Sandaran Penghabisan (Oleh Pancawati) Desah angin silam Tersapu lembut Namun mampu membawaku pada angan kala senja berbisik dan rembulan pun enggan menyapa. Namun kulihat dari celah hati Tampak bintang tebarkan senyum Hingga membuat muram menjadi rindu Seraya berucap “ku kan slalu jadi pelita kala kelam bersandar” Ku pun tak tahu, bagaimana hati ini bisa mengungkap Semua hanya diam dalam kesunyian Diam dalam resahnya penantian Menanti untaian kata ukiran jemarimu Tuk sampai pada sebuah pengharapan Terpautnya dua rasa yang saling memendam kekaguman. Saat semua terlukis jelas Sungguh tidak mudah tuk menerjemahkan Apalagi memaknai rasa itu Rasa yang berkecamuk dengan seribu tanya Hingga akhirnya deretan kata indah Engkau sampaikan pada malam juga bintang Bahwa dua hati bukan sebuah perbandingan Apalagi bersaing tuk menggapai dermaga. Angin malam yang sesekali membelai Sontak tertegun dan ingin berteriak Saat kudengar kau melanjutkan bisikan bahwa dua hati yang saling menanti Harus disejajarkan…..diselaraskan tuk menuju dan bersandar di dermaga penghabisan hingga pelangi mengantarkan pada cerita antara dia.