The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by astakailmu2bsl, 2021-06-21 05:41:08

Novel Tereliye Hafalan Shalat Delisa

Novel Tereliye Hafalan Shalat Delisa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua ini sungguh terasa mengharukan. Indah! Hari itu,
sore itu, waktu itu, penduduk langit mencatatnya dengan
baik.

(Oo -d wkz -oO )

Maha suci Engkau, ya Allah! Yang selalu menepati janji.
Cukuplah percaya dengan satu janjiMu, Maka kehidupan di
dunia ini akan terasa jauh lebih indah.... Semua akan terasa
jauh lebih indah.

(Oo -d wkz -oO )

Epilo g:

Sore itu, 21 Mei 2005.

Delisa melanjutkan belajar menggurat kaligrafi di atas
pasir di dalam ember plastik. Kak Ubai mengajarkan
mereka menulis kata-kata Ummi! Dan Delisa menggurat
"wajah" Ummi di atas pasirnya.

Sore datang menjelang. Matahari senja pelan
menghujam bumi di ujung cakrawala. Dari atas lereng bukit
ini Delisa dan teman-temannya bisa melihat matahari
tenggelam di laut Lhok Nga di kejauhan. Jingga.

Saat mereka akan pulang. Delisa ingin mencuci kedua
tangannya yang kotor oleh pasir ke sungai kecil di dekat
lapangan tersebut. Kak Ubai membiarkan saja, meskipun
anak-anak yang lain cukup mengibas-ngibaskan tangannya.
Mereka bersiap-siap pulang. Memasukkan ember-ember
plastik ke dalam mobil. Melipat tikar. Membersihkan
sampah-sampah.

Delisa sedang menuju tempat pertemuannya. Ketika
Delisa patah-patah menuruni sungai kecil tersebut. Ketika
Delisa menyibak rambut ikal pirangnya yang menutupi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dahi. Ketika ujung jemari Delisa menyentuh sejuknya air
sungai. Ketika itulah. Seekor burung belibis terbang di atas
kepalanya. Memercikkan air di mukanya. Delisa
terperanjat. Mengangkat kepalanya. Menatap burung
tersebut yang terbang menjauh. Ketika itulah, Delisa
menatap sesuatu di seberang sungai yang lebarnya hanya
berbilang dua-tiga meter tersebut. Sesuatu di seberang.

Kemilau kuning. Indah menakjubkan memantulkan
cahaya matahari senja. Sesuatu itu terjuntai. Terjuntai di
sebuah semak belukar. Semak belukar itu juga indah.
Semak belukar liar itu sedang berbuah. Buahnya kecil-kecil.
Berwarna merah-ranum. Memenuhi seluruh
permukaannya.

Delisa gementar menyeberangi sungai. Celananya basah
hingga sepaha. Delisa gentar sekali. Ya Allah! Seuntai
kalung tersangkut. Seuntai kalung yang indah. Delisa serasa
mengenalinya. Ya Allah, ada huruf D di sana.

D untuk Delisa.

Delisa terkesiap.

Tidak! Bukan karena menatap kalung tersebut. Di sana.
Di atas semak belukar yang merah oleh buahnya. Di sana!
Delisa tidak terkesiap oleh kalung tersebut!

Kalung itu bukan tersangkut di dedahanan. Tidak
tersangkut di dedaunan. Kalung itu tersangkut di tangan.
Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka
manusia. Putih. Tulang-belulang. Utuh. Bersandarkan
semak belukar tersebut.

"U-m-m-i!" Delisa jatuh terjerambab ke dalam sejuknya
air sungai. Delisa buncah oleh sejuta perasaan itu. Delisa—

Ummi....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

(Oo -d wkz -oO )

Dan seribu malaikat yang mengungkung bukit mengucap
namaMu.... Seribu malaikat yang mengungkung bukit
melesat ke atas langit.... Kembali!

Semua urusan sudah usai.

(Oo -d wkz -oO )


Click to View FlipBook Version