i MODEL –MODEL EVALUASI KURIKULUM Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kurikulum Dosen pengampu: 1. Prof. Dr. Sri Wardani, M.Si. 2. Prof. Dr. Sri Haryani, M.Si Disusun oleh: 1. PATCHIYAH (2399010040) 2. NURHIDAYATI (2399010018) 3. FIYYA UMNIYYATI (2399010032) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii 2023 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan selalu kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat, Taufiq, dan Hidayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Model Evaluasi Kurikulum ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Kurikulum Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Prof. Dr. Sri Wardani, M.Si. dan Prof. Dr. Sri Haryani, M.Si selaku pengampu mata kuliah Analisis Kurikulum yang telah membimbing dalam mata kuliah ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak yang turut membantu dan memberi dukungan hingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis berharap, makalah ini dapat memberi kontribusi untuk semua pihak, terutama kepada para pembaca sehingga dapat memberikan manfaat. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan bersama. Penyusun (Kelompok 6)
iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3 A. Evaluasi Kurikulum.............................................................................................3 B. Model –Model Evaluasi Kurikulum ...................................................................5 C. Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Model CIPP.........................9 D. Evaluasi Implementasi Kurikulum Merdeka dengan Model CIPP................14 BAB III PENUTUP.......................................................................................................17 A. Simpulan.............................................................................................................17 B. Saran...................................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan salah satu hal yang penting untuk dilakukan oleh individu tersebut. Dengan menempuh suatu pendidikan, manusia akan termotivasi untuk memiliki cita-cita yang ingin diraihnya dalam menjalani kehidupannya. Pendidikan berpotensi menjadi salah satu aspek yang menentukan keberhasilan negara dalam berbagai bidang, entah itu ekonomi, politik, bahkan sosial budaya masyarakatnya. Setiap orang yang bercita-cita untuk meningkatkan, mendidik, dan mengembangkan potensi manusia mengakui pentingnya pendidikan. Setiap orang dapat meningkatkan kreativitas, pengetahuan, kepribadian, dan kemampuan yang dimilikinya dengan cara melalui pendidikan. Kurikulum merupakan jantungnya pendidikan karena kurikulum menentukan jenis dan kualitas pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran, kurikulum harus benar-benar siap untuk digunakan. Sering dijumpai dokumen kurikulum yang dianggap siap ternyata dalam pengimplementasiannya mengalami kesulitan bahkan dikatakan gagal. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah dokumen kurikulum tersebut sebelumnya telah mengalami evaluasi formatif atau belum? Ini menjadi pertanyaan penting karena kurikulum merupakan inti dari pembelajaran, jika kurikulumnya saja masih belum siap maka tidak dapat berharap terlalu banyak pada pengimplementasiannya nanti. Ini dapat terjadi karena kekurangpahaman
2 dari para pengembang kurikulum mengenai pentingnya evaluasi kurikulum. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai model model evaluasi kurikulum beserta analisis evaluasi kurikulum yang berlaku di Indonesia.
3 BAB II PEMBAHASAN A. Evaluasi Kurikulum Pendidikan merupakan kegiatan yang dilaksanakan dan selalu direncanakan sebaiknya diakhiri dengan kegiatan evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk merefleksikan setiap program- program yang telah dilalui dan dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau belum sesuai harapan. Evaluasi juga memiliki tujuan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari program yang telah dilaksanakan sehingga untuk ke depannya dapat meminimalisir kesalahan dan memaksimalkan komponen- komponen agar program dapat berjalan dengan baik. Adanya evaluasi tersebut akan mengukur capaian keberhasilan suatu program yang akan menentukan apakah program tersebut perlu dikembangkan, diulang atau bahkan jika program tersebut tidak berjalan dengan efektif maka akan dihentikan. Evalusi merupakan salah satu komponen kurikulum. Evaluasi ini akan mendapatkan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan kurikulum yang dikembangkan di sekolah. Keberhasilan suatu proses pendidikan ditentukan oleh kurikulum yang seluruh komponen di dalamnya terencana dengan baik. Oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan wajib mengerahkan segala potensi, aset, dan segala sumber daya yang dimiliki untukmensukseskannya. Menurut penjelasan Saufi dan Hambali (2019) yang menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum tidak hanya berkutat pada bidang teoritis saja, tetapi harus juga tercermin dalam bidang praktis. Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Konsep dasar evaluasi itu adalah adanya pertimbangan (judgement). Berawal dari pertimbangan ini muncul nilai dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Dengan demikian pertimbangan dalam
