The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by mrooshardini, 2021-12-30 21:09:09

MAKALAH MATEMATIKA

MAKALAH MATEMATIKA

MAKALAH
TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH

DASAR MATERI BANGUN RUANG
Dosen Pengampu : Dr. Warli

Disusun oleh :
OLEH :

MARGARETNA ROOSHARDINI NIM 1121210024

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN
MAGISTER PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita semua hidup dalam satu ruang. Semua kejadian yang kita saksikan atau

kita alami sendiri terjadi dalam ruang itu. Setiap hari kita bergaul dengan benda-
benda ruang, seperti lemari, TV, kotak snack, kaleng susu, rumah, tangki air, bak
mandi, dan seterusnya. Maka bekal hidup yang kita berikan kepada anak-anak kita
melalui pembelajaran di Sekolah Dasar tidak dapat dianggap lengkap apabila tidak
meliputi pemahaman ruang. Pemahaman ruang itu dikembangkan melalui
pelajaran Bangun Ruang.

Bangun ruang merupakan salah satu komponen matematika yang perlu
dipelajari untuk menetapkan konsep keruangan. Maka dalam pelajaran Matematika
perlu diberikan topik pembelajaran ini kepada semua peserta didik sejak berada di
Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Kompetensi tersebut sangatlah perlu sebagai dasar dari peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
konsep dasar bangun ruang, meliputi: pengertian, ciri, sifat, dan macam-macam
bangun ruang.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis buat dalam penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pembelajaran geometri bangun ruang di sekolah dasar ?
2. Bagaimana kajian materi konsep geometri bangun ruang ?
3. Permasalahan apa yang terjadi pada siswa dalam mempelajari konsep geometri

bangun ruang ?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang penulis buat dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Menjelaskan pembelajaran konsep geometri bangun ruang di sekolah dasar
2. Menjelaskan kajian materi konsep geometri bangun ruang di sekolah dasar
3. Mengetahui permasalahan apa terjadi pada siswa dalam mempelajari konsep

geometri bangun ruang ?

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pembelajaran Geometri Bangun Ruang Sisi Datar
a. Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang diartikan sebagai usaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Daryanto (2010: 2) mengatakan bahwa “belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”, sehingga dapat dikatakan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan, dan sikap.
Adapun prinsip-prinsip belajar diuraikan Daryanto (2010: 24) sebagai berikut.

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

3. Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk
mencapai tujuan instruksional.

4. Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.

5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya.
7. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan

tenang.
8. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
9. Belajar adalah proses hubungan antara pengertian yang satu dengan

pengertian yang lain, sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan,
stimulus yang diberikan response yang diharapkan.
10. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian dan

keterampilan atau sikap itu mendalam pada siswa.
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk
memfasilitasi siswa dalam memperoleh pengetahuan serta mencipatkan sistem
lingkungan belajar dengan berbagai metode. Sardiman (2011: 26-27)
menyebutkan bahwa tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan,
pemahaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Hal ini sesuai
dengan tingkat keberhasilan pembelajaran yaitu kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
Seorang guru diposisikan sebagai fasilitator sedangkan siswa sebagai subjek
belajar yang memegang peranan utama dalam proses pembelajaran (Sanjaya,
2007: 103).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang diorganisasi oleh guru untuk menyediakan pengalaman
belajar siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pembentukan sikap.

b. Pembelajaran Geometri Bangun Ruang Sisi Datar di SD

Matematika sebagai suatu aktivitas merupakan kegiatan untuk menemukan dan
mengorganisasi dimana pada penelitian ini dikaitkan dengan proses
pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya seorang pendidik untuk peserta
didik dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode
dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Dapat
dikatakan bahwa pembelajaran matematika merupakan upaya untuk
meningkatkan penalaran siswa, meningkatkan kecerdasan siswa, dan mampu
mengubah sikap positifnya.

