Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang
Mahakasih, karena atas kuasaNya kita masih bisa
merancang dan melaksanakan Pekan Studi Dominikan
(PSD) di tahun 2022 ini.
Pekan Studi Dominikan merupakan serangkaian
kegiatan studi dan refleksi yang dirancang dan
dilaksanakan dalam rangka memaknai perayaan St.
Dominikus pelindung Yayasan Santo Dominikus yang
dirayakan tiap tanggal 8 Agustus. Tema perayaan setiap
tahun berbeda disesuaikan dengan rencana strategis YSD,
yang secara spesifik diterjemahkan dalam arah bingkai
kinerja YSD yang berlaku selama 6 tahun. PSD tahun 2022
ini bertepatan dengan tema tahun Veritas I, maka tema
PSD adalah Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang
Veritas.
Kita berharap dengan PSD ini, refleksi kita
memberi buah pengharapan dan sukacita yang nyata bagi
diri kita sendiri, para siswa dan siapapun yang kita layani
di tengah situasi dunia yang berubah-ubah, dengan
menciptakan budaya keunggulan berbasis nilai-nilai
kehidupan selaras dengan teladan St. Dominikus.
Selamat memasuki pekan studi dan refleksi bersama.
Salam Veritas.
1
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
MEMBANGUN BUDAYA SEKOLAH DALAM TERANG VERITAS
PEKAN STUDI DOMINIKAN YSD 2022
Memaknai Tahun Veritas !
“Ego Sum Via et Veritas et Vita”
Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup
(Yoh 14:6)
Membangun Budaya Dalam Terang Veritas, kita pilih
sebagai tema PSD 2022 karena sebagai jawaban atas
keprihatinan akan makin rapuhnya manusia dalam
mengemban semangat Kebenaran dalam kehidupan.
Disrupsi teknologi atau perubahan-perubahan besar
akibat dari kemajuan teknologi yang dipercepat akibat
pandemi membuat manusia mampu merancang apapun
dengan cepat, yang kadangkala membuat manusia
kehilangan orientasinya terhadap diri sendiri, sesama dan
Tuhan. Acapkali kehidupan makin maju membawa
dampak kehidupan ini makin hampa dan kehilangan arah
yang mesti dituju. Suara “Akulah Jalan, Kebenaran dan
Hidup”menjadi suara imajiner yang tak terjangkau oleh
nalar, hati dan kesadaran manusia zaman ini, hingga
orang mudah terperosok di jalan konsumerisme,
hedonisme dan nepotisme yang membawa kehidupan ini
makin hampa dan berseberangan dengan jalan
Kebenaran.
2
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Membangun budaya dalam terang Veritas, sedikit banyak
akan membantu kita menciptakan oase kehidupan yang
lebih damai dan hangat dengan merangkai kisah-kisah
bermakna dalam tiap sisinya. Harapan dari studi dan
refleksi ini supaya kehidupan civitas sekolah Dominikan
mengalami titik perhentian yang menyegarkan ditengah
aneka harapan dan kecemasan memulai pembelajaran
tatap muka yang membutuhkan banyak penyesuaian atas
protokol kehidupan yang baru.
Pekan Studi Dominikan ini kita selenggarakan
untuk memaknai perayaan St. Dominikus bukan sebagai
orang suci sendirian di jalan setapak, tetapi sebagai orang
suci yang menikmati persekutuan dengan saudara-
saudaranya, berkumpul karena panggilan yang sama
untuk mewartakan Firman Tuhan dan membagikan
makanan dan minuman dari Tuhan. Perayaan ini
mengundang kita mengenal dan menghayati lebih jauh
tentang motto atau semangat hidup Santo Dominikus
dalam mewartakan Kebenaran. Cara menghayati
semangat St. Dominikus bukan hanya pada saat PSD,
tetapi bagaimana Roh Kebenaran merasuki hidup kita
hingga bersama seluruh civitas kita mampu membangun
budaya atau iklim kehidupan yang benar dalam karya,
dan hidup dimanapun kita berada. Kebahagian hidup
akan ada dalam pelukan kita, jika kita mampu
membangun budaya Kebenaran itu secara bersama-sama
sebagai karakter yang khas, yang lahir dari hidup batin
yang kuat mengakar pada kasih Tuhan sendiri.
3
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Bab I
Santo Dominikus Pewarta Kebenaran dengan Sukacita
Hati Terbuka
Santo Dominikus biasa berjalan menyusuri
pedesaan sambil bernyanyi, bukan hanya karena is
seorang pemberani dan memiliki sifat yang periang. Studi
bertahun-tahun telah memberi dia hati yang terbuka
untuk berharap1. Marilah kita belajar untuk memiliki
sukacita seperti sukacitanya :
Sejarah berkata,
Jangan berharap di sisi kubur ini.
Tetapi, akan terjadi dalam hidup Anda
Gelombang keadilan yang lama dinanti
Dan harapan serta irama sejarah kita
Dapat semakin meninggi.
Maka berharaplah
Akan samodra perubahan
Akan sisi lain dari balas dendam,
Percayalah bahwa pantai nan jauh’
dapat dicapai dari tempat ini.2
1 Radcliffe Timothy, OP. Sing a New Song. Malang -Penerbit Dioma : 2009.
Hlm 111.
