F R ISKA AY U LATIFA H ( 9 H ) KA R YA: Tidak Terduga
Suatu hari tepatnya saat pulang latihan, aku bersama Vely berjalan kaki untuk bergegas pulang ke rumah. Tak lupa kami pun mampir sebentar untuk membeli jajan untuk kami makan di jalan, disela-sela perjalanan, Aku dan Vely saling mengobrol dan bercerita tentang keseharian kami di sekolah. Karena Aku dan Vely berbeda kelas, tak heran jika banyak cerita yang kami saling bagi satu sama lain. 1
Karena asyik mengobrol, tidak terasa sudah hampir sampai di pemberhentian angkutan umum. Sebelum sesampainya di pemberhentian, tiba-tiba Ayah Vely datang untuk menjemputnya, sehingga aku sendiri melanjutkan setengah perjalanannku. Aku menikmati perjalanan dengan memandangi senja disore itu. Setelah sampai di pemberhentian angkutan, cukup lama aku harus menunggu angkutan umum karena tidak ada satupun yang lewat. 2
Sore itu jalanan cukup ramai, banyak orang pulang bekerja melewati jalan tersebut. Setelah menunggu cukup lama, terlihat dari kejauhan mobil orange, tidak salah lagi itu adalah angkutan umum yang aku tunggu dari tadi. Setelah berhenti tepat didepanku, aku pun bergegas masuk dalam angkutan yang di dalamnya hanya ada aku, sopir, dan Ibu yang duduk bersama anaknya. 3
Setelah sampai dan turun dari angkutan, aku siap-siap untuk menyebrangi jalan raya. Di seberang jalan sudah terlihat kedai yang menjual minuman segar. Tak sabar aku ingin segera membelinya, berjalan kaki dan menunggu angkutan umum membuatku cukup lelah dan kehausan. Saat aku menunggu jalan raya sepi, tiba-tiba terlihat ada seorang pria paruh baya menuju kearahku, pria itu tidak terlalu tinggi dan berbadan kurus. Pria itu berhenti tepat didepanku dengan wajah gelisah dan kebingungan, Dia menceritakan kondisinya dengan panjang lebar, yang ternyata pria itu kehabisan uang untuk membeli bensin, dan Dia meminta bantuan uang Rp. 10.000,- untuk membeli bensin. 4
Saat itu uang disakuku hanya tersisa Rp. 11.000,- yang rencananya akan aku gunakan untuk membeli minuman di kedai sebrang. Sempat bingung apakah aku harus memberikan uang ini kepada pria paruh baya itu atau kugunakan untuk membeli minuman, sebab tenggorokanku terasa sangat haus. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya aku memberikan uang Rp. 10.000 kepada pria tersebut. Raut wajahnya pun langsung berubah senang dan mengucapkan terima kasih berukang kali padaku. Disitu aku juga ikut merasa senang meskipun sebenarnya dihatiku yang paling dalam ada rasa sedikit keterpaksaan saat aku harus memberikan uangnya. Karena akhirnya aku harus menahan rasa hausku sampai di rumah. 5
Akupun segera melanjutkan perjalanannku yang tertunda tadi, mulai kulangkahkan kakiku menyebrangi jalanan yang mulai sepi, sambil merenung dan tersadar, tak seharusnya aku merasa terpaksa memberikan uang kepada pria paruh baya itu. Karena Dia lebih membutuhkan, dan aku berpikir jika aku berada diposisi pria itu, dan tidak ada satu orang pun yang mau membantu, pasti aku akan merasa kebingungan dan sedih. 6
======ii====== 6