The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Harti Murwanti, 2020-11-03 03:34:13

SUPERVISI PEMBELAJARAN

KKS SD

Keywords: #ebook

TIM KKS – KELOMPOK 2

1. Immaculata Ernawati
2. Patricia Agustin Ria Dewi
3. Petrus Sunardi, M.Pd.
4. Lukas Triyanto
5. Yg. Jasmanto
6. Suyamah Wenefrida, S.Pd.
7. Thomas Agus Susilo
8. Florentina Andri H.
9. F. Arief Gunawan
10. Y. Harti Murwanti



RUNDOWN KE

EGIATAN KKS SD

VIDEO SUPERVISI PEMBELAJARAN

SCAN ME

TO PLAY THE VIDEO

SUPERVISI PEMBELAJARAN

A. Pengantar
Peran utama kepala sekolah adalah sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah.
Agar mampu memainkan peran utama ini seorang kepala sekolah dituntut untuk
mengembangkan setidaknya dua hal, yaitu:
1. Pemahaman mendasar mengenai hakikat supervisi dalam kaitannya dengan
profesionalitas keguruan, dan
2. Keterampilan teknis dalam menjalankan supervisi, termasuk di dalamnya antara
lain:
a. Mengamati bagaimana para guru mengajar
b. Mencatat aktivitas proses pembelajaran di kelas, dan
c. Memberi umpan balik sesuai dengan jenis mata pelajaran, tingkat kemampuan
murid, dan potensi guru yang diobservasi.

B. Tujuan
Modul tentang supervisi ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan arti penting supervisi,
2. Mendeskripsikan langkah-langkah supervisi klinis,
3. Menggunakan salah satu dari delapan lensa untuk mengobservasi guru,
4. Menggunakan salah satu teknik pencatatan dalam observasi kelas,
5. Mengidentifikasi poin-poin penting dalam pertemuan pasca-observasi, dan
6. Mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.

C. Bukti hasil belajar
Para peserta akan membuat sebuah produk yang menunjukkan pemahaman mereka
tentang supervisi, menggunakan salah satu dari delapan lensa untuk mengobservasi
guru, menggunakan salah satu teknik pencatatan dalam observasi kelas, dan
mengidentifikasi poin-poin penting dalam pertemuan pasca-observasi.

D. Strategi
1. Mengkomunikasikan tujuan dari pelatihan
2. Mengamati proses supervisi
3. Mempresentasikan produk yang dibuat

E. Media Daring
Zoom, Google Meet, Google Forms, WhatsApp, Book Creator, Mentimeter

F. Metode
Ceramah, Diskusi online, Bermain peran “supervisor”, Tanyajawab

G. Referensi
Glickmaan, C.D. (2002). Leadership for Learning: How to Help Teachers
Succeed. Alexandria, Virginia USA: Association for Development and
Curriculum Development.
Zepeda, S.J. (2007). The Principal As Instructional Leader: A Hanbook for
Supervisor (2nd ed.). Lanchmont, NY. Eye On Education.
Borich, G. (2004). An Education”s Guide to Field-based Classroom
Observation. New York: Houghton Mifflin Company.

A. TUJUAN SUPERVISI
Dalam modul ini diuraikan dua macam supervisi, yaitu supervisi informal (pop-in, walk-
in, drop-in) dan formal (supervisi klinis). Dalam melakukan supervisi seorang supervisor
perlu mengetahui dua hal, yaitu: (1) mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan
dengan supervisi dan (2) maksud dan tujuan dari supervisi.
Berkaitan dengan hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam supervisi,
(Zepeda, 2007, hal. 58) mengatakan bahwa seorang supervisor yang baru perlu:
1. Mengetahui aturan dan kebijakan yang berkaitan dengan supervisi
2. Memahami kultur dan keadaan situasi yang ada di sekolah
3. Memahami model pelaksanaan supervisi yang dipergunakan di sekolahnya
4. Mengetahui orang-orang yang berperan dalam melaksanakan supervisi informal
dan formal
5. Mencari kaitan antara model pengembangan profesionalitas dengan pelaksanaan
supervisi
Selain itu seorang supervisor juga perlu mengetahui maksud dari supervisi yang akan
dilaksanakannya. Dalam hal ini (Zepeda, 2007, hal. 59) menyampaikan gagasannya
berkaitan dengan maksud dan tujuan supervisi sebagai berikut:
1. Peningkatan pencapaian prestasi siswa melalui peningkatan pengajaran yang
dilakukan para guru
2. Menggunakan data untuk mengambil keputusan
3. Perubahan yang menghasilkan pengembangan yang baik dalam kehidupan guru dan
siswa dalam belajar
4. Pembelajaran yang dilakukan terus menerus
5. Menyediakan pertemuan secara langsung antara supervisor dengan guru
6. Membangun kemampuan individu dan organisasi daerah
7. Percaya pada proses di antara guru dan lingkungan sekitar.
Setelah memahami maksud dan tujuan dari supervisi maka seorang supervisor juga
perlu memahami jenis supervisi yang dapat di laksanakan di sekolah. Ada dua hal
secara umum, yaitu supervisi informal dan formal.

B. SUPERVISI INFORMAL
Berkaitan dengan pelaksanaan supervisi informal ada dua hal penting yang perlu
mendapat perhatian dari para supervisor. Pertama, (Zepeda, 2007, hal. 70)
mengatakan bahwa supervisi informal (1) dilakukan secara singkat, dengan waktu
antara 10 sampai 15 menit, (2) dapat dilakukan pada awal, tengah, dan akhir jam
pelajaran, dan (3) dapat dilakukan setiap waktu selama hari sekolah.
Kedua, seorang supervisor perlu memahami tentang supervisi informal. Menurut
(Zepeda, 2007, hal. 70) dinyatakan bahwa supervisi informal (1) tidak untuk
menggantikan supervisi formal, (2) bukan untuk mengawas guru namun untuk
membantu guru, (3) salah satu cara untuk mengetahui kemampuan guru di samping
menggunakan supervisi formal, dan (4) tidak memerlukan pertemuan pasca-observasi.
Dalam membuat pencatatan supervisi informal seseorang supervisor perlu menuliskan
identitas guru, catatan kegiatan siswa dan guru, umpan balik untuk guru berkaiatan
dengan catatan dan saran serta ucapan terima kasih. (Lihat Teknik Pencatatan
Supervisi Informal pada lampiran 1)
Berkaitan dengan tanggapan yang diberikan oleh supervisor, maka memastikan respon
yang positif terhadap supervisi informal dan mengembangkan lingkungan yang
mendukung, seorang supervisor perlu mengetahui tentang (1) tahap-tahap dan (2)
panduan yang tepat dalam supervisi informal.