4 kegiatan merupakan kegiatan evaluasi. Dari pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi diarahkan pada suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu. Inilah konsep dasar yang memperkuat pentingnya evaluasi pada aspek proses ketimbang aspek produk atau hasil. Untuk kontek sekarang nampaknya pelaksanaan evaluasi sudah saatnya lebih mengedepankan pengukuran dan pertimbangan terhadap proses ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam pengembangan suatu kurikulum. Pada level makro evaluasi dapat dilakukan terhadap perencanaan, pelaksanaan kegiatan pendidikan, termasuk kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan. Secara mikro evaluasi diterapkan dalam kegiatan pembelajaran untuk melihat perubahan prilaku peserta didik, baik menyangkut kemampuan pengetahuan maupun sikap serta keterampilannya. Hasil dari kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai umpan balik (feedback) untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan pendidikan. Pada akhirnya hasil evaluasi ini dapat berperan sebagai masukan bagi penentu pengambilan keputusan pendidikan. Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum, indikator kinerja yang akan dievaluasi, yaitu efektivitas program. Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan kebijakansanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasilhasil evaluasi kurikulum dapat digunakan olehpara pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pegembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainnya.
5 Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Tanpa evaluasi, maka kita tidak akan bisa mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tapi, dengan adanya evaluasi, kita dapat menjadikan hasil yang diperoleh sebagai balikan dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum. B. Model –Model Evaluasi Kurikulum Dalam studi evaluasi, banyak sekali dijumpai model-model evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa model ada juga yang sama. Ada empat model evaluasi kurikulum. 1. Model Studi Kasus Model studi kasus (case study) adalah model utama dalam evaluasi kualitatif. Evaluasi model studi kasus memusatkan perhatiannya pada kegiatan pengembangan kurikulum di satu satuan pendidikan. Unit tersebut dapat berupa satu sekolah, satu kelas, bahkan terdapat seorang guru atau kepala sekolah (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 94). Dalam menggunakan model evaluasi studi kasus, tindakan pertama yang harus dilakukan evaluator adalah familiarilisasi dirinya terhadap kurikulum yang dikaji. Apabila evaluator belum familiar dengan kurikulum dan satuan pendidikan yang mengembangkannya, evaluator dilarang melakukan evaluasi. Setelah familiarilisasi, evaluator bisa melanjutkan observasi lapangan dengan baik. Observasi adalah tehnik pengumpulan data yang sangat dianjurkan dalam model studi kasus. Selain observasi, pengumpulan data dapat dilakukan dengan kuesioner dan wawancara (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 94-95).
6 2. Model Iluminatif Model ini mendasarkan dirinya pada paradigma antropologi sosial. Model ini juga memberikan perhatian tidak hanya di kelas namun suatu inovasi kurikulum yang dilaksanakan. Dasar konsep yang digunakan model iluminatif adalah: a. Sistem instruksi, diartikan sebagai katalog, perpekstus, dan laporanlaporan kependidikan yang secara khusus berisi berbagai macam rencana dan pernyataan yang resmi berhubungan dengan pengaturan suatu pengajaran. b) Lingkungan belajar adalah lingkungan sosial-psikologis dan materi ketika guru dan peserta didik berinteraksi Kegiatan pelaksanaan model evaluasi iluminatif memiliki tiga langkah kegiatan yaitu observasi, inkuiri lanjutan dan usaha penjelasan (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 95). 3. Model Responsif Model responsif (Ratnawulan, Elis dan Rusdiana, 2015: 96) sangat menekankan pada kedudukan pertanyaan, dan masalah yang ditemui oleh perhatian para pendengar yang berbeda di bawah program evaluasi. Menurut Scriven, model evaluasi responsif mengambil dua orientasi mayor (utama) yang saling melengkapi satu sama lain: a) Pembatasan terhadap kegunaan atau manfaat yang ada dan sedang dievaluasi, b) Pembatasan terhadap nilai-nilai yang ada dan sedang dievaluasi
7 4. Model CIPP Model ini dikembangkan oleh sebuah tim yang diketuai oleh Stufflebeam. Sesuai dengan namanya, CIPP memiliki empat jenis evaluasi, yaitu evaluasi Context (konteks), evaluasi Input (masukan), evaluasi Process (proses), dan evaluasi Produk (hasil) (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 93). a. Evaluasi Context Tujuan utama dari evaluasi context adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan evaluan. Evaluator mengidentifikasi berbagai faktor guru, peserta didik, manajemen, fasilitas kerja, suasana kerja, peraturan, peran komite sekolah, masyarakat, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap kurikulum. Menurut Kurniawati (2021), Tujuan pokok dari evaluasi konteks adalah menilai seluruh keadaan organisasi, mengidentifikasi segala bentuk kelemahannya, menginventarisasi kekuatannya yang bisa dimanfaatkan untuk menutupi kelemahannya, mendiagnosis masalahmasalah yang dihadapi organisasi, dan mencari solusi- solusinya. Evaluasi konteks juga bertujuan untuk menilai apakah tujuan-tujuan dan prioritas- prioritas yang telah ditetapkan memenuhi kebutuhankebutuhan pihak-pihak yang menjadi sasaran organisasi. Evaluasi input untuk pemberian pertimbangan terhadap keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Evaluator menentukan tingkat kemanfaatan berbagai faktor yang dikaji dalam konteks pelaksanaan kurikulum. Pertimbangan mengenai hal ini menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan perlu adanya revisi atau pergantian kurikulum.
