MUSIK GEREJA DALAM IBADAH Disusun oleh B. F. Tamaka
MUSIK SEBAGAI ANUGERAH ALLAH • Perasaan dan pikiran manusia merupakan anugerah Allah. Pikiran dan perasaan itu menyatu dan membentuk ide atau gagasan. Dalam mengungkapkan ide, manusia berupaya untuk mendayagunakan apa yang ada di dalam dirinya berupa suara dan gerak serta apa yang ada di sekitarnya baik kekayaan alam, tulang hewan, tumbuhan dan sebagainya. • Penemuan beberapa alat musik dari zaman lalu menambah wawasan kita bahwa manusia menggunakan apa yang ada di sekitarnya untuk mengungkapkan gagasannya. Beberapa alat musik tersebut antara lain adalah: • Batu musik Gobustan, dari Azerbaijan. Diperkirakan batu ini digunakan sebagai alat musik pengiring ritual kuno suku Yalli. • Divje Babe, dari Slovenia. Berupa suling dari tulang paha beruang • Sangkakala • Tulila dari suku Batak. Berupa suling dari bambu dengan nada sesuai jarak jari ke lubang di suling tersebut. • Dan alat musik lainnya
MUSIK DAN IBADAH RITUAL • Musik telah dikenal lama dan musik membantu umat manusia dengan fungsinya baik sebagai hiburan bagi manusia, ungkapan diri dan identitas, juga sebagai medium untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran manusia. • Musik telah lama digunakan untuk membangkitkan semangat patriotik, menyampaikan ide atau gagasan, ungkapan perasaan dan penghargaan serta kebutuhan lainnya yang kurang dapat diresapi dengan komunikasi verbal biasa. • Dengan hadirnya musik yang bersifat universal dalam kehidupan manusia maka pemahaman terhadap musik gereja semakin pudar. Banyak yang menyatakan bahwa musik gereja adalah musik yang dinyanyikan atau dimainkan di gereja, banyak pula pendapat bahwa musik gereja adalah musik yang berisi syairmengenai perikop Alkitab.
M E N GA PA K ITA M E N GH A D IRI IBA DA H R IT UA L (M IN GGU ) • Setelah manusia masuk ke dalam dosa, Allah yang Maha Pengasih dan Pengampun memberi anugerah pengampunan kepada manusia melalui karya keselamatan Allah. Karya keselamatan ini dilakukan melalui Yesus Kristus yang telah lahir di dunia, menderita, mati, bangkit, dan naik ke surga serta penyertaan Tuhan kepada umatNya dengan turunnya Roh Kudus mendiami kita umatNya. Allah pun akan datang kembali ke dunia. ALLAH SEBAGAI PUSAT IBADAH • Atas inisiatif Allah, Allah mengajak/mengundang umatNya untuk memperingati karya keselamatan ini di setiap ibadah di hari Minggu dan ibadah2 lainnya. Dengan demikian, yang menjadi pusat ibadah kita adalah Allah. Seluruh kegiatan, penataan ruangan, simbol2, dan sebagainya dilakukan hanyalah untuk Allah sebagai Pusat Ibadah.
• Di dalam ibadah terjadi dialog antara Tuhan-umat dan sesama umat baik dalam doa, pujian syukur, permohonan, janji (ikrar) umat, dan maksud lainnya sesuai tata acara ibadah (liturgi). • Memperhatikan kedudukan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Suci maka diperlukan tatanan dalam peribadahan agar berlangsung dengan teratur dan tertib. Tatanan yang dimaksud mencakup tata waktu, tata simbol, tata busana, tata ruang, tata ibadah yang mana di dalam tata ibadah terdapat Musik Gereja. • Sebagai ilustrasi, musik dalam resepsi pernikahan dilakukan untuk merayakan peristiwa pernikahan bagi mempelai dan musik ini terjadi karena semua pihak diundang oleh mempelai. Melalui musik itu, para undangan dan panitia memberikan yang terbaik kepada mempelai baik melalui suguhan permainan musik dan olah vokal sang penyanyi maupun dengan suguhan tata cahaya, tata panggung, tarian, dan sebagainya untuk memperkuat penghargaan yang diberikan kepada mempelai. Stage manager, penata cahaya, pemusik, penyanyi, dan semua pihak berupaya menyuguhkan yang terbaik kepada mempelai sebagai obyek yang menjadi pusat di acara tersebut.
