The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

MAJALAH KELINGKANG 2020
EDISI 33
SMK LUBOK ANTU

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nad zira, 2021-02-11 12:28:52

majalah kelingkang 2020

MAJALAH KELINGKANG 2020
EDISI 33
SMK LUBOK ANTU

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

100
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

101
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

102
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

103
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

104
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

105
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

106
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

107
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

108
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

109
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

110
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

111
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

112
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

113
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

114
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

115
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

116
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

117
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

118
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

119
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

120
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

121
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

Karya Murid

122
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

Cerpen : Diam Mulut Diam Hati, Diam Fikir Diam Jari
Nukilan: Theresa (1 Iphone)

Mona tinggal di Kampung Kepayang. Dia berumur 32 tahun. Mona juga
ada seorang abang iaitu , Che Den yang berumur 36 tahun. Kedua- duanya
sudah berumah tangga .

Alkisahnya bermula apabila
Che Den , abang kepada Mona
yang suka berjoli dengan
rakan - rakannya datang ke
rumah Mona , adiknya.

" Mona , oh Mona ", seru
abangnya .

"Ada apa lagi?” tanya Mona
kepada abangnya yang tengah
berkhayal disebabkan mabuk .

"Abang ke sini hendak meminjam duit kamu ",kata Che Den yang sedang
bersandar pada tiang rumah Mona .

Dengan lantas Mona menjawab ," abang ini setiap malam baru pulang dari
rumah hanya sebab minum arak sampaikan anak bini tidak dikisahkan ",
tambah Mona dengan marah sambil matanya melirik tepat pada Che Den .

Akibat mabuk , Che Den terus memukul adiknya ,Mona tanpa rasa kasihan
hanya sebab dia bengang dengan kata - kata adiknya .

"Aduh , aduh ", seru Mona dalam keadaan kesakitan .

Nasib baiklah , Pak Kopit , penghulu kampung yang ingin pergi ke bersolat
di masjid melalui jalan ke rumah Mona yang beberapa meter saja dari
masjid .

Dengan pantas, Pak Kopit, si penghulu kampung memegang tangan Che
Den lalu berkata, "bertenang , Che Den ". Akhirnya, berkat dari teguran
Pak Kopit, Che Den yang mabuk itu pun bertenang.

" Apa sebenarnya yang berlaku di sini " , tanya penghulu kampung .

123
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©
" Che Den itu puncanya tuk penghulu kampung , dia selalu meminjam duit
daripada saya sedangkan makan minum anak - anak saya , saya yang jaga ",
kata Mona yang teresak - esak menangis.
Che Den langsung tak berkata – kata.
" Kamu berdua ini asyik bergaduh sampaikan mak cik - mak cik bawang di
kampung ini bergosip tentang kamu berdua ", tambah Pak Kopit lagi .
Che Den dan Mona menunduk malu .
" Kamu ini Che Den ada tanah sebesar padang tak mahu dikerjakan
sedangkan kamu ni pandai menanam tumbuhan seperti jagung dan
sebagainya " kata Pak Kopit dengan tercungap - cungap sebab marah
sangat dengan Mona dan abangnya .
Che Den menahan malu .
"Kamu berdua sebagai adik - beradik harus bekerjasama antara satu sama
lain dan berdikari usahakan dengan apa yang ada ", tambah penghulu
kampung lagi .
Akhirnya , mereka berdua sedar dengan kesalahan masing - masing dan
berbaik semula .
Pak Kopit gembira.

124
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

COVID-19 NEGATIVE IMPACTS OF SOCIO-ECONOMY AND THE MAIN CHALLENGES
FOLLOWED BY THE GOVERNMENT

WRITTEN BY: WILLSON FREDO (5SPK1)

Today the world has been shaken by the
spread of the Corona virus COVID-19 that
has claimed thousands of lives and spread
throughout the world. Excitement over
the threshold of 2020 became gloomy
when on December 19, 2019, the virus
was discovered to have caused fatalities in
Wuhan province of China. The rapid
spread of this virus around the world has had many negative implications for a
country and its world in particular. Not to be overlooked is our country of
Malaysia which also has a deceptive virus that is easily transmitted without our
knowledge. However, the recent announcement made by the 8th Prime Minister
Tan Sri Muhyidin Yasin on movement control to curb the outbreak is just as
Singapore has done as Malaysia is still in the early stages of COVID-19 infection
despite the Health Organization The World Health Organization (WHO) has
declared the epidemic a pandemic. In fact, the emergence of COVID-19 would
undoubtedly affect the socioeconomic status of a country while jeopardizing the
well-being of the people. In the meantime, the impact of the transmission of the
COVID-19 virus and the challenges facing it today will be the focus of our
discussion today. The question is, how does COVID-19 affect the socioeconomic
status of a country and what are the major challenges facing the crisis?
The emergence of the COVID-19 virus has affected a country's socioeconomic
status as it can affect the health of a country's population. The virus is said to be
caused by consuming wildlife foods such as snakes, bats and lizards that have
caused a person to experience symptoms such as cough, cold and persistent for
more than 14 to 21 days and can be fatal. In Malaysia, the readiness of the
authorities to address this issue is at the highest level for any possible escalation of
cases. As a result, the country's socioeconomic status will suffer from deficits due
to unhealthy labor and undergoing treatment for recovery. Statistics show a
drastic increase in the outbreak of the outbreak in Italy has led the country to a
state of instability that can be likened to a hollow egg. It is clear that the
emergence of the COVID-19 virus has affected the socioeconomic status of af
country and threatened the well-being of the people.

125
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

At the same time, the spread of the COVID-19 virus is also said to be
detrimental to the country's socioeconomic status as it threatens the peace of a
country and creates a panic for people around the world. According to the World
Director of World Heath Organizations (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus,
COVID-19 is now entering a pandemic phase, stressing the spread and the severity
of the outbreak is extremely worrying. In general, a pandemic means a disease
that is spreading far and wide across the globe. The spread of the virus has
affected the country's socioeconomic status as it has caused public outrage in a
nation or world known to lead to death. Thus, the authorities have been working
hard to implement the initiative in ensuring thousand of these problems can be
contained as the Malay proverb mentions bear the same weight, the same light. It
is undeniable that the peace and stability of a country is definitely affected by this
COVID-19 virus crime.

In view of the different aspects,
the spread of COVID-19 can also
affect a country's economy. It is
said that when the people of a
country are identified to be
infected with the virus, the
government will have to provide
optimal assistance in curbing
this problem. Certainly, the economic flow of a country will be jeopardized and
plagued by the lack of confidence of investors or tourism in the country threatened
by the virus. In fact, according to the Ministry of Tourism Malaysia, many tourists
from abroad have made the decision to cancel their vacation to our country
because of concerns over the spread of the virus. In fact, low-cost airlines like Air
Asia have to bear the cost of canceling vacation flights to COVID-19 countries. To
address this problem in conjunction with the Visit Malaysia Year 2020, the
government in collaboration with the tourism industry has made a special offer to
domestic tourists to encourage them to travel in the country at a 70 per cent
discount on hospitality. Indirectly, these efforts can encourage local people to
travel around the country to get to know their beloved homeland more closely
because their parents have a message, anonymity and a lack of love. There is no
denying that the emergence of COVID-19 has had a negative impact on a country's
economy.

