The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Dalam risalah ini terhimpun beberapa tema: Sajian Utama Biografi Ki Bagus Hadikusumo dan perannya di Majelis Tarjih. Uraian Menggali Makna dalam kolom Nalar Salim dan Muhammadiyah Tidak Anti Madzhab di Zawayah Tarjih. Selamat Membaca!

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Majelis Tarjih dan Tajdid PD. Muhammadiyah Kab. Tegal, 2023-06-17 05:44:07

Risalah Tarjih Vol. III

Dalam risalah ini terhimpun beberapa tema: Sajian Utama Biografi Ki Bagus Hadikusumo dan perannya di Majelis Tarjih. Uraian Menggali Makna dalam kolom Nalar Salim dan Muhammadiyah Tidak Anti Madzhab di Zawayah Tarjih. Selamat Membaca!

Keywords: Ki Bagus Hadikusumo,Haidar Nashir,Muhammadiyah,Tidak Anti Madzhab

Jum'at Pon 27 Dzulqa’dah 1444 H / 16 Juni 2023 M Vol. 3 RISALAH TARJIH MAJELIS TARJIH & TAJDID PD. MUHAMMADIYAH KAB. TEGAL Mencerahkan dan Mencerdaskan Ki Bagus Hadikusumo: Biografi dan Kiprah di Majelis Tarjih Ki Bagus Hadikusumo lahir pada hari Senin, 24 November tahun 1890 atau 11 Robiul Akhir tahun 1038 Hijriyah di Kauman, Yogyakarta. Nama kecil Ki Bagus Hadikusumo adalah Raden Hidayat. Nama Ki Bagus Hadikusumo disandang Ketika menginjak usia 30 tahun. Ia merupakan putra ketiga dari lima bersaudara Raden Haji Lurah Hasyim, seorang abdi dalem putihan agama Islam di Kraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Ki Bagus Hadikusumo lahir di tengah-tengah keluarga santri dan lingkungan yang islami. Pada umumnya, pendidikan agama yang didapat Ki Bagus Hadikusumo berasal dari orang tua dan beberapa Kiai di kampung Kauman, Setelah tamat dari 'Sekolah Ongko Loro' (tiga tahun tingkat sekolah dasar), Ki Bagus belajar di Pesantren Wonokromo, Yogyakarta. Di Pesantren ini ia banyak mengkaji kitab-kitab fiqh dan tasawuf. Kitab-kitab yang pernah Ki Bagus Hadikusumo pelajari antara lain kitab-kitab dari ulama pembaharu seperti Muhammad Abduh, kitab Tafsir Al Manar, kitab Ibnu Taimiyah, kitab Imam Ghozali, kitab Ibnu Rusyd dan lain-lain. Selain belajar agama di Pesantren, Ki Bagus Hadikusumo juga belajar sastra Jawa dan Melayu. Salah satu kemahiran Ki Bagus Hadikusumo adalah fasih dalam berbiacara Bahasa Belanda. Kemahiran Ki Bagus tersebut didapat dari seorang guru yg bernama Raden Ngabehi Sasrasoeganda. STRUKTUR TIM REDAKSI: Penasehat: KH. M. Trijazuli & Al Ustadz Najmuddin Penanggungjawab: Faizal Suhartoyo, S.Th.I. Pemimpin Redaksi: Alvin Qodri Lazuardy, S. Ag. Tim Redaksi: Arip Hidayat, S. E, M.E, Turrachman, Abdurrahman Shiddiq, Ahmad Wahyudi, S. Pd. Layout: Ka b Tarjih Email: ka [email protected] CP: 085851179595 (Ustadz. Alvin) Al-Ma'dubah: Ki Bagus Hadikusumo: Biografi dan Kiprah di Majelis Tarjih. Nalar Salim Menggali Makna Turrachman Zawayah Tarjih: Muhammadiyah tidak Anti Mazhab Ahmad Wahyudi, S.Pd.


