The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

ENDAH_AKU INGIN MENJADI SEORANG GURU-converted

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by dwikusuma945, 2021-11-03 23:08:37

ENDAH_AKU INGIN MENJADI SEORANG GURU-converted

ENDAH_AKU INGIN MENJADI SEORANG GURU-converted

Aku Ingin Menjadi Seorang Guru
Endah Joeni Astoeti,S.Pd

Seperti hari-hari biasa, aku berangkat ke sekolah dari rumah pukul 06.15
am. Jarak rumahku dengan sekolah cukup dekat. Aku mengayuh sepedaku dengan
perlahan. Sekitar 10 menit lamanya aku mengayuh sepeda akhirnya aku sampai
disekolahku tercinta. Aku memarkirlan sepedaku di tempat parkir dekat dengan
ruang guru. Disana aku melihat para guru yang sedang berbincang sembari
mengerjakan tugas-tugasnya. Melihat itu aku jadi teringat dengan cita-citaku.

Bila aku besar nanti aku ingin menjadi seorang guru. Aku ingin
mencerdaskan anak bangsa dan membanggakan kedua orang tuaku. Maka dari itu,
aku harus lebih rajin dalam belajar dan lebih bertanggung jawab. Guru adalah
pekerjaan yang sangat mulia, mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Semua
manusia menjadi berguna dengan adanya guru. Tanpa guru kita tidak menganal ap
aitu angka, huruf, warna dan lain-lain. Apapun yang dilakukan guru dalam
mengajarkan banyak ilmu, kita harus menghargai dan menghormatinya. Menjadi
seorang guru bukanlah hal yang mudah, terutama saat ada murid yang nakal. Aku
sangat bangga dengan semua guru-guruku. Mereka telah mengajar dan
membimbingku dengan sabar, sehingga kelak aku akan menjadi orang yang cerdas,
kreatif dan pandai.

“Zella, apa yang kau lakukan disini?” tanya salah satu guruku yang
menyadarkan lamunanku, “Eeh tidak ada apa-apa pak!” jawabku kaget. Guru itu
menyuruhku untuk segera ke kelasku karna jam pelajaran akan segera dimulai.
Sesampainya dikelas, “Selamat pagi anak-anakku tersayang” ucap seorang guru
yang mengajar kelasku, panggil saja Bu Sri. Bu Sri memulai pelajaran hari ini.
Kriiingg…! Kriing...! Bel istirahat pun berbunyi, “Ibu ke kantor dulu ya, jika ada
materi ibu yang kalian tidak paham silahkan ke ruangan ibu” jelas Bu Sri. “Baik
bu” jawab murid-murid dikelas.

Karna aku membawa bekal jadi aku makan dikelas, sedangkan teman-
temanku pergi ke kantin sekolah. Setelah selesai makan aku mempelajari materi
yang diberikan oleh Bu Sri tadi, aku kurang paham dengan beberapa bagian yang
ada dalam materi tersebut. Aku ingat yang dikatakan Bu Sri tadi, aku berjalan

menuju kantor tempat bekerja Bu Sri. Sesampainya di kantor, Tokk… Tokk…
Tokk… aku mengetuk pintu kantor Bu Sri, “Silahkan masuk!” ucap Bu Sri. Aku
memasuki ruangan itu, aku pun bertanya tentang hal-hal yang kurang aku mengerti
tadi. Bu Sri pun menjelaskannya, walau sudah dijelaskan aku masih kurang paham
denga napa yang dikatakan Bu Sri. Bu Sri menyuruhku menemuinya lagi saat jam
pulang sekolah, Bu Sri mengatakan bahwa dia akan menjelaskannya padaku lagi.
Mendengar itu aku meng-iya-kan, aku berjalan keluar dan kembali ke kelasku. Aku
kagum dengan Bu Sri, dia tidak menyerah untuk mengajariku walau harus berulang
kali.

Saat pulang sekolah aku kembali ke ruang kerja Bu Sri, disana Bu Sri sudah
menungguku. Aku mengucap salam dan duduk dikursi depan meja Bu Sri, Bu Sri
menyuruhku mengeluarkan buku catatan dan soal-soal latihan. Setelah cukup lama
aku belajar disana aku pun mulai paham, aku pun pamit pulang karna jam sudah
menunjukkan pukul 15.50 pm, ibuku pasti sudah menungguku untuk pulang.