126
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

On the other hand, the spread of COVID-19 could also be detrimental to the
country's socioeconomic status because of the increasing costs of medical and
preventive measures that governments must bear. Because the COVID-19 virus is
nothing new, the government has to spend a lot of money on prevention and
treatment for the patients it has infected. Expertise and various high-tech
equipment should be used in identifying the virus and its prevention. As a result, a
significant amount of national money has to be used in an effort to curb these
concerns in order to safeguard the well-being of the people and the stability of the
country's economy. For example, at the stage of the transmission of the virus, the
Virology Unit, the Infectious Disease Research Center, the Institute of Medical
Research (IMR), the Ministry of Health is the leading institution in conducting the
2019-nCOV diagnostic test in Malaysia. This capacity was extended to a network

of private training laboratories
conducted by MKAK Sungai Buloh on
February 6, 2020, demonstrating an
increase in the need and cost of
medicine in preventing the spread of
the virus.

In further elaborating on the
issue, the current public outrage
over the government's
implementation of the Movement Control (CPP) policy is one of the challenges
facing the Malaysian government especially in the 2020s to address the spread of
the COVID-19 virus. This is because it is undeniable that the attitude of the
Malaysian public on this issue is a significant challenge that needs to be addressed
by the Malaysian government. At the same time, it is through this "stubborn"
attitude that the COVID-19 virus infection rates are increasing day by day. In the
meantime, if the crisis continues, the country will have 1001 negative impacts on
economic, social and government stagflation. Did you know that the government
is struggling to resolve this issue for the sake of Malaysians? But this would not
have been as successful if society had not yet realized the importance of adopting
the government-mandated Movement Control (CPP) and still practiced the culture
of out-of-home work without any significant purpose even though it had been
communicated to the public through many mediums. mass media exposure of
both print and electronic media, such as Daily News (BH), Utusan Malaysia and
Radio Television Malaysia (RTM). However, as a first-class society, let us address
the issue of COVID-19 virus by giving 1001 aberrations and synergies by adopting
all instructions and instructions directed by the government to ensure that the
spread of this dangerous virus can be prevented.

127
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

It has been decided that the network will not infect other people. For

example, the practice of hand washing using "Hand Sanitizer", the practice of 1

meter detention when meeting with

friends and family, and not leaving

the house for any purpose. The

united government recognizes that

the transmission of the COVID-19

virus can be prevented more

holistically. So says pearl run by

Soekarno, "Give me 10 young

people, I will shake the world." In essence, the challenge facing the government on

the threshold the year 2020 will be very difficult for them to accomplish, however,

it will be As a result of the holistic, synergistic community synergy that has been

instrumental in helping the government reduce the amount of transmission of this

COVID-19 virus.

According to the press release, the challenge facing the government in the face of
2020 followed by the spread of the COVID-19 virus is the problem of economic
recession in ensuring that Malaysians in particular are financially and socially well-
off. It is said that since the spread of the virus has haunted Malaysians especially
at the domestic level, it is undeniable that it could have a negative impact on the
economic growth of the country, especially for those working in the private and
government sectors as well as working on breakfast mornings. , afternoon tea. At
the same time, in the wake of the crisis, the government has taken proactive
action by introducing the Economic Stimulus Package (PRE) to the community to
ensure that the community is always in a good state. and benefits through PRE.
For example, the government has decided to give Rm600.00 monthly for 3 months
to working groups such as Taxi, Farmers and B40 groups, and the government has
also decided to extend PTPTN's 6-month pay period to students studying at the
alma mater level. As a result, it can reduce the burden of such a society. Further,
you know, the government has taken a holistic step in facing the challenges of
2020 following the outbreak of the deadly virus by giving employees the savings in
the Employees Provident Fund (EPF) a chance to withdraw their savings of RM
500.00 each month. 12 months? It aims to cover the cost of living of the
Malaysian people while the country is in the process of recovering from the
outbreak. In the speech of the 8th prime minister Tan Sri Muhyiddin Yassin in his
speech YAB expressed his wish that the savings released would have a positive
impact on the country's economy, and our prime minister also stated that the
EPF's savings were expended for the good of its people.

128
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

“On the table at home" are words our Prime Minister uttered in his
speech. If we look through different eyes, even though our country is facing an
economic crisis due to the COVID-19 virus, there are still governments willing to
be a father to his children to ensure their survival is as normal as possible. So it's
not surprising that these challenges can be overcome with more effective for the
progress of the country, like the Malay proverb says, "that he would eat the kernel
must crack the nuts and in far weather, prepare for the foul" .Therefore, we should
adopt the - value human civilization in support of our government in facing the
challenges of 2020 in order to manifest a peaceful and prosperous nation free of
COVID-19 viruses that can threaten human lives.

Finally, as a summary of the above discussion it can be concluded that the
emergence of the COVID-19 virus has made us and the world in particular aware of
the importance of hygiene in everyday life emphasized in every religion.
Opposition to daily practices that violates all religious prohibitions such as eating
wildlife that religion believes should be made so that we do not make it a mistake.
Indeed, as temporary beings on this earth, we should be grateful for the gifts that
He has bestowed upon us. us. After all, make this event a lesson for all of us to fix
our weaknesses so that they never repeat. Together we emphasize the cleanliness
aspect to prevent the COVID-19 virus from continuing to destroy the world. We
need to work together because we are united, our divorce is broken. But without
the support provided by the Malaysians, surely a civilized country will not succeed.
Therefore, we should not be too impatient to take up our cause after the
catastrophe, nor should we be like frogs under the grass because we do not know
the issue of this polemic, we have to go to the same hill to climb, to the same hill
to find. and formulating strategies that are first class minds to ensure that a safe
and peaceful Malaysia can be realized for the betterment of the country and the
nation.

129
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

HALEN, ANAK SEREGA

CATHELYN CAHYA ANAK MANDAU

“Halen… Halen…. Ni dik? Kini ke tunga dik tadi, puas aku ngangau ke dik,
nadai pending pia? Gari nya basu, rumah sapu, cheremin nya lap. Aku tu deka ke
pasar enggau Sara,” ku Rubina madahka anak iya.

Halen semina nagunka pala. Nadai berani nyaut. Enti nyema enda nitihka
jaku, rutan semambu nyin tentu terengkah ba iya. Enti ati indai kelalu pedis Halen
sigi enda diberi iya makai. Aku semina ulih meda sereta nyabak dalam ati aja. Kasih
nuan menyadi.