8 b. Evaluasi Input Komponen Input evaluation dalam implementasi Kurikulum 2013 meliputi pengadaan modul, pelatihan guru/ kepala sekolah, penerapan pendidikan, serta penerapan pendampingan kurikulum 2013. (Arikunto & Jabar, 2010). Pembinaan di dini proses pendidikan buat mempraktikkan kurikulum 2013 supaya guru serta kepala sekolah bisa tingkatkan kemampuannya dalam melakukan proses pendidikan serta manajemen sekolah bersumber pada kurikulum 2013. Proses pendidikan di kelas dicoba oleh guru yang terlatih. Proses pendidikan meliputi rencana pendidikan penataan RPP, proses pendidikan tata cara saintifik, serta penilaian guru. Proses pelatihan di setiap kabupaten dilakukan oleh pemerintah kabupaten berupa pelatihan kepala sekolah, pengawas sekolah dan guru binaan. Kejelasan materi pelatihan sangat penting agar para peserta pelatihan dapat menelusuri semua detail pelaksanaan kurikulum 2013. Materi yang diberikan harus mencakup perubahan pola pikir yang diharapkan, substansi isi materi, metodologi dan metode yang digunakan dalam pelaksanaannya disajikan dengan cara yang menarik oleh instruktur, dan nara sumber yang ditugaskan memberikan kepercayaan kepada peserta pelatihan untuk supaya hasil training bisa berguna dan sukses, pelaksanaan training seharusnya dilakukan oleh pribadi yang profesional, dan dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelatihan. c. Evaluasi Proses Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi kurikulum. Evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai keterlaksanaan implementasi kurikulum, berbagai kekuatan,
9 dan kelemahan proses implementasi. Evaluator harus merekam berbagai pengaruh variabel input terhadap proses. Evaluasi proses memiliki tiga tujuan, yaitu (a) untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur selama tahap evaluasi, (b) menyediakan informasi untuk keputusan program, dan sebagai rekaman prosedur yang terjadi, dan (c) evaluasi yang meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program (Widiyoko, 2010) d. Evaluasi Produk Adapun tujuan utama dari evaluasi produk adalah untuk menentukan kurikulum yang diimplementasikan dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang menggunakannya. Evaluator mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai hasil belajar, membandingkannya dengan standar, dan mengambil keputusan mengenai status kurikulum (direvisi, diganti, atau dilanjutkan). C. Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Model CIPP Kurikulum 2013 mengacu pada pendidikan terstandar dan berbasis kompetensi dengan orientasinya adalah pada peserta didik dengan ukuran pada tingkat keberhasilan yang dilihat dari ketercapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan dengan objek sasaran yakni peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan menengah. Kurikulum tahun 2013 adalah rancang bangun pembelajaran yang didesain untuk mengembangkan potensi peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang bermartabat, beradab, berbudaya, berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab.