Pertama, tahap-tahap yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah menurut (Zepeda,
2007, hal 75) sebagai berikut:
1. Menyampaikan cara-cara observasi pada awal tahun pelajaran
2. Merencanakan supervisi informal secara teratur sekali atau dua kali seminggu.
3. Mengingatkan guru untuk bertanya kepada kepala sekolah agar dapat melihat hal

baru yang akan dilakukan
4. Hindarkan melakukan supervisi informal setelah kepala sekolah menerima

ketidakpuasan dari para murid
5. Mengetahui waktu yang tepat untuk meninggalkan kelas ketika observasi
6. Membagi tugas supervisi informal dengan para wakil kepala sekolah.

Kedua, ada beberapa panduan yang perlu diperhatikan oleh para supervisor dalam
melakukan supervisi informal. Dalam penjelasannya (Zepeda, 2007, hal 75)
mengatakan bahwa panduan supervisi informal sebagi berikut:
1. Supervisi informal untuk seluruh guru
2. Pelaksanaan supervisi informal sesering mungkin
3. Mengamati, mendengar, dan mencatat dengan fokus pada satu atau dua hal
4. Lakukan dengan menyenangkan
5. Berikan perhatian pada hal yang dilakukan dengan benar dan hargai usaha guru
6. Beri masukan dan saran dengan tepat waktu
7. Menyediakan sumber daya yang diperlukan
8. Mendorong guru untuk mengundang kepala sekolah melakukan supervisi informal.

C. SUPERVISI FORMAL (Supervisi Klinis)
1. Pengertian
Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran
melalui tahap yang sistematis mulai dari tahap pertemuan awal (Pre Observasi),
pengamatan (observation) dan pertemuan pasca observasi (post conference)
terhadap proses pembelajaran yang terjadi dengan tujuan untuk memperbaiki
proses pembelajaran.

2. Penggunaan
Supervisi ini seringkali dipergunakan oleh dua pihak yang saling berkaitan seperti,
supervisor dengan supervisie, kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah, guru
pembimbing dengan guru bimbingan, mentor dengan mentee, guru senior dengan
guru baru.
Sementara itu mengapa supervisi klinis diperlukan, diantaranya:
a. Belum adanya umpan balik dari orang yang kompeten sejauh mana praktik
professional telah memenuhi standar kompetensi
b. Ketinggalan IPTEK dalam proses pembelajaran
c. Kehilangan identitas profesi
d. Kejenuhan professional
e. Mengulang kekeliruan secara masif
f. Erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan
g. Siswa diragukan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana mestinya.

3. Tujuan dan Karakteristik
Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan
kualitas proses pembelajaran

a. Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas
proses pembelajaran

b. Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul
dalam proses pembelajaran

c. Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang
ditemukan dalam proses pembelajaran

d. Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri
secara berkelanjutan

Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari keterampilan

intelektual dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut.
b. Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa keterampilan,

seperti: (1) keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil
pengamatan, (2) keterampilan mengembangkan kurikulum, dan (3)
keterampilan dalam proses pembelajaran.
c. Fokus supervisi klinis adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2)
keterampilan penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan
mencapai tujuan pembelajaran dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (3)
didasarkan atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau.

4. Prinsip-prinsip
Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis adalah:
a. Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru
dengan mahasiswa PPL, adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh
tanggung jawab.
b. Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data
hasil pengamatan.
c. Bersifat interaktif, terbuka, objektif, dan tidak bersifat menyalahkan.
d. Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.
e. Hasil tidak untuk disebarluaskan.
f. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru dan tetap berada
di ruang lingkup pembelajaran.

5. Tahap-tahap Supervisi Klinis
Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu tahap yang terdiri dari tiga
bagian, hal ini sejalan dengan pendapat (Glickman, 2002, hal 20) sebagai berikut:
a. Tahap pertama; Pertemuan Awal
Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : (1) menciptakan
suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang
meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, (3) menentukan
fokus observasi, (4) menentukan alat bantu (instrument) observasi, dan (5)
menentukan teknik pencatatan dalam observasi. Sedangkan menurut (Zepeda,
2007, hal. 84) dikatakan bahwa dalam pertemuan awal
1) Guru dan supervisor memfokuskan pada observasi kelas
2) Memperkuat hubungan antara guru dan supervisor
3) Dilakukan dalam waktu 24 jam sebelum observasi kelas
4) Dilakukan di kelas di mana akan dilaksanakan observasi kelas
5) Menentukan fokus dalam observasi kelas
6) Berikan kesempatan guru untuk berbicara
7) Menerangkan konteks, karakteristik, situasi dan kondisi kelas.

Keuntungan
Pertemuan awal ini memberikan keuntungan bagi observer. Bagi supervisor,
menurut (Zepeda, 2007, hal. 84) pertemuan awal memberikan keuntungan (1)
memahami kelas dengan lebih baik selama observasi, (2) menemukan fokus
yang akan dilakukan dalam observasi, dan (3) mendorong guru untuk berbicara
praktik yang akan dilaksanakan di kelasnya. Sementara itu bagi guru,
pertemuan awal juga membantu dia dalam memfokuskan diri. Menurut
(Zepeda, 2007, hal. 88) guru dapat mengidentifikasi fokus dari observasi
berdasarkan (1) ketertarikan pada area tertentu, (2) merasa perlu untuk
meningkatkan pada area tertentu, (3) sebagai tindak lanjut dari area
pengembangan professional, dan (4) area yang merupakan hal baru yang sedang
diujicobakan. Dalam hal ini observer perlu memfokuskan pada kebutuhan guru
dan memberikan panduan untuk fokus pada target yang dipilih. Jika fokusnya
terlalu banyak maka observer dan guru mengalami ketidakjelasan dengan data
yang dikumpulkan. Contoh format pettemuan awal dan penjelasannya ada di
lampiran 2.

