3R LIMBAH PADAT
NON B3
PT Geo Dipa Energi Unit Dieng
berkomitmen untuk menetapkan,
melakukan dan mengevaluasi program
peningkatan energi dan pengembangan
segala potensi sumberdaya energi yang ada
dan dihasilkan dari seluruh proses bisnis
perusahaan secara berkelanjutan. Status
pencemaran udara dan penurunan PT Geo
Dipa Energi Unit Dieng tahun 2015-2019
ditunjukan dalam tabel berikut:
Status Limbah Padat Non B3
Limbah non B3 2015 2016 2017 2018 2019 Satuan
a. Proses produksi 2,525 2,245 Ton
2,525 2,245 Ton
Sampah anorganik/limbah non B3 2,134 0,627 0,189
lainnya 6,404 0,627 0,189 Ton
8,649 Ton
Total sampah non B3 Proses 2,134
produksi -
0,897
b. Fasilitas pendukung -
-
Total sampah Fasilitas Pendukung 6,055 7,183 1.276.641 2,347 1,127
2,974 1,316
Total sampah Produksi dan Fas 8,189 9,708 0,000002
Pendukung 0,000007
-
Hasil absolut 3R Limbah padat non 0,255 0%
- 10%
B3 -
424.866
a. Proses produksi - 0,208 0,343 Ton
0,000006 Ton
b. Fasilitas pendukung 1,003 0,000023 1,534 0,626 Ton
Ton
c. Kegiatan yang berhub Comdev - 0% 0,958 0,718 GJ
d. Kegiatan lain-lain - --
Total produksi (GJ) 768.438 1.217.856,156784.778,046
Intensitas
Proses produksi 0,000003 0,000001 0,0000003 Ton /GJ
0,000002 0,000002 Ton /GJ
Proses prod dan Fas Pendukung 0,000011
Rasio 3R
a. Proses produksi 0% 33% 182% %
59% 74% %
b. Proses produksi dan pendukung 12% 3%
19
Adisionalitas 3R Limbah padat Non B3
GDE Dieng memiliki program unggulan pemanfaatan limbah padat Non
B3 berupa PEMANFAATAN PAGAR BRC BEKAS SEBAGAI SUBTITUSI
BESI PADA TULANGAN DAN PROGRAM PEMBESIAN. Pada umumnya,
kegiatan pengecoran akan menggunakan besi sebagai tulangan agar
hasil pengecoran dapat bertahan pada suatu nilai tekanan. Penggunaan
besi sebagai tulangan akan berbanding lurus dengan luasan daerah yang
dilakukan pengecoran, dimana semakin luas daerah pengecoran maka
akan semakin banyak volume besi yang dibutuhkan. Pemanfaatan
limbah padat non-B3 berupa pagar BRC sebagai subtitusi besi sebagai
tulangan pada proses pengecoran lantai kerja dinilai efektif karena
jumlah besi BRC yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitas
besi yang masih memadai untuk digunakan. Hasil yang didapatkan dari
pemanfaatan besi BRC bekas pada tahun 2018 adalah sebesar 0,208 ton.
Merujuk Undang-Undang nomor 18 tahun 2008, bahwa setiap
perusahaan wajib melakukan pengurangan dan penanganan sampah
berwawasan lingkungan, tetapi tidak ada kewajiban menggunakan
metode tertentu. Program ini disimpulkan bukan untuk memenuhi
peraturan.
20
Inovasi Pemanfaatan Pagar BRC Bekas sebagai Substitusi Besi
pada Tulangan dan Program Pembesian
GDE Dieng memiliki program unggulan pemanfaatan limbah padat
Non B3 berupa PEMANFAATAN PAGAR BRC BEKAS SEBAGAI
SUBTITUSI BESI PADA TULANGAN DAN PROGRAM PEMBESIAN.
Pada umumnya, kegiatan pengecoran akan menggunakan besi sebagai
tulangan agar hasil pengecoran dapat bertahan pada suatu nilai
tekanan. Penggunaan besi sebagai tulangan akan berbanding lurus
dengan luasan daerah yang dilakukan pengecoran, dimana semakin
luas daerah pengecoran maka akan semakin banyak volume besi yang
dibutuhkan. Pemanfaatan limbah padat non-B3 berupa pagar BRC
sebagai subtitusi besi sebagai tulangan pada proses pengecoran lantai
kerja dinilai efektif karena jumlah besi BRC yang tersedia dalam jumlah
yang cukup dan kualitas besi yang masih memadai untuk digunakan.