10 Kurikulum 2013 mempunyai 4 komponen yang meliputi: 1) Tujuan; 2) Modul/ Isi; 3) Tata cara/ Strategi Pendidikan; 4) Evaluasi. Keempat komponen kurikulum 2013 tersebut saling terpaut serta tidak bisa dipisahkan. Bagian Goals berisi tentang tujuan pengembangan kurikulum 2013. Tujuannya membekali warga Indonesia dengan keahlian jadi individu yang loyal, produktif, inovatif, inovatif, efisien yang bisa berkontribusi untuk warga, bangsa, serta peradaban. ( Permendikbud 81a tahun 2013). Salah satu model evaluasi kurikulum yang dapat digunakan adalah model CIPP. Model CIPP (Context, Input, Process, Product) adalah salah satu kerangka kerja evaluasi kurikulum yang digunakan untuk mengkaji, memahami, dan meningkatkan kurikulum. Untuk melaksanakan evaluasi terhadap implementasi kurikulum 2013 di sekolah dengan model CIPP dilakukan beberapa langkah yaitu: 1. Konteks (Context): Pada evaluasi konteks memuat Identifikasi dan analisis latar belakang dan konteks sosial, ekonomi, dan budaya di mana kurikulum 2013 ini diterapkan. Evaluasi apakah kurikulum 2013 sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan konteks saat ini. Dalam hal ini Unsur-unsur yang akan dievaluasi adalah keadaan sekolah bersangkutan, khususnya mengenai sumber daya manusia, sarana prasarana, pemahaman guru tentang kurikulum 2013, pemahaman siswa tentang kurikulum 2013, dan keterlibatan orang tua ‘komite sekolah’ dalam perkembangan kurikulum. Keberhasilan implementasi kurikulum sangat bergantung pada keahlian guru yang mengimplementasikan kurikulum. Kompetensi guru bergantung pada pengetahuan serta keahlian tiap-tiap guru. Kompetensi guru didefinisikan selaku keahlian guru buat ikut serta dalam pengajaran secara handal serta bertanggung jawab. Oleh sebab itu, guru wajib mempunyai pengetahuan serta keahlian yang diwujudkan dalam 4 keahlian yang wajib dipunyai guru. Sebagaimana riset yang dicoba oleh
11 (Sariono, 2013) menampilkan jika dalam merespon implementasi kurikulum 2013, pendidik wajib lebih tingkatkan kemampuannya. Berkaitan dengan implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran, dari hasil penelitian Rahayu (2016, p. 41), menyimpulkan bahwa keterlibatan maksimal guru dan siswa sangat mempengaruhi hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan metode saintifik. Metode saintifik memberikan kepercayaan diri siswa yang lebih besar dalam mengajukan pertanyaan, mengungkapkan pendapat, mencari informasi, dan melakukan presentasi. Penerapan metode saintifik dapat menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan berkesan bagi siswa. Menerapkan metode ilmiah memakan waktu, kerja kelompok dan kegiatan presentasi seringkali menciptakan suasana kelas yang kurang kondusif. 2. Evaluasi Input Tinjauan terhadap komponen desain kurikulum, seperti tujuan pembelajaran, struktur kurikulum, materi pembelajaran, metode pengajaran, sumber daya, dan fasilitas. Evaluasi apakah input kurikulum ini telah dirancang dengan baik dan relevan dengan tujuan pendidikan. Komponen evaluasi dalam implementasi Kurikulum 2013 meliputi pengadaan buku, pelatihan guru/kepala sekolah, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan pendampingan kurikulum 2013. Hasil Analisis Input Evaluation untuk komponen Model CIPP ini dapat di eksplorasi melalui hasil penelitian oleh (Octova et al., 2014, p. 98), yang menyimpulkan sebagai berikut: (1). Proses pengadaan buku masih banyak mengekspos banyak masalah, terutama proses pengadaan, dan integritas semua disiplin ilmu dan program studi yang menjalankannya (2). Pelatihan kurikulum 2013 secara umum berjalan dengan lancar, dan prediksi tingkat keberhasilan pelatihan guru akan mampu melaksanakan kurikulum 2013 masih rendah. (3). Pendampingan guru sasaran di setiap satuan