Halen, siku nembiak indu ke baru beumur 15 taun. Nembiak timpang
pendiau ti bedau nemu berunding sereta mida utai ke betul tauka salah. Autism…
Dalam penemu sains penimpang tu bisi kaul enggau untak. Sida bisi penanggul
dalam bekomunikasyen, selalu deka kediri sereta bisi pengingin ti dalam ngagai
sesebengkah pekara.

“Sara, aku bisi melika nuan baju gaun baru bechura kalas,” ku indai nyuaka
baju nya ngagai aku.

“Manah amat baju tu indai, terima kasih indai,” ku aku sambil nyemaka baju
nya ba tubuh aku.

“Nnni... eeenggi aku dih”? ku Halen nanya.
“Nyin enggau dik, selap kaki nya tau mih kena dik. Pendiau dik nya, makai
tinduk, makai tinduk aja pengawa dik. Semua pengawa ti diasuh aku nadai kala
tembu dikereja dik. Enti nyema dik nya ukai mensia udah lama dik nya buai aku ke ai
Batang Rajang, awakka empa baya,” ku indai nganu Halen. Indai lalu mansang deka
nyipat Halen. Ulu rutan semambu udah digenggam rat.
“Umbas nya indai, anang nganu iya, bisi baju gaun aku ke beli nuan bulan
nyin kemari ga beri aku ke iya,” ku aku nimbal indai.
“Gamal dik nya deka meri iya, ukai duit dik dikena meli baju nya, duit aku.
Anang sesekali dik meri baju nya ngagai iya, enggai ke dik nyepi rutan tu. Halen,
nama gaga dik agi dedegi dia, beri makai manuk jani, nadai aku melika nuan baju,
merinsa amat begulai enggau orang udah putus wayar,” ku indai lalu angkat ari bilik
besai nuju ngagai dapur.
“Apai, enti nyema nuan agi bisi enggau kami, tentu nuan enda ngelakka
Halen diperinsa indai baka nya. Aku deka nulong, tang nadai mih daya, nyau aku ga
endur indai mantupka ati iya ke pedis nya,” ku aku sebana kediri.
Pagi tu aku nurun ke sekula deka ngabas pemutus peresa SPM. Kesal amat
ati aku. Jawai enggau Remi udah lama nganti aku ba tengah laman.
“Indai, nurun dulu aku ke sekula,” ku aku madahka pejalai diri.

130
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

“Au, bejimat ba rantau jalai, anang lama nuan, terus pulai nuan lagi udah
ngambi pemutus nya,” ku indai mesan aku.

“Au,” ku aku sambil ngilikka pala. Enda entu puas ati aku enggau indai ninga
jaku iya munyi nya.

“Sssara...” tekenyit aku ninga Halen ngangau ke aku ari pala tangga. Aku
lalu malik ke belakang merening iya.

“Sssara, aaarapka… nuan mmmujur,” ku Halen. Tuchum iya maya mansutka
jaku nya ngagai aku.

Berasai sinu aku ninga jaku iya munyi nya. Aku enda nyadi nurun lalu niki
baru ke rumah lalu merap Halen. Enda berasai neritik ai mata.

“Halen, anang irau nuan. Aku pechaya aku deka bulih pemutus peresa ti
manah. Ila enti aku udah abis belajar ba universiti, bisi kereja, akum ai nuan raun,”
ku aku nelai iya.

“Aaau…” ku iya nyaut aku. Jari iya lalu ngendas ai mata aku.
“Sara… jampat agi. Lama amat kami duai tu udah nganti dik,” ku Jawai.
Aku lalu berumban nurun tangga. Aku belanda ngagai Jawai enggau Remi. Aku
malik ke belakang, Halen agi degi-degi ba pala tangga. Aku lalu ngepai iya, iya
malas kepai aku.
Kasih nuan menyadi. Enti nyema nuan nadai penimpang tentu nuan sekula
pom tiga diatu. Rindu amai ati tua bejalai sama-sama nurun ke sekula tiap pagi.
“Sara, manah amat pemutus peresa nuan, nyau 9A. Matematik tambahan
pan A. Nama enda utai empa nuan?” ku Jawai nundi aku.
“Nya meh, enggi aku naka pemayuh sugu, semua mata pelajar sains tak
sugu magang”, ku Remi.
“Aku nadai mih nyangka, udah rejeki mih nya,” ku aku ngemaruhka diri.
“Congratulation Sara laban nuan udah mujur dalam peresa, arapka juluk ati
nuan deka nyadi lutur ulih nyadi nyata”, ku Pengajar Juna ti ngajar kami mata pelajar
biology.
“Terima kasih pengajar laban nuan udah ngajar kami enggau manah,” ku
aku nyaut iya.
Aku sempat meratika ulah bala kami ke nerima pemutus peresa. Bisi nya
nyabak gaga, bisi nya nyabak tusah ati. Udah puas berandau enggau bala kaban
aku lalu mulaika diri. Enda putus-putus bala kaban meri tabi pengaga ati ngagai aku.
Enda lebu aku belajar bebendar siang malam ngelamatu. Munyi ku jaku niang apai,
enti ngereja pengawa anang enda baka tekura enggai enda tepantup ba bandir.
“Sara, enti niang apai dik agi idup tentu iya gaga amai meda pemutus peresa
dik tu. Untung amai aku bisi anak ngemandai dik tu. Enda lebu aku ngandungka dik.
Tu baru anak aku,” ku indai.
“Ni Halen indai”? Nama iya nadai dipeda”? ku aku nanya indai.

131
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

“Kapa dik bangat kiruh ke iya nya, ukai iya nemu utai 9A, enda alah dik
rampit iya dadak, din iya, belalai ba setor,” ku indai.

“Ukai pia indai…” bedau abis jaku aku indai lalu tama ke pangking. Nama
mih penyalah Halen. Ukai dipinta iya penimpang nya. Iga ga indai pedis amat ati
sampai kediatu enda ulih nerima penimpang iya.