Penentuan ‘focusing’
Penentuan focusing dalam observasi menjadi bagian yang begitu penting.
Dengan cara ini maka data yang akan dikumpulkan benar-benar secara objektif
menggambarkan keadaan kelas yang sebenarnya. Dalam melihat sesuatu
seringkali ditentukan oleh pandangan yang kita miliki. Hal ini seringkali bersifat
pribadi dan kurang teratur dan bahkan bisa jadi bias. Demikian juga dalam
melakukan observasi seringkali hal itu dipengaruhi oleh seberapa banyak
supervisor telah mempunyai pengalaman. Menurut (Borich, 2008) penggunaan
focusing dalam observasi kelas akan lebih objektif dibandingkan dengan cara
pandang yang kita miliki saja. Dalam melakukan observasi kelas tentunya
observer perlu memahami keadaan kelas yang sebenarnya. Untuk mendapatkan
gambaran kelas (Borich, 2008) menyatakan ada 4 karakteristik yang akan
berdampak kepada apa yang diobservasi, yaitu (1) perubahan yang terjadi
secara cepat di dalam kelas, (2) kesiapan kelas untuk merespon terhadap
kejadian yang sedang terjadi, (3) interupsi yang terjadi baik dari kelas dan juga
dari luar kelas, dan (4) dinamika sosial yang ada di kelas.
Dengan memerhatikan keadaan yang terjadi di kelas maka seorang guru selalu
kelihatan sibuk. Seringkali guru banyak memfokuskan diri pada mata pelajaran
dan juga siswa yang diajarnya daripada dirinya sendiri apalagi situasi yang ada
di kelasnya. Guru kurang memiliki waktu untuk merefleksikan strategi dan
metode yang sudah dipergunakannya. Dengan adanya observer, hal ini akan
membantu guru untuk dapat merefleksikan penggunaan strategi dan metode.
Penggunaan focusing dalam observasi ini akan membantu guru untyk dapat
merefleksikan apa yang sudah dilaksanakan dan juga mengetahui sejauh mana
keefektifannya. Menurut (Borich, 2008) ada 4 tujuan dari penggunaan focusing
dalam observasi, yaitu (1) Menjadi peduli dengan perilaku yang dilakukan
selama pembelajaran, (2) untuk menemukan alternative dan solusi pemecahan
masalah untuk strategi pembelajaran, (3) untuk mempelajari kekuatan strategi
pembelajaran yang dimiliki, dan (4) untuk memfokuskan refleksi pada
keefektifan dan perkembangan guru. (Lihat contoh di lampiran ke-3)

b. Tahap Kedua: Observasi
Tahap pertemuan awal memberikan dasar bagi pelaksanaan observasi kelas.
Fokus pada pertemuan awal menjadi acuan bagi observer dalam pengumpulan
data. Kualitas dan kuantitas data yang dikumpulkan akan berdampak penting
pada kualitas pertemuan pasca-observasi. Setiap langkah dalam tahap supervisi
klinis mempunyai maksud yang berbeda dengan data yang dikumpulkan.
Maksud dan tujuan dari pengumpulan data menurut (Zepeda, 2007, hal. 94)
adalah (1) manfaat observasi kelas dikaitkan dengan sejumlah informasi dari
supervisor sebelumnya, (2) semakin jelas fokus dari observasi kelas akan lebih
baik untuk menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan fokus yang dipilih,
(3) dampak dari data hasil observasi pada relasi supervisor dengan guru
dikaitkan dengan bagaimana feedback itu disampaikan kepada guru.
Maksud pengumpulan data memberi arah pada supervisor tidak hanya
mengumpulkan data selama observasi tetapi juga mempolakan bagaimana
seharusnya pertemuan awal dan pasca-observasi dilakukan. Tujuan utama dari
pengumpulan data untuk mendorong guru menganalisis, merefleksikan, dan
membuat perbaikan berkelanjutan.
Teknik Pencatatan untuk Observasi
Sebagai asumsi bahwa apapun yang kita lihat di dalam kelas merupakan hal
yang penting dan berkaitan dengan pembelajaran. Satu aktivitas yang terjadi
selalu berkaitan dengan aktivitas yang sudah berlalu dan akan berkaitan dengan
aktivitas yang berikutnya. Kita menyadari bahwa dalam melakukan observasi
seorang observer akan dipengaruhi oleh pengalamannya dan harapannya.
Dengan menggunakan 8 (delapan) lensa focusing dalam observasi dapat
membantu kita untuk menyeimbangkan antara apa yang kita harapkan dengan
apa yang terjadi di kelas secara nyata sehingga menghasilkan pemahaman yang
lebih lengkap tentang proses pembelajaran . Proses pendokumentasian tersebut
dilakukan dengan teknik pencatatan yang sesuai.
Pencatatan secara sistematis dari apa yang kita lihat seringkali dicantumkan
dalam bentuk format. Model format yang dipergunakan dari yang tidak
terstruktur sampai yang terstruktur. Pada dasarnya penggunaan format perlu
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dari sekolah. (lihat lampiran 4)

1) Pencatatan Anekdot
Bentuk pencatatan ini kurang terstruktur, belum menentukan perilaku dan
fokus kegiatan yang akan diobservasi. Pencatatan biasanya berkaitan
dengan apa, bagaimana, kapan, dan siapa yang perlu dicatat, (Borich,
2008, hal. 44). Teknik ini mempunyai kelebihan dan kekurangan menurut
(Borich, 2008, hal. 46)
Keuntungan menggunakan pencatatan anekdot adalah:
i. Perilaku yang diobservasi seperti apa adanya yang terjadi di dalam
kelas
ii. Data dikumpulkan tanpa mempertimbangkan orang yang diobservasi

iii. Observer mempunyai kebebasan untuk mencatat data
iv. Tidak memerlukan latihan secara khusus

Selain itu juga ada kekurangan yang perlu diperhatikan oleh seorang
observer:
i. Penggunaan waktu yang banyak baik untuk mencatat maupun untuk

menginterpretasi.

ii. Fakta yang dicatat dipengaruhi oleh orang yang diobservasi sebelumnya
dan juga oleh keyakinan dari observer dalam memilih hal yang
diobservasi.

iii. Data yang dicatat dan interpretasi kurang tepat karena kurang contoh
dari perilaku yang muncul.

iv. Bentuk ini sulit untuk diinterpretasi karena perilaku dipengaruhi oleh
banyak hal (sekolah, kehidupan di rumah dan teman sebaya).