Aku menjalani hari-hariku dengan biasa,hingga suatu hari, ibu
membangunkanku pagi-pagi sekali. Saat terbangun aku langsung melihat kalender,
kalender itu menunjukkan tanggal 3 bulan Agustus, seketika aku langsung
bersemangat dan bersiap-siap menuju acara perpisahan. Tak ku sangka sekarang
aku sudah lulus SMP. Sesampainya digedung tempat acara itu dilaksanakan aku
langsung menemui teman-temanku. Saat asik mengobrol Bu Sri memanggilku
umtuk bersiap-siap, aku terpilih untuk membacakan pidato. Pidato itu berisi tentang
ungkapan terimakasih kepada guru-guru yang ada disekolahku.

Aku mendaftar di salah satu sekolah ternama dikotaku, tapi aku tidak yakin
aku bisa masuk sekolah itu karna sainganku adalah anak-anak yang pandai. Aku
selalu merasa gelisah, aku sangat ingin masuk sekolah itu. Ibu yang melihatku
sedang gelisah pun mendekatiku, ibu memberiku sedikit nasehat yang dapat
meningkatkan rasa percaya diriku. Setelah sekian lama menunggu, data nama-nama
siswa yang masuk sekolah itu diumumkan. “Ibu! Ibu dimana?” teriakku tergesah-
gesah, ibu segera menemuiku dengan gelisah, ibu takut aku kenapa-kenapa. “Ada
apa nak? Kenpa kamu berteriak seperti itu?” tanya ibu, “Namaku bu! Masuk didata
anak yang lolos sekolah SMA ternama itu! Namaku masuk 5 besar bu!” jawabku
dengan bersemangat. Ibu pun melihatnya secara langsung, ibu tersenyum dan

memelukku sembari berkata “Kamu memang anak kebanggan ibu nak, usahamu
selama ini tidak sia-sia. Tetapi jangan menganggap semua ini sudah selesai,
lanjutkan belajarmu dan raih cita-citamu.” “Baik bu! Aku berjanji aku akan
membuat ibu bangga! Aku akan menjadi guru yang baik kelak” ucapku sambil
menangis bahagia.

Hari ini adalah hari pertama ke sekolah, aku sangat bersemangat karna ibu
yang mengantarku ke sekolah. Sesampainya disekolah, aku tertegun saat melihat
bangunan megah yang dipenuhi siswa-siswa berprestasi. Aku berpamitan pada ibu
dan berjalan masuk menuju kelasku, aku kesulitan mencari kelasku karna bangunan
ini terlalu besar. Saat sedang fokus mencari kelas tiba-tiba ada yang menepuk
pundakku, dia berkata “Hai dik, sedang mencari kelas ya? Mau kakak antar?” aku
terkejut, “Eh! Iya kak, boleh kalau tidak merepotkan kakak” jawabku. “Tidak
merepotkan kok dik, justru sudah seharusnya kakak membantumu dan siswa-siswa
baru yang lain” jawab kakak kelas itu dengan tersenyum.

Tak terasa sekarang sudah akhir semester 1, tak lama lagi akan diadakan
ujian akhir semester. Aku dan teman-temanku berencana untuk belajar bersama
diperpustakaan kota. Setelah beberapa hari sibuk belajar aku tak sadar jika besok
sudah ujian hari pertama, saat malam aku membaca ulang beberapa materi. Aku
belajar hingga larut malam, aku ingin menjadi yang terbaik di semester ini.
Keesokan paginya, aku berpamitan pada ibu dan meminta do’a-nya agar aku lancer
mengerjakan ujian. Sesampainya disekolah aku menghampiri teman-temanku, “Hai
Zella! Apa kamu sudah belajar semalam?” tanya salah satu temanku, “Sudah! Tapi
aku gugup, aku takut melakukan kesalahan pada ujian kali ini” jawabku. Ding…!
Dong…! Ding…! Dong…! Bel tanda mulai jam pelajaran pun berbunyi, semua
murid masuk ke kelas masing-masing. “Baik anak-anak ujian pertama adalah
Fisika, kerjakan dengan baik dan benar!” ucap pengawas ujian.