“Halen... Halen… ni dik”? Ku aku ngangau ke iya ba pintu setor.
“Tttu aaku. Sssara,” iya tuchum meda aku.
“Halen… aku bulih 9A ba peresa SPM, aku pass,” ku aku madahka iya.
“Pppas,” “Rrraun tua?” ku iya nyaut.
“Auk, ila tua raun enti aku dah kereja.”, ku aku.
Iya nadai mayuh jaku semina tuchum aja tang aku nemu iya bisi peragam
ati. Aku deka muai pukat empelawa ba pala iya, tang iya nipas jari aku. Udah nya iya
lalu tama baru ke dalam setor ninggalka aku kediri ba mua pintu setor.
“Sara, pagila ngalu ke pasar tua, bebelika perengka dikena di belajar ba
Unimas,” ku indai.
“Auk, tang aku bisi siti peminta,” ku aku nyaut indai.
“Nama dipinta dik, anak patung pia”? ku indai.
“Indai, ulih tua mai Halen ke pasar pagila? Sekali tu aja indai, dah tu ila lama
aku nadai betemu enggau seduai, maya peremisi aja,” ku aku minta ari indai sambil
mantaika mua sinu.
“Au”, seleka aja saut indai. Nya pan baka ke semadi aja iya nyebut.
“Terima kasih indai,” ku aku merap serta nyium iya.
Pagi tu naka mih pengaga ati aku. Asaika diambi mimpi Halen enggau kami
duai indai ke pasar. Indai enda tentu memunyi tang kadang-kadang melutka mata
ngagai Halen meda ulah iya ti enda tentu betul.
“Kkka kkkemi,” ku Halen.
“Eii, nya aku enggai mai iya tadi, ngenusahka orang aja. Sara dik nganti ba
simpang nya nyaga barang ti dibeli kitai, aku nganjung iya ke agu”, ku indai.
Aku nagunka pala aja.
Panngg….!!!!!
Kerita hilux bechura burak naka pengelaju mechut lampu trafik deka
ngelantak indai tang Halen sempat ngejuka indai lalu ngujungka iya empu kena
lantak. Anchur luluh ati aku. Indai nadai tepansutka jaku, semina mua iya aja
madahka diri nesal udah jai enggau Halen ngelamatu.
Asaika diambi mimpi. Asaika baru tadi utai tu nyadi. Ba simpang jalai tu mih
Halen lesi midang ninggalka aku enggau indai 10 taun ti udah lalu.
“Halen, jampat amat nuan ninggalka aku, enda sempat tua raun”, ku ati aku
betelai lalu merening ke seberai jalai. Halen tuchum meda aku lalu ngepaika jari
ngagai aku. Enda berasai aku lalu ngepai iya baru.

132
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

“Halen, mupok aku, kirum salam rindu ngagai apai. Ila betemu baru”.
Aku nemu, tentu iya diatu benung begulai enggau apai di Serega. Nadai agi
pemedis, nadai agi merinsa, semampai ngemataka aku enggau indai. Taja ati aku
berasai sinu tang aku tuchum gaga laban udah meda ayas Halen ba endur nya. Aku
ngejangka endur tu lalu nadai agi malik ke belakang. Selamat jalai menyadi ti
dikesayauka aku. Halen, nuan mih anak serega.

Penyayau Aku Ke Nuan Enda Bebagi

MONICA NAGI ANAK SAIN

Aku seruran ingat maya malam hari satu, keterubah iya tua betemu. Maya
nya minggu orientasi nembiak pom 6 baruh. Tua bekelala enggau pangan diri lalu
betukar lumur telefon.

“Nama aku Jony.
Sapa nama nuan?” ku
nuan nanya aku.

“Aku Stephanie.
Kangau aja Nini,” berasai
malu aku nyaut nuan
maya nya.

Laban bai ati ti
sama bela keran ke
pangan diri asaika dunya
tu semina tua aja ti ngempu. Tang enda disangka pengerindu tua puntan baka
menasan jalai jelu, labah baka buah merunjau udu laban aku ukai anak orang ti
pemisi nadai reta tengkira. Ukai baka nuan anak orang kaya sereta bepangkat besai.

Udah abis peresa STPM nuan bisi mai aku ke rumah. Nya mih keterubah
enggau kepenudi aku ngindikka kaki ba rumah nuan, jaku indai nuan mengkang
dikingatka aku.

“Jony, kapa nuan deka beguna ke indu ti baka nya. Ukai nadai indu bukai
lebih manah ari iya nya. Mayuh anak dara kaban apai nuan belipat kali ganda manah
ari nya,” ku jaku indai nuan.

“Cheremin dulu gamal nuan, pendiau nuan! Kada kala diajar apai indai nuan,
nyau berani nama kediri kitu. Pulai nuan, nadai aku beguna nuan,” ku indai nuan
sambil nunjuk ke jari ngagai aku. Nuan enda nyaut seleka mukut, enda malas seleka
beras. Indai nuan lalu narit lengan nuan, mai nuan tama ke rumah. Tinggal aku
kediri.

133
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

Naka mih pemalu aku digaga orang baka nya, baru ba tengah laman aku

udah diburu indai nuan pulai. Aku chukup sabar enggau jaku apai indai nuan lalu aku

nadai sekali pedulika jaku sida. Aku meruan ingat ke jaku sempama lubuk tau nyadi

lansar, lansar tau mih nyadi lubuk. Aku pechaya enda belama iya aku di baruh, enda

patut ga petara enda kasih ke aku.

Ngambika nadai aku nyangka indai nuan sanggup begigaka beliau ti bisi

penemu, Ambika nuan enda ingatka aku agi. Nama mih penyalah aku? Tang nasib

mih nuan sanggup begadai nyawa enggau aku. Nuan sanggup ninggalka rumah ari

beserara enggau aku.

Meruan mengkang dalam pengingat aku keterubah nuan datai ba rumah

aku. Apai lalu berumban nyenguk ari penjan ninga bisi orang ngangau ari luar rumah.

“Nama nya igat, sapa digiga nuan”? ku apai nanya.

“Aya, rumah Stephanie tu?”

“Iya mih tu igat. Nama kebuah nuan ngiga iya dih?

“Aku deka betemu enggau iya aya”.

Lama apai merening nuan sebedau iya ngangau ke aku. Aku berasai gaga

ati meda penatai nuan, asaika diambi mimpi. Aku lalu ngasuh nuan lalu ke rumah.

“Sapa nyin apai endun?” ku indai nanya apai.

“Nadai aku ngelala iya nya indai endun, engka nya kaban endun sekula kini,”

ku apai nyaut indai

sambil meratika aku

enggau Jony

berandau ba bilik

besai.

“Ehmmm,”

apai nerakan lalu

aku enggau Jony

sama sereta

merening ngagai

apai.

“Igat, endun, ari tadi aku meda seduai kemerah amat berandau enggau

pangan diri. Aku enggai enda madahka nuan dulu Igat. Enti seduai bepangan, ketu

ke dulu mih. Seduai sama agi nampung pelajar sepengudah pemutus peresa STPM

tu ila. Nuan nya endun, sigi dikearapka aku enggau indai nuan. Nuan nya anak

tunggal, nadai diri menyadi. Enti enda nuan, sapa agi dikearap kami duai iya dih,” ku

apai bejaku sambil nyintak seput. Panjai ga licha apai.

“Aku munyi ku nuan mih apai endun, aku sigi nagang seduai bepangan Igat.

Enti nyema seduai udah mujur dalam pelajar, bulih kereja ke manah, nadai kenduai

apai nuan nagang”, ku indai nambah ke jaku apai.