2) Pencatatan Etnografi
Teknik ini mencatat sesuai dengan urutan kejadian, tanpa menyeleksi
kejadian secara khusus. Selama pencatatan atau sesudahnya observer
dapat membuat komentar berkaitan dengan perilaku yang menonjol. Untuk
lebih memudahkan pencatatan observer dapat juga merekam dan
dilanjutkan membuat transkrip. Teknik ini juga mempunyai kelebihan dan
kekurangan (Borich, 2008, hal. 47).
Keuntungan yang diperoleh dengan pencatatan etnografi adalah:
i. Teknik ini menyediakan data secara lengkap dari awal sampai dengan
akhir kelas.
ii. Dengan cara ini menempatkan pada posisi yang tepat antara sebab-
akibat dari kejadian yang muncul.

iii. Observer tidak memerlukan pelatihan secara khusus.

Kekurangan yang muncul dari penggunaan teknik ini adalah:
i. Teknik ini dapat memelahkan observer karena harus mencatat terus-

menerus.
ii. Kejadian yang muncul bisa terlewatkan karena terpaku untuk

mencatat.
iii. Bisa jadi tidak efisien dan tidak lengkap untuk mencatat kejadian yang

muncul secara bersamaan.

3) Pencatatan Tematik
Pada teknik pencatatan ini, observer menentukan lebih dulu kategori
perilaku yang akan diamati. Pencatatan dilakukan dengan dua tanda:
nomor romawi (I, II, III) untuk menunjukkan kategori dan huruf (A,B,C)
menunjukkan fakta-fakta yang muncul di kelas. Teknik ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan (Borich, 2008, hal. 48).
Kelebihan dalam penggunaan pencatatan tematik:
i. Penentuan kategori yang diobservasi akan membantu observer semakin
tajam dan mendalam
ii. Penentuan kategori yang tepat akan berkaitan dengan pengajaran
sebelumnya

iii. Pencatatan ini lebih ringkas dan hanya butuh waktu yang sedikit.
iv. Pencatatan ini menyediakan gambaran isi untuk observasi yang lebih

formal untuk observasi berikutnya.
Kekurangan yang muncul dengan pencatatan model ini:
i. Pencatatan ini hanya menyediakan data secara umum
ii. Data yang diperoleh tidak menunjukkan urutan waktu dan juga sebab-

akibat.
iii. Data ini memfokuskan hanya pada kategori yang sudah ditentukan

sebelumnya.

4) Teknik Pencatatan Skala 5
Teknik pencatatan ini mempunyai ciri yang Nampak pada penentuan contoh
kegiatan guru dan siswa yang akan diamati. Pada tahap berikutnya adalah
penentuan skala seperti (1) sangat kurang, (2) kurang, (3) cukup, (4) baik,
(5) sangat baik. Teknik ini mempunyai kelebihan dan kekurangan (Borich,
2008, hal. 52)
Teknik pencatatan skala 5 ini mempunyai kelebihan seperti:
i. Observasi dilakukan pada aspek perilaku guru dan murid sehingga lebih
terstruktur.
ii. Memberikan model yang dapat dipakai oleh banyak guru, kelas, atau
siswa.

iii. Lebih mudah untuk menyusun dan membuat rangkuman dalam bentuk
tally.

Selain itu ada juga kekurangan yang muncul dari penggunaan teknik ini,
yaitu:
i. Teknik ini dapat dipengaruhi oleh kesan-kesan observer pada guru atau

kelas sebelumnya.
ii. Hanya menyediakan pertimbangan yang terbatas.
iii. Ada kecenderungan memaksakan pada rating yang di tengah ketika

data yang muncul kurang sesuai dengan harapan observer.
iv. Hal ini memerlukan observer untuk menentukan perilaku yang tepat

dalam pengamatan yang singkat.
Penggunaan teknik pencatatan akan sangat berguna jika observer
mengetahui bagaimana menggunakan alat itu. Seorang observer menjadi
ahli setelah menggunakan alat itu berkali-kali. Penggunaan alat di atas
difokuskan pada konteks kelas, fokus observasi, ketepatan alat, penjelasan
dan pendekatan yang tepat, data yang dikumpulkan, saran untuk
pertemuan pasca-observasi, dan juga interpretasi data. Selain itu
penentuan waktu untuk segera merapikan catatan, menyampaikan ucapan
terima kasih kepada guru atas kerjasama selama observasi juga harus
dilakukan oleh seorang observer. Simpanlah material yang diperoleh
berkaitan dengan observasi. Materi itu dapat mencakup artikel jurnal,
video, dan deskripsi pengembangan professional yang dilakukan guru.
Setelah memahami tentang teknik pencatatan maka selanjutnya kepala
sekolah perlu memahami juga tahap yang ketiga dari supervisi klinis.

c. Tahap Ketiga: pertemuan Pasca-Observasi
Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) memberi
penguatan, (2) mengulas kembali tujuan pembelajaran, (3) mengulas kembali
hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil pengamatan, (5)
tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (7)
penyimpulan, (8) hindari saran ecara langsung, dan (9) merumuskan kembali
kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan. Sedangkan
menurut (Zepeda, 2007) tujuan dari pertemuan pasca-observasi sebagai usaha
dari guru dan observer untuk dapat:
1) Mereview dan menganalisis data yang dikumpulkan sesuai dengan fokus
kesepakatan yang dibuat pada saat pertemuan awal.

2) Mengembangkan rencana pengembangan profesionalitas, menyatakan hal-
hal yang diperoleh selama observasi, dan apa saja yang akan didiskusikan
pada saat pertemuan pasca-observasi.

3) Kesiapan dari guru untuk mempersiapkan diri untuk pertemuan awal
observasi berikutnya.

Baik observer maupun guru, keduanya merupakan seorang pembelajar dewasa.
Dalam melakukan pertemuan pasca-observasi perlu memerhatikan prinsip-
prinsip pembelajaran untuk orang dewasa. Menurut (Zepeda, 2007, hal. 170)
ada beberapa aktivitas yang perlu dikembangkan dalam pertemuan di antara
orang dewasa:
1) Mendorong untuk aktif berpartisipasi
2) Mengorganisasi kelompok diskusi pada hal-hal yang menjadi kesepakatan
3) Menyampaikan konsep baru sesuai konteks
4) Membuat lingkungan yang aman
5) Mengembangkan pengetahuan yang konseptual melalui pembicaraan dan

sharing pengalaman
6) Memberi kesempatan peserta untuk menggunakan pengetahuan

sebelumnya
7) Mencari perubahan bentuk dalam pemahaman waktu
8) Memberi tambahan pengalaman kepada peserta yang belum mempunyai

pemahaman awal.