12 pendidikan belum optimal. (4). Praktik pembelajaran kurikulum 2013 masih perlu dibenahi karena tidak banyak yang berubah dari kurikulum KTSP. Tercukupinya pengadaan buku guru dan buku siswa pada kurikulum 2013 sudah memenuhi kebutuhan. Pelaksanaan pelatihan mengenai implemenatsi kurikulum 2013 juga dilaksanakan pada setiap sekolah sehingga pemahaman guru terhadap kurikulum 2013 menjadi semakin kuat. 3. Evaluasi Proses (Process): Analisis proses meliputi Analisis pelaksanaan kurikulum, termasuk pengajaran, metode pengukuran, pelatihan guru, dan dukungan administratif. Evaluasi apakah proses pembelajaran dan pengajaran sesuai dengan rencana dan apakah mereka efektif dalam mencapai tujuan kurikulum. Evalusi proses ini merupakan penilaian yang dilakukan terhadap aspek-aspek implementasi suatu program. Perbandingan mencolok antara kurikulum 2013 serta kurikulum lebih dahulu merupakan penekanan pada bidang riset. Kurikulum 2013 menekankan pada proses pembelajaran yang holistik sehingga memegang ranah kognitif, afektif, serta psikomotor yang lebih luas. Kurikulum 2013 membaginya jadi 4 kompetensi inti, ialah kompetensi perilaku sosial, kompetensi perilaku spiritual, kompetensi pengetahuan, serta kompetensi keahlian. Dengan demikian, kemampuan siswa di luar ranah kognitif pula bisa dipantau serta dikembangkan (Setiadi,2016, p. 167). Salah satu aspek yang tumbuh dibanding kurikulum lebih dahulu merupakan evaluasi. Pada kurikulum tahun 2013, evaluasi diatur dalam Permendikbud No 66 Tahun 2013 tentang Kriteria Evaluasi Pembelajaran, meliputi evaluasi riil, evaluasi mandiri, evaluasi berbasis portofolio, ulangan setiap hari, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, uji tingkatan kompetensi, tingkatan kompetensi, tes kualitas serta tes sekolah. Evaluasi ialah evaluasi hasil belajar yang dicoba oleh pendidik, lembaga pembelajaran serta pemerintah. Evaluasi kurikulum 2013 lebih yakin diri serta komprehensif dibanding evaluasi kurikulum 2006.
13 Penerapan asesmen kurikulum 2013 secara eksplisit menuntut guru sekolah buat menyeimbangkan 3 ranah asesmen ialah kognitif, afektif serta psikomotorik yang diukur cocok dengan tujuan yang sudah diresmikan Titik tekan penilaian totalitas pada ketiga komponen menimbulkan pertumbuhan merata dibandingkan kurikulum lebih dahulu. 4. Evaluasi Produk (Product): Evaluasi produk pembelajaran peserta didik, seperti pencapaian akademik, keterampilan, sikap, dan pengetahuan. Tinjauan terhadap dampak kurikulum terhadap siswa dan masyarakat, seperti persiapan siswa untuk kehidupan berikutnya dan keberhasilan mereka dalam pekerjaan atau perguruan tinggi. Evaluasi Produk merupakan evaluasi yang dilaksanakan kepada hasil ataupun outcome (tujuan dalam program). Evaluasi produk pada prinsipnya mempunyai tujuan menolong menyusun keputusan tentang produk yang telah diperoleh maupun apa yang dilasanakan sehabis program itu berjalan. Penjelasan berikut ini merupakan berapa hasil kajian riset terpaut dengan output serta produk dari implementasi kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 bisa menciptakan produk berbentuk model pendidikan berbasis ICT (Information and Communication Technology), semacam hasil riset oleh Wiyono (2015, p. 129), sudah sukses meningkatkan multimedia interaktif model drill, bimbingan, simulasi serta instructional permainan yang valid serta instan bersumber pada hasil validasi pakar serta evalusai one to one dan small group. Hasil riset seragam melaporkan kalau pendidikan multimedia interaktif berbasis kurikulum 2013 sudah teruji menolong guru selaku perlengkapan buat mengartikulasikan penyajian topik yang memotivasi siswa serta tingkatkan hasil belajar mereka. Pendidikan interaktif berbasis kurikulum 2013 bisa tingkatkan efektifitas hasil belajar siswa, memicu semangat siswa, menghasilkan interaksi langsung antara guru serta siswa, dan menjadikan pendidikan lebih efisien, efektif serta menarik (Maharani, 2015, p. 39)