Peringatan: Harap bule n ini disimpan dengan Ha -Ha dan Tidak dibaca saat Kha b sedang berkhutbah 2 RISALAH TARJIH | Mencerahkan dan Mencerdaskan Sekolahnya tidak lebih dari sekolah rakyat (sekarang SD) ditambah mengaji dan besar di pesantren. Namun, berkat kerajinan dan ketekunan mempelajari kitab-kitab terkenal akhirnya ia menjadi orang alim, mubaligh dan pemimpin ummat. Ia merupakan pemimpin Muhammadiyah yang b e s a r a n d il n y a d a l am p e n y u s u n a n Muqadimah UUD 1945, karena ia termasuk anggota Panitia Persiapan Kemerdekan Indonesia (PPKI). Peran Ki Bagus sangat besar dalam perumusan Muqadimah UUD 1945 dengan membe rikan l anda s an ketuhanan, kemanusiaan, keberadaban, dan keadilan. Pokok-pokok pikirannya dengan memberikan landasan-landasan itu disetujui oleh semua anggota PPKI. Secara formal, selain kegiatan tabligh, Ki Bagus pernah menjadi Ketua Majelis Tabligh (1922), Ketua Majelis Tarjih kedua pada tahun 1936-1942, anggota Komisi MPM Hoofdbestuur Muhammadiyah (1926), dan Ketua PP Muhammadiyah (1942-1953). Pokok-pokok pikiran Ahmad Dahlan berhasil ia rumuskan sedemikian rupa sehingga dapat menjiwai dan mengarahkan gerak langkah serta perjuangan Muhammadiyah. Bahkan, pokok-pokok pikiran itu menjadi Muqadimah A n g g a r a n D a s a r M u h amma d i y a h . Muqaddimah yang merupakan dasar ideologi Muhammadiyah ini menginspirasi sejumlah tokoh Muhammadiyah lainnya. HAMKA, misalnya, mendapatkan inspirasi dari muqaddimah tersebut untuk merumuskan dua landasan idiil Muhammadiyah, yaitu Matan Kepribadian Muhammadiyah dan Matan K e y a k i n a n d a n C i t a - c i t a H i d u p Muhammadiyah. Ki Bagus sangat produktif dalam menuliskan buah pikirannya. Buku karyanya Vol. 3 antara lain Islam sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin. Karya-karyanya yang lain yaitu Risalah Katresnan Djati (1935), Poestaka Hadi (1936), Poestaka Islam (1940), Poestaka Ichsan (1941), dan Poestaka Iman (1954). Munculnya Ki Bagus Hadikusumo sebagai Ketua PB Muhammadiyah adalah pada saat terjadi pergolakan politik internasional, yaitu pecahnya perang dunia II. Kendati Ki Bagus Hadikusuma menyatakan ketidaksediaannya sebagai Wakil Ketua PB Muhammadiyah ketika diminta oleh Mas Mansur pada Kongres ke-26 tahun 1937 di Yogyakarta, ia tetap tidak bisa mengelak memenuhi panggilan tugas untuk menjadi Ketua PB Muhammadiyah ketika Mas Mansur dipaksa menjadi anggota pengurus Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) di Jakarta pada tahun 1942. Apalagi dalam situasi di bawah penjajahan Jepang, Muhammadyah memerlukan tokoh kuat dan patriotik. Ki Bagus Hadikusumo berani menentang perintah pimpinan tentara Dai Nippon yang t e r k e n a l g a n a s d a n k e j a m , u n t u k memerintahkan ummat Islam dan warga Muhammadiyah me l akukan upa c a r a kebaktian tiap pagi sebagai penghormatan kepada Dewa Matahari. Ki Bagus Hadikusumo menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah selama 11 tahun (1942-1953) dan wafat pada usia 64 tahun. Beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia pada tanggal 5 November 2015. (muhammadiyah.or.id)