Menurut Van De Walle (2014: 13), “doing mathematics” atau melakukan
matematika berarti melakukan strategi untuk menyelesaikan masalah,
menerapkannya dengan suatu pendekatan, melihat apakah strategi tersebut
dapat menemukan suatu solusi, dan memeriksa apakah solusi dari permasalahan

tersebut benar dan tepat. Matematika adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir logis, sehingga pembelajaran matematika
di sekolah menjadi hal penting sebagai suatu cara untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika.
Prinsip pembelajaran matematika memiliki dua ide besar. Pertama, belajar
matematika dengan pemahaman adalah penting. Belajar matematika tidak hanya
memerlukan keterampilan menghitung tetapi juga memerlukan kecakapan
berpikir dan beralasan secara matematis untuk menyelesaikan permasalahan
dan mempelajari ide-ide yang dihadapi siswa selanjutnya. Kedua, siswa dapat
belajar matematika dengan pemahaman. Pembelajaran matematika di kelas
meminta siswa untuk menilai ide-ide mereka maupun ide temannya, siswa
didorong untuk membuat dugaan tentang matematika lalu mengujinya dan
mengembangkan keterampilan serta memberi alasan yang logis.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika yang termuat dalam Permendiknas
Nomor 22 Tahun 20016 yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Hal ini didukung
oleh pendapat Herman Hudojo (2005: 103) bahwa pembelajaran matematika
berarti pembelajaran tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat
dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsep dan struktur- struktur tersebut. Bahan kajian matematika
diajarkan secara bertahap, dimulai dari masalah realistik kemudian dilanjutkan
pada konsep yang abstrak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
adalah salah satu bentuk belajar dengan menerapkan suatu strategi
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis

siswa dan memungkinkan siswa menjadi terampil dalam menyelesaikan
permasalahan matematika. Mengingat bahwa matematika adalah pengetahuan
yang berkenaan dengan struktur-struktur logis, maka

guru perlu merencanakan pembelajaran matematika secara sistematis dengan
memperhatikan pemahaman siswa dan membimbing siswa untuk menemukan
konsep matematika secara bertahap.

Belajar geometri merupakan komponen penting dari pembelajaran matematika
karena memungkinkan siswa menganalisis dan menafsirkan benda-benda di
sekitar mereka serta membekali siswa dengan pengetahuan yang dapat
diterapkan dalam bidang matematika lainnya (Ozerem, 2012). Melalui
pembelajaran geometri, siswa dapat mengembangkan kemampuan spasialnya
serta dapat menggunakan pemikirannya tentang hubungan-hubungan antar
pengetahuan yang sudah mereka miliki dengan permasalahan kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, siswa perlu membangun pemahaman tentang konsep-
konsep geometris serta mendapatkan keterampilan yang memadai berkaitan
dengan pembelajaran geometri.

Untuk tingkat SD, siswa belum mampu seluruhnya berpikir deduktif dengan objek
yang abstrak, sehingga pola pikir induktif dan menggunakan objek konkrit
merupakan sarana yang tepat dalam membelajarkan matematika. Menurut
Piaget, ada tahap operasi konkrit, siswa mampu memahami operasi logis dengan
bantuan benda-benda konkrit (Sugiman, 2011). Pembelajaran bangun ruang sisi
datar pada tingkat SD terbatas pada materi bangun ruang yang sederhana yaitu
balok, kubus, prisma tegak, dan limas tegak. Pembelajaran dimulai dari sifat-sifat
bangun ruang, penurunan rumus luas permukaan dan volume hingga penyajian
masalah yang masih sederhana.

2. Materi Matematika Bangun Ruang Sisi Datar
Bangun ruang merupakan sebutan untuk bangun-bangun tiga dimensi. Bangun ruang
adalah bangun matematika yang memiliki isi atau volume. Bisa juga disebut bagian
ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan
bangun tersebut.

Pada setiap bangun ruang tersebut mempunyai rumusan dalam menghitung luas maupun
isi atau volumenya. Macam-macam bangun ruang ialah prisma, balok, kubus, limas,
tabung, kerucut dan bola.

a. Kubus
Kubus merupakan balok khusus, yaitu balok dengan ukuran panjang, lebar, dan

tingginya sama

Ciri-ciri :
➢ Memiliki 6 sisi persegi sama luas
r ➢ Memiliki 12 rusuk sama panjang
➢ Memiliki 8 titik sudut

r

r
1) Volume

Volume = r x r x r = r3

2) Luas permukaan
Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang

datar) kubus. Luas permukaan kubus sama dengan luas jaring-jaringnya. luas
permukaan sebuah kubus sama dengan enam kali kuadrat bilangan yang
menyatakan panjang rusuknya

Luas Permukaan = 6 x r2

3) Jaring-jaring
Beberapa contoh jaring-jaring kubus :

Contoh :
Hitunglah volume dan luas permukaan kubus berikut!

