malin kundang
kata pengantar
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmatNya sehingga
ebook ini dapat tersusun sampai dengan
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga ebook
ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar
ebook ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan ebook ini karena
keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan ebook ini.
daftar isi :
1.cover depan
2.kata pengantar
3.daftar isi
4.malin kundang
5.biografi penulis
6.cover belakang
Di sebuah desa, hiduplah
seorang perempuan miskin. Ia
hidup bersama anak tunggalnya,
namanya Malin Kundang. Sehari-
hari perempuan itu bekerja
sebagai nelayan. Namun,
penghasilannya tak bisa
mencukupi kebutuhan mereka
sehari-hari sehingga hidup
mereka selalu berkekurangan.
Saat Malin Kundang mulai
dewasa, ia memutuskan untuk
pergi ke kota. Ia ingin mengadu
nasibnya di sana.
“Barangkali dengan pergi ke kota,
aku bisa mengubah nasib kita,
Ibu,” ucap Malin Kundang.
Dengan berat hati, ibunya pun
mengizinkan. Kini, ibunya
kembali menjadi perempuan
tua yang kesepian. Setelah
kepergian Malin, ibunya selalu
memikirkan keadaan anaknya
itu. Ia jadi sakit-sakitan,
sementara Malin tak pernah
mengirim kabar untuknya.
Hingga beberapa tahun
kemudian, Malin berhasil
mengubah nasib. Ia telah
menjadi saudagar yang kaya
raya. Malin memiliki banyal
kapal. Hidup Malin tak lagi
susah. Malin juga menikahi
seorang perempuan
bangsawan yang sangat cantik.
Suatu hari, Malin ingin
melihat keadaan desanya.
Sudah lama sekali ia tak
pulang. Malin pergi bersama
istri dan banyak pekerjanya.
Ia juga membawa banyak
uang untuk dibagi-bagikan
kepada para penduduk.
Sampailah Malin di desanya.
Dengan sombong ia
membagikan uang kepada
penduduk. Penduduk di
desanya sangat senang. Di
antara mereka ada yang
mengenali Malin, yakni
tetangganya sendiri. Orang
itu pun segera pergi ke rumah
Malin, hendak memberikan
kabar gembira tersebut
kepada ibu Malin.
“Ibu, apakah kau sudah tahu,
anakmu Malin sekarang telah
menjadi orang kaya.” seru
tetangga itu.
“Dari mana kau tahu itu? Selama
ini aku tak pernah mendapat
kabar darinya,” ucap ibu Malin,
terkejut.
“Sekarang pergilah ke dermaga.
Anakmu Malin ada di sana. Dia
terlihat sangat tampan, dan
istrinya juga sangat rupawan,”
ucap tetangganya.
Ibu Malin tak percaya. Matanya
berkaca-kaca. Sungguh, ia sangat
merindukan anaknya selama
beberapa tahun ini. Maka ia pun
segera berlari menuju dermaga.
Benar saja, di sana terlihat Malin
dengan istrinya yang sangat
rupawan.
“Malin, kau pulang, Nak,” seru ibunya.
Malin mengenali ibunya. Namun, ia malu
mengakui orangtua yang berpakaian
sangat lusuh itu. Bagaimana ia akan
menjelaskan kepada istrinya tentang
semua ini?
“Kau bilang ibumu sudah meninggal. Apa
benar orangtua ini adalah ibumu?” tanya
istri Malin, bingung.
“Dia bukan ibuku, dia pengemis yang
mengaku-ngaku sebagai ibuku.” seru
Malin.
Sungguh sakit hati Ibunya mendengar
perkataan Malin. Ibunya lalu mengutuk
Malin.
“Hatimu sungguh sekeras batu, Malin.
Maka, kau aku kutuk menjadi batu. Kau
anak yang durhaka.” ucap ibunya.
Malin ketakutan. Ia memohon ampun
kepada ibunya. Namun, ibunya sudah
sangat sakit hati. Seketika hujan turun
sangat lebat, dan petir menyambar.
Saat itu pula Malin berubah menjadi
batu.
pesan moral nya
surga ada di bawah
telapak kaki ibu.
Sayangilah ibumu,
karena ibumu adalah
manusia paling berjasa
dalam hidupmu.
biografi penulis
penulis bernama bintang
mutiara khasna, tempat
lahir Bogor 13 juli 2006, ia
adalah anak kedua dari dua
bersaudara. ia alumni SMP
Negeri 2 Bojonggede, dan
sekarang SMK di Al-
Muhtadin kelas X MPLB 4.
cerita ini mengajarkan agar
anak-anak selalu hormat kepada
orang tua.seburuk apapun
keadaan orang tua kita, mereka
harus tetap dihormati dan
ditaati.
semoga cerita ini bisa menjadi
teladan bagi anak-anak untuk
selalu menghargai orang
tuanya, pun saat nanti mereka
sudah menjadi orang yang
berhasil.