Mencerahkan dan Mencerdaskan |RISALAH TARJIH 3 Vol. 3 Menggali Makna Oleh: Turrachman Saya bersyukur beberapa waktu yang lalu, tepatnya hari Kamis 8 Juni 2023. Diajak oleh ketua PDM Kab Tegal, KH Fathin Hammam untuk menghadiri acara pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto atau UMP, di Gedung Rektorat UMPlantai 3. Kami berangkat dari Kabupaten Tegal pukul 05.15 menit. Ditemani mas Banu staf khusus PDM sekaligus anggota PDPM Kab Tegal. Sekitar pukul 09. 25 menit kami sampai di depan gedung Rektorat UMP. Begitu masuk pintu gerbang kami "disambut" deretan panjang karangan bunga ucapan selamat atas dilantiknya Assoc Dr. Jebul Suroso sebagai Rektor tahun 2023- 2027. Saya tidak baca semua ucapan selamat tersebut. Beberapa saya amati dari berbagai media. Ada radar Banyumas, Tribun Jawa Tengah, Bupati Banyumas dan Kepala staf Kepresidenan RI. Kemudian saya masuk ke ruang acara. Para tamu sudah semakin ramai. Panitia terlihat semakin sibuk mondar - mandir mengarahkan tamu. Mencarikan tempat duduk. Karena di setiap kursi sudah ada nama - nama tamu. Tapi tidak semua. Maka saya pilih kursi yang tanpa nama. Tidak berselang lama. Acara segera dimulai. Diawali dengan pembukaan. Kemudian pembacaan ayat suci Al Qur'an. Kemudian menyanyikan lagu Indonesia raya dan mars sang Surya. Acara dilanjutkan dengan sambutan - sambutan. Dari Rektor terpilih, Dari lembaga Dikti Pemerintah, Ketua PWM Jateng sampai ketua PPMuhammadiyah. Ada sebuah kalimat yang menurut saya menarik. Dari sambutan Prof Dr Haedar Nashir. Setelah beliau memberikan saran agar UMP semakin unggul dan berkemajuan beliau menyampaikan: "kalau kita tidak setuju dengan peradaban barat, maka buktikan kita mampu membuat peradaban yang lebih unggul. Jangan malah "fi'il madzi" yang kemudian hanya ditunjukkan dengan simbol pakaian". Kalimat tersebut bagi penulis sangat menggelitik. Atau bahkan bisa disebut "menyengat". Karena fenomena yang masih ada adalah kita selalu melihat sisi negatif peradaban barat tapi belum mampu untuk memunculkan peradaban baru yang lebih unggul. Faktanya. Sampai hari ini percepatan kemajuan masih menjadi "milik barat". Saya pernah berdiskusi dengan teman - teman guru. "Kalau studi Banding jangan melihat yang negatif saja. Lihat yang positif. Sebab kalau negatif tidak usah jauh - jauh. Di sekitar kita masih banyak kekurangan". Semangat untuk menjadi lebih maju. Seperti apa yang sudah kita sering dengar. Yaitu "Islam berkemajuan" harus kita dorong pada kerja - kerja nyata. Atau karya - karya nyata. Agar kita tidak terjebak pada pemikiran yang hanya bersifat simbol. Seperti yang disampaikan oleh ketua PP Muhammadiyah tadi. Kemudian penulis mencoba mencari informasi di google. Ketik jumlah doktor di seluruh dunia. Menurut ketiknews yang ditulis pada bulan November 2021. Pada tahun 2017 jumlah doktor di Indonesia sebanyak 31.000 orang. Dari total jumlah dosen yang mencapai angka 270.000 orang. Mari kita bandingkan dengan jumlah Doktor di negara lain. Menurut data dari Litbang koran Sindo. Indonesia hanya memiliki 143 doktor per satu juta penduduk. Sementara Malaysia memiliki 509 Doktor, Amerika memiliki 9.850 doktor per 1 juta penduduk. Negara Jerman 3.990 Doktor, Jepang 6.438 doktor, Negara India memiliki 3.420 doktor.