5 cm

Penyelesaian :
Panjang rusuk (r) = 5 cm
Volume kubus = r x r x r =5 x 5 x 5 = 125 Jadi, volume
kubus tersebut adalah 125 cm3

Luas permukaan kubus = 6 x5 x 5 = 150 Jadi, luas
permukaan kubus 150 cm2

b. Balok
Balok merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh tiga pasang persegi panjang yang kongruen
dan masing-masing pasangan terletak sejajar.

t Ciri-ciri :
➢ Memiliki 6 sisi, dengan sisi-
l
sisi yang berhadapan

sejajar dan sama luas
➢ Memiliki 12 rusuk, dengan

rusuk yang sejajar sama

panjang
➢ Memiliki 8 titik sudut

p

1) Volume

Volume = p x l x t

2) Luas penampang
Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang datar) balok. Untuk

menghitung luas permukaan balok sama dengan menghitung luas jaring- jaringnya

Luas Permukaan = 2 x
((pxl)+(pxt)+(lxt))

3) Jarring-jaring
Beberapa contoh jaring-jaring balok :

Contoh :
Hitunglah volume dan luas permukaan balok berikut!

8 cm 4

24 cm 8
cm

Penyelesaian :
p = 24 cm, l = 8 cm, t = 48 cm
Volume balok = p x l x t = 24 x 8 x 48 = 9.216 Jadi, volume
kubus tersebut adalah 9.216 cm3

Luas permukaan balok = 2 x ((p x l)+(p x t)+(l x t))
= 2 x ((24 x 8) + (24 x 48) + (8 x 48)
= 2 (192 + 1.152 + 384)
= 2 x 1.728
= 3.456
Jadi, luas permukaan balok adalah 3.456 cm2

c. Prisma
Prisma tegak adalah bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh dua sisi

berbentuk segi banyak yang sejajar dan kongruen, serta sisi-sisi lainnya berbentuk
persegi panjang (sebagai sisi-sisi tegak). Prisma miring adalah prisma yang rusuk-
rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada bidang atas dan bidang alas

tinggi prisma Ciri-ciri :
➢ Memiliki 5 sisi, yang terdiri
alas
atas sisi alas, sisi atas, dan 3
1) Volume
sisi tegak
➢ Sisi alas dan sisi atasnya

berbentuk segitiga,

sedangkan sisi tegaknya

berbentuk persegi atau

persegi panjang
➢ Memiliki 9 rusuk
➢ Memiliki 6 titik sudut

Volume = luas alas x tinggi

2) Luas permukaan
Luas permukaan prisma adalah jumlah luas seluruh bidang-bidang sisinya atau bidang-
bidang yang membentuk jaring-jaring prisma, luas permukaan prisma dapat dirumuskan
dengan :

Luas Permukaan = (2 x Lalas)+(Kalas x
tp)
3) Jaring-jaring

Beberapa contoh jaring-jaring prisma segitiga :

Contoh :
Hitunglah volume dan luas permukaan prisma berikut!

Penyelesaian :
Volume prisma = luas alas x tinggi prisma

Volume = ½ x 4 x 3 x7
= 42 cm3

Jadi, volume prisma = 42 cm3.
Luas Permukaan = (2 x Lalas)+(Kalas x tp)
= (2 x 6)+((3 + 4 + 5) x 7)
= 12 + 84 = 96
Jadi, luas permukaan prisma = 96 cm2

d. Limas
limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga, segiempat,
segilima, atau segi banyak lainnya) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang
berpotongan pada satu titik (titik puncak). Jika alas limas berbentuk segi- beraturan, maka
dinamakan sebagai limas segi- beraturan. Limas segi- beraturan dikatakan sebagai limas
tegak jika titik kaki garis tingginya terletak pada pusat alasnya. Limas segi- beraturan
memiliki sisi berbentuk segitiga samakaki.

Ciri-ciri :
➢ Memiliki 5 sisi, yang terdiri

atas sebuah sisi alas dan 4
sisi tegak
➢ Sisi alasnya berbentuk segi
empat dan sisi tegaknya
berbentuk segitiga
➢ Memiliki 8 rusuk
➢ Memiliki 5 titik sudut yang
salah satunya merupakan
titik puncak

1) volume

Volume = 1 x luas alas x tinggi limas
3

2) Luas penampang
Luas permukaan limas tegak adalah jumlah luas seluruh bidang-bidang sisinya atau
bidang yang membentuk jaring-jaring. Luas penampang limas dapat dirumaskan
dengan :
Luas Permukaan = Luas alas + (Luas selimut)

3) Jaring-jaring
Beberapa contoh jaring-jaring limas segi empat :

Contoh :
Hitunglah volume dan luas permukaan limas segi empat berikut!