Hasil yang didapatkan dari pemanfaatan besi BRC bekas pada tahun
2018 adalah sebesar 0,208 ton. Pemanfaatan besi bekas BRC dilakukan
sebagai subtitusi besi untuk tulangan pengecoran dan pembesian IPAL
yang dimana dengan subtitusi tersebut diperoleh hasil bahwa besi
bekas BRC sesuai dengan spesi ikasi yang dibutuhkan. Pemanfaatan
besi BRC bekas memberikan nilai tambah pada besi bekas BRC tersebut
sehingga meningkatkan layanan produk besi BRC tersebut sebagai
penambah kekuatan konstruksi. Pemanfaatan besi BRC bekas juga
memberikan manfaat nilai tambah (Value Creation) berupa
pengurangan limbah padat non-B3 pada lingkungan GDE Dieng.
Besaran pengurangan sampah sebesar 208 kg (Rp3,016,000) pada
tahun 2019 dan 343 kg (Rp4,973,500) pada tahun 2019.
21
Hasil Absolut
22
EFISIENSI AIR
PT Geo Dipa Energi Unit Dieng
berkomitmen untuk menetapkan,
melakukan dan mengevaluasi program
peningkatan energi dan pengembangan
segala potensi sumberdaya energi yang ada
dan dihasilkan dari seluruh proses bisnis
perusahaan secara berkelanjutan. Status
pencemaran udara dan penurunan PT Geo
Dipa Energi Unit Dieng tahun 2015-2019
ditunjukan dalam tabel berikut:
Status E isiensi air
Pemakaian Air 2015 2016 2017 2018 2019 Satuan
a. Proses produksi
Pengeboran 00 0 0 0 M3
172,0 941,0 0,0 M3
Power plant 607,0 1.327,5 172,0 941,0 0,0 M3
Total Pemakaian air untuk 607,0 1.327,5
Proses produksi
b. Fasilitas pendukung
Pemakaian air untuk 235,0 311,0 820,0 583,0 215,4 M3
kebutuhan camp dan kantor 311,0 820,0 583,0 215,4 M3
1.638,5 992,0 1.524,0 215,4 M3
Total pemakaian air Fasilitas 235,0
Pendukung
Total pemakaian air
Produksi dan Fas 842,0
Pendukung
Hasil absolut
a. Proses produksi 207,1 209,5 214,4 1.319,3 176,7 M3
0,0 0,0 0,0 M3
b. Fasilitas pendukung 0,0 0,0
0,0
c. Kegiatan yang berhub 0,0 0,0 966,0 0,0 M3
Comdev 0,0
1.276.641
d. Kegiatan lain-lain 0,0 0,0 0,0 0,0 M3
1.217.856,168 574.778,046 GJ
Total produksi (GJ) 768.438 424.866
Intensitas
Proses produksi 0,000789914 0,003124481 0,000134729 0,000772669 0 M3/GJ
Proses prod dan Fas 0,001095729 0,003856475 0,000777039 0,001251379 0,000374666 M3/GJ
Pendukung
Rasio
a. Proses produksi 25% 13% 22% 87% 82% %
b. Proses produksi dan 25% 13% 22% 87% 82% %
pendukung
23
Adisionalitas
GDE Dieng memiliki program unggulan e isiensi air berupa
Condensate Killing. Proses Workover/well killing pada lapangan
sumur Dieng sedang dilakukan, pekerjaan tersebut membutuhkan
volume air yang cukup banyak sehingga air diambil dari air permukaan
atau dari air tanah. Pekerjaan tersebut dilakukan pada saat cuaca
sedang kemarau sehingga volume air permukaan jumlahnya sedikit.
Untuk mendukung pekerjaan tersebut digunakan air kondensat
sebagai pengganti air permukaan dan air tanah sehingga air kondensat
tersebut dapat dimanfaatkan untuk pekerjaan workover/well killing. 1.
Dengan melakukan pemafaatan air kondensat sebagai air bersih untuk
mendukung operasional kegiatan workover/well killing dapat
meminimalisir penggunaan air permukaan/air bersih sebesar 966 m3.
Merujuk Keputusan Menteri ESDM No. 15 tahun 2012 tentang
Penghematan Penggunaan Air Tanah, maka perusahaan wajib
mengembangkan dan menerapkan teknologi hemat air, tetapi tidak ada
kewajiban menggunakan metode tertentu. Program ini dilakukan
bukan untuk memenuhi peraturan.
Pemanfaatan air condansate untuk
keperluan proses well killing/workover
24
Condensate Killing
GDE Dieng memiliki program unggulan e isiensi air berupa
Condensate Killing. Proses Workover/well killing pada lapangan
sumur Dieng sedang dilakukan, pekerjaan tersebut membutuhkan
volume air yang cukup banyak sehingga air diambil dari air permukaan
atau dari air tanah. Pekerjaan tersebut dilakukan pada saat cuaca
sedang kemarau sehingga volume air permukaan jumlahnya sedikit.