134
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

Sengian. Aku enggau Jony enda engkeretik, enda nimbal jaku indai. Aku
semina ulih engkendukka pala, enda sanggup merening mua apai enggau indai.
Asaika dipandam dada lebuh ninga jaku apai enggau indai.

“Aya, sebedau aku bejaku, aku meri besai terima kasih ngagai seduai laban
ulih betemu mua enggau seduai. Amai mih tua Nini tu bepangan. Aku sigi keran deka
ke iya, tang nama mih daya aku, enti seduai aya enggau ibu udah bejaku munyi
nya,” ku Jony nimbal jaku apai enggau indai.

Ninga jaku Jony munyi nya, tak enda berasai aku angkat lalu nyilakka pintu
pangking. Semetap pintu ditikupka aku. Aku lalu ngempaska tubuh diri ba katil. Ai
mata enda berasai labuh nerutu kuyu. Ba peragam ati aku, Jony enda bebendar
naburka leka bungai semaya iya ba laman ati aku. Enda berasai mega aku nyau
nyabak sesedan ngenang nasib diri. Berengkah ari sehari nya Jony nadai ditemu rita
agi.

“Indai… Ni dik indai?”
“Nama dik nyabak indai? Sapa
nganu dik? Aku deka numbuk iya laban dah
nganu indai”
Iya belanda ngelawa aku. Aku
tuchum lalu merap iya rat-rat. Iya minta
pangku aku. Tu mih reta pesaka ti amat
berega ditinggalka Jony. Allan Bryan Anak
Stephanie. Baru beumur lima taun. Siku
nembiak ti benung sigat-sigat anak uduk,
benung nyamai dikayam. Seruran
merindang ati aku lebuh maya tusah
enggau senang. Taja iya enda nemu sapa
apai iya tang iya semampai tuchum ketawa
nadai utai dikenangi. Arapka Tuhan
merekatka iya nyadi anak ti beguna sereta
enda ngulang penyilap aku enggau Jony.
Enda berasai nanya baru ga ai mata aku.
“Endun nama tubuh nuan tak nyelai
endar dipeda aku”, ku indai nanya.
Aku enda tesautka indai, ai mata
aja labuh neritik beberis baka ujan nyala. Aku endang udah betubuh bisi tiga bulan
lebuh Jony ninggalka aku. Tang aku nadai madah ngagai sapa-sapa. Semina aku aja
nemu. Tang seharitu apai enggau indai udah nemu. Apai nadai bemunyi. Temati
kutu. Deka nganu enggai ga nyadi, asi udah nyadi bubur.

135
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

“Endun, aku enda nemu nama utai deka
dipadah ngagai nuan agi, deka nganu nuan enggai
mih nyadi, utai udah nyadi, ukai ulih diputarka
baru. Asa mih ati kami duai indai nuan deka meda
nuan belajar ba tikas ke tinggi. Nadai ku enggau
mih nuan udah milih jalai nya. Kami duai sigi
nerima nuan endun, nadai muru nuan, engka nya
salah kami duai indai nuan, engka kami duai sama
bela enda nemu ngajar nuan, nya mih utai tu
nyadi,” ku jaku apai ti chukup ngeruntun ati aku.

Aku duduk ngerimbai indai nadai bemunyi
semina ai mata kami duai aja ke labuh ngenang
nasit aku ti bangat jai. Taja penusah ti majak datai,
tang aku chukup benasit manah laban ngembuan
apai indai ti chukup siruka aku. Semampai enggau
aku maya tusah enggau senang, maya ketawa
maya nyabak. Seduai semampai sayauka aku taja aku udah ngaga ulah ti enda
menyana.
Lima taun udah ngejang. Diatu aku udah kereja nyadi kerani ba opis ngaga
jalai Pan Borneo. Bisi ga anak duit dikena ngidupka diri. Pengingat aku ke Jony sigi
lama udah padam. Bisi ga berita ngerimbas pending madahka sida sebilik udah
pindah ke menua Malaya.
“Apai… indai, aku semampai ngiga peluang nyambung pelajar baru awakka
seduai ulih meda aku ngenggam segulung degree. Allan Bryan nyadi mih nuan anak
ti ngasi ke jaku indai sereta aki enggau ini nuan,” pia ku aku bejaku kediri berandau
nengali sambil merening Allan Bryan ti benung tinduk jenak dipangku aku.
Amat munyi ku jaku orang tuai, ai dipantap sigi enda putus. Penyayau aku
ngagai nuan apai, indai enggau Allan Bryan sigi enda bebagi, baka penyayau kita
ngagai aku mega.

136
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

Dindang lalau pendiau Tumu pagi nurun mandi,
(5 SKP, 5 SKP2,3 Samsung, Semina mandi basah pala,
3 Huawei) Anang udu bejaika diri menyadi,
Seagi diau nguan menua.
Lemai-lemai nurun ke kebun,
Besaup mantun mandang semangka, Nurun ke kebun ngumpul lada,
Aram meh kitai bepantun, Lada disimpan dalam raga,
Merindang ati bala peninga. Anang kelalu angkun ke reta,
Besampi selalu ngagai petara.
Sape bebunyi angkatka kaki,
Anang malu sama kitai betanda, Sempama Iban
Taun ke lama udah beganti,
Ngarapka berekat beri petara. Baka wi tampung tali, baka rutan
tampun danan
Ke pasar Simanggang meli baju, Reti:
Baju dibeli bechura kuning, Nitih turan kenyau ari kelia menya
Mayuh reta tang nadai penemu, datai ke sehari tu.
Baka rumah ti enda bedinding.
Buah ubi laun dikali buruk di pun,
Manduk chapi dalam kawah, Buah empasa laun diempa lunggar
Chapi dibeli indai Muntai, taun.
Sama-sama meh kitai diau di rumah, Reti:
Ngicha ke COVID badu ngerekai. Penemu tauka pengelandik ke
dikembuan siku-siku mensia enti
Buah nyiur diempa puda, enda dipekunsika enggau orang
Pemanis isi enda ulih dikira, bukai endang sigi nadai guna
Enti deka pengidup ti menyana, laban iya deka lenyau enti orang
Apai enggau indai patut dipebasa. nya udah nadai agi.

Terang malam di malam hari, Enda ulih tubai sungai enggau lia,
Penerang manchar ngagai pun bedega, Enda ulih tebang tapang enggau
Idup di dunya mesti seati, lungga,
Enda ngira adat enggau bansa. Enda ulih timba perau enggau
tapa,
Enda ngawa enda dipeda orang pemisi, Enda ulih tanjak wung enggau
Amat meh enda bejaku tinggi, penimba.
Enda ngawa diau di ili, Reti :
Asal bejalai nemu mai diri. Pengawa enda ulih kereja enti
nadai pemandai tauka
Enti pengawa tembu digaga, pengelandik ke chukup kena napi
Nadai orang bejaku muchau, pengawa nya.
Enti pengelikun seruran dijaga,
Nadai utau tau ngeregau. 137
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

NGIBUN

Willson Fredo -5 SKP 1

Sena enggau Beruit diri menyadi, diau kediri nadai apai indai enggau
begulai ba rumah panjai sida ti numbas iya pemanjai. Kenu ku jerita, maya
nya benung musim buah. Buah rian enggau buah isu sida ti kunsi enggau aya
ibu endang sampal bebuah magang.