Persiapan
Seorang observer perlu merencanakan pertemuan pasca-observasi secara tepat
memberikan dampak yang efektif. (Menurut (Zepeda, 2007, hal. 171)
pertemuan pasca-observasi yang efektif:
1) Dilakukan dengan tenggang waktu maksimal 24 jam dari waktu observasi
2) Dilaksanakan di kelas tempat observasi kelas dilakukan
3) Dalam bentuk dialog antara guru dan supervisor

Pelaksanaan
Untuk mensukseskan pertemuan pasca-observasi, seorang observer perlu
melakukan (Zepeda, 2007, hal. 172):
1) Mencari data-data yang berkaitan dengan fokus observasi
2) Menghindarkan untuk melakukan penilaian
3) Menentukan sejauh mana perlu pencatatan ulang untuk menghindarkan

data yang tidak fokus
4) Mengembangkan strategi untuk menyampaikan data yang diperoleh selama

observasi.
5) Mengembangkan pola yang terbuka agar guru mampu untuk berbicara dan

berpikir tentang pengajaran.
6) Menghargai terjadinya spontanitas dalam pertemuan pasca-observasi.

Pendekatan
Untuk melakukan pertemuan pasca-observasi yang efektif, seorang observer
harus memerhatikan karakter dari seorang guru, pandangan guru harus
mewarnai dalam diskusi. Observer bertanggung jawab mendorong guru untuk
mereview dan merefleksikan data yang ada dan membantu guru untuk
memberikan makna dari pengalamannya. Dengan usaha ini, kesabaran,
kesediaan untuk membantu guru menemukan teknik untuk mengembangkan

dirinya. Tujuan utama observer memahami kebutuhan guru dan merencanakan
tahap proses pembelajaran berikutnya. Dalam melakukan pertemuan pasca-
observasi juga ditekankan pentingnya memberikan umpan balik.

Umpan Balik
Agar dapat menghasilkan umpan balik yang terbaik, seorang observer
menggunakan data hasil observasi sebabagai dasar dan sumbernya. Guru perlu
mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga apa yang dapat mereka lakukan
untuk pengembangan dan penyesuaian selanjutnya secara tepat. Sediakan
umpan balik yang objektif tanpa mengkritisi. Hal ini akan mampu mendorong
guru mengambil resiko dan meningkatkan kesempatan dalam praktiknya. Untuk
memberikan umpan balik yang efektif (Zepeda, 2007, hal. 176) menyatakan:
1) Dukunglah guru untuk menemukan baik sisi positif dan negative dari aspek

yang dipraktikkan
2) Tingkatkan dasar-dasar untuk pengembangan
3) Peliharalah kepekaan dan penghargaan diri yang positif
4) Fasilitasi penilaian dan penemuan diri
5) Menekankan pada beberapa area yang pokok
6) Gambarkan secara tepat hal-hal yang diobservasi.
7) Bersifat asli dan mengurangi basa-basi.
8) Mengklarifikasi dan memperluas gagasan untuk guru dan observer.
9) Menyepakati hal-hal yang nyata berkaitan dengan kegiatan, perilaku, kata-

kata guru dan siswa.
10) Meningkatkan tujuan yang direncanakan dan mengembangkan strategi.
11) Menghindarkan: asumsi guru, membebani guru dengan hal-hal yang terlalu

rinsi, menilai krediblitas guru secara umum, menyimpulkan keadaan guru,
dan labeling serta mengadili baik atau buruknya guru.
12) Memberikan panduan bagi guru untuk berpikir di balik pembelajaran yang
diobservasi.
13) Mengakui dan memasukkan poin-poin guru sebagai bagian proses dari
umpan balik.

Tindak lanjut
Seorang observer dan guru perlu merencanakan tindak lanjut dari hasil
supervisi dan juga umpan balik yang diberikan. Setelah melakukan tahapan
supervisi secara lengkap, observer dan guru menfokuskan pada tindak lanjut
denngan pengembangan profesionalitas tertentu. Menurut (Zepeda, 2007, hal.
179) menyatakan bahwa pengembangan professional guru meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1) Menghadiri pelatihan, seminar dan konferensi
2) Observasi guru lain
3) Melanjutkan kuliah atau kursus
4) Melakukan penelitian tindakan kelas dengan guru lain
5) Membaca buku atau artikel yang berkaitan dengan topik yang menari
6) Mengembangkan atau memperbaiki portofolio

Lampiran 1:
Contoh Pencatatan pada Supervisi Informal

Nama Guru : Luccia Tanggal : 16 Okt 2020
Waktu : 7.30
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Jam ke- :1
Observer : Budi Gunawan
JumlahSiswa : 33

Kegiatan siswa:
 Bekerja dalam kelompok kecil, dan kooperatif
 Melakukan presentasi
 Mengerjakan test
 Mengerjakan tugas di mejanya
 ………………………………………………………………………………………

Kegiatan guru:
 Menjelaskan
 Melakukan tanya jawab
 Memonitor kerja siswa
 Mendemonstrasikan konsep
 Menjelaskan konsep
 Mengulang pelajaran untuk ulangan
 ……………………………………………………………………………………….

Komentar:
 Siswa bekerja secara mandiri di mejanya masing-masing
 Pengaturan ruang kelas (meja, podium dan kursi) memungkinkan Anda untuk
bekerja sama dengan siswa ketika mereka mengerjakan tugas dan untuk menjaga
komunikasi dengan siswa secara terus-menerus.
 ……………………………………………………………………………………….

Barangkali Anda seharusnya melaksanakan pertemuan bersama guru baru sehingga mereka
mampu mengamati keadaan ruang kelas Anda. Terima kasih atas kesempatan yang
diberikan sehingga saya dapat mengunjungi kelas Anda untuk melihat Anda membantu
siswa menjadi penulis yang baik. Saya sangat menghargai usaha yang Anda lakukan.