• Dalam musik ibadah, baik berupa nyanyian maupun instrumentalia pun harus disiapkan dengan baik bahkan harus istimewa karena pusat dalam ibadah adalah Allah yang Maha Kuasa dan Maha Suci. • Semua pihak yang terlibat dalam ibadah yaitu Umat, Kantoria, Prokantor, Pemusik, Penata suara, Petugas Multi Media, dan pihak lain yang terkait dengan musik gereja harus besungguh-sungguh memberikan yang terbaik. • Musik yang dibawakan dalam ibadah harus juga dilakukan dengan tertib dan layak dari kerendahan manusia yang menghadap Allah yang Maha Kudus. Musik yang digunakan dan nyanyian pada ibadah inilah yang akan selanjutnya dibahas sebagai Musik Gereja.
M U SIK • Suatu musik dapat terbentuk dari nada-nada atau bahkan hanya rhythm yang tertata dengan baik. Namun yang terutama dalam suatu musik adalah ide atau gagasan. • Bunyi yang dihasilkan oleh tetesan air, atau suara mesin motor, atau suara penempa baja yang sedang bekerja, atau suara air karena kayuhan perenang yang sedang berlomba belum dapat dikatakan sebagai musik. • Bunyi atau suara2 itu harus diolah dengan suatu gagasan terentu agar menjadi musik. Sebagai contoh bunyi atau suara2 pengiring meditasi dikatakan musik apabila diolah menjadi media pendukung proses meditasi. Dalam pembahasan ini, musik yang dimaksud adalah nyanyian/lagu atau musik pengiring lagu. Pembahasan ini akan mendalami bunyi yang diolah dengan syair, atau hanya bunyi instrumentalia yang diolah agar mendukung ibadah.
M U SIK D I ZA M A N P E R JA NJ IAN L A M A • Musik menempati posisi penting dalam kehidupan orang Ibrani, terutama dalam ibadat mereka kepada Allah. Musik ditampilkan dalam acara penobatan, digunakan dalam upacara keagamaan, dan berperan dalam peperangan. Musik juga menyemarakkan istana raja, menghidupkan pesta pernikahan serta acara kumpul keluarga, dan menciptakan suasana pada hari raya panen anggur serta biji-bijian. • Di Israel, musik mempunyai berbagai kegunaan lain. Musik dikenal dapat menggugah pikiran dan membuat para nabi bisa menerima hal-hal rohani. Setelah mendengar bunyi alat musik bersenar, Elisa memperoleh ilham ilahi. (2 Raja 3:15) • Musik juga digunakan untuk menandai peristiwa dalam kalender. Bulan baru dan hari raya diumumkan dengan bunyi dua terompet perak. Pada hari Yobel, bunyi tiupan tanduk mengumandangkan kebebasan bagi para budak dan dikembalikannya tanah serta rumah kepada pemilik aslinya (Imamat 25:9; Bilangan 10:10).
• YUBAL: Anak Lamekh dan Ada (Kejadian 4:21). Yubal adalah yang pertama memainkan Khinor yaitu harpa kecil berbentuk segitiga, dan Ugav yaitu semacam seruling. Dialah yang menjadi bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling • MIRYAM: Seorang nabiah, saudara perempuan Harun (Keluaran 15 : 20). Miryam memainkan rebana untuk sebagai respon atas Nyanyian Musa dan Israel yang memuji Tuhan atas perbuatanNYA yang ajaib saat Firaun dikalahkan dan tentaranya dibenamkan dalam laut Teberau. • DAUD: terlibat sebagai pemusik dan penyanyi yang dilatih secara profesional. Daud juga merancang dan mengorganisir para petugas ibadah termasuk pemusik dan penyanyi. TO KO H M U SIK D I ZA M A N P E R JA N JIA N L A M A