10
cm

Penyelesaian :
Volume = 1/3 x luas alas x tinggi limas
Volume = 1/3 x 12 x 12 x 8 = 384
Jadi, volume limas = 384 cm3.
Luas Permukaan = Luas alas + (4 x luas sisi tegak)

= (12 x 12) + (4x ½ x 12 x 10 )
=144 +240
= 384
Jadi, luas permukaan prisma = 384 cm2

e. TABUNG

Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi yang sejajar yang berbentuk

lingkaran dengan sisi lengkung Ciri-ciri :
➢ Memiliki sisi alas dan tutup

berbentuk lingkaran yang sama

luas
➢ Memiliki 2 rusuk lengkung
➢ Memiliki sisi lengkung yang

disebut juga sebagai sekimut

tabung
➢ Tidak memiliki titik sudut

1) Volume

V = Luas alas x tinggi atau V = π x r2 x t
2) Luas penampang

Luas Permukaan = (2 x luas alas) + luas selimut atau Luas Permukaan = 2 π
r (r+t)
3) Jaring-jaring
Jaring-jaring tabung:

Contoh :
Hitunglah volume dan luas permukaan tabung berikut!

Penyelesaian :

Volume = π x r2 x t

= 22/7 x 14 x 14 x 10

= 6.160 cm3
Jadi, volume tabung = 6.160 cm3.

Luas Permukaan = 2 π r (r+t)
= 2 x π x 14 (14 + 10)
= 2 x 22/7 x 14 (24)
= 2.112 cm2

Jadi, luas permukaan tabung = 2.112 cm2.

f. Kerucut

kerucut adalah sebuah limas istimewa yang beralas lingkaran. Kerucut memiliki 2 sisi, 1
rusuk, dan 1 titik sudut. Sisi tegak kerucut tidak berupa segitiga tapi berupa bidang miring
yang disebut selimut kerucut

Ciri-ciri :
➢ Memiliki sisi alas

berbentuk lingkaran
➢ Memiliki 1 rusuk lengkung
➢ Memiliki sisi lengkung

yang disebut juga
sebagai selimut kerucut
➢ Memiliki 1 titik puncak

1) Volume

Volume = 1 x luas alas x tinggi kerucut = 1 x π x r 2 x t
3 3

2) Luas Permukaan

Luas Permukaan = luas alas + luas selimut atau Luas permukaan =
πr (r+s)

3) Jaring - jaring
Jaring-jaring kerucut:

Contoh :
Hitunglah volume dan luas permukaan kerucut berikut

25
cm

Penyelesaian :
Volume = 1/3 x π x r 2 x t
= 1/3 x 22/7 x 72 x 24
= 1232 cm3
Jadi, volume kerucut = 1.232 cm3.
Luas Permukaan = πr (r+s)
= 22/7 x 7 (7 + 25)
= 704 cm2
Jadi, luas permukaan kerucut = 704 cm2

g. Bola

Bola merupakan bangun ruang tiga dimensi yang tersusun dari bangun

datar berupa lingkaran yang tidak terhingga dengan jari-jari yang sama panjangnya dan

berpusat pada satu titik.

Ciri-ciri :
➢ Memiliki sebuah sisi lengkung
➢ Tidak memiliki rusuk
➢ Tidak memiliki titik sudut

1) Volume

Volume = 4 x π x r 3
3

2) Luas Permukaan

Luas Permukaan = 4 x π x r2
3) Jarring -jaring

Contoh :
Hitunglah volume dan luas permukaan bola berikut!

Penyelesaian :

Volume = 4/3 x π x r 3
= 4/3 x 22/7 x 21 x 21 x 21
= 38.808 cm3.

Jadi, volume bola = 38.808 cm3.

Luas Permukaan = 4 x π x r2
= 4 x 22/7 x 21 x 21
= 5544 cm2

Jadi, luas permukaan kerucut = 5.544 cm2.

