan berujung pada konflik
sosial. Dalam bidang keagamaan, fenomena radikalisme agama terlihatdarimunculnyatindakan-
tindakan anarkis atas nama agama dari sekelompok orang terhadap kelompok pemeluk
agama lain (eksternal) atau kelompok seagama (internal) yang berbeda dan menganggap
kelompok lain sebagai golongan yang sesat (Munip, 2012).
Ada empat hal yang sekaligus menjadi karakteristik radikalisme yaitu: pertama, sikap tidak
toleran dan tidak menghargai pendapat atau keyakinan orang lain. Kedua, sikap fanatik, yakni
sikap yang membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Ketiga, sikap eksklusif, yakni
sikap tertutup dan berusaha berbeda dengan kebiasaan orang banyak. Keempat, sikap revolusioner,
yakni kecenderungan untuk menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan (Zahratul
Mahmudati: 2014, 30). Selain itu, ciri lain dari radikalisme sebagaimana yang disampaikan oleh
Bapak Sunaryo dari BNPT antara lain anti Pancasila, anti NKRI dan menganut paham takfiri.
Maka kegiatan pembinaan antiradikalisme di sekolah menjadi sangat penting untuk
dilaksanakan disetiap satuan Pendidikan khususnya SMA/SMK/MA, karena mereka menjadi salah
satu sasaran yang dianggap potensial dalam menyebarkan paham radikal.
Pendidikan anti radikalisme merupakan pendidikan untuk menolak faham radikalisme. Padanan
istilah yang juga sering digunakan adalah Deradikalisme.Integrasi pendidikan anti
radikalisme dalam Kurikulum SMA/MA dapat dilakukan dengan strategi merubah filosfi
kurikulum, menambah konten kurikulum,mengatur metode pembelajaran, dan penggunaan alat
evaluasi yang tepat. Implementasi integrasi pendidikan anti radikalisme dalam Kurikulum
SMA/MA dilakukan dengan mengintegrasikan Nilai-Nilai Pendidikan Anti Radikalisme
serperi Citizenship, Compassion, Courtesy, Fairness, Moderation Respect for other, Respect
for the creato, Self control, dan Tolerance ke dalam kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler,
pembiasaan, dan pengembangan diri yang diselenggarakan di SMA/MA. (menurut MUH.
SYA’RONI dalam artikel yang berjudul STRATEGI INTEGRASI PENDIDIKAN ANTI
RADIKALISME DALAM KURIKULUM SMA/MA).
B.STRATEGI PEMBINAAN KEROHANIAN ANTIRADIKALISME
Dalam upaya pencegahan radikalisme dan intoleransi di sekolah, berikut ini beberapa
strategi yang dapat dilakukan agar virus radikalisme dan intoleransi tidak menyebar baik
di kalangan guru maupun peserta didik:
1. Strategi kepada Peserta Didik
a) Membentengi peserta didik dengan aqidah yang kuat
b) Memberikan pemahaman nilai-nilai keagamaan yang moderat.
c) Memberikan Wawasan Kebangsaan
d) Mengoptimalkan pogram kegiatan kesiswaan dalam bidang pembinaan keagamaan
(ekstrakurikuler, perayaan hari besar, dll)
e) Menyelenggarakan kegiatan webinar dengan tema Anti Radikalisme maupun Anti
Intoleransi
f) Memberikan pengawasan terhadap kegiatan peserta didik di sekolah
g) Melakukan pendekatan secara individual kepada peserta didik
h) Memberikan pemahaman tentang penggunaan sosial media dengan baik dan benar
serta memberikan pemahaman tentang bagaimana bersosial media yang baik dan
benar
i) Memberikan pembinaan karakter melalui pendidikan kepramukaan
j) Melakukan revitalisasi budaya sekolah melalui game edukatif dan out bond
2. Strategi kepada Guru
a. Semua guru mata pelajaran harus diberikan wawasan kebangsaan yang baik
b. Adanya pemantauan konten pembelajaran guru di kelas oleh kepsek/ketua yayasan
c. Adanya kegiatan pemahaman tentang empat pilar kebangsaan kepada guru yang
terpapar radikalisme dan atau intoleransi dalam bentuk workshop atau bentuk lain.
d. Kegiatan yang melibatkan alumni harus sesuai ijin dan pantauan pihak sekolah
e. Perlu adanya pengawalan dan pengawasan program kerja saat rapat kerja untuk
mengantisipasi masuknya paham radikalisme dan intoleransi
f. Memberikan materi Inti Pembinaan Rohani yang diesuaikan dengan KI dan KD
g. Membuat tim cyber sekolah
3. Strategi Kemitraan
a) Sekolah mensosialisasikan kepada orang tua / wali murid akan pentingnya
pembinaan karakter di lingkungan tempat tinggal
b) Sekolah bekerjasama dengan komite sekolah untuk menentukan langkah-langkah
pencegahan radikalisme dan intoleransi
c) Kerjasama antara Sekolah dengan BNPT.