2 Seamus Heaney, The Cure at Tray: version of Sophocleses “Philocpetes”, London,
1990 dalam2 Radcliffe Timothy, OP. Sing a New Song. Malang -Penerbit Dioma :
2009. Hlm 111
4
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Studi tidak pernah boleh hanya menjadi pelatihan akal
budi, studi adalah transformasi hati manusia.” Kamu
akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di
dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu
hati yang keras, Kuberikan kepadamu hati yang taat”
(Yeh 36: 26). Sepanjang waktu, kita harus membiarkan
hati kita dibentuk : waktu membaca, waktu mengajar,
waktu relax, waktu bekerja, waktu menonton film, dll.
Semua yang kita baca, kita tonton dan kita kerjakan dapat
mengubah hati kita. Apakah kita memberikan hal-hal
yang baik untuk memupuk hati kita makin lembut karena
disentuh oleh nilai-nilai yg kita temukan? ataukah kita
membentuk hati kita dengan kekerasan dan kekejaman,
dan memberikan hati batu kepada diri kita sendiri ?3
Dengan segala kelembutan hatinya dan penuh
sukacita, Santo Dominikus memberikan pewartaan pada
kaum Albigens. Dengan tujuan kaum Albigens akan
kembali pada ajaran gereja yang benar. Nama Albigens
berasal dari kata Albi, sebuah kota kecil di Perancis
Selatan. Kaum Albigens juga disebut kaum Katar. Pada
saat itu di Perancis selatan terdapat dua aliran yang yang
mengkhawatirkan, yaitu: ajaran kaum Albigens yang
berasal dari Timur dan aliran yang digerakkan oleh kaum
Walden. Kedua aliran ini berbahaya untuk kehidupan
kristiani.
3 Radcliffe Timothy, OP. Sing a New Song. Malang -Penerbit Dioma : 2009. Hlm 94.
5
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Ajaran Albigens ada hubungannya dengan ajaran
Mani dari Timur(Manikisme). mereka menyangkal
dogma Allah Tri Tunggal dan mengakui dua asas
pencipta: yang satu pencipta yang pada dasarnya jahat,
dan yang lain pencipta roh non material, yang pada
dasarnya baik. Orang tidak perlu tunduk pada hukum
negara, pencurian terutama barang-barang gereja adalah
halal, mereka tidak mengakui sumpah dan bunuh diri
dibenarkan serta perkawinan tidak mereka terima.
Aliran Walden yang didirikan oleh Petrus Waldus,
seorang yang kaya raya di Lyon. Ia membagikan harta
kekayaannya kepada orang miskin. Ia mengadakan
gerakan kemiskinan dan mewartakan Injil kepada kaum
miskin. Namun ajaran yang diwartakan mengandung
kesesatan, terutama dalam kotbah-kotbah mereka, maka
Uskup menentang dan melarang aliran Walden untuk
mewartakan Injil, dan akhirnya aliran Walden menjadi
aliran anti Gereja. Aliran Walden ini tidak mau mengakui
hirarki dan kekuasaan mengajar. Mereka menolak ajaran
tentang sakramen, api pencucian, doa-doa untuk orang
yang telah meninggal, indulgensi dan penghormatan
kepada orang suci.
Pada masa itu tugas pewartaan menurut hukum
gereja terletak pertama-tama ditangan para Uskup, para
kanonik dan mereka yang berkaitan dengan keselamatan
jiwa-jiwa. Namun yang terjadi saat itu di dalam gereja,
banyak uskup yang tidak memiliki waktu memperhatikan
pewartaan dengan serius. Para uskup justru memiliki
6
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
kesibukan yang lain dan menyuruh orang membuatkan
kotbah untuk mereka. Ada juga Uskup yang keberatan
untuk bicara dengan umatnya. Para uskup lebih suka
berburu dari pada mengunjungi wilayahnya. Situasi ini
yang dihadapi oleh Dominikus dan Diego.
Dalam perjalanannya ke Denmark, saat berada di
Perancis Selatan, Dominikus dan Diego bertemu dengan
para utusan Paus, yaitu Arnoud Almaric dari Citeaux,
Raoul dari Fontfroide dan Petrus dari Castelnau, mereka
menyampaikan suka duka dan kegagalannya dalam
memerangi kaum Albigens. Dominikus dan Diego
memberikan jawaban yang tepat pada mereka “ Kalian
berkotbah kepada orang-orang katar sambil naik kuda
dan berpakaian mewah yang memerlukan banyak biaya.
Seharusnya bukan itulah caranya. Tidak mungkin
mempertobatkan orang berdasarkan kekuatan kata-kata
saja. Mereka mengharapkan teladan. Kaum bidaah
berkotbah dan tampil dengan kedok kemiskinan dan
askese. Dengan cara itu mereka menanamkan keyakinan
dalam orang-orang. Sedangkan kalian datang dalam
kekayaan. Justru itulah yang tidak mampu
menggerakkan hati orang dan akhirnya kalian gagal.