Dalam Perjanjian Baru terdapat pujian yang sangat kita kenal antara lain adalah: • Pujian Maria (Magnificat) yang terdapat pada Lukas 1: 46-55. Maria mengucap syukursaat mengunjungi Elisabet karena telah dianugerahkan Tuhan untuk mengandungbayi Yesus yang akan menyelamatkan umat manusia. Pujian syukurini ditujukan kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih • Pujian Zakharia (Benedictus) yang terdapatpada Lukas 1: 67-80. Zakhariamengucap syukur karena ia dapat berbicara kembali dan memperoleh anak yang dijanjikan Tuhan, yaitu Yohanes yang nantinya membaptiskan Yesus. Sebelumnya ia tidak mempercayainya karena kondisinya dan istrinya (Elisabet) yang sudah tua secara manusia tidak mungkin mereka memperoleh anak dan karena ketidakpercayaannya itu ia menjadi bisu. Namun tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. M U SIK D I ZA M A N P E R JA NJ IAN BA R U
• Pujian Simeon (Nunc Dimitii) yang terdapat pada Lukas 2: 25-35. Simeon sebagai orang yang dipenuhi Roh Kudus mengucap syukur karena diberi kesempatan untuk melihat Yesus Sang Juruselamat yang berumur 8 hari saat diantarorang tuanya ke Bait Allah untuk diserahkan kepada Tuhan, dan ditandai dengan sunat. Simeon bersyukur karena telah melihat kemurahan dan kebesaran Allah dalam Yesus Kristur. Simeon bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih. • Pada kitab yang menceriterakan pelayanan dan kesaksian Paulus. Semua pujian ini ditujukan hanya kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih. Meskipun para komposer telah menulislagunya dalam bentuk partitur agar dapat dinyanyikan oleh penyanyi lain di era yang berbeda dengan style dan genre yang berbeda namun tetap dibutuhkan pemahaman atas asal lagu tersebut. Komposer telah menulislagu ibadah pada masa yang berbeda dan lagu ini dinyanyikan oleh jemaat pada masa yang dapatsaja berbeda dengan saat pembuatan lagu. Untuk itu diperlukan pengetahuanmengenai karakterlagu agar penyanyi dapatmemahami lagu yang akan dinyanyikan.
• Gregory I, The Great (540-604) Menjabat sebagai Paus pada selama tahun 590-604. Bukan seorang komposer tetapi memiliki perhatian besar mengembangkan dan menyatukanmusik-musik untuk keperluan misa dan liturgi gereja-gereja Kristen. Banyak nyanyian misa gereja Katholik Roma yang kemudian dikenal sebagaiGregorian chant (Lagu-lagu Gregorian). • Guido dArezzo (997-1033) Seorang Italia yang merangkum partitur menjadi lebih lengkap dan mudah dipahami. Guido menyusun nada pada syair Ut Queanr Laxis menjadi lagu dengan awalan yang menjadi solmisasisampaisaat ini. • Du Fay, Guillaume Guillaume (1397 - 1474 ). Pemimpin paduan suara pada Katedral Cambrai PE LO PO R M US I K PA D A Z A M A N PE R T E N GA H AN
• Perkembangan terbesar dalam dunia musik pada era ini adalah adanya perbaikan tulisan musik dan dasar-dasarteori musik yang dikembangkan oleh Guido d Arezzo (991-1033 M) pada himne Latin yang berjudul "Ut queant laxis" yang sebelumnya ditulis dalam Gregorian Chant. • Himne ini mengagungkan Yohanes Pembaptis dan Guido Arezzo mengkomposnyamenjadi awal notasi musik. Gambar berikut ini menunjukan lagu Ut queant laxis yang ditulis dalam Gregorian chant dan not balok. Awal kata syairlagu ini menjadi solmisasi yang kita kenal sampaisaat ini. • Ut queantlaxis dalam Gregorian Chant
• Ut queant laxis dalam Not Balok
• Musik pujian atas kemuliaan Tuhan telah dilakukan sejak dahulu kala. Selain terdapatsyair, pada lagu juga dibentuk oleh nada-nada atau rhythm dan untuk menyanyikan atau mengiringi nada dengan rhythm tersebut harus didasari oleh ide atau gagasan pada syairnya sehingga akan membantu umat atau penyanyi dalam meresapi dan menghayati lagu yang dinyanyikannya. • Musik Gereja dilantunkan atau dimainkan dengan alat musik untuk memenuhi beberapa dimensi musik gereja. Dimensi musik gereja yang dimaksud meliputi beberapa dimensi yaitu Dimensi Kristologis, Dimensi Eklesiologis, dan Dimensi Liturgis. M U SIK GE R E JA