Lampiran 2:

Contoh Format pertemuan Awal dan penjelasannya (Zepeda, 2007, hal 86-87)

Nama guru : Tanggal :

Kelas/Mata Pelajaran : Pengamat :

1. Tujuan Pembelajaran
1.1 Isi, apa yang akan dipelajari siswa?
Penjelasan: Tanyakan kepada guru tentang rencana pembelajaran yang akan
diajarkan. Pastikan bahwa Anda mengetahui topik (mata pelajaran) yang akan
diajarkan selama observasi. Guru semestinya menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan di kelasnya.
1.2 Proses, apa metode/proses yang akan dilakukan?
Penjelasan: Apa yang akan dilakukan oleh guru dan siswa di kelas? Dorong guru
untuk menjelaskan sebab-akibat yang akan dia lakukan dengan reaksi peserta didik
yang akan muncul. Apa metode yang akan dipakai selama pelajaran? Tanyalah guru
berkaitan dengan metode yang dipilih. Cobalah mencari tahu mengapa guru
memilih metode tersebut secara khusus. Pastikan Anda mengetahui dengan baik
metode yang dipilih.
1.3 Sumber daya, apa sumber belajar dan materi yang akan digunakan?
Penjelasan: Dengan kemajuan teknologi yang terjadi, guru mempunyai berbagai
macam variasi peralatan yang tersedia untuk meningkatkan pembelajarannya.
Teknologi dapat dipergunakan sebagai sumber belajar dan sebagai metode
pembelajaran tersendiri.

2. Memahami lingkungan kelas
2.1 Seperti apa keadaan peserta didik di kelas?
Penjelasan: Apakah peserta didik menunjukkan performance, tingkat motivasi, dan
kemampuan yang sesuai dengan tingkat perkembangannya/ Apakah peserta didik
dengan kebutuhan khusus mendapatkan pelayanan dalam pembelajaran dan
penilaian secara khusus?
2.2 Bagaimana keadaan dan situasi di ruang kelas?
Penjelasan: Mintalah guru untuk menceritakan keadaan dan situasi di kelasnya,
peran siswa dalam proses pembelajaran, cara siswa berkomunikasi dengan teman
dan guru, tingkat kerjasama, dan juga perilaku siswa di dalam kelas.

3. Mengetahui hasil pembelajaran
3.1 Penilaian
Penjelasan: bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana guru menentukan
cara untuk mencapai tujuan pembelajaran, bagaimana guru memonitor selama
pembelajaran dan apa jenis penilaian yang akan digunakan di kelas. Apakah
kegiatan yang dilakukan guru untuk membantu siswa belajar? Apakah bentuk
pertanyaan yang akan dipakai sehingga siswa menunjukkan keberhasilannya? Apakah
bentuk hasil yang diharapkan (test, kuis, portofolio, proyek, atau esay)?

4. Fokus pada observasi
Penjelasan: Fokus merupakan bagian penting dari aspek pertemuan awal. Fokus ini
memungkinkan observer untuk:
4.1 Menemukan area yang menunjukkan data aktivitas guru secara objektif.
4.2 Mengumpulkan data yang lebih baik sebab observer akan mengetahui fokus dan
teknik pencatatan untuk mengunpulkan data.

Lampiran 3:
Fokus dalam Observasi
Menurut (Borich, 2008) ada 8 (delapan) focusing yang berkaitan dengan keefektifan dalam
pembelajaran.

Delapan Lensa untuk Pengamatan Kelas
Karena kelas pada hakikatnya sangat kompleks, pengamat sering memilih suatu kerangka
pikir khusus (lensa) untuk memperoleh pemahaman yang cukup, terkait dengan aspek
khusus mengenai sustu kelas tersebut. Selama pengamatan dilakukan berkali-kali dengan
menggunakan lensa yang berbeda akan menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif
dan detail mengenai pengajaran dan pembelajaran. Sekalipun lensa-lensa yang akan kita
gunakan bukan merupakan satu-satunya alat untuk membimbing observasi di kelas, masing-
masing lensa tersebut telah mengalami uji coba dan diteliti guna memperoleh informasi
sejauh mana lensa-lensa tersebut berpengaruh terhadap kinerja para siswa. Lensa-lensa
lain pun cukup banyak tersedia, dan lensa-lensa baru pasti akan muncul seiring dengan
makin banyaknya riset dalam bidang ini. Untuk tujuan ini, lensa-lensa berikut akan
menjadi pengantar bagi pemerolehan keterampilan observasi kelas dan mengajar secara
efektif.

Lensa 1: Pertimbangan Iklim pembelajaran
Iklim pembelajaran dalam suatu kelas mengacu pada lingkungan fisik dan emosional.
Sejumlah hal yang bisa diobservasi dari lingkungan pembelajaran ini adalah: (a)
kehangatan, kepedulian, dan harapan-harapan macam apa yang disampaikan oleh guru
kepada siswa-siswinya; (b) penataan aspek-aspek fisik dari kelas, yang mendorong atau
menciptakan ikatan dan interaksi antarsiswa; (c) tingkat bersaing antara yang satu dengan
yang lain, kerjasama atau kemandirian yang didukung oleh struktur aktivitas di dalam
kelas. Sewaktu Anda melakukan observasi iklim pembelajaran ini, Anda akan membuat
catatan secara khusus mengenai bagaimana perasaan para siswa terhadap diri sendiri,
terhadap satu sama lain, dan dengan kelas mereka tersebut, serta aktivitas dan materi
yang mendorong perasaan paling kondusif untuk pembelajaran.

Lensa 2: Fokus pada manajemen Kelas
Manajemen kelas melibatkan bagaimana para guru mengorganisasikan kelas dan
mengantisipasi serta menanggapi perilaku siswa guna menyediakan lingkungan yang efisien
untuk pembelajaran. Beberapa aspek yang bisa diamati dalam pengelolaan kelas adalah:
(a) penataan aspek-aspek fisik dari kelas yang ditujukan untuk mengkomunikasikan aturan-
aturan kelas; (b) mengembangkan dan mengkomunikasikan sejumlah aturan dasar
instruksional (instructional routines); (c) meletakkan system penghargaan atas hal-hal baik
dan konsekuensi praktis dari hal-hal yang kurang baik (incentives and consequences); (d)
menggunakan teknik untuk manajemen kelas yang sederhana namun tepat guna. Mengingat
bahwa kebanyakan guru menjumpai beragam tantangan dalam pengelolaan kelas ini, yang
Anda fokuskan dalam lensa pengelolaan kelas ini adalah seberapa efektif sang guru
mengatur dan memfasilitasi pembelajaran dengan keterampilan pengelolaan kelasnya.