Usirlah kemunafikan mereka dengan keutamaan yang
sesungguhnya. Ikutilah St Paulus yang tidak berkeberatan
menjelajahi daerah sebagai orang gila, mengutarakan jasa-
jasa serta pernyataan-pernyataan dengan menunjukkan
7
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
penderitaannya dan bahaya-bahaya yang dihadapi untuk
mematahkan kesombongan mereka”.4
Perjalanan dan perjuangan Dominikus dalam
mewartakan kebenaran, mengalami banyak tantangan.
Tantangan tidak hanya muncul dari luar namun juga dari
dalam gereja sendiri. Dominikus melaksanakan
pewartaan dengan semangat para rasul, maka disaat
mewartakan tersebut hanya buku-buku doa dan buku-
buku studi yang mereka bawa.
Diego dan Dominikus bersama para utusan
memilih kota Servian sebagai tempat pertama karya
kerasulan mereka. Penduduk Servian yang sudah
dipengaruhi ajaran sesat, amat menghormati Diederik
sebagai seorang pemimpin Albigens. Deiderik tinggal di
Servian memiliki pengaruh yang besar terhadap kaum
Albigens. Oleh karena itu Servian menjadi kubu terkuat
dari ajaran sesat. Ketika mereka mendekati Servian tanpa
menghiraukan kaki mereka yang luka-luka dan pakaian
yang compang camping, mereka mendaki sebuah bukit.
Penduduk tahu bahwa mereka datang untuk berkotbah.
Melihat kemiskinan mereka, para penduduk betul-betul
menghormati mereka dan tunduk kepada mereka.
Namun tidaklah demikian dengan Diederik dan
pemimpin benteng itu. Ketika mereka diajak untuk
berdebat masalah agama di hadapan umum oleh para
4 Lambermond, OP. Dr. Ch. Santo Dominikus Pendiri Ordo Pengkotbah, diterjemahkan oleh
Sr. Agnes Iswatini, OP. Untuk Kalangan Sendiri.
8
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
pengkotbah, mau tidak mau mereka harus menyatakan
kesediaannya. Perdebatan tersebut berlangsung hingga
delapan hari yang diakhiri dengan kemenangan di pihak
pengkotbah. Seluruh penduduk memihak pada para
pengkotbah, mereka akan meninggalkan ajaran sesat
namun mereka takut dengan pemimpinnya yang
memegang nasib mereka. Maka dari itu hanya secara
lahiriah saja ajaran sesat Albigens masih berlaku di
Servian, hati para penduduk sudah mengikuti para
pengkotbah. Ketika para pengkotbah meninggalkan
Servian berduyun-duyun penduduk menghantar para
pengkotbah sampai Bezier.
Diego dan Dominikus tiada henti terus berkotbah
untuk mempertobatkan kaum Albigens. Saat Dominikus
berada di Fanjeaux terjadi berbagai keajaiban. Menurut
Humbertus Romanus: sesudah Dominikus berkotbah, ia
berdoa di Gereja. Tiba-tiba datang sembilan wanita katar
dari golongan bangsawan dan berlutut di depan
Dominikus. “ Hamba Tuhan, tolonglah kami. Andaikata
yang anda wartakan itu benar, maka lama sudah jiwa
kami dibuat buta oleh ajaran sesat”. Dominikus berdiam
diri sejenak, kemudian ia berkata: “Janganlah takut, saya
percaya bahwa Tuhan Allah tidak menghendaki orang
binasa. Ia akan menunjukkan kepada tuan macam apakah
yang anda sembah sampai sekarang ini”. Saat itu juga
mereka melihat seekor binatang menyeramkan, berputar-
putar ditengah-tengah mereka. Binatang itu berbadan
anjing, berkepala kucing dengan mata mencuat keluar,
9
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
lidahnya yang Panjang, lebar dan merah seperti darah
tergantung sampai ke perut dan meyebarkan bau yang
memualkan. Sesudah beberapa saat berputar disekitar
wanita-wanita tersebut binatang itu terbang keluar dan
lenyap di udara. Maka bertobatlah wanita-wanita tersebut
dan menjadi pengikut-pengikut Dominikus dengan
penuh semangat.
Perjuangan Dominikus dalam mewartakan
kebenaran, berlangsung terus sampai akhir hayat
Dominikus. Studi merupakan bagian dari menimba
kekuatan saat mewartakan kebenaran, mempertobatkan
orang-orang yang meninggalkan ajaran gereja dan
kembali pada ajaran gereja yang benar.
10
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Bab II
Veritas Sebagai Motto Hidup
Istilah Veritas memiliki makna yang sangat teologis.
Veritas sendiri sering diartikan Kebenaran. Yesus sendiri
adalah adalah Kebenaran, ”Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup” (Yoh 14: 6). Dalam Injil Yohanes ini secara
khusus berbicara tentang Yesus sebagai Sang Kebenaran.
Pengertian Veritas ini bukan hanya sisi intelektual Logos,
tetapi olah rohani karena The Truth, Veritas bersumber
dari Sabda. Konsekuensinya menurut Injil Yohanes
melihat bahwa Yesus sendiri adalah Sang Sabda atau
Yesus adalah Sang Logos dan Sang Agape ( Kasih) yang
menjadi satu dalam pribadi Yesus.