14 D. Evaluasi Implementasi Kurikulum Merdeka dengan Model CIPP Evaluasi kurikulum merdeka merupakan suatu rangkaian sebagai usaha yang sistematis yang bertujuan untuk memperbaiki kurikulum (kurikulum merdeka) dengan pembelajaran yang beragam baik kurikulum yang masih dalam tahap pengembangan maupun yang telah dilaksanakan supaya menjadi lebih baik dan lebih siap di masa mendatang Salah satu model evaluasi kurikulum yang dapat digunakan adalah model CIPP. Model CIPP (Context, Input, Process, Product) adalah salah satu kerangka kerja evaluasi kurikulum yang digunakan untuk mengkaji, memahami, dan meningkatkan kurikulum. Untuk melaksanakan evaluasi terhadap implementasi kurikulum 2013 di sekolah dengan model CIPP dilakukan beberapa langkah yaitu: 1. Konteks (Context): Pada evaluasi konteks memuat Identifikasi dan analisis latar belakang dan konteks sosial, ekonomi, dan budaya di mana kurikulum 2013 ini diterapkan. Evaluasi apakah kurikulum merdeka sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan konteks saat ini. Dalam hal ini Unsur-unsur yang akan dievaluasi adalah Evaluasi konteks yang diperoleh dari menganalisis Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP), Capaian Pembelajaran, dan materi pembelajaran pada Kurikulum merdeka. Komponen konteks terpenuhi yakni dari KOSP yang sesuai dengan visi dan misi sekolah, Capaian Pembelajaran yang relevan dengan kompetensi dan lingkup materi, serta materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 2. Evaluasi Input Tinjauan terhadap komponen desain kurikulum, seperti tujuan pembelajaran, struktur kurikulum, materi pembelajaran, metode pengajaran, sumber daya, dan fasilitas. Evaluasi apakah input kurikulum ini telah dirancang dengan baik dan relevan dengan tujuan pendidikan.
15 Komponen evaluasi dalam implementasi Kurikulum Merdeka meliputi Evaluasi input diperoleh dari pengukuran sampai sejauh mana kesiapan sekolah, kondisi sarana prasarana, pihak-pihak yang terkait, kompetensi guru, dan respon siswa terhadap pembelajaran pada Kurikulum merdeka. Selain itu aspek ketersediaan sarana prasarana dan tingkat kompetensi guru masih perlu peningkatan agar keterlaksanaan implementasi kurikulum merdeka dapat berjalan secara maksimal. 3. Evaluasi Proses (Process): Evalusi proses ini merupakan penilaian yang dilakukan terhadap aspek-aspek implementasi suatu program. Evaluasi proses bertujuan untuk melihat apakah kurikulum yang telah dilaksanakan sudah sesuai dengan strategi yang direncanakan. Evaluasi proses ini merujuk pada kegiatan pembelajaran apa yang dilakukan dalam kurikulum, penggunaan Teknologi Informasi dalam pembelajaran dan penialian asesmen dan refleksi dalam pembelajaran. Evaluasi proses diperoleh dari analisis terhadap proses pembelajaran pada Kurikulum Merdeka. Penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pada kurikulum merdeka ada kecenderungan yang masih monoton atau belum bervariasi. Selain itu, tingkat kompetensi guru tentu saja masih perlu terus digali lebih dalam dan diupdate supaya guru dapat memiliki teknik dan metode mentransfer materi pelajaran secara menarik dan menyenangkan yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Sedangkan pada indikator penilaian asesmen dan refleksi terlihat bahwa pelaksanaannya sudah terlaksana namun belum secara menyeluruh dan berkelanjutan sehingga hasilnya tampak belum maksimal. 4. Evaluasi Produk (Product): Evaluasi produk diperoleh dari analisis terhadap hasil produk implementasi pembelajaran pada Kurikulum merdeka. Indicator aspek
16 evaluasi produk pada kurikulum merdeka meliputi Kriteria ketercapaian tujuan pembelajara, pemenuhan kebutuhan belajar, dan penanaman karakter profil pelajara pancasila. Bebrapa indikator ketercapaian tujuan pembelajaran masih belum mencapai maksimal karena adanya kecenderungan pada proses asessmen yang belum menyeluruh dan berkelanjutan sehingga guru perlu merefleksi pembelajaran serta mendiagnosis tingkat penguasaan kompetensi peserta didik untuk perbaikan proses pembelajaran dan memberikan treatment pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan kepada siswa. Sedangkan pada indikator pemenuhan kebutuhan belajar juga belum mencapai maksimal karena adanya kemungkinan guru belum mengemas pembelajaran yang berdiferensiasi di kelas sehingga guru belum memahami kebutuhan belajar murid dan terjadi kesenjangan belajar