"Sena, lemai tu gintir tua ngibun buah kitai din kenu ku Ibu Janti," pia
ku Beruit bejaku madahka Sena ti benung deka engkani jani.

"Au mih aka. Kira hari nyau ngalih lagi tua mupuk ga bemalam ba pun
buah din. Engka nyampau diri ga buah isu labuh jangka aku laban hari tu
kudi belama lemai," ku Sena nyaut aka iya Beruit.

Kira hari nyau
lemai, lebuh mata panas
enda agi terit mupuk mih
Sena enggau Beruit
bebaika kereban pemakai
ngema tubang mansang
mulung buah.

Kira nyau kerebak
silau, seduai pan datai ga
ba pun buah isu sida iya.
"Idupka dulu api tua nya
Sena, pama mih ngicha nyamuk tu tau kurang. Peda nyau merengung sida
nyamuk mansa pending aku," pia ku Beruit. "Au aka, nuan ngigaka aku
rangkang kena aku. Giga nuan ga lumpung kayu ngichaka api tua tan idup
semalam-malam tu lagi," ku Sena ga nyaut jaku menyadi iya.

Beruit lalu berumban tama babas ngiga rangkang enggau lumpung
kayu. Maya nya Sena ngenyadika laluh rangkang kayu bekau Ibu Janti iya
siang tadi kena ngidupka api dulu.

Enda memukai dinga Sena buah isu labuh ninggang dan lalu meredup
ke baruh. "Nih, pama mih… Sigi udah labuh. Lagi mulung iya nganti aka
datai," ku Sena bejaku ati diri seraya iya nepas langkau ti endur seduai iya
Beruit tinduk lagi. Langkau ti beatapka zink sereta bedindingka kimbis nya
bisi daun rangkai nyangka endur sida Ibu Janti iya muai uras ti lekat ba buah
rian enggau buah isu ulih sida.

138
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

Lebuh Sena benung kisuk diri meresi utai dia, dinga iya reregup
munyi tapa kaki orang napatka endur buah isu ti labuh tadi. "Eh... Sapa kini
nya?" pia ku Sena jejengau nyenguk ari langkau iya nya tadi, tang nadai ga
iya meda sapa-sapa. Badu tudah Sena ibuhka munyi nya agi, nyangka salah
pending pia ku ati iya din betelai.

Enda lama udah nya datai tudah Beruit ngesan lumpung kayu enggau
mai rangkang ti dipinta Sena tadi. "Aka, bisi mulung buah nuan tadi? Buah
isu ke baru labuh dinga aku," pia ku Sena nanya Beruit. Ngeriut kening
Beruit ninga tanya ari menyadi iya nya.

"Nadai ga, baru datai aku tu tadi. Nama aku ninga nuan bisi ngangau
ari langkau ngasuh aku jampat agi ga. Nya aku berumban tadi engka nuan
buyan kediri ditu meda hari nyau
petang sepetang," ku Beruit nusuika
Sena utai ti didinga iya lebuh ngiga
kayu. Sena tekenyit bendar ninga utai
tusi Beruit nya.

"Nadai aku ngangauka nuan
aka. Aku ati diri ditu tadi nepas
keresik bekau sida Ibu Janti. Maya
nya mih aku ninga buah isu bedarup
labuh ninggang dan sebedau iya
terengkah ba tanah. Udah nya tadi,
dinga aku reregup munyi kaki orang
napatka buah ti labuh nya. Bendar
amai aku merati ari langkau, nadai ga
aku bisi meda sesapa. Kumbai aku
nuan nya aka, " ku Sena nyaut Beruit.
Seduai iya pan lalu beperening
pangan diri, bela ngenung baka
empelekung mabuk ambuh, ngetu baka puyu mabuk keruh.

"Idup jampat api tua nya, enggaika hari majak petang," ku Beruit enggai
agi ngenang penyelai utai ti udah nyadi. Enti iya buyan, kati ku Sena dih?
Lebih agi ga Sena buyan ari iya. Sena baka nya mega, berunding ba ati diri.
Bulu pegu tudah tuai nyau nyeregu, apus kini malam tu lagi?

Sepengudah buah isu sigi nya labuh tadi, lalu nadai agi ga buah labuh
didinga seduai. Pun rian seberai lebih agi nadai tegu utai, iya ga sigi enda
lebat.

139
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

Hari pan nyau malam ga, duai sama bela ngali kediri ba dalam langkau.
Beruit gali semak api, Sena muak ke sepiak kin. Enda berasai, mata seduai
pan nyamai amai ga nindukka diri lalu enda nemu utai agi.

Enda memukai Beruit tedani lebuh iya ngasaika tubuh iya balat bendar
angat daing api. Sekali mih iya menchelakka mata, peda iya api balat bendar
mau baka ke disepu orang. Makin lama makin mau agi api nya tinggi
setinggi, pemuas iya peninggi api nyau bela enggau langkau ti endur seduai
ngibun buah.

"Sena, dani dulu nuan. Salah amai api tu. Baka ke deka makai tua!" ku
Beruit ngerak Sena. Beguai tudah Sena angkat ninga nyawa Beruit besai
amai. "Ni aka? Nadai aku meda api nya deka makai tua dih!" pia ku sena.
Nyelai amai, peda Beruit bara api aja ti tinggal dia.

Enda memukai dinga seduai beteredup buah isu labuh, bisi sepuluh igi
betangkan labuh tauka mayuh agi kini. Sepengudah buah nya labuh, dinga
beterudus munyi regup tapa kaki orang sebelah pun buah nya dia tang nadai
dipeda. Sena labanka sigi buyan, lalu engkechit iya merap tubuh aka iya
Beruit.

"Salah tu, nama enda utai ngachau tua tu kini?" ku Beruit nanya Sena.
Sena enda nyaut aka iya, semina ngetatka diri dikerendut aka iya.

"Mayuh labuh buah seduai? Uji pulung nih, enggaika orang bukai
mulung iya lagi," pia ku munyi nyawa Ibu Janti bejaku dalam petang.

"Me... Mayuh ibu. Kemaya nuan datai ibu? Sapa enggau nuan?" pia
ku Beruit nanya Ibu Janti enggau alit
ati. "Eh... Mansa tu aku tadi, tiga iku
orang enggau aku. Ingatka seduai
ngibun buah malam tu, nya aku
nyapa. Pagila tumu seduai pulai ke
rumah panjai. Mupuk dulu aku," ku
Ibu Janti. Bedau disaut Beruit dinga
reregup munyi kasut Ibu Janti mupuk
ari nya.