Veritas sama dengan Kebenaran. Kebenaran adalah
kesesuaian, keselarasan antara ide-ide kita dengan realitas
yang ada. Dua elemen penting dalam kebenaran yaitu ide
dan realitas. Maka saat kita melihat sesuatu kita mencoba
menangkap hal tersebut supaya ada dalam pikiran kita.
Contohnya saat saya melihat gelas dengan indera saya,
gelas ini akan hadir dalam pikiran saya sebagai satu ide,
maka ada ide dalam pikiran, dan ada gelas dalam realita
yang bisa kita lihat.
Kebenaran adalah pemahaman akan realitas yang
sesuai dengan kenyataannya. Semakin kita memiliki akses
terhadap realitas, maka kita semakin mengenal realitas
tersebut dengan lebih dalam, sehingga kebenarannya
11
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
semakin tinggi. Ada jarak antara realitas dan ide. Jika
jarak antara ide dan realitas semakin dekat, artinya
semakin mengetahui dari kebenaran tersebut. Dalam
hidup banyak sekali realitas. Setiap hal yang ada, selalu
ada kebenarannya, dan kebenaran itu dapat ditangkap
sehingga kebenaran yang bisa ditangkap tersebut
namanya Inteligibility. Inteligibility adalah semua yang ada
selalu ada kebenarannya. Inteligibility berlaku untuk
semua benda dan orang. Tugas akal budi kita adalah
menangkap kebenaran tersebut. Seperti halnya
metafisika, semua hal punya keberadaan, kebenaran dan
keindahan.
Dominikus sangat mencintai Kebenaran yaitu
Sabda Allah yang ditimba melalui studi dan doa.
Kebenaran menjadi motto hidupnya yang menggerakkan
untuk berani menghadapi para penganut ajaran sesat
untuk mewartakan Injil sebagaimana yang telah
diuraikan di bab I. Gaya hidup Santo Dominikus yang
menghayati dan mewartakan Kebenaran atau Veritas
itulah yang diikuti oleh para pengikutnya.
Dalam kehidupan para kudus Dominikan, kasih
kepada Allah dan kasih kepada sesama, pencarian akan
kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa, keduanya
selalu berjalan berbarengan (Audiensi Umum Paus
Benediktus XVI Tentang St. Dominikus De Guzmán, 8
Agustus 2015).
Thomas Aquinas Seorang dominikan dan Pujangga
Gereja, banyak menulis buku, berdiskusi dan
12
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
menjabarkan filsafat. Semuanya itu adalah buah Doa dan
kedekatannya dengan Tuhan. Bagi Thomas, kecerdasan
tidaklah cukup. Ia menunjukkan adanya keseimbangan
antara intelektual dan spiritual. Thomas bisa menjabarkan
banyak hal secara jelas dan lugas berkat hidup doa yang
ia miliki. Ia mendedikasikan waktunya setiap hari, satu
jam untuk beradorasi di hadapan Sakramen Mahakudus.
Buah dari doanya itulah yang membuat Thomas mampu
menjabarkan pemikiran-pemikirannya. Seperti Santo
Dominikus, Thomas mau memperlihatkan arti berbicara
dengan Tuhan atau tentang Tuhan.
Kebenaran bagi Thomas Aquinas adalah
Spiritualitas Kristen tidak memiliki aturan selain
mengikuti Kristus sebagai guru. Pernyataan itu berarti
dalam hidup seorang kristiani terlebih seorang
dominikan, menjalin relasi dengan Kristus dan
menjadikanNya nyata dalam hidup sehari-hari adalah hal
yang penting diupayakan.
Seorang Pujangga Gereja lain yang juga dari Ordo
Pewarta adalah Katarina dari Siena. Katarina mempunyai
cinta yang kuat kepada Kristus. Setiap ia memandang
Kristus, yang dilihatnya terutama cinta dan belas kasih
Allah. Demikian pula ketika Katarina memandang Yesus
Kristus di salib dengan sungguh-sungguh dan dengan
13
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
sepenuh hati, ia kagum akan cinta Allah yang berbelas
kasih demikian besar kepada kita5.
Katarina melihat Yesus sebagai satu-satunya jalan
ke Allah. Mengingat pernyataan Yesus “Akulah jalan,
kebenaran dan hidup; tidak seorangpun datang kepada
Bapa kecuali melalui Aku” (Yoh 14:6), ia menekankan
bahwa selain jalan Kristus di salib “tidak ada jalan lain”
untuk datang ke Allah.
Kita mengikuti jalan Kristus di salib bukan berarti
hidup terus menerus dalam penderitaan dan kesusahan.
Katarina meyakinkan bahwa berjalan bersama Kristus
yang selalu kita sambut dalam Perayaan Ekaristi,
merupakan suatu kegembiraan. Dalam perjalanan hidup
bersama Kristus itu kita menemukan diri sendiri dalam
Allah, sumber perdamaian.
Katarina sering digambarkan sebagai perempuan
yang penuh hasrat akan Allah. Dia mengajarkan bahwa
hasrat adalah satu-satunya milik manusia yang kekal.
Hasrat itu kekal karena berasal dari Allah, bukan dari kita.