Dimensi Kristologis • Sebagai manusia yang hidup 2000 tahun setelah kelahiran Yesus Kristus maka cukup sulit memahamimaksud kedatangan Yesus Kristus ke dunia. Bahkan pada masa Yesus Kristus di dunia, banyak manusia yang tidak dapat memahaminya. • Melalui syairnya, musik gereja memperjelas pemahaman manusia terhadap Yesus Kristus yang Maha Mulia dan Maha Kudus. • Melalui melodi dan musiknya, musik gereja membantu umat merenung dan berkontemplasi terkait pemahaman iman. • Musik dan melodi membantu umat masuk ke dalam suasana pemahaman iman. • Sebagai pendalaman, banyak intsrumentalia musik yang telah diciptakan untuk membantu manusiamendalamisesuatu yang tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata atau tulisan. Musik yang dimaksud ini antara lain musik pengantar meditasi, musik pengantar perenungan, dan hal lain untuk memahamisesuatu yang abstrak. D IM E N SI M U SIK GE R E JA
Dimensi Eklesiologis • Sebagai musik yang dinyanyikan bersama-sama oleh umat, maka Musik Gereja dapat membantu umat berpartisipasi secara aktif dan sadar di dalam pelayanan, kesaksian, dan persekutuan. • Dengan syair yang dinyanyikan, umat dapat saling menguatkan sebagai satu tubuh Kristus. • Musik gereja juga dapat turut berperan dalam pertumbuhan jemaat melalui Paduan Suara dan Kantoria. Sebagai Paduan Suara atau Kantoria maka harus melalui proses latihan yang intensif sehingga dalam proses latihan ini para penyanyi dapat berinteraksi dalam suasana yang terbentuk oleh syair yang dinyanyikan. D IM E N SI M U SIK GE R E JA
Dimensi Liturgis • Musik gereja tidak terpisahkan dari liturgi ibadah bahkan menjadi bagian utuh dalam liturgi untuk mengutarakan pengakuan dosa, permohonan pengampunan dosa, respon atas berita anugerah dan Firman Tuhan yang menguatkan umat, mengekspresikan perasaan dan niat saat persembahan, maupun janji umat dalam pengutusan. Memperhatikan hal ini maka musik gereja turut melengkapi liturgi. Berdasarkan dimensi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa musik gereja adalah musik yang: • Dapat membantu umat dalam pemahaman imannya terhadap Yesus Kristus • Membantu umat berpartisipasi secara aktif dan sadar di dalam pelayanan, kesaksian, dan persekutuannya • Menjadi kesatuan dalam liturgi D IM E N SI M U SIK GE R E JA
• Dengan musik, umat terbantu untuk mendalami dan meresapi pertemuannya dengan Tuhan maupun dengan sesama umat. • Mengacu pada pendapat H.A. Van Dop tokoh musik gereja yang melayani di Indonesia diutarakan bahwa Musik Gereja berfungsi sebagai berikut: • Musik menjadi mata rantai liturgi, artinya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan rangkaian ibadat. Ibadat akan terganggu atau rusak apabila musik/nyanyian berjalan tidak sebagaimanamestinya • Musik memberi bobot/mempertajam pengungkapan iman dan perasaan yang tidak cukup bila hanya diungkapkan dengan kata-kata. Sehingga kegiatan ibadat tidak hanya jatuh pada ruang akal perasaan semata, tetapi memasuki kedalaman (depth) spiritual. • Melalui Musik Gereja, ruang spiritual penghayatan dan kesadaran tentang kebesaran, kuasa, dan kasih Tuhan orang percaya semakin diperkaya. D IM E N SI M U SIK GE R E JA
Menyimpulkan pendapat tersebut maka fungsi musik gereja: • merupakan mata rantai liturgi, • membantu umat mencapai kedalaman pemahaman imannya, bukan untuk kepuasan pemusik dengan menyuguhkan bentuk musik yang rumit tanpa mendukung upaya penghayatan umat. D IM E N SI M U SIK GE R E JA