Peringatan: Harap bule n ini disimpan dengan Ha -Ha dan Tidak dibaca saat Kha b sedang berkhutbah 4 RISALAH TARJIH | Mencerahkan dan Mencerdaskan Muhammadiyah tidak Anti Mazhab Oleh: Ahmad Wahyudi, S.Pd. Muhammadiyah sering dikatakan tidak bermazhab atau anti mazhab. Benarkah pernyataan tersebut? Jika memang tidak mengikuti salah satu mazhab, lantas bagaimana posisi Muhammadiyah terhadap mazhab dan pemikiran ulama terdahulu? M u h amma d i y a h s e c a r a t e g a s menyampaikan bahwa ia tidak condong atau mengikuti Mazhab manapun, sebagaimana telah disebutkan dalam bukunya Prof. Syamsul Anwar yang berjudul “Manhaj Tarjih Muhammadiyah” namun bukan berarti Muhammadiyah anti dengan Mazhab. Muhammadiyah memposisikan karya ulama terdahulu secara proporsional, tidak membuang seluruhnya tapi juga tidak mengambil seluruhnya. Sehingga tidak dibenarkan jika ada seseorang yang menga t akan bahwa Muhammadiyah melakukan diskontinuitas ilmu pengetahuan lantaran sering menyebut dirinya Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memiliki seperangkat metode pengambilan hukum yang diambil dari spirit tradisi ulama mazhab. Metode tersebut sering dinamakan dengan Manhaj Tarjih Muhammadiyah. “Tarjih” artinya kegiatan ijtihad dalam Muhammadiyah. Istilah “tarjih” sebenarnya Meskipun jumlah doktor di sebuah negara. Tidak menjadi satu - satunya indikasi sebuah keunggulan peradaban. Tapi kita bisa belajar. Dan merenungi. Bahwa di tanah air masih begitu "lemah" semangat belajarnya. Tulisan ini masih sangat kasar. Dan jauh dari kesempurnaan. Semoga menjadi sebuah ibroh agar kita senantiasa mampu menggali makna setiap episode kehidupan. Vol. 3 berasal dari disiplin ilmu usul fikih yang berarti melakukan penilaian terhadap dalildalil syar'i yang secara zahir tampak saling bertentangan atau evaluasi terhadap pendapatpendapat (kaul) fikih untuk menentukan mana yang lebih kuat lalu diamalkan yang lebih kuat itu dan ditinggalkan yang tidak kuat. Muhammadiyah memaknai kata “tarjih” tidak lagi hanya diartikan kegiatan sekadar kuat-menguatkan suatu dalil atau pilih-memilih di antara pendapat yang sudah ada, melainkan jauh lebih luas sehingga identik atau paling tidak hampir identik dengan ijtihad itu sendiri. Hal itu karena dalam Muhammadiyah, melalui Majelis Tarjih dan Tajdid, banyak dilakukan ijtihad atas masalah-masalah baru yang belum direspons oleh fukaha masa lalu dan belum ditemukan jawabannya dalam kitab-kitab fikih lama. Dalam Muhammadiyah tarjih tidak hanya dibatasi pada ijtihad untuk merespons permasalahan dari sudut pandang hukum syar'i, tetapi juga merespons permasalahan dari sudut pandang Islam secara lebih luas, meskipun harus diakui porsi ijtihad hukum syar'i sangat jauh lebih besar. Oleh karena itu dalam lingkungan Muhammadiyah tarjih diartikan sebagai setiap aktifitas intelektual untuk merespons permasalahan sosial dan kemanusiaan dari sudut pandang agama Islam. Karena itu, Manhaj Tarjih berarti suatu sistem yang memuat seperangkat wawasan (s emanga t a t au pe rpektif), sumbe r, pendekatan dan prosedur-prosedur teknis (metode) tertentu yang menjadi pegangan dalam kegiatan ketarjihan. Di dalam Manhaj Tarjih semua metodologi ulama Mazhab diadopsi dan digunakan seperti konsep qiyas, istislah, istihsan, dan lainya.


Click to View FlipBook Version