Sebabnya kita merindukan Allah ialah karena Allah yang
pertama-tama merindukan kita. Hasrat memperbesar hati
orang sehingga ada tempat tidak hanya untuk Allah saja,
tetapi juga untuk semua orang. Tindakan Katarina juga
bermotivasi hasratnya itu, yang mendorong dia ke
5 Mary O’Driscoll OP, Katarina Beninkasa dari Siena, terjemahan Sr. Agnes
OP, hal. 29-30
14
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
tempat-tempat yang jauh dan semakin jauh, serta kepada
orang banyak dan semakin banyak.
Mengapa kita perlu memiliki motto Veritas?
Sebagai pengikut St. Dominikus yang hidup di zaman ini,
kita memiliki unsur “misi” dan “komunio”. Kita diutus
untuk mewartakan Sabda Kebenaran dihadapan banyak
tantangan zaman milenial secara komunal (bersama).
Kebenaran yang kita percayai, yang kita ajarkan
hendaknya mampu memberi terang pada mereka yang
mengalami krisis (lih. Buku Panduan Tahun Veritas hal.
4).
Pandangan kita tentang Tuhan dan tentang hidup,
hendaknya benar, jika pandangan kita salah, maka
tindakan kita pun menjadi salah. Dalam hal ini peran
Gereja menjadi penting sebagai guru iman, karena jika
tidak ada kebenaran mutlak maka tidak ada kehidupan.
Kita makin memahami Sabda Yesus “ Aku ini jalan
kebenaran dan hidup “ artinya kalau tidak ada kebenaran
maka tidak ada kehidupan. Kita mencari dulu kebenaran
sebelum kita mengembangkan kehidupan.
Belajar dari Santo Thomas Aquinas dan Santa
Katarina dari Siena, melalui pekan studi dominikan tahun
2022 ini, kita diajak untuk menghidupi motto Veritas,
yakni menjalin relasi yang dekat dengan Kristus,
mencintai Allah dan sesama dengan belajar Kitab Suci dan
Ilmu Pengetahuan, sehingga kita memiliki keseimbangan
intelektual dan spiritual.
15
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Sementara itu, yang dapat dilakukan untuk
mengetahui kehendak Tuhan secara komunal yakni
dengan cara saling mendengarkan satu sama lain,
mendengarkan pimpinan dan saudara saudari kita.
Komunitas yang saling mendengarkan, berdiskusi dan
berdoa bersama dalam kapitel rumah akan menjadi lahan
subur untuk mendengarkan kehendak Tuhan dengan
jernih.
16
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Bab III
Membangun Budaya Dalam Terang Veritas Dimulai Dari
Diri Sendiri
Budaya yang akan kita refleksikan dalam pekan
studi ini adalah sebuah gaya hidup bersama (komunal),
yang dibangun dari pola pikir, sikap, tindakan dan
kesadaran orang per orang yang secara intens akan
membentuk gaya hidup bersama yang khas. Budaya itu
tidak akan terbentuk tanpa tiap pribadi memiliki
kesadaran yang sama untuk membangun sikap yang
secara intens menjadi habit atau kebiasaan yang
membentuk karakternya. Maka budaya yang mau dicapai
disini adalah upaya untuk membangun karakter bersama,
sehingga lama- kelamaan akan membentuk iklim dan
suasana yang khas dari waktu ke waktu. Bagaimana kita
dapat berpikir tentang apapun jika kita tidak berani
mencoba dari diri sendiri terlebih dahulu, mencoba ide-
ide gila, hipotesa mengambang dan membuat kesalahan?
Dalam membangun budaya hidup yang benar Meister
Eckhart, seorang Dominikan abad keempat belas, menulis
bahwa: tidak ada yang bisa mencapai kebenaran tanpa
seratus kesalahan yang dibuat dalam perjalanannya. Kita
butuh kebebasan untuk berkata-kata yang tidak akan
dipertanggungjawabkan secara abadi.6 Dengan demikian
6 Radcliffe Timothy, OP. Sing a New Song. Malang -Penerbit Dioma : 2009.Hlm 175.
17
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
membangun pola hidup atau budaya dalam terang
kebenaran perlu dicoba secara nyata dalam hidup, jatuh
dan bangun, gagal dan bangkit lagi adalah bagian penting
dalam pembentukkannya, semua membutuhkan proses
yang tidak mudah.
Tujuan akhir dari seluruh pelaksanaan bingkai
kinerja YSD adalah terwujudnya profil lulusan menjadi
pribadi yang utuh, cerdas dan cinta Kebenaran. Tujuan
akhir tersebut merupakan hasil ideal yang tentu tidak bisa
dicapai tanpa sebuah proses yang panjang melalui
pembentukan karakter pribadi dan kolektif secara
bertahap dari waktu ke waktu. Pembentukan karakter
sendiri merupakan proses pembentukan seumur hidup
atau on going formation yang perlu dilaksanakan oleh
semua jenjang dalam tahap perkembangannya.