• Dalam pelaksanaan ibadah dibutuhkan para pelayan dengan berbagai tugas untuk membantu umat menghayati peribadahan yang diikutinya. • Dalam musik dan nyanyian juga diperlukan pelayan yaitu Prokantor (Dirigen Umat), Kantoria (Paduan Suara), dan Pemusik. • Sebagai pelayan yang akan melayani Tuhan melalui pelayanan musik kepada jemaat maka para pelayan tersebut harus mempersiapkan diri semaksimalmungkin melalui latihan bersama dan mengkoordinasikan kesiapan pendukungnya. • Kantoria dan Prokantor merupakan satu kesatuan. Tidak ada prokantor tanpa kantoria dan tidak ada kantoria tanpa prokantor. • Istilah ini diambil dari bahasa Latin. Cantare adalah bahasa Latin yang berarti menyanyi. Cantor adalah sebutan dalam bahasa Latin untuk orang yang menyanyi. Beberapa orang penyanyi yang bernyanyi bersama dalam satu kelompok dikenal dengan nama schola cantorum atau kelompok biduan. Kelompok biduan ini dipimpin oleh Procantor. P E R A N P E L AYA N DA L AM N YA N YIA N IBA DA H
• Dengan demikian maka Procantor adalah pemimpin biduan yang berdiri di depan para biduan (pro = di depan, cantor = penyanyi). • Schola cantorum ini berfungsi dalam ibadah sejak masa Abad Pertengahan. Pada masa Perjanjian Lama, di masa Raja Daud telah dikenal kelompok biduan yang bertugas di dalam ibadah orang Yahudi. • Pada akhir tahun 80-an, H.A. Pandopo mulai mempopulerkan penggunaan istilah schola cantorum, dan istilah ini makin berkembang dan dibuat terjemahan dalam bahasa Indonesia yaitu kantoria dan prokantor. Sejak itu makin banyak gereja yang menggunakan istilah ini. • Sesuai dengan fungsinya maka Kantoria seharusnya terdiri dari sekelompok orang yang menyanyiselaras dengan jemaat, bukannya menutupi suara jemaat dengan bantuan mikrofon yang bersuara melebih jemaat. Jika memang diperlukan untuk menyanyi dengan bantuan mikrofon, maka volume mikrofon diatur sedemikian rupa sehingga hanya sekadar menguatkan, bukan mendominasi. K A N TO R IA
• Menuntun jemaat untuk mengenal dan menyanyikan lagu-lagu baru Banyakditemukan lagu-lagu yang baru dikenal oleh jemaat dalamproses ibadah. Jemaat akan terganggu saat memahamisyair lagu yang dinyanyikan karena lebih terfokus pada cara menyanyikanmelodi lagu. Di sini lah Kantoria berfungsi untuk mengenalkan lagu baru tersebut kepada jemaatsebelum ibadah di mulai. Pengenalan ini dapatdengan cara menyanyikan dan jemaat mendengarnya, namun yang terbaik adalah denganmenyanyikannya bersama jemaatsebelum ibadah dimulai. • Menuntun jemaat untuk memperbaiki nyanyian yang salah dinyanyikan Beberapa lagu telah terbiasa kita nyanyikan dengan cara yang salah, baik dalam hal melodi, panjang nada, tempo, maupun dinamikanya. Kantoria berfungsi untuk menuntun jemaat menyanyikannya dengan benar. F U N GSI K A N TO R IA
Hal ini dapat dilakukan dengan cara Kantoria menyanyikannya terlebih dahulu. Untuk melakukan hal ini perlu memperhatikan rumpun tata ibadah dan syairlagu agar tidak mengambil "hak" jemaat mengkomunikasikan syairlagu yang dinyanyikan. Kantoria juga harus membantu umat menyanyikan lagu dengan panjang nada yang tepat. Panjang nada ini banyak ditemukan pada lagu yang berisi fermata dan juga pada lagu dengan tempo lambat. Contoh pada lagu Gita Bakti 25 “Tuhan, kami berlumuran dosa”. • Membantu jemaat untuk meresapi nyanyian ibadah Syair lagu ibadah dapat berkurang maknanya apabila terjadi kesalahan dalam penetapan tempo lagu, misalnya lagu "KepadaMu Puji-pujian" dinyanyikan tanpa kesan keagungan atau lagu permohonan pengampunan dosa dinyanyikan dengan tempo cepat dan bersemangat. Kantoria berperan sebagai pelayan yang membantu jemaat untuk meresapi kedalaman syairlagu. F U N GSI K A N TO R IA