"Aka... Meda ga Ibu Janti
bejalai dalam petang," ku Sena
berasai alit ati. "Eh... Sigi orang
teleba mindah ba babas nya Sena, ni

140
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

alah kira. Aram tinduk tua," ku Beruit nyaut menyadi iya.

Seduai pan sama bela ninduk kediri baru dataika pagi. Pagi nya
berumban tudah Beruit mulung buah isu ti labuh malam tadi tang sigi nadai
mih manah. Semua buah isu ti labuh malam nya buruk magang, chelum
gamal nadai manah agi. Buah rian ba seberai aja mih manah, bulih tiga igi
tudah Beruit nya mih ke dibai pulai.

"Lelak ngapa tua ngibun buah malam tu Sena, sigi nadai mih buah isu
nya manah. Semua jai magang, buruk magang," ku Beruit. Bisi ga ati iya
ngasaika penyelai utai ti nyadi nya.

"Enti baka nya, aram ga tua mulai kediri aka. Lagi gintir orang bukai
mulung buah. Hari pan baru kerebak tawas ga tu," ku Sena mai Beruit pulai
enggaika nyau ngerampit gintir Aya Ragum iya. Pama diri Aya Ragum nya,
ukai ka rugi.

Mupuk mih tudah Beruit enggau Sena ngema tubang besai agi ari tubuh
tang isi dalam nyin semina buah rian tiga igi aja. Apin lama seduai iya udah
mupuk ari endur ti ngibun buah nya tadi, dia seduai bisi bepansa enggau
orang tiga iku ti enda dikelala ba rantau jalai. "Kini?" ku orang nya nanya
Beruit. "Pulai mulung buah. Kita kini dih? " ku Beruit nyaut lalu nanyaka
penunga sida tiga iku ti bejalai betunda udi nya tadi. "Ngibun buah," ku
saut orang nya enda kemerah iga.

"Sapa nya tadi kini aka?" ku
Sena nanya Beruit udah seduai
ngelebus mimit ari orang nya.
"Entah, enda ngelala. Enda kala
meda," saut Beruit. Sena nguing
baru ke belakang, peda iya nadai
agi sida tiga nya dipeda taja pan
jalai nya lurus aja. Sepi Sena isi iya
bisi berasai gelesi mimit.

Datai ba rumah panjai, peda
seduai mayuh amai orang begelumu
ba ruai sida Ibu Janti. Bekedui munyi sida ke indu nyabak. Berumban seduai

141
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

menyadi ngelekaka tubang lalu ngelawa ruai Ibu Janti, peda seduai Ibu Janti
benung disenggai orang. Parai tinduk kenu ku sida rumah panjai nusi. Nih
sapa ti nyapa seduai ti benung ngibun buah malam tadi dih?

Kita ngibun buah, aku ngibun kita...

...............................................................................................................................

Udah Selatan Atur Petara
Silvia Victoria Chandu - 5 SKP 1

"Pulai mih endu… titihka jaku laki nuan Igat Mikal nya. Mali kitai lama ringat
enggau pangan diri," ku jaku umbuk indai iya.

Nana mengkang enda kekebut. Majak jauh perening mata iya ngagai jalai pendai
ari mua penjan dapur sida. Mikal ari pagi tadi datai dia deka ngambi Nana pulai.

“Nuan enda ngasai baka ni asai ati aku indai. Merinsa aku indai. Chukup
merinsa,” ku sada ati Nana.

Nana agi ingat lalu seruran ingat ulah Mikal ti udu jai enggau iya. Nyau
deka ninting hari iya dijamah Mikal. Sema ku jaku nemu agi jelu ngintu bala anak
diri. Lema siti, benung Nana kekenuh berintu ke utai ba dapur, dinga semerap utai
ba bilik besai. Iya nemu nya sigi ukai orang bukai. Sigi Mikal. Nana enda berani
nyenguk. Nana majak ke pengawa iya ba dapur. Dinga besai nyawa Mikal ngagau
ke nama iya.

"Nana..!"

Ninga munyi nya, Nana lalu berumban nguing mansang enggai ke Mikal majak
ringat.

Pap....!!!!

Nana ngasai ke kaki iya chukup pedis. Ditanjah ai angat. Baru iya ingat ke diri
benung megai kitil tadi maya Mikal ke ngagau ke nama iya. Tang tali suis kitil enda
ingat chabut iya ngujung ke kitil nya siuh lalu nanjah betis Nana. Chukup pedis.
Tang nya enda dipedulika Nana. Laban iya nemu, pemangah Mikal jauh lebih angat
ari nya enti iya enda mansang kin. Nyau kejingka tudah Nana ngirit diri mansang
ngagai Mikal.

"Ya nama nuan enda ninga aku ngangau ke nama nuan pia. Bejalai lingut-
lingut. Jampat kitu,” ku Mikal.

142
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

Meda Nana baka ke enda ibuhka iya, Mikal nyau gidan ati. Laban ti umba
iya endang bisi ngelu mimit. Nyau dijamah Mikal tudah Nana. Abis bangku abis
mija alai iya mangka ke Nana ngujungka Nana luput.

Ke empat hari Nana udah masuk ba ward ICU, baru seharitu Nana nyau ngeleda.
Di peda iya mua indai ti nunga iya. Benung tinduk nukung ba katil alai iya gali.
Tekenyit indai Nana ensepi jari Nana engkebut. Iya lalu angkat. Chukup pengaga
iya meda anak asi iya udah ngeleda. Berumban iya pansut ngagau ke laki iya, apai
Nana enggau lutur indu ke benung jaga ba dia. Peda sama berumban lutur nya
mansang ngagai Nana lalu meresa Nana. Tuchum lutur meda Nana udah ngeleda.
Udah iya muka tali oksigen ari idung Nana, iya lalu bejaku.

"Nuan belelak dulu au endu. Anang mayuh utai runding. Tu bisi apai enggau
indai nuan enggau nuan ditu. Anang takut."

Nana semina nganguk ke pala aja. Ninga jaku lutur baka nya tadi, apai enggau
indai iya enda ga berani mayuh jaku. Nana ngasai ke tubuh iya berasai penat, isi
iya berasai pedis. Tang iya pan enda ga deka nanya.

Pengudah ke pulai ari sepital Nana lalu dibai apai enggau indai iya pulai ke
menua. Mikal sigi nadai sekali ngabas Nana. Pia mega apai enggau indai Mikal.
Dua ari udah nya, apai enggau indai Nana mai pemutus jaku ngagai isan iya, madah
ke minta anak sida iya pulai baru. Sida enggai agi Nana digaga Mikal baka nya.