Lensa 3: Perhatikan Kejelasan Pelajaran
Kejelasan pelajaran mengacu pada kemampuan sang guru untuk menyampaikan isi
pelajaran secara jelas dan langsung, dan mengelola serta menata gagasan secara
sistematis isi pelajaran yang dia ampu – sesuai dengan tingkat pemahaman para siswa.
Aspek-aspek yang bisa diamati melaui lensa ini adalah: (a) memberi informasi kepada para
siswa mengenai keterampilan dan pemahaman yang diharapkan sebelum kelas dimulai; (b)

menyediakan advance organizers atau pengantar umum secara komprehensif yang
menempatkan isi pelajaran dalam perspektif pembelajaran yang telah dilalui siswa dalam
kaitannya dengan pembelajaran masa depan yang akan dituju siswa; (c) menilik ulan
(review) dan meringkas, serta menggunakan contoh, ilustrasi, demonstrasi, media
pembelajaran yang dapat memperluas dan menjelaskan isi pelajaran.

Lensa 4: Variasi Metode Mengajar
Seperti halnya ketika Anda mengingat-ingat kembali pengalaman Anda sebagai seorang
siswa, keberagaman instruksional, menggunakan beragam cara pembelajaran (visual,
wicara, dan indra peraba/sentuhan) mempertahankan ketertarikan belajar dan perhatian
siswa. Para guru yang efektif menggunakan campuran yang tepat dari beragam pendekatan
instruksional untuk mendukung satu tujuan pembelajaran tertentu. Aspek-aspek yang
dapat diamati melalui keberagaman instruksional ini antara lain: (a) penggunaan alat-alat
untuk menarik perhatian; (b) variasi dalam hal kontak mata, suara, dan bahasa tubuh yang
mendukung; (c) penggunaan cara-cara alternative melalui beragam cara yang
memungkinkan proses pembelajaran terjadi (melihat, mendengarkan, dan melakukan), dan
(d) menggunakan hadiah dan peneguhan untuk mempertahankan ketertarikan dan
keterlibatan siswa-siswi.

Lensa 5: Observasi Orientasi Tugas
Orientasi tugas melibatkan praktek-praktek pengajaran yang efektif yang membantu guru
untuk mampu memperthankan fokus instruksional. Termasuk di dalamnya adalah: (a)
mengelola beragam aktivitas kelas secara efisien; (b) menangani perilaku menyimpang
dengan cara sebijak mungkin (tidak mengganggu keseluruhan kelas); (c) mengurangi waktu
instruksional yang sekedar digunakan untuk mencatat saja, dan (d) memaksimalkan waktu
yang digunakan untuk mendiskusikan isi pelajaran secara keseluruhan. Aspek-aspek terkait
dalam orientasi tugas ini adalah RPP yang mencerminkan teks dan arahan kurikulum,
penggunaan aturan dan prosedur yang mengantisipasi (dan juga mengurangi) perilaku
menyimpang siswa, dan pemanfaatan alat-alat instruksional (seperti test, review, dan
tugas-tugas) yang digunakan untuk momentum instruksional.

Lensa 6: Perhatikan Keterlibatan Siswa
Para siswa belajar dengan cara paling baik ketika mereka terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran. Para guru mendorong keterlibatan mereka dengan menyediakan
latihan-latihan, persoalan yang tepat, dan beragam aktivitas yang memungkinkan para
siswa untuk memikirkan sesuatu, bertindak secara benar atas apa yang dipikirkannya, dan
mempraktikkan apa yang mereka pelajari. Sejumlah aspek yang dapat diamati melalui
lensa ini adalah disediakannya praktik-praktik terbimbing, penggunaan umpan balik dan
perbaikan dari guru, pemanfaatan beragam kegiatan belajar yang berbasis pada individu
(individualized and self-directed0, dan penggunaan secara sistematis kata-kata positif
untuk peneguhan dan memonitor tugas-tugaskelas selama prose pembelajaran di kelas.

Lensa 7: Ukur Keberhasilan belajar Siswa
Pembelajaran siswa terdukung ketika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan tingkat
keberhasilan yang rata-rata sampai tingkat keberhasilan yang tinggi. Sejumlah aspek
yangbisa diobservasi dalam pengajaran yang mendorong keberhasilan belajar siswa adalah:
(a) organisasi pelajaran dan unit yang mencerminkan pengetahuan awal siswa; (b) umpan
balik dan koreksi yang diberikan denga tepat (tidak terlalu lama dan ditunda-tunda); (c)
transisi bertahap terhadap isi pelajaran yang baru, dan (d) langkah kelas dan momentum

yang terbangun untuk menuju serangkaian pengalaman belajar yang harus dicatat (review,
proyek, latihan, test).

Lensa 8: perhatikan Proses-proses Berpikir Tingkat Tinggi dan Hasil Belajar Kinerja
Proses-proses berpikir tingkat tinggi mengacu pada kemampuan berpikir kritis, penalaran,
dan pemecahan masalah. Proses-proses macam ini tidak bisa diuur semata-mata melalui
ujian pencapaian kognitif. Sejumlah aspek yang dapat diamati adalah: (a) penggunaan
aktivitas-aktivitas kolaboratif dan kelompok; (b) tersedianya kesempatan untuk latihan dan
pemecahan persoalan secara mandiri, dan (c) pemanfaatan asesmen kinerja dan portofolio
siswa.

Lampiran 4: Contoh Teknik pencatatan

1. Pencatatan Anekdot

Nama sekolah : SD Satu Nama guru : Roni
Observer : Lensiwati
Kelas : V (Lima) Tanggal : 17 Januari 2019

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Tujuan : Untuk mengobservsi partisipasi dan keterlibatan siswa

Kejadian : Ketika kelas mulai, guru menanyakan apakah ada di antara murid yang

bersedia untuk membaca kisah yang telah mereka tuliskan malam sebelumnya. Anton

mengacungkan tangannya. Guru mempersilakan Anton untuk membaca dan kemudian ia

maju ke depan kelas. Anton ulai membaca kisah tersebut dengan suara yang pelan. Ketika

sudah membaca beberapa saat, guru menyuruh Anton untuk membaca lebih keras dengan

mengatakan, “ Ayo keraskan suaramu atau kamu tidak akan pernah berbicara baik di depan

public!” Di saat yang sama Anton berhenti membaca, kembali ke tempat duduk semula dan

diam seribu bahasa sampai pelajaran selesai.

Introspeksi: Anton nampaknya menikmati menulis dan berbagi cerita dengan siswa lainnya.
Bagaimanapun juga, Anton sangat sensitive dan mudah mengalami kekecewaan ketika
mendapatkan masukan ataupun kritikan. Hal tersebut menandakan bahwa ia kurang
memiliki kepercayaan diri untuk berbicara di depan umum. Komentar guru pada Anton di
depan kelas telah membuat kepercayaan dirinya berkurang dan bahkan mematikan
kemandiriannya untuk menjadi volunteer.