d) Kerjasama antara Sekolah dengan Polsek/Polres setempat
e) Kerjasama antara Sekolah dengan Babinsa/Kodim setempat
f) Kerjasama Sekolah dengan tokoh-tokoh penting seperti tokoh agama, tokoh
masyarakat dan tokoh pemuda yang sepakat dalam pencegahan radikalisme dan
intoleransi
Strategi-strategi pencegahan radikalisme dan intoleransi tersebut tentunya tidak akan
berjalan dengan baik apabila tidak ada sinergisitas antara satu dengan yang lain.
C. IMPLEMENTASI PEMBINAAN KEROHANIAN ANTIRADIKALISME
Berikut ini adalah jadwal kegiatan implementasi kegiatan pembinaan kerohanian
antiradikalisme berdasarkan strategi yang telah diagendakan
NO KEGIATAN IMPLEMENTASI
1 Talk Show Menyiapkan waktu dan Tim Rohis untuk Kegiatan ini
“Kebinekaan menuju dengan mengundang narasumber pemuka agama,
Kedamaian” Babinmas dan Kepala Sekolah
2 Membentuk kader anti Kader anti radikalisasi melakukan pemantauan
radikalisasi di Sekolah terhadap aktifitas teman-temannya di media social
secara aktif dan melaporkan kepada Gurunya apabila
terdapat indikasi penyimpangan
3 Peringatan Hari Besar Muharram
Islam Maulid Nabi
Isro’Mi’raj
Puasa Ramadhan
Hari Raya Idul Fitri dan Adha
4. Peringatan Hari Besar HUT RI
NO KEGIATAN IMPLEMENTASI
Nasional Sumpah Pemuda
Hari Pahlawan
5 Peace camp Hari Kesaktian Pancasila
Hari Kartini
6 Pendidikan Kegiatan kemah blok dengan pembagian kelompok yg
Kepramukaan tidak memandang RAS dg game yg edukatif dan kerja
sama dalam kelompok/ antar kelompok
7 Revitalisasi Budaya Pembentukan Karakter siswa sesuai dengan PPK
Sekolah (Pendidikan dan Pengembangan Karakter)
Siswa di berikan angket tetang Karakter Budaya
sekolah yang akan di Kuatkan dan dikembangkan
supaya siswa merasa nyaman di sekolah dengan semua
perbedaan yang ada.
D. PENGUATAN PEMBINAAN KEROHANIAN ANTIRADIKALISME
1. Menumbuhkan karakter keagamaan yang moderat yaitu memahami dinamika kehidupan
secara terbuka.
2. Menumbuhkan arti pentingnya wawasan kebangsaan dalam muatan Pendidikan formal.
3. Mengurangi dan menghapus kesenjangan sosial, ekonomi, politik, Pendidikan dan
kebudayaan dalam skala luas.
4. Reorientasi keagamaan yang tekstual, rigrid dan sempit menjadi kontekstual, fleksibel dan
terbuka.
5. Integrasi nilai-nilai luhur kebhinekaan pada mata pelajaran.
6. Penguatan nilai inklusifisme, pluralism dan multikulturalisme dalam proses pembelajaran
E.PENGAWASAN PEMBINAAN KEROHANIAN ANTIRADIKALISME
Radikalisme harus dideteksi sejak dini oleh pihak sekolah ketika munculnya gejala dan tanda-
tanda seseorang terpapar radikalisme, sebagai usaha preventif untuk mencegah tersebarnya
radikalisme secara meluas.
Oleh karena itu diperlukan komitmen bersama antara kepala sekolah, guru, peserta didik, komite
sekolah dan seluruh stakeholder pendidikan. Hal tersebut tentunya juga harus membangun kerja
sama yang baik dengan pihak orangtua, masyarakat, dan pihak kepolisian setempat.
Jenis pengawasan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
1. Pengawasan Internal
Pengawasan dalam penguatan di lembaga instansi. Bisa dilakukan pengawasan
berjenjang, yakni sekolah membuat Tim Pengawas Ketertiban yang bertugas
mengawasi, memantau, menyelesaikan, persoalan terkait pelanggaran atau
penyimpangan tata tertib sekolah termasuk yang berkaitan dengan tindakan
radikalisme.