Anang agi nya nyau sampai munuh siku nyawa ke enda nemu utai. Nana gugur
lebuh maya iya ke dijamah Mikal. Nya ti ngujung ke iya ke luput. Nasib bisi orang
enda jauh ari rumah seduai iya Mikal meda Mikal benung nyamah Nana lalu telefon
ngagai polis. Enti enda pia, kada ke enda enggau nyawa Nana ga ti lenyau lesi
bebadi. Nya baru apai enggau indai iya pechaya ke jaku Nana.

143
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©
Puisi Hidup dalam Perjuangan
Nukilan: Vennisha (5SKP1)

Semakin keras kita berusaha
Semakin keras tekanan dan emosi yang kita rasakan…
Adakah engkau masih mahu meneruskan hidup ini?
Janganlah engkau menghentikan langkah kakimu itu.

Hidup bagaikan tidak mengenal musim
Hidup hanya mengenal satu kata akhir… kematian.
Janganlah kau lihat ke belakang
Janganlah kau kenang akan masa lalu
Janganlah kau biarkan dirimu ini hancur dengan suatu yang tak pasti.

Kini masamu telah tiba…
Semoga engkau bersua dengan kebahagiaan
Mentari bersinar bulan tersamar
Bunga-bungaan yang telah layu di taman kini berseri kembali
Ada duka pun tangis bahagia
Di kala datang dan beranjak pergi.

144
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

INGREDIENT
1 cup (2 sticks) butter, softened
1 cup brown sugar
1 cup white sugar
1 egg
1 teaspoon vanilla
1-1/2 cups rolled oats
3/4 cup shredded coconut (optional)
1 cup chocolate chips
1-1/2 cups flour
1 teaspoon baking powder
1 teaspoon baking soda
BAKE IT!
1. Preheat oven to 350 degrees F. Grease cookie sheet.
2. Completely combine butter, both sugars, egg and vanilla.
3. Mix in oats, coconut and chocolate chips.
4. In a separate bowl, sift flour, baking powder and baking soda.
5. Add flour mixture to the first bowl. Combine thoroughly.
6. Form dough into walnut-sized balls and place on greased cookie
sheet.
7. Press down cookies with fork.
8. Bake for 15 minutes.

TOTTY PANTING ANAK DOM, 2 LENOVO

145
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

The Recipe Of Friendship

If you’re worry and lonely to your hip
The cure is simple, and it is friendship
No need to impress or grease your elbow
Just follow the instruction below
Preheat the oven of love
With plenty of secrets and hugs
Mix in giggles and laughs
That make your sides split in half
Bake with the love and care
And all the things you both should share
Decorate with the frosting of trust
This is really a must
Enjoy the cake do not eat it fast
Just like your new friendship make it last.

AMANDA DAPHNE ANAK GERALD, 2 iPHONE

RAIN

It’s raining, it’s pouring,
My daddy’s snoring,
He got into bed, and bumped his head,
And could not wake up in the morning,
Wake up! You need to be working!
He wakes up and shower,
Fresh like a sunflower,
Goes to work happily,
At evening, comes back to me!

AMY AK MINGGAT, 2 LENOVO

146
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

HOW TO COPE WITH COVID 19 FOR KIDS AND TEENAGERS?

Here are some steps you can take to help your kids cope:

• Remain calm. Your kids will look to you for clues about how to react.
Remind them that how they feel right now is OK, and encourage a
hopeful outlook for the future.

• Keep to a routine. Keep or create new family routines, such as learning
activities, meal times, chores, relaxation and bedtimes. This structure
helps kids predict what's planned, allowing them to feel control in
situations. Use a whiteboard or paper to display a daily schedule at
home. Checking off tasks can encourage a sense of accomplishment.

• Limit access to news. There may be times of constant news
about COVID-19 from all types of media that may heighten fears about
the disease. Limit reading, hearing or watching the news. Also limit
social media use that may expose your kids to rumors and false
information. Be cautious about discussing the news and your fears in
front of your kids.

• Be creative about ways to have fun. Encourage activities that your
kids enjoy, such as puzzles, art projects, reading and music. Create
opportunities for family time. Play games with your kids, have them join
in on cooking projects and enjoy home movie nights.

• Enjoy virtual socializing. Connect with friends and family members
using phone calls and FaceTime or similar apps. This can help to avoid
feeling isolated and can build and maintain relationships.

• Avoid placing blame. Be careful not to blame specific people, including
those in a cultural, racial or ethnic group.

• Seek advice if necessary. If you notice persistent problems with sleep,
changes in eating habits or difficulty concentrating on typical tasks, or if
your kids have a persistent sense of hopelessness, excessive sadness
or overwhelming worry, contact your doctor or a mental health
professional for advice.

ADLY HEZRON UJANG ANAK LEKA, ARNOLD KAYEK ANAK SUBIT, 2 Iphone

147
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

The Lion and The Mouse

The great and mighty lion was once sleeping in the jungle when a
mouse started running up and down his body just for fun. This disturbed
the lion’s sleep, and he woke up quite angry. He was about to eat the
mouse when the mouse desperately requested the lion to set him free. “I
promise you, I will be of great help to you someday if you save me.” The
lion laughed at the mouse’s confidence and let him go.

One day, a few hunters came into the forest and took the lion with
them. They tied him up against a tree. The lion was struggling to get out
and started to whimper. Soon, the mouse walked past and noticed the
lion in trouble. Quickly, he ran and gnawed on the ropes to set the lion
free. Both of them sped off into the jungle and became good friend after
that.
Moral of the Story: A small act of kindness can go a long way.
ANGELIQUE ELAINE SHULAH ANAK MUDA, 2iPHONE

148
KELINGKANG EDISI 33 / 2020

RINGKAS • PADAT • MENARIK ©

The Boy Who Cried Wolf

In a village, lived a carefree boy with his father. The boy’s father
told him that he was old enough to watch over the sheep while they
graze in the fields. Every day, he had to take the sheep to the grassy
fields and watch them as they graze. However, the boy was unhappy
and didn’t want to take the sheep to the fields. He wanted to run and
play, not watch the boring sheep graze in the field.

So, he decided to have some fun. He cried, “Wolf! Wolf!” until the
entire village came running with stones to chase away the wolf before it
could eat any of the sheep. When the villagers saw that there was no
wolf, they left muttering under their breath about how the boy had wasted
their time. The next day, the boy cried once more, “Wolf! Wolf!” and,
again, the villagers rushed there to chase the wolf away.

The boy laughed at the fright he had caused. This time, the
villagers left angrily. The third day, as the boy went up the small hill, he
suddenly saw a wolf attacking his sheep. He cried as hard as he could,
“Wolf! Wolf! Wolf!”, but not a single villager came to help him. The
villagers thought that he was trying to fool them again and did not come
to rescue him or his sheep. The little boy lost many sheep that day, all
because of his foolishness.
JULIANTE LYN ANAK JOHNSON, 3 REDMI

149
KELINGKANG EDISI 33 / 2020


Click to View FlipBook Version