3. Volume gabungan bangun ruang
Untuk menentukan volume gabungan bangun ruang dapat dilakukan dengan cara
menguraikannya menjadi beberapa bentuk bangun ruang yang lebih sederhana dan lebih
mudah dihitung volumenya. Setelah itu, hitunglah volume setiap bangun ruang penyusunnya.
Volume gabungan bangun ruang diperoleh dengan cara menjumlahkan volume dari bangun
ruang penyusunnya.

Contoh :
Tentukan volume gabungan bangun ruang berikut!

Penyelesaian :
Bangun di atas dapat dibagi menjadi dua bangun yang lebih sederhana, yaitu kubus (bagian kiri)
dan balok (bagian kanan)
Volume gabungan = volume kubus dan volume balok
= (5 x 5 x 5) + (9 x 5 x 18)
= 125 + 810 = 935
Jadi, volume gabungan bangun ruang tersebut adalah 935 cm3.

Luas permukaan bangun ruang
Luas permukaan gabungan bangun ruang sama dengan jumlah luas seluruh sisi yang
membatasi gabungan bangun ruang tersebut. Untuk menentukan luas permukaan gabungan
bangun ruang, kita perlu menentukan terlebih dahulu bangun ruang yang menyusunnya.
Selanjutnya, kita dapat menentukan luas permukaan dari setiap bangun dengan tidak
menghitung luas sisi yang saling berimpit.

Contoh :
Tentukan luas permukaan gabungan bangun ruang berikut!

16 cm

24 cm
24 cm

Penyelesaian :
Bangun di atas dapat dibagi menjadi dua bangun yang lebih sederhana, yaitu kubus (bagian
bawah) danlimas segi empat (bagian atas). Sisi atas tutup kubus berimpit dengan alas limas,
jadi bagian tersebut tidak dihitung luasnya.
Luas permukaan gabungan = Luas kubus (tanpa tutup) + limas lumas (tanpa alas)

= (5 x 24 x 24) + ( 4 x ½ x 24 x 16 )
= 2880 + 786
= 3648
Jadi, luas permukaan gabungan bangun ruang tersebut adalah 3.648 cm2.

4. Permasalahan Yang Terjadi Pada Pembelajaran Geometri Bangun Ruang

Menurut Ojose miskonsepsi bersumber dari kesalahan dalam memahami
konsep atau kesalahan dalam mengintrepertasikan konsep (Ay, 2017). Bentuk
miskonsepsi yang dialami oleh siswa ketika menyelesaikan soal terbagi menjadi 3,
yaitu miskonsepsi teoritikal, miskonsepsi korelasional, dan miskonsepsi
klasifikasional (Dayanti & Nursangaji, 2019). Miskonsepsi klasifikasional
diantaranya adalah kesalahan dalam menentukan unsur-unsur yang terdapat pada
bangun datar (menentukan tinggi pada segitiga dan jajargenjang) ataupun bangun
ruang (diagonal bidang dan bidang diagonal). Miskonsepsi korelasional meliputi
kesalahan dalam menentukan hubungan antara konsep prisma dengan konsep kubus,
balok, maupun tabung. Miskonsepsi teoritikal meliputi kesalahan siswa dalam
menjelaskan fakta-fakta mengenai beberapa bangun (sulit membedakan jenis-jenis
segitiga berdasarkan sisi dan sudut) dan kesalahan dalam memahami beberapa rumus/
formula (bahwa rumus volume prisma, kubus, balok, tabung sebenarnya sama).

Miskonsepsi yang terjadi, menjadi penghalang siswa dalam memahami sebuah
materi, padahal hal tersebut merupakan sesuatu yang penting dalam proses
pembelajaran, terlebih dalam matematika, karena matematika mempunyai sifat saling
terkait antara materi sebelumnya dengan materi yang akan datang. Ketika siswa
belajar hal yang baru maka pengetahuan mereka sebelumnya (yang mengalami
miskonsepsi) akan digunakan, dan siswa akan terus menolak perubahan-perubahan
yang baru mereka temui. Sehingga miskonsepsi yang terjadi menciptakan hambatan
ketika siswa belajar matematika dan menuntun seseorang pada kesalahan yang terus
menerus (Dayanti & Nursangaji, 2019). Berdasarkan hal tersebut, prestasi siswa
dalam belajar matematika menjadi buruk dan pembelajaran menjadi tidak bermakna
bagi siswa (Mohyuddin & Khalil, 2016).