Dalam rangka mendukung pembentukan karakter
utuh, cerdas cinta Kebenaran melalui penghayatan core
values sekolah dominikan dari jenjang usia dini hingga
sekolah menengah, perlu diciptakan iklim atau budaya
hidup yang baik di setiap unit sekolah. Atau sebaliknya
terwujudnya karakter utuh cerdas cinta Kebenaran
melalui Semangat Santo Dominikus (SSD) akan
melahirkan sebuah budaya atau iklim sekolah dominikan
yang kental. Budaya atau iklim sekolah yang dimaksud
adalah sebuah suasana atau wajah yang terlihat, atau
iklim yang bisa dirasakan oleh siapapun yang masuk dan
tinggal di sekolah tersebut. Iklim yang baik akan sangat
mendukung semua anggota mengembangkan diri dengan
18
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
optimal. Demikian sesuai cita-cita Santo Dominikus
untuk para pengikutnya dalam membangun kehidupan
yang benar harus di capai dengan hidup dan teladan. “
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan
orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Bapamu di surga”.7 Budaya atau
iklim yang terbentuk tidak dibatasi lagi oleh sekat-sekat
target akademik maupun non akademik, tetapi secara
lembut dan alami akan memberikan kelahiran baru atau
transformasi bagi setiap pribadi untuk bertumbuh dalam
kesadaran untuk membangun karakater yang baik untuk
dirinya. Namun sebelum transformasi setiap orang
terbentuk, perlulah terlebih dahulu budaya itu diciptakan
bersama-sama secara sadar dan terencana agar dapat
menuai hasil yang baik.
Dari penghayatan core values sekolah dominikan
dengan fokus nilai-nilai di tahun veritas berikut, kita
paparkan gambaran budaya yang perlu kita ciptakan
bersama dengan sumber dari SSD.
1. Memulai dari apa yang ada
Budaya atau iklim yang diharapkan terbentuk di
sekolah:
a. Seluruh civitas makin kreatif dan terus berkreasi
memanfaatkan potensi yang ada secara leluasa
7 Lih. Mat 5 : 16
19
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
terbentuk atmosfer saling mengapresiasi potensi
masing-masing.
b. Tidak ada seorang siswapun yang tidak bertalenta
untuk dihargai, semua siswa berprestasi sesuai
potensinya masing-masing.
c. Proses pembelajaran makin kreatif terjadi
dimanapun , sehingga sekolah menjadi TAMAN
BELAJAR.
2. Berdoa
Budaya atau iklim yang diharapkan terbentuk di
sekolah:
a. Semua civitas memiliki selera rohani yang kuat
ditunjukkan dengan antusiasme untuk mendalami
dan menghayati hidup doa untuk dirinya dan
orang lain.
b. Semua civitas memiliki sikap syukur dan terima
kasih yang kuat dalam setiap moment.
c. Relasi dan komunikasi antar seluruh civitas
penuh damai dan menyejukkan dan saling
mengapresiasi.
3. Belajar
Budaya atau iklim yang diharapkan terbentuk di
sekolah:
a. Semua siswa dan guru fokus mengembangkan
pembelajaran dengan pola HOTS (high order
thingking skill) dan open minded.
20
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
b. Semua siswa mampu mengeksplorasi
kemampuannya dengan antusias dengan
mengembangkan multiple inteligensi.
c. Di setiap sudut tercipta suasana nyaman untuk
membaca, berliterasi dan kesenangan untuk
belajar.
d. Tidak ada seorang siswapun yang tidak
berprestasi sesuai potensi dirinya
e. Seluruh aktivitas sekolah terlaksana secara in time
dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan
kegembiraan,
f. Suasana sekolah bersih, rapi, sejuk, teratur dan
nyaman.
4. Demokrasi
Budaya atau iklim yang diharapkan terbentuk di
sekolah:
a. Tercipta iklim forum dialog atau diskusi yang
terbuka antar siswa, antar guru dan antar
karyawan untuk berkembang secara harmonis
dalam aneka perbedaan.
b. Tercipta iklim musyawarah dan mufakat dalam
mengambil keputusan bersama di level manapun.
c. Kepemimpinan tercipta sebagai yang pertama
dalam kesetaraan ‘Primus inter parres’. Sesuai
tradisi kepemimpinan Dominikan.
21
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
d. Terciptanya iklim kemudahan untuk kerjasama,
kolaborasi dengan berbagai pihak dalam
mengembangkan pelayanan.
5. Belarasa.
Budaya atau Iklim yang diharapkan terbentuk di
sekolah:
a. Suasana hubungan antar pribadi tercipta dengan
hangat saling peduli / care, saling mengenal secara
dekat satu sama lain.
b. Tercipta suasana pembiasaan seluruh civitas
untuk saling berbagi dan saling menolong.
c. Tercipta suasana kasih dan kepedulian satu sama
lain sebagai pengikat hubungan antar civitas.
6. Persaudaraan dan Kegembiraan.
Budaya atau iklim yang diharapkan terbentuk di
sekolah:
a. Tercipta suasana persaudaraan, hospitalitas dan
keharmonisan antar seluruh civitas dalam aneka
kegiatan.
b. Zero bulyling dan zero black happiness diantara
siswa dan seluruh civitas.
c. Tercipta suasana kegembiraan dalam
melaksanakan seluruh aktivitas di sekolah.