2. Pencatatan Etnografi

Nama sekolah : SD Satu Nama guru : Tina dan Yuli (Asisten)
Observer : Sungadi
Kelas : II (Dua) Tanggal : 12 November 2008

Mata pelajaran : Bahasa Inggris

8.30
1. Siswa disuruh masuk kelas
2. Melepaskan jaket dan berjalan di sela-sela bangku
3. Beberapa anak anak laki-laki duduk di pojokan
4. Dan beberapa siswa perempuan duduk di lantai bermain puzzle
5. Guru berjalan ke depan dank e belakang kelas mendekati beberapa anak
6. Kemudian, guru dan asistennya berjalan ke meja untuk berbicara

8.35
7. Ibu Tina meninggalkan kelas
8. Asisten, Ibu Yuli masih duduk di tempatnya

8.40
9. Ibu Tina kembali lagi ke kelas
10. Dia menuju meja guru kea rah kiri kelas
11. Di sana ada meja, dan ia duduk di pinggirnya
12. lalu katanya, “ Kelompok biri, ambilah folder (data) dan maju ke depan!”
13. “Kelompok hijau ke sini! … jangan berbicara keras-keras!”
14. dan anak-anak kembali mengikuti perintahnya.
15. Dia bertanya, “ Apakah ada yang kehilangan sesuatu?”
16. Tak seorangpun menjawab, dan dia mengulangi pertanyaannya.

17. Pencatatan Tematis
18. Teknik pencatatan Skala 5

SUPERVISI PEMBELAJARAN GURU BARU
INFORMAL

Nama lengkap : Luccia Shinta Apriyanti

NIK : 2019034

Kelas : II-A

Hari, tgl. Supervisi : Jumat, 16 Oktober 2020

Sub Tema : 2 (Pembelajaran 4)

No Eviden Penjelasan

 Guru mengajak anak untuk berdoa bersama dan

menawarkan kepada anak untuk memimpin doa.
1

2  Guru mengajak anak membuat komitmen.

 Literasi sederhana awal pembelajaran, contoh
tentang protokol kesehatan (contoh guru mencuci

3 tangan).

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran;
memahami tata tertib sekolah dan penjumlahan

4 bersusun pendek.

 Guru bersama siswa mengidentifikasi tata tertib

sekolah berdasarkan gambar di buku Tematik.

5  Guru menghitung jumlah tata tertib di sekolah dan
menambahkan jumlah tata tertib di rumah (11 + 3).

 Guru tidak membahas isi tata tertib di sekolah

maupun di rumah, serta tujuan tata tertib dibuat.

 Guru berganti ke materi penjumlahan.
 Guru memberi contoh pengerjaan penjumlahan

bersusun di papan tulis.
 Guru langsung memberi tugas anak-anak untuk
6 mengerjakan latihan dari buku tematik seperti di

contoh pengerjaan guru. Hasil pekerjaan di foto,
lalu dikirim lewat WA ke guru kelas.
 Guru belum memberi kesempatan anak bertanya.
 Pembelajaran langsung ditutup dengan doa.

 Guru menugaskan anak-anak untuk membuat

refleksi tertulis di buku.

7  Ada contoh rekaman anak mencongak perkalian
dengan orang tuanya.

A. Catatan Kepala Sekolah:
1. Guru mempersiapkan pembelajaran dengan baik.
2. Guru menguasai kelas dan materi pembelajaran.
3. Guru mengajak anak untuk literasi di protokol kesehatan dan komitmen di
awal pembelajaran dan refleksi di akhir pembelajaran.
4. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran sudah cukup baik.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Guru sebaiknya memberikan konfirmasi tata tertib sekolah dan di rumah
meskipun sudah ada di gambar dalam buku Tematik.
b. Arah kamera focus ke tulisan tangan guru di whiteboard, pada saat
direkam.
c. Guru sebaiknya memberi kesempatan anak-anak untuk bertanya.
d. Pembelajaran tematik belum mengalir dengan baik, masih tampak
perpindahan dari muatan pembelajaran PPKn ke Matematika
6. Terimakasih kerja keras Bu Shinta.
7. Tetap semangat dan terus dikembangkan.

B. Tanggapan Guru:
1. Syukur atas proses supervisi pembelajaran.
2. Terima kasih atas bimbingan dan pendampingan ibu Kepala Sekolah.
3. Saya akan memperbaiki proses pembelajaran tematik lebih baik lagi.
4. Saya akan memberi kesempatan para siswa bertanya agar lebih aktif.

Mengetahui, Jakarta, 16 Oktober 2020
Kepala Sekolah Guru kelas IIA

Florentina Andri H Luccia Shinta Apriyanti
NIK. 1988071 NIK. 2019034

Contoh Pencatatan pada Supervisi Informal

Nama Guru : Luccia SA. Tanggal : Jumat, 16 Oktober 2020
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Siswa : 33
Observer : F. Andri H.

Kegiatan siswa:
 Berdoa
 Membuat Komitmen
 Literasi bersama
 Bekerja dalam kelompok kecil, dan kooperatif
 Melakukan presentasi
 Mengerjakan test
 Mengirim melalui WA
 Bertanya jawab
 Berefleksi
 ………………………………………………………………………………………

Kegiatan guru:
 Menjelaskan
 Melakukan tanya jawab
 Memonitor kerja siswa
 Mendemonstrasikan konsep
 Menjelaskan konsep
 Membantu menarik kesimpulan
 Berefleksi
 ……………………………………………………………………………………….

Komentar:
 Siswa bekerja secara mandiri di rumah secara terbimbing
 Pengaturan ruang diskusi dan tanyajawab bersama guru dilakukan secara
khusus melalui daring
 ……………………………………………………………………………………….

Catatan
Kepala Sekolah atau Supervisor hendaknya telah malakukan pertemuan bersama
guru baru sehingga mereka mampu menemukan fokus pengamatan (pilihan dari 8
lensa). Lihat lampiran pada materi

















REFLEKSI KEGIATAN

SCAN ME

TO ACCESS THE WEBSITE

TANGGAPAN SUPERVISI

SCAN ME

TO ACCESS THE WEBSITE


Click to View FlipBook Version