Kajian ini dipandang penting untuk dianalisis, apakah miskonsepsi yang terjadi
bersumber dari guru, siswa itu sendiri atau bahkan buku ajar. Miskonsepsi yang
bersumber dari siswa adalah kesalahan siswa yang berasal dari konsep awal yang
dikuasai siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung tentang konsep tertentu. Hal
ini dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian konsep awal yang dimiliki siswa
dengan konsep yang sebenarnya. Miskonsepsi yang datang dari guru terjadi ketika
kurangnya penguasaan konsep yang dimiliki oleh guru terhadap konsep tertentu,
sehingga ketika penyampaian konsep kepada siswa menjadi tidak sesuai. Pada
dasarnya, siswa pasti menganggap bahwa semua yang disampaikan oleh guru adalah
benar, namun jika guru menyampaikan konsep yang kurang tepat, maka ini akan
berdampak buruk terhadap pembentukan konsep siswa. Miskonsepsi juga dapat
disebabkan oleh buku ajar. Kesalahan dari buku ajar biasanya dalam penyusunannya,

misalnya penjelasan yang keliru, hanya berisi penyampaian rumus secara langsung
(membuat siswa hanya hapal namun tidak memahaminya) atau penyajian contoh soal
yang tidak sesuai konten.

Berikut adalah table jenis-jenis miskonsepsi yang dialami siswa dalam masalah
geometri :

Setelah ditelaah, terdapat beberapa jenis miskonsepsi yang terjadi pada siswa seperti
tertuang pada Tabel 2, tabel tersebut menguraikan beberapa jenis miskonsepsi yang terjadi
pada siswa dalam mempelajari beberapa konsep geometri di sekolah Dasar.

Miskonsepi teoritikal paling sering dijumpai pada siswa, Siswa tertukar ketika
menentukan luas permukaan dan volume limas. Mungkin miskonsepsi ini tidak hanya
terjadi pada konsep limas saja, bisa jadi hal ini terjadi juga untuk bangun ruang yang lain.
Hal ini mungkin terjadi karena siswa hanya berorientasi kepada menghafal rumus luas
permukaan dan volume dan mereka tidak memaknainya. Siswa juga mungkin kesulitan
menghafal rumus-rumus tersebut, karena mereka berpikir bahwa volume-volume bangun
ruang itu sangat banyak. Mereka tidak memahami bahwa sebenarnya rumus tersebut saling
berkaitan dan merupakan turunan dari rumus yang serupa (misalnya rumus volume prisma
itu sama dengan rumus volume kubus, balok, tabung).

Setelah dianalisis jenis-jenis miskonsepsi yang terjadi. Pada level 1 visualisasi, anak
mengenal suatu bentuk geometri dengan memperhatikan bangun secara visual saja tanpa
mengetahui sifat-sifat bangun tersebut. Pada level ini mereka belum menyadari adanya
sifat-sifat dari bentuk geometri tersebut (Hendriana & Fitriani, 2019). Berdasarkan analisis
ini, miskonsepsi mungkin terjadi karena siswa masih ada pada level 1 (visualisasi) pada
level berpikir Van Hiele. Atas analisis yang dilakukan, sebaiknya pemahaman awal
mengenai konsep-konsep yang mendukung konsep tersebut harus lebih dikuatkan kepada
siswa, sehingga miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa khususnya dalam mempelajari
materi geometri sekolah dasar ini dapat terminimalisir dan juga level berpikir Van Hiele
siswa sebaiknya harus dikembangkan. Berdasarkan hasil obeservasi yang dilakukan
terhadap beberapa jenis buku ajar yang digunakan, terdapat beberapa temuan yang diduga
dapat menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi, diantaranya adalah:

(1) penulisan rumus tidak disertai dengan bagaimana cara memperolehnya;
(2) penjelasan mengenai unsur-unsur pada bangun ruang tidak disertai contoh;
(3) sistematika penyampaian materi ada yang tidak terstruktur;
(4) tidak pernah mengaitkan antara beberapa bangun datar maupun bangun ruang.
Temuan ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya (Ainiyah, 2016). Berdasarkan uraian tersebut, miskonsepsi juga akan
terhindarkan dari siswa, jika siswa memiliki motivasi yang baik terhadap pembelajaran
matematika (Eftafiyana et.al, 2018).