17 BAB III PENUTUP A. Simpulan . Model CIPP merupakan model evaluasi program yang menggunakan empat aspek yang akan dievaluasi yakni contex, input, proces, dan product dimana dalam model evaluasi CIPP ini mencakup evaluasi formatif dan sumatif. Berdasarkan hasil penemuan dari beberapa penelitian terdahulu dapat disimpulkan jika komponen indicator yang dapat digunakan dalam melakukan evaluasi dengan model CIPP berbeda-beda berdasarkan pada perbedaan program yang akan dievaluasi. Komponen evaluasi konteks pada kurikulum 2013 meliputi Identifikasi dan analisis latar belakang dan konteks sosial, ekonomi, dan budaya di mana kurikulum 2013 ini diterapkan. Komponen evaluasi Input implementasi kurikulum 2013 meliputi pengadaan modul, pelatihan guru/kepala sekolah, penerapan pendidikan, serta penerapan pendampingan kurikulum. Komponen evaluasi proses pada kurikulum 2013 meliputi pengajaran, metode pengukuran, pelatihan guru, dan dukungan administratif . komponen Evaluasi produk belajar Kurikulum 2013 pencapaian akademik, keterampilan, sikap, dan pengetahuan. Komponen evaluasi konteks pada kurikulum merdeka meliputi kurikulum operasional pendidikan, Capaian pembelajaran, dan materi pembelajaran. Komponen evaluasi input pada implementasi kurikulum merdeka meliputi pihak-pihak yang terlibat, sarana dan prasarana, kompetensi guru, dan respon peserta didik. Komponen evaluasi proses pada implementasi kurikulum merdeka meliputi strategi dan metode pembelajaran, penggunaan teknologi informasi, dan penilaian asesmen dan refleksi. Sedangkan komponen evaluasi produk pada implementasi kurikulum merdeka meliputu ketercapaian tujuan pembelajaran, pemenuhan kebutuhan belajar dan penanaman karakter profil pelajar pancasila.
18 Melalui model evaluasi CIPP ini dapat dilihat baik dari segi evaluasi konteks, input, proses, dan produk, implementasi kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka. B. Saran Beberapa saran atas makalah ini antara lain: 1. Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dasar sudah berjalan cukup efektif dan efisien walaupun dilihat dari aspek pelaksanaannya masih belum maksimal dan perlu peningkatan 2. Perlu adanya peningkatan kesadaran guru dalam mengikuti pelatihan mandiri terkait dengan implementasi kurikulum merdeka di sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA Fitrotul Arofah, Eli. 2021. Evaluasi Kurikulum Pendidikan. Jurnal Tawadhu Vol. 5 no. 2, 2021 Kurniawati, E. W. (2021). Evaluasi Program Pendidikan Perspektif Model Cipp (Context, Input, Process, Product). GHAITSA : Islamic Education Journal, 22. Diunduh dari https://siducat.org/index.php/ghaitsa Maharani, Y. S. (2015). Efektivitas Multimedia Pembelajaran Interaktif Berbasis Kurikulum 2013. Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies, 3(1), 31–40. Octova, A., Bentri, A., Putra, A., Hidayati, A., & Rahmi, U. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 di Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Pendidikan, 5(1), 88– 99 Puspitasari, Ayu, Ahmad Muadin dan Agus salam Salabi. Evaluasi Implementasi Kurikulum Merdeka Menggunakan Model Cipp Di SD Bontang. An-Nizom Vol. 8, No. 1 April 2023 Putri Rahayu ,Vina dan Hery Noer Aly. 2023. Evaluasi Kurikulum. Journal on Education: Volume 05, No. 03, Maret-April 2023. Diunduh dari http://jonedu.org/index.php/joe Rahayu, Y. M. (2016). Pengaruh Perubahan Kurikulum 2013 Terhadap Perkembangan Peserta Didik. Jurnal Logika, XVIII(3), 22–42 Widiyoko. (2010). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Pustaka Pelajar Wiyono, K. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis ICT Pada Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 2(2), 123–131. https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan-kurikulum
https://www.neliti.com/publications/449054/literature-review-evaluasiketerlaksanaan-kurikulum-2013-menggunakan-model-evalu#id-sectioncontent http://repository.unpkediri.ac.id/4113/1/C.13%20Implementasi%20Model%20CIP P.pdf