The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Tugas CGP anagkatan 9
Koneksi antar materi modul 1.4

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rofiqawalin, 2023-10-12 00:50:04

Koneksi Antar Materi-Modul 1.4

Tugas CGP anagkatan 9
Koneksi antar materi modul 1.4

Keywords: Koneksi antar materi modul 1.4

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4 Mohammad Rofiqul Awalin CGP Angkatan 9 Kelas 055 Kab. Kediri


KESIMPULAN Sebagai guru yang baik, penting bagi saya untuk mampu menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif dapat dicapai dengan menerapkan konsep-konsep dasar seperti disiplin positif, memahami motivasi perilaku manusia terhadap hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, menciptakan Identifikasi keyakinan bersama di sekolah atau kelas dan menerapkan segitiga restitusi untuk memecahkan masalah. Disiplin Positif Disiplin positif merupakan metode disiplin yang mengajarkan anak tanggung jawab danmengembangkan kesadaran diri berdasarkan nilai-nilai moral. Disiplin positif lebih menitikberatkanpada disiplin internal yang memungkinkan siswa mengendalikan tindakannya sendiri. Dengan disiplindiri, siswa dapat memahami dan melakukan tindakannya berdasarkan motivasi internal, bukanpujian atau hukuman.


KESIMPULAN Motivasi Perilaku Manusia. Terdapat tiga motivasi perilaku manusia, yaitu menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, dan menjadi diri mereka yang diinginkan dengan menghargai diri sendiri sesuai nilai-nilai yang mereka percaya. Posisi Kontrol Seorang Guru. Ada lima posisi kontrol yang dapat digunakan guru, yaitu sebagai pemberi hukuman, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer.Dari kelima posisi kontrol, sebaiknya guru menggunakan posisi kontrol sebagai manajer.Sebagai manajer, guru berkolaborasi dengan siswa, memberi mereka tanggung jawab atas perilaku mereka dan membantu mereka menemukan solusi terhadap masalah yang mereka hadapi.Posisi manajer mengacu pada restitusi, memungkinkan siswa menjadi manajer bagi diri mereka sendiri dan menciptakan identitas positif dan sukses bagi diri mereka sendiri.


KESIMPULAN Pembentukan Keyakinan Kelas Pembentukan keyakinan di sekolah atau di kelas.Guru berperan mewujudkan kepercayaan bersama di sekolah dan kelas melalui kesepakatan antara guru dan siswa. Keyakinan ini merupakan pernyataan universal yang mudah diingat dan dipahami serta sebaiknya diterapkan di lingkungan sekolah. Segitiga Restitusi Penerapan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah. Sebagai seorang guru yang berperan sebagai manajer, saya menggunakan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah dengan melalui tiga tahap, yaitu yaitu menstabilkan identitas , validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan. Sebagai seorang guru penggerak, salah satu perubahan yang diinginkan adalah terbentuknya budaya positif agar menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman, aman, dan berpihak pada siswa. Untuk mewujudkan visi ini, dibutuhkan upaya kolaboratif sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara dan profil pelajar Pancasila.


REFLEKSI Faktor kunci dalam menciptakan budaya positif adalah disiplin positif.Disiplin berasal dari kata latin “disciplina” yang berarti belajar.Belajar bisa berarti mengalami perubahan.Dalam disiplin positif, motivasi untuk berubah datangnya dari dalam diri setiap orang.Orang lain mungkin memberikan respons pemicu, namun orang yang benar-benar memiliki kendali/kekuatan adalah diri sendiri.Motivasi sebenarnya bukan untuk menghindari ketidaknyamanan (hukuman) atau menerima imbalan (reward) dari orang lain.Motivasi yang mengarah pada disiplin positif adalah motivasi untuk menjadi apa yang diinginkan dan menghormati diri sendiri dengan nilai-nilai yang di yakini (motivasi intrinsik).Motivasi akibat hukuman dan penghargaan bersifat ekstrinsik dan dapat menghambat proses pendidikan siswa.Hukuman dapat membuat siswa tidak nyaman dan takut, sedangkan imbalan hanya memberikan motivasi sementara.Hal yang menyenangkan dalam mempelajari materi ini adalah imbalannya.aya harus lebih bijaksana ketika menggunakan imbalan poin aktivitas untuk siswa di kelas saya. lima posisi kontrol guru yang diteliti adalah penghukum, penyalah, teman, penyelia, dan manajer.Untuk menerapkan disiplin positif, guru harus mengambil peran sebagai manajer.Peran manajer adalah mengingatkan siswa akan keyakinan yang telah disepakati di kelas.Proses pembentukan keyakinan di dalam kelas dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.Keyakinan kelas dapat ditampilkan di seluruh kelas sebagai pengingat umum.Jika saya melihat kembali diri saya sendiri, sampai saat ini saya cenderung berada pada level teman atau mentor.Saya perlu berlatih dan mencoba mempelajari bagaimana menjalankan peran seorang manajer.