22
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Bab IV
Hidup Dominikan Adalah Sebuah Perayaan
Apa pun pendekatan Dominikan terhadap
pendidikan, harus berakar dan merefleksikan semangat
dan visi St. Dominikus.8 Visi St Dominikus juga di
teruskan oleh para pengikutnya secara khusus St. Thomas
Aquinas, visi tentang keutuhan pribadi manusia menjadi
jantung Pendidikan Dominikan. Pendidikan bukan hanya
mencakup urusan akal budi melainkan keseluruhan
pribadi manusia. Integrasi antara filsafat dengan disiplin-
disiplin ilmu khusus dan relasi antara pertumbuhan
spiritual dan moral dengan perkembangan intelektual
mengalir langsung dari pendekatan pendidikan yang
mengarah ke pribadi yang utuh. Jiwa para pengikut St.
Dominikus adalah orang yang terinspirasi semangat dan
visi St. Dominikus, maka ia akan membentuk sebuah
warisan bahwa kisah-kisa St. Dominikus menjadi kisah
mereka sendiri, dimana St. Dominikus adalah orang yang
senantiasa merayakan hidupnya dalam berbicara dengan
Tuhan dan tentang Tuhan, kisah-kisah hidupnya tiada
8 Gabrielle Kelly,OP, Kevin Saunders,OP (Editor). Dominican Approaches in
Education. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. 2009.hlm 7
23
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
berlalu tanpa sebelumnya dirayakan dengan makna
untuk mewartakan kemuliaan Tuhan.9
Hidup Dominikan adalah sebuah perayaan
mengandung maksud bahwa seluruh detail kehidupan
dimaknai sehingga yang sederhana menjadi sesuatu yang
berharga untuk layak dikenang. Sama halnya dengan
kehidupan kita, perayaan selalu dikaitkan dengan
sesuatu yang sangat berharga dalam hidup. Yang
biasanya kita rayakan dalam kehidupan kita adalah
perayaan ulang tahun, mengapa dirayakan karena
kelahiran kita adalah peristiwa yang berharga. Juga saat
dibaptis, saat sambut baru, lulus ujian atau saat wisuda,
saat tunangan, saat perkawinan, saat berkaul, saat
imamat, dan peristiwa-peristiwa hidup yang berarti
lainnya. Ketika suatu peristiwa itu dirayakan, maka
nilainya menjadi lebih berharga dan mendatangkan
sukacita dan kebahagiaan hidup. Letak nilai yang makin
berharga dari suatu peristiwa bukan pertama-tama karena
usaha manusia untuk layak dihargai atau dikenang, tetapi
lebih-lebih karena rahmat Allah bekerja secara nyata
dalam kisah-kisah hidup kita tersebut. Spiritualitas
dominikan sendiri dibangun dari rangkaian kisah-kisah
bermakna yang dirayakan dan dihargai menjadi sebuah
pengalaman bermakna yang menjadikan kita manusia
bermakna bagi orang lain.
9 Gabrielle Kelly,OP, Kevin Saunders,OP (Editor). Dominican Approaches in
Education. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. 2009
24
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Dalam konteks dan praktik pendidikan kita,
bagaimana sebuah kegiatan menjadi perayaan yang
bermakna dan selalu akan dikenang dan dihargai oleh
para siswa, tentu perlu dirancang dan dihargai sendiri
prosesnya oleh seluruh civitas. Dalam kegiatan di sekolah
setiap hari bagaimana kita membangun kesadaran agar
seluruh kegiatannya bisa dirayakan bersama menjadi
kegiatan bermakna, perlu dibiasakan dan dihargai sendiri
oleh civitas. Sehingga aneka kegiatan setiap hari bukan
asal jalan sebagai rutinitas formal tetapi menjadi
rangkaian-rangkain kisah bermakna. Proses yang perlu
dibangun yakni dengan pola penerapan PPD melalui 5
langkahnya : Learning-Contemplating-Actuating-Sharing
dan Reflecting, akan banyak membantu siswa dan guru
memaknai proses secara lebih bermakna. Jika para siswa
setiap hari mengalami kisah-kisah berharga dan
bermakna di sekolah melalui aneka kegiatan belajar, maka
dengan sendirinya ia akan mengakhirinya dengan
perayaan syukur tiap hari, buahnya ia akan bangga
manjadi bagian dari civitas sekolah itu. Jika ia merasa
bangga yang lahir dari sikap batinnya yang penuh syukur,
maka keluar dari pintu gerbang sekolah, ia akan menjadi
seorang pewarta kebaikan dari batinnya yang tersentuh
oleh keindahan hidup. Jika semua siswa kita mengalami
proses bermakna dalam aneka kegiatan di sekolah, tak
perlu lagi sekolah sibuk dengan kegiatan marketing dan
promosi sekolah. Karena dari hatinya yang dipenuhi oleh
25
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
pengalaman baik dan bermakna, para siswa kita akan
melahirkan keindahan kata kata dari hati yang terpikat.
Model perayaan akan muncul di hati para siswa
yang lahir dari aneka kisah bermakna, dari
pengalamannya mengikuti rangkaian kegiatan belajar di
sekolah, hanya akan terjadi jika para pendidik dan tenaga
kependidikan mampu membuat scenario proses kegiatan
pelayanan dengan terlebih dahulu secara pribadi
melakukan tahap PPD: Learnig-Contemplating-
Contemplating-Actuating-Sharing dan Reflecting. Pendidik
dan tenaga kependidikan pertama-tama menjadi murid
pertama terlebih dahulu untuk melakukan semua hal
yang akan diajarkannya.