Jam pelajaran pun usai, sudah waktunya untuk pulang. “Belajar bareng yuk
teman-teman!” ajakku, semua temanku meng-iya-kan. Tetapi belajar kali ini tidak
seperti biasanya, kali ini kita tidak belajar diperpustakaan kota melainkan dirumah
salh satu temaku. Saat sampai dirumahnya aku tertegun, rumahnya begitu besar dan
mewah, tidak heran sih jika rumahnya begitu megah karna dia memang anak orang
kaya, walau begitu dia tidak pernah sombong. Kami belajar bersama hingga senja,

aku melihat hpku dan melihat bahwa sekarang sudah pukul 16.15 pm, aku segera
bepamitan pada teman-temanku. Aku pun pulang menaiki angkutan umum.
Sesampainya dirumah aku segera merapikan barang-barangku dan bergegas mandi.
Selesai mandi aku makan malam dengan ibuku seperti biasa, ditengah-tengah
keheningan ibu bertanya padaku tentang ujian tadi, aku pun bercerita kepada ibuku.
Saat malam hari aku kembali belajar.

Ujian pun telah usai, hari ini adalah hari diumumkannya hasil ujian dan
peringkat sekolah. Aku dan teman-temanku pun melihat hasil ujian itu dipapan
pengumuman dekat ruang guru, betapa terkejutnya aku saat aku melihat namaku
berada diperingkat 1 sekolah. Aku berpelukan dengan temanku karna kita mendapat
peringat yang bagus. Aku segera memotretnya dengan hpku untuk
menunjukkannya pada ibu setelah pulang sekolah.

Saat dirumah “Ibu! Kemari dan lihat apa yang aku punya!” teriakku sembari
berlari ke kamar ibu. “Ada apa nak? Kenapa kau berteriak?” sahut ibu sembari
melipat pakaianku dan pakaiannya. Aku pun menunjukkan pengumuman tadi
kepada ibu, sama sepertiku ibu kaget dan hampir tidak percaya. Tanpa basa-basi
ibu memelukku dengan erat, lalu berkata “Nak, ibu bangga padamu. Kau telah
menunjukkan pada ibu bahwa kau bisa, kau anak yang hebat!”. “Bukankah aku
sudah berjanji padamu bu? Sekarang aku menepati janji itu!” jawabku. Setelah itu
ibu menyuruhku untuk mandi, aku pun mandi.

Hari ini adalah hari libur, ibu membawaku jalan-jalan ke taman bermain
sebagai hadiah kerja kerasku. Disana ada sangat banyak wahana yang asik, aku pun
menaiki berbagai wahana bersama ibuku. Saat akan menaiki salah satu wahana aku
melihat ada temanku yang bernama Lily, aku menghampiri dan menyapanya.
Akhirnya aku, Lily dan ibu bermain bersama. Liburan akhir semester pun berakhir,
sudah waktunya untuk kembali ke sekolah. Aku menjalani hari-hari disekolah.

“Halo Zella! Wah kau cantik sekali mengenakan dress itu!” ucap Lily,
“Terimakasih Lily, kau juga cantik!” jawabku. “Para anak-anakku sekalian….”
Ucap kepala sekolah. Aku dan Lily seketika terdiam. Acara kelulusan pun dimulai.
Setelah selesai aku langsung pulang dan mendaftar diUniversitas dan mengambil
jurusan PGSD.

Setelah diterima oleh Universitas tersebut aku mulai lebih giat belajar dan
mencapai cita-citaku, aku ingin menjadi seorang guru yang baik. Hari-hari kulalui
dengan bahagia. Tetapi disuatu hari ada hal yang benar-benar membuatku sangat
sedih dan terpuruk. Satu-satunya orang yang selalu memberiku semangat,
menemaniku, merawatku sekarang telah meninggalkanku. Aku sempat berpikir
untuk tidak melanjutkan kuliahku tetapi aku teringat janjiku pada ibu.

Akhirnya aku sudah lulus kuliah dan aku sudah menjadi guru disalah satu
sekolah dasar yang ada dikotaku. “Bu, lihat anakmu ini, anakmu sudah berhasil
meraih cita-citanya karenamu. Andai ibu masih ada disisiku, mungkin aku akan
jauh lebih bahagia disini. Bu, semoga ibu bahagia disana, Zella sayang ibu. Zella
janji Zella akan menjadi jauh lebih baik dan membuat ibu bangga disana” ucapku
sambil menatap foto ibu, tak ku sangka air mata mulai membasahi pipiku. Ini semua
berkat ibu yang selalu memberiku dorongan dan do’a terbaiknya. Mulai sekarang
aku akan menjadi guru yang baik untuk murid-muridku.


Click to View FlipBook Version