Isna Nurmaningtyas
Di suatu hutan yang indah hiduplah
berbagai jenis hewan yang hidup
rukun, kompak, dan saling tolong
menolong.
"Hei sigung! Kenapa kau
meninggalkanku? Kau sungguh
tega!", kata rubah marah.
"Iya, tidak seperti sigung. Dia sungguh
jahat meninggalkanku terjebak dalam
perangkap ini.", kata rubah.
Kancil heran dan berkata, "Apa? Tapi
dia…"
“Sudahlah kancil aku malas
membicarakan sigung.”, kata rubah
kesal
“Ya sudah, ayo kita pergi saja dari sini”,
kata kancil
Dan merekapun pergi meninggalkan
tempat tersebut.
.
Hingga tiba-tiba sigung datang dan
langsung berdiri dihadapan serigala
dengan mengeluarkan bau busuk dari
tubuhnya.
”Apa yang kau lakukan, sigung?! Bau
busuk apa ini?!”, jerit serigala
Sigung tak henti-hentinya
mengeluarkan bau busuk dari
badannya hingga serigala langsung lari
terbirit-birit dari pesta. Hewan lain
yang melihatnyapun tertawa karena
serigala yang langsung kabur.
“Sigung, terimakasih telah
menyelamatkan pestaku.”, kata unicorn.
“Iya, sama-sama.” kata sigung sambil
tersenyum tulus.
“Teman-teman, benarkan apa yang
kubilang? Sigung itu hewan yang baik.
Dia tidak sombong seperti yang kalian
katakan.”, kata kancil kepada hewan-
hewan lainnya.
“Tapi kenapa kau tidak menolongku waktu itu,
sigung?”, tanya rubah.
“Dia menolongmu, rubah. Sigung yang
mengatakan padaku bahwa kamu
terperangkap dan dia menyuruhku
menolongmu.”, jawab kancil.
“Apa? Mengapa tidak kamu sendiri yang
menolongku?”, tanya rubah lagi.
“Maafkan aku, rubah. Aku tidak menolongmu
karena aku takut kau akan mencium bau
busuk dari badanku dan akan terganggu.”,
jawab sigung.
“Maafkan aku teman-teman. Aku
terlalu takut dan malu dengan
keadaanku”. Sigung meminta maaf
atas sikapnya selama ini kepada
hewan-hewan lain.
“Aku juga minta maaf atas
sikapku yang selalu berprasangka
buruk kepadamu, sigung.”, kata
rubah tulus.
“Kami semua juga minta maaf
kepadamu, sigung. Kami ingin berteman
dan bermain denganmu.”, kata kelinci
tersenyum.
Sigung yang mendengarnyapun
tersenyum penuh haru. Ia lega
sekaligus sangat senang mengetahui
bahwa hewan-hewan lain menerima
keadaannya.
Ayo kita lanjutkan pesta dan
merayakan pertemanan kita!”, kata
unicorn bersemangat.
Akhirnya mereka bersenang-senang di
pesta dan sigung tidak lagi mengasingkan
diri dari hewan-hewan lain. Ia sangat
bersyukur bisa mendapatkan teman-
teman yang mau menerimanya apa
adanya.
TENTANG PENULIS
Isna Nurmaningtyas lahir di
Magelang, 24 Juni 2002. Perempuan
berdarah asli Jawa ini dibesarkan
dalam keluarga yang harmonis dan
saling mencintai. Meskipun begitu, ia
tumbuh dalam lingkungan
pertemanan yang kurang baik,
sehingga pengalaman semasa
sekolahnya cukup buruk. Namun
karena Tuhan masih menyayanginya,
ia mampu keluar dari lingkaran toxic
friendship yang membelenggunya.
Ia memulai dunia sekolahnya di SD N Bandongan 3
dan melanjutkannya di SMP N 7 Magelang. Hingga ia
memasuki bangku SMA N 1 Mertoyudan, di mana dunia
SMA-nya yang membuat ia memiliki ingatan cukup buruk
di masa sekolahnya. Dan akhirnya ia membuat suatu
keputusan untuk memilih melanjutkan studinya di
Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa dengan jurusan
PGSD. Ia ingin menjadi guru SD dengan harapan dapat
membimbing anak-anak agar tidak merasakan
pengalaman buruk semasa bersekolah seperti yang
dialaminya.
Sigung adalah hewan yang
sombong dan tidak mau
menolong teman-temannya.
Namun, bagaimana jika
Sigung yang terkenal akan
kesombongannya tiba-tiba
melakukan suatu hal yang
dapat mengubah
kehidupannya. Penasaran
bukan? Mari simak
kelanjutan kisahnya.