• Sebelumnya telah disinggung bahwa tidak ada Kantoria tanpa Prokantor, demikian pula sebaliknya. Ketertiban nyanyian ibadah dipengaruhi juga oleh kesiapan dan pelaksanaan tugas Prokantor. • Prokantor yang cukup terkenal dalam sejarah musik gereja adalah Johann Sebastian Bach (abad 18). Ia bertugas sebagai koordinator, perancang, pemimpin, dan penanggungjawab musik ibadah di Gereja Thomas, Leipzig. • Secara historis fungsi Pimpinan Nyanyian Ibadah adalah suatu fungsi (jabatan atau pelayanan) yang penting. Selama belum mempunyai tenaga ahli dalam bidang formal tersebut, maka dirigen Paduan Suara dan orang-orang terbaik dalam memimpin nyanyian perlu mendukung tugastersebut. • Prokantortidak hanya sekedar memberi tanda tempo lagu dengan gerakan tangannya tetapi lebih dalam lagi untuk membantu dan memimpin para penyanyi baik kantoria, jemaat maupun pelayan lainnya untuk menyanyi dengan baik dan benar. P R OK A N TOR
• Memberi aba-aba mengenaitempo lagu kepada jemaat atau pemusik bila ibadah diiringi oleh musik. Aba-aba mengenai tempo lagu dapat disampaikan oleh Prokantor dengan memeragakan beberapa ketuk sebelum mulai bernyanyi. Pemusik harus memperhatikan Prokantor sebelum memulai iringan musiknya, bahkan di sepanjang nyanyian agar dapat menyatu dengan dinamika lagu yang dinyanyikan. • Memberi aba-aba mengenaisaat mulai, panjang nada, dan berakhirnyanyanyian • Memberitanda kepada kantoria dan jemaat mengenai dinamika lagu • Memastikankesiapan pelayan dan peralatan yang mendukung nyanyian ibadah. Dalam proses pelaksanaan nyanyian ibadah tidak terlepas dari kesiapan pendukung, antara lain buku lagu kantoria, susunan atau formasi kantoria, mikrofon, tata cahaya, paparan teks, dan sound system. F U N GSI P R OK A NTO R
• Paduan Suara atau Kelompok Vokal yang dimaksud adalah Jemaat yang menyanyikan pujian • Paduan suara seharusnya dimengerti sebagai bagian dari ibadah (liturgi), yang menyatakan pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan melalui nyanyian sehingga tidak ada unsur pertunjukan sama sekali. • Paduan Suara sebagai bagian dari ibadah yang bersama-sama dengan jemaat berfungsi untuk menyampaikan pujian, ucapan syukur, pernyataan iman, janji/ikrar kepada Tuhan bukan dengan tujuan lain. PA D UA N SUA R A ATA U K E L O M P O K V O K A L
Berikut ini akan disampaikan pemahaman beberapa lagu yaitu Ya Yesus, 'ku berjanji dan FirmanMu Tuhan yang mencakup nada dasar yang digunakan, urutan menyanyikannya, nilai not dan panjang nada, phrasering, serta dinamika. Lagu KJ 369a. Ya Yesus, 'ku berjanji • Pencipta syair asli adalah John E. Bode, 1866 dengan judul O Jesus, I Have Promised.Pencipta melodi adalah Arthur H. Mann, 1881. Nada dasar do = f atau dengan nada dasar 1 mol. • Birama 4/4 yang berarti dalam 1 birama terdapat 4 ketuk (nilai pada pembilang) dan setiap not bernila 1/4 (penyebut). • Tempo tidak tertulis yang berarti tempo lagu akan ditetapkan dengan menganalissyair. • Pembuatan lagu pada era romantik. C O N TO H P E M A H A M AN L A GU