A. Solusi Permasalahan pada Pembelajaran Geometri
Agar miskonsepsi tidak berulang untuk siswa lainnya, maka harus diperhatikan

beberapa hal, diantaranya adalah apersepsi mengenai materi-materi prasyarat yang
harus dikuasai sebelum mempelajari materi-materi ini seperti yang telah tertuang
dalam artikel ini. Selain itu, cara menyampaikan konsep kepada siswa juga harus
terkonstruksi secara benar, hindari pemberian konsep secara langsung dan menekankan
pada hanya sekedar hafalan. Untuk bisa mengajarkan konsep yang tepat, perlu
memperhatikan tahap-tahap Pembelajaran Matematika Menurut Bruner. Jarome Bruner
menganjurkan bahwa dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk
memanipulasi benda-benda konkret (alat peraga). Dengan alat peraga, siswa dapat
melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang
sedang diperhatikannya. Keraturan tersebut kemudian dihubungkan dengan keteraturan
intuitif yang telah melekat pada pikiran siswa. Pada materi geometri bangun ruang
guru dapat menggunakan alat peraga benda-benda yang ada di sekitar siswa. Guru
dapat memminta siswa untuk menghitung volune da luas penampang pada kotak
pensil, penghapus, kaleng dan benda-benda lain yang ada di sekitar siswa.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Bangun ruang merupakan sebutan untuk bangun-bangun tiga dimensi.

Bangun ruang adalah bangun matematika yang memiliki isi atau volume. Bisa
juga disebut bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat
pada seluruh permukaan bangun tersebut. Bangun ruang merupakan sebutan
dari bangun-bangun tiga dimensi, yang meliputi bangun ruang adalah: kubus,
balok, prisma, tabung, limas, kerucut, dan bola.

B. Saran
Agar miskonsepsi tidak berulang untuk siswa lainnya, maka harus

diperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah apersepsi mengenai materi-materi
prasyarat yang harus dikuasai sebelum mempelajari materi-materi ini seperti yang
telah tertuang dalam artikel ini. Selain itu, cara menyampaikan konsep kepada
siswa juga harus terkonstruksi secara benar, hindari pemberian konsep secara
langsung dan menekankan pada hanya sekedar hafalan.

DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, L. A. (2016). Identifikasi miskonsepsi siswa dalam materi geometri pada
pembelajaran matematika siswa kelas vii smp negeri 1 punggelan. Journal Student
UNY, (3).

Ay, Y. (2017). A review of research on the misconception in mathematics education.
Education Research Highlights in Mathematics, Science and Technology, 21–31.

Dayanti, P., & Nursangaji, A. (2019). Miskonsepsi siswa dikaji dari gaya kognitif dalam
materi jajargenjang di sekolah menengah pertama. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 8(9), 1–9.

Eftafiyana, S., Nurjanah, S. A., Armania, M., Sugandi, A. I., & Fitriani, N. (2018). Hubungan
antara kemampuan berpikir kreatif matematis dan motivasi belajar siswa smp yang
menggunakan pendekatan creative problem solving. Jurnal Teorema: Teori dan Riset
Matematika, 2(2), 85- 92.

Fitriani, D. A., Mardiyana, & Pramesti, G. (2017). Analisis miskonsepsi siswa pada
pembelajaran matematika materi pokok ruang dimensi tiga ditinjau dari kecerdasan
visual-spasial siswa kelas x sma negeri 1 klaten tahun ajaran 2012/2013. Jurnal
Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM), 1(6), 27-34.

Hendriana, H., & Fitriani, N. (2019). Mathematical abstraction of year 9 students using
realistic mathematics education based on the van hiele levels of geometry. Jurnal
Didaktik Matematika, 6(2007), 1-11.

Kusuma, D. A. (2019). Peningkatan komunikasi matematis siswa menggunakan
pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika dengan penerapan mozart effect
(studi eksperimen terhadap siswa sekolah menengah pertama). Jurnal Teorema:
Teori dan Riset Matematika, 4(1), 65-74.

Mohyuddin, R. G., & Khalil, U. (2016). Misconceptions of students in learning mathematics
at primary level. Bulletin of Education and Research, 38(1), 133-162.

Ozerem, A. (2012). Misconception in geometry and suggested solution for seventh grade
students. International Journal of New Trends in Arts, Sports & Science Education,
1(4), 23-35.


Click to View FlipBook Version