Tergerak untuk mencari,
Gapai pencerahan tak bertepi,
Menuju etos baru tuk matangkan jati diri,
Menggapai sebuah Kebenaran sejati,
(Sr.Albertine,OP,2020: 105)
26
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
RANGKAIAN REFLEKSI SELAMA PSD
Pekan studi ini wajib diikuti oleh seluruh civitas YSD :
Guru, Karyawan dan Siswa. Guru dan karyawan
dilaksanakan bersama-sama.
Sedangkan Para Siswa di atur tersendiri oleh para wali
kelas dikoordinir oleh sie pastoral masing-masing.
Materi studi dan refleksi mengikuti urutan tiap bab. Bab 1
untuk materi hari pertama, Bab 2 untuk hari kedua, Bab 3
untuk hari ketiga dan bab 4 untuk hari keempat.
Refleksi PSD Hari ke-1
1. Temukan kesamaan situasi / keprihatinan saat St.
Dominikus memperjuangkan Kebenaran dengan
situasi saat ini, sesuai dengan tugas dan panggilan
Bapak, Ibu, Suster?
2. Bagaimana saat ini Bapak Ibu Suster mengatasi
keprihatinan yang ditemukan pada no 1 agar
kehidupan makin memancarkan terang Kebenaran?
27
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Refleksi PSD Hari ke -2
1. Pahami, hayati dan refleksikan bagaimana agar
motto Veritas ini juga bisa menjadi motto pribadi
Bapak, Ibu, Suster, supaya hidup Saudara makin
terang dan bahagia!
2. Lakukan secara bersama-sama di unit masing-
masing, bagaimana agar motto itu terlihat dalam
hubungan komunal!
Refleksi PSD Hari ke -3
1. Buat desain atau rancangan bagimana agar budaya
Veritas itu nyata terlihat dalam suasana atau
kebiasaan harian para siswa, para guru dan
karyawan ( civitas sekolah) secara serempak!
2. Bagaimana caranya agar budaya Veritas ini menjadi
sebuah keunggulan atau Core Values sekolah yang
membuat Civitas bangga dan bermakna dalam
menjalaninya sehingga masyarakatpun makin
terpikat dengan gaya hidup Civitas!
28
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Refleksi PSD Hari ke -4
1. Diskusikan bersama bagaimana caranya agar seluruh
kegiatan belajar setiap hari di sekolah, menjadi
pengalaman yang berharga dan bermakna bagi siswa
dan guru serta karyawan sehingga hasilnya menjadi
perayaan syukur!
2. Buat video pewartaan dari hasil studi hari ke-4 agar
setiap kegiatan di sekolah adalah kegiatan bermakna
yang mampu melahirkan perayaan syukur dihati
para siswa dan siapapun yang menyaksikan dalam
bentuk video tiktok atau kartun atau animasi durasi
30 detik. Tiap unit minimal 3 video. Dikumpulkan di
cabang untuk di kirim ke Yayasan Pusat pada tanggal
7 Agustus 2022!
29
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
Refleksi PSD Hari ke -5
Seluruh Civitas YSD kantor cabang terdiri dari guru,
karyawan, siswa memaknai “Celebration” dengan
bersama-sama seluruh civitas cabang menyanyikan lagu
“Hymne Sekolah Dominikan” dengan kostum yang
ditentukan oleh cabang. Lagu tersebut dinyanyikan
bersama- sama di tempat yang sama yang ditentukan oleh
cabang. Saat menyanyikan, direkam dalam format video.
Pastikan hasil rekaman bagus, bisa bekerjasama dengan
komsos Gereja atau studio yang terjangkau. Hasil
rekaman video dikirim ke YSD pusat pada tanggal 7
Agustus 2022, dengan google drive.
Tujuan dari menyanyikan lagu Hymne ini, untuk
membudayakan rasa syukur dan kebanggaan anak didik
berserta seluruh civitas bangga menjadi bagian sekolah
Dominikan sebagai kesaksian dan pewartaan.
30
Membangun Budaya Sekolah Dalam Terang Veritas
DAFTAR PUSTAKA
Albertine OP,Sr. Look At Him, Yogyakarta - Kanisius :
2020
Gabrielle Kelly,OP, Kevin Saunders,OP (Editor).
Dominican Approaches in Education. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius. 2009
Katarina Beninkasa dari Siena, Mary O’Driscoll OP,
terjemahan Sr. Agnes OP, hal. 29-30
Lambermond, OP. Dr. Ch. Santo Dominikus Pendiri Ordo
Pengkotbah, diterjemahkan oleh Sr. Agnes Iswatini,
OP. Untuk Kalangan Sendiri.
Radcliffe Timothy, OP. Sing a New Song. Malang –
Penerbit Dioma : 2009.
Seamus Heaney. The Cure at Tray: version of Sophocleses
“Philocpetes”, London, 1990 dalam Radcliffe
Timothy, OP. Sing a New Song. Malang -Penerbit
Dioma . 2009.
Tim YSD. Arah dan Tujuan Tahun Veritas. Yogyakarta :
Penerbit St. Dominic Publishing: 2022.
https://penakatolik.com/2021/01/28/santo-thomas-
aquinas-mampu-menyeimbangi-perkerjaan-dan-
hidup-doa/
31