• Lagu ini mengungkapkan janji setia penyanyi kepada Tuhan dan permohonan kepada Tuhan untuk memimpinnyamenjalani kehidupannya yang berat. Bait ke-2 dilanjutkan dengan permohonan yang sama, diakhiri pada bait ke-3 yang juga berisi janji dan permohonan kepada Tuhan. • Memperhatikan maksud syair yang hampir sama di setiap bait, maka lagu ini dapat dinyanyikan secara alternatim, misalnya bergantian antara jemaat pria dan wanita. • Lagu dimulai dari awal pada ketukan ke-4 tanpa pengulangan atau refrain dan diakhiri pada tanda garis tegak paralel. Sedangkan chorus sudah termasuk di dalam masing-masing bait. • Memperhatikan saat pembuatan lagu yaitu pada era romantik maka phrasering atau pemenggalan kata dibarengi dengan dinamika tempo dan volume. C O N TO H P E M A H A M AN L A GU
• Penjelasannya sebagai berikut: Ya Yesus, 'ku berjanji <diawali dengan lembut, perlambat pada garis bawah, pause singkat> setia padaMu; <kembali ke tempo semula, pause singkat> kupinta Kau selalu dekat, <tempo lebih cepat, perlambat pada garis bawah, pause singkat> ya Tuhanku. <pause singkat> Di kancah pergumulan <pause singkat> jalanku tak sesat, <pause singkat>kar'na Engkau Temanku, <volume kuat dan lebih cepat pada garis bawah, pause singkat> Pemimpin terdekat. <pengurangan tempo dan volume pada garis bawah, berhenti> C O N TO H P E M A H A M AN L A GU
C O N TO H P E M A H A M AN L A GU
• Nyanyian ibadah merupakan nyanyian komunitas yang relatif mudah dinyanyikan oleh orang banyak. Para Pelayan perlu memastikan bahwa jemaat telah menguasai lagu yang akan dinyanyikannya. Setelah jemaat menguasainya, dapat dilakukan beberapa variasi pada nyanyian jemaat dengan maksud agar jemaat lebih meresapi kedalaman syair yang dinyanyikannya. Beberapa cara menyanyikanNyanyianJemaat • Alternatim Cara bernyanyi ini dilakukan dengan bergilir gantisetiap bait oleh pria, wanita, anak-anak, dan sebagainya. Alternatim dapat dipakai pada lagu dengan bait yang banyak, yang merupakan cerita yang memiliki alur dan klimaks. Contoh pada KJ 170, 80, 69, 78, GB 111, 388 K R E AT IV ITAS DA L A M M E N YA N YIK AN N YA N YIA N IBA DA H
• Antifonal Antifonal dilakukan dengan cara menyanyisecara bergantian dalam bait yang sama oleh beberapa kelompok pemusik atau penyanyi yang jumlahnya seimbang. Contoh pada KJ 100, 437, 44, 269, 428 Dalam berkreasi dengan Antifonal harus diperhatikan agar pemenggalan kalimat tidak menyalahi maskud syair. Contoh pada lagu GB 25, bait lagu harus dinyanyikan oleh seluruh umat tanpa adanya antifonal. Hal penting yang harus diperhatikan dalam cara alternatim dan antifonal adalah pemenggalan syair tidak boleh mengurangi atau bahkan mengambil "hak" jemaat dalam menyanyikan syairlagu. • Responsorial Cara bernyanyi ini dilakukan dengan saling menanggapi antara solois atau kantoria dan umat. Contoh pada KJ 13, 47, GB 8, 24, 28, 29, 36, 82. K R E AT IV ITAS DA L A M M E N YA N YIK AN N YA N YIA N IBA DA H
• Canon Canon atau cara bernyanyi dengan melodi yang berkejaran dan membentuk garis suara yang harmonis. Contoh pada KJ 299, 437, 469, 470; GB 57, 299, 356 • Cantus firmus di suara tertentu Cara ini dilakukan dengan menyanyikan lagu dasar pada suara tertentu misalnya tenor dan suara lainnya sebagai pengiring. Contoh pada GB 402 • Diskantus Diskantus dilakukan dengan menyanyikan beberapa nada tinggi di luar lagu dasar (cantus firmus) untuk menghiasi lagu. Contoh pada Gb 78, 80, 178, 200, 260, 376, 388, 402c K R E AT IV ITAS DA L A M M E N YA N YIK AN N YA N YIA N IBA DA H
K R E AT IV ITAS DA L A M M E N YA N YIK AN N YA N YIA N IBA DA H
Daftar Rujukan: 1. Van Dop (H.A Pandopo). Pendidikan Conductor Musik Gereja, 2001 2. Mandang, Christina. Pembinaan Musik Gereja GPIB Paulus Jakarta: Pemandu Nyanyian Jemaat, 2006 3. Sinode GPIB. Materi bina Penatua dan Diaken masa bakti 2017-2022, tahun 2017 4. Prof. Dr. Perry Rumengan, M.SN. Musik Gereja