Sebelum Tim ini melakukan Pengawasan sebelumnya ada proses penangan berjenjang
mulai dari
a) Pengawasan tingkat 1 :
Wali Kelas dan siswa
b) Tingkat 2 :
Walas, siswa, orangtua
c) Tingkat 3 :
Walas, siswa, guru BK
d) WalasTingkat 4 :
Walas, siswa, orangtua, guru BK, Tim ketertiban yang dibentuk oleh wakasis
e) Tingkat terakhir: Walas, siswa, orangtua, guru BK, TIM ketertiban, Wakasek dan
kepsek.
Pengawasan tsb bergantung dari tingkat kasus yang terjadi ketika dalam penyelesaian.
2. Pengawasan Eksternal
Pengawasan di luar lembaga, termaauk, Alumni, almamater swkolah, para
tamu,wartawan ,jangan samapai mereka yg dr luar lembaga ini untuk mencegah
terpaparnya radikalisme.
Cara Pengawasan yang bisa dilakukan
No Jenis Pengawas Objek Tujuan
Pengawasan pengawasan
1 Pengawasan Warga Sekolah Tata Tertib Menyeleksi/menyusun tata tertib
internal Kepala sekolah- Siswa dan aturan sekolah atau
Guru-Komite kebijakan sekolah agar tidak
Sekolah mengarah pada radikalisme
2 Kepala Sekolah Guru Mengetahui adakah ajaran/
paham tertentu yang mengarah
pada radikalisme disampaikan
saat KBM ataupun di luar KBM
3 Kepala Sekolah Guru Mengetahui adakah tindakan/
sikap yang mengarah pada
radikalisme saat KBM ataupun
di luar KBM.
Mengadakan evaluasi
pembelajar an ketika KBM,
sehingga diharapkan bisa
disiplin dalam mengajar
No Jenis Pengawas Objek Tujuan
Pengawasan pengawasan
Meningkatkan kompetensi guru
misalnya dengan mengikuti
workshop/seminar.
Menyaring dan menyeleksi guru
yang akan mengajar di sekolah
tersebut.
4 Kepala sekolah Buku Buku yang menjadi pegangan
siswa baik itu buku mata
pelajaran atau buku-buku yang
akan ditaruh di perpustakaan
harus diseleksi betul isinya.
Ketika menemukan kalimat yang
rancu atau mengarah ke paham
radikal harus segera ditarik dari
sekolah.
5 Kepala Pembina Mengetahui ada/tidak ujaran
sekolah/Wakil Ekskul atau tindakan yang mengarah
kepala bagian pada radikalisme.
kesiswaan Kepala sekolah dan kesiswaan
juga harus memantau kegiatan
ekskul yang ada di sekolah.
6 Guru Guru Saling sharing dan membangun
kepekaan dan kepedulian
terhadap guru lain.
7 Guru Siswa Melibatkan semua guru dengan
cara pembagian Piket untuk
mengontrol semua tempat
tempat di sekitar sekolah kita,
minimal anak anak menjadi
sempit pergerakannya.
Guru juga harus bisa menjadi
teman untuk siswanya, sehingga
terbentuk kedekatan emosional
antara guru dan siswa.
8 Siswa Siswa Mengetahui ada/tidak ujaran
atau tindakan yang mengarah
pada radikalisme.
Tim ketertiban bekerjasama
dengan OSIS dan MPK dalam
memantau kasus yang terjadi
pada siswa dengan pendekatan
No Jenis Pengawas Objek Tujuan
Pengawasan pengawasan
teman sebaya
Ketika ada temannya yang
bersikap mengarah ke
radikalisme bisa didekati dan
diberikan arahan agar tidak
semakin meluas ke siswa lain.
Atau bisa juga melapor ke
gurunya untuk ditindaklanjuti
tapi harus dengan sikap yang
lembut.
9 Guru/Pembina Alumni Mengawasi alumni yang akan
masuk ke sekolah. Atau ketika
memberikan mentor ke siswanya
10 Pengawasan Orang Tua Sekolah Membangun hubungan yang
Eksternal baik antara sekolah dan
orangtua. Karena peran orangtua
terhadap anak sangatlah penting
untuk menanamkan pemahaman
agama yang baik dan damai.
Ketika ada indikasi perilaku
anaknya yang menyimpang
orang tua segera melaporkan
kepada sekolah pihak sekolah
untuk diselidiki dan
ditindaklanjuti.
11 Masyarakat Sekolah Bekerjasama dengan masyarakat
lingkungan sekitar dengan
berkoordinasi dengan RT/RW
dan dewan kelurahan setempat.
Melaporkan kepada sekolah jika
ada ujaran atau tindakan warga
sekolah yang mengarah pada
radikalisme
12 Kepolisian/BNPT Sekolah Bekerjasama dengan kepolisian
dengan melaporkan kepada
sekolah jika ada ujaran atau
tindakan warga sekolah yang
mengarah pada radikalisme