REFLEKSI Masalah yang terjadi pada siswa, dapat disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar manusia yaitu: yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Dengan memahami kebutuhan dasar yang dibutuhkan siswa ketika masalah terjadi, penanganan terhadap suatu kasus akan menjadi lebih maksimal dan bermakna. Dalam penanganan siswa, guru sebaiknya menghindari tindakan hukuman atau konsekuensi. Guru dapat mengambil langkah restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan. Restitusi memperbaiki hubungan. Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan. Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan. Restitusi diri adalah cara yang paling baik. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan. Restitusi menguatkan. Restitusi fokus pada solusi. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya. Restitusi diterapkan melalui 3 langkah segitiga restitusi yaitu: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan


) ) ) ) ) ) ) ) ) PPeerruubbaahhaann yyaanngg tteerrjjaaddii Setelah mempelajari modul ini, saya mengetahui bagaimana meningkatkan motivasi intrinsik siswa ketika mengajar di kelas.Dulu saya sering memberikan reward berupa hasil kinerja ketika meminta siswa menjawab pertanyaan.Kali ini saya mencoba menyampaikan apa yang diperoleh siswa ketika hendak menjawab pertanyaan saya, sehingga motivasi mereka menjawab bukan lagi karena nilai, melainkan karena siswa memperoleh pengalaman belajar dan penghargaan, serta memiliki rasa percaya diri terhadapnya. ) ) ) ) ) ) ) ) )


Pengalaman yang saya alami adalah saat menerapkan proses segitiga umpan balik.Cerita yang saya tulis di video praktik segitiga retitusi sebenarnya adalah masalah yang terjadi dan saya tangani.Ketika saya melakukan hal ini, saya merasa senang karena dapat membimbing siswa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.Jika semua siswa dapat belajar memecahkan masalahnya sendiri, maka mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap kehidupannya.Saya harus belajar menjadi lebih fleksibel ketika menerapkan posisi manajemen saya.Pengalaman lain yang saya alami adalah ketika saya tidak lagi memberi imbalan berupa nilai aktivitas, siswa cenderung mengajukan lebih sedikit pertanyaan.Saya menyadari cara saya memberikan penghargaan kurang tepat, karena motivasi yang muncul adalah motivasi dari luar. Ketika saya pertama kali mencoba menyampaikan maksud saya dengan berbicara tentang motivasi intrinsik, beberapa siswa mulai menjawab pertanyaan yang saya ajukan.Saya berharap mereka dapat terus termotivasi secara intrinsik untuk belajar sepanjang hidup mereka. Pengalaman, Perasaan, dan Hal yang Perlu Diperbaiki


Sebelum mempelajari modul ini saya cenderung dalam posisi kontrol teman. Perasaan saya saat itu adalah ingin menjadi teman bagi siswa dan menerapkan kasih kepadanya. Saya berpikir dengan menjadi teman, saya dapat lebih memahami mereka. Namun, hal itu justru kurang tepat. Posisi teman akan membuat siswa memiliki ketergantungan kepada saya dan tidak mandiri. Setelah belajar modul ini, saya mempraktikkan untuk menjadi manajer. Saya lebih sering meminta siswa memikirkan cara untuk menyelesaikan permasalahannya. Sebelum mempelajari modul ini sebenarnya saya menerapkannya secara tidak langsung terutama pada tahap menstabilkan emosi dan validasi masalah. Hanya saja pada akhirnya saya cenderung menjadi pemberi solusi.Ketika suatu masalah muncul, saya sering memanggil siswa secara individu untuk berbicara dan memahami masalah yang mereka hadapi. Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba langkah terakhir, menanyakan keyakinan kelas dan menciptakan motivasi intrinsik. SSeebbeelluumm ddaann sseessuuddaahh mmeemmppeellaajjaarrii ppoossiissii kkoonnttrrooll ddaann sseeggiittiiggaa rreessttiittuussii..


Hal Lain yang Perlu Dipelajari Hal penting lainnya yang perlu dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif adalah kolaborasi antara sekolah dan orang tua. Budaya positif ini hendaknya tidak hanya diterapkan di kelas dan di sekolah, namun juga di rumah. Hal ini bertujuan agar budaya positif menjadi suatu kebiasaan atau karakter ketika siswa berada di lingkungan sekolah atau keluarga dan masyarakat.


RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA Judul Modul Mewujudkan Budaya Positif Di Sekolah Melalui Keyakinan Kelas Di SDN Badas 2. Peserta Seluruh Siswa Kelas 5B SDN Badas 2.


LATAR BELAKANG Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, fenomena krisis karakter mendapat perhatian besar.Memang perkembangan teknologi memudahkan mereka mengakses tren budaya asing tanpa mereka bisa menilai apakah tren tersebut sesuai dengan budaya kita sendiri atau tidak. Budaya sekolah positif mengacu pada nilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan sekolah yang mendukung siswa agar menjadi individu yang kritis, penuh hormat dan bertanggungjawab. Sekolah sebagai basis pembentukan karakter anak merupakan peluang bagi sekolah khususnya guru sebagai pendidik untuk membangun budaya positif di sekolah.I dealnya, sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa. Hal ini sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa sekolah harus mampu mengantarkan siswa pada tingkat kebahagiaan yang setinggi-tingginya melalui merdeka belajar. Salah satu caranya adalah dengan membangun budaya positif. Budaya positif di sekolah dapat dibangun dengan membentuk keyakinan di kelas dan menerapkan segitiga restitusi. Mengingat adanya keyakinan kelas yang dikembangkan bersama antara guru dan siswa, Kemudian setiap orang akan berusaha menerapkannya sebagai langkah awal dalam membangun budaya positif di sekolah. Dan dengan menerapkan segitiga restitusi, kita dapat membimbing siswa yang berdisiplin positif menjadi murid yang merdeka dalam belajar.


) ) ) ) ) ) ) ) ) TUJUAN 1. Menumbuhkan budaya positif denganmenanamkan nilai kebajikandan keyakinan dan kesepakatan kelas yang sudah di buat. 2. Menumbuhkan nilai - nilai Profil pelajarpancasila pada diri murid. 3. Meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri murid untuk mengemukakan pendapat mengenai gambaran kelas yang diinginkan. 4. Mengajarkan murid mencari solusi dari suatu permasalahan. 5. Menumbuhkan kesadaran / motivasi intrinsik murid 6. Mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. 7. Memahami konsep posisikontrol sebagaipendidik. 8. Memahami konsep kebutuhandasar manusia 9. Memahami penerapan segitiga restitusi bagi pendidik. ) ) ) ) ) ) ) ) )


TOLAK UKUR 1.Murid mampu membuat kesepakatan sebagai keyakinan kelas sesuai dengan nilai- nilai Profil PelajarPancasila. 2.Murid mampu menentukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. 3.Murid mampu menjalankan kesepakatan yang telahdibuat dengan penuhrtanggungjawab. 4.Murid mampu menunjukkan perubahan perilaku yang lebih baik. 5.Murid dan guru mampu melaksanakan budayapositif (keyakinan kelas) secara konsisten dan penuh tanggungjawab. 6.Terwujudnya budaya positif di sekolah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan.


LINIMASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN 1. Meminta izin kepada KepalaSekolah untuk melakukansosialisasi. 2. Melakukan sosialisasi kepada warga sekolah terkait budaya positif, kesepakatan kelas dan Profil Pancasila. 3. Menjelaskan pengertian dan manfaat kesepakatan bersama. 4. Guru berkolaborasi dengan murid membuat kesepakatan sebagai keyakinan kelas 5. Mengembangkan dan membiasakan diri dengan nilai-nilai dalam profil pelajar Pancasila 6. Menjadikan kesepakatan kelas menjadi pembiasaan positif di kelas atau di lingkungan sekolah. 7. Mencatat dan memasang keyakinan kelas. 8. Menerapkan keyakinan kelas secara berkelanjutan dan konsisten serta bertanggungjawab.


DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN 1. Izin dari kepala sekolah. 2. Kerja sama orang tua di rumah sebagai lingkungan pertama dan utama untuk menerapkan budaya positif murid. 3. Warga sekolah sebagai teladan dalam menerapkan budaya posistif di lingkungan sekolah 4. Lingkungan yang mendukung untuk menumbuhkan budayapositif di sekolah. 5. Kerjasama KepalaSekolah, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan untuk dapat bersama-sama berupayakonsisten dan tanggungjawab dalam menerapkan budaya positif. 6. Kontrol dan pengawasan dari kepala sekolah, rekan guru dan orang tua.


Terima Kasih


Click to View FlipBook Version