Untuk mendukung pekerjaan tersebut digunakan air kondensat
sebagai pengganti air permukaan dan air tanah sehingga air kondensat
tersebut dapat dimanfaatkan untuk pekerjaan workover/well killing.
Dengan melakukan pemafaatan air kondensat sebagai air bersih untuk
mendukung operasional kegiatan workover/well killing dapat
meminimalisir penggunaan air permukaan/air bersih sebesar 966 m3.
Inovasi yang dilakukan termasuk dalam aspek Perubahan Sistem yang
berdampak pada penurunan biaya operasional serta pemanfaatan air
kondensat sebagai air bersih dalam proses pekerjaan Workover/Well
Killing sumur pada area sumur panas bumi Dieng. Penurunan biaya
operasional dengan adanya Perubahan Sistem dengan melakukan
pemanfaatan air condensate sebagai pengganti air bersih untuk
mendukung operasional pekerjaan work over/well killing, maka
didapat penghematan biaya pembelian air bersih sebesar 966 m3 atau
sejumlah Rp 1,932,000,-.
25
Hasil Absolut
26
PENURUNAN BEBAN
PENCEMARAN AIR
PT Geo Dipa Energi Unit Dieng
berkomitmen untuk menetapkan,
melakukan dan mengevaluasi program
peningkatan energi dan pengembangan
segala potensi sumberdaya energi yang ada
dan dihasilkan dari seluruh proses bisnis
perusahaan secara berkelanjutan. Status
pencemaran udara dan penurunan PT Geo
Dipa Energi Unit Dieng tahun 2015-2019
ditunjukan dalam tabel berikut:
Status E isiensi air
Status Beban Pencemaran air
2015 2016 2017 2018 2019 Satuan
17.107,2 Ton
a. Proses produksi 991.888,5 269.306,7 34.131,8 1.528,2 172,3 Ton
17.279,5 Ton
Total Air limbah untuk 188,0 248,8 656,0 466,4
Proses produksi 34.787,8 1.994,6
992.076,5 269.555,5
b. Fasilitas pendukung
Pemakaian air limbah
Fasiltas Pendukung
Total pemakaian air
Produksi dan Fas
Pendukung
Hasil absolut 3R air limbah
a. Proses produksi 17943,91 15029,76 478,07 1444,53 16139,35 Ton
0 0 0 0 0 Ton
b. Fasilitas pendukung 0 0 0 0 0 Ton
c. Kegiatan yang berhub 0 0 0 0 0 Ton
Comdev
d. Kegiatan lain-lain
Total produksi (GJ) 768.438 424.866 1.276.641 1.217.856,168 574.778,046 GJ
Intensitas 12,910 0,6344 0,0272 0,0016 0,0301 Ton/GJ
12,910 0,6344 0,0272 0,0016 0,0301 Ton/GJ
Proses produksi
Proses prod dan Fas 2% 6% 1% 72% 93% %
Pendukung 2% 6% 1% 72% 93% %
Rasio 3R
a. Proses produksi
b. Proses produksi dan
pendukung
27
Adisionalitas Penurunan Beban Pencemaran Air Limbah
GDE Dieng memiliki program unggulan untuk menurunkan beban
pencemaran berupa program Separator 2in1 yaitu Melakukan
perubahan sistem yang awalnya hanya dengan 1 separator kemudian
dilakukan modi ikasi dengan menggunakan 2 separator dan kemudian
dilakukan analisa dan monitoring terhadap perubahan sistem tersebut.
Melakukan perubahan sistem yang awalnya hanya dengan 1 separator
kemudian dilakukan modi ikasi dengan menggunakan 2 separator
Separator 2in1” dan kemudian dilakukan analisa dan monitoring
terhadap perubahan sistem tersebut. Keberhasilan dari inovasi
Separator 2 in 1 yaitu pencapaian penurunan beban Amoniak pada
kondensat atau air terproduksi sebesar 1,65 ton di tahun 2018. Merujuk
kepada Izin Pembuangan Air Limbah dengan Cara Injeksi yaitu SK
Menteri LH No. 196 Tahun 2010, tidak ada kewajiban dalam menetapkan
besaran parameter yang akan diinjeksikan ataupun penurunan
pencemaran air terproduksi, tetapi tidak ada kewajiban menggunakan
metode tertentu. Program ini dilakukan bukan untuk memenuhi
peraturan.
28
Separator 2in1
GDE Dieng memiliki program unggulan untuk menurunkan beban
pencemaran berupa program Separator 2in1 yaitu Melakukan perubahan
sistem yang awalnya hanya dengan 1 separator kemudian dilakukan
modifikasi dengan menggunakan 2 separator dan kemudian dilakukan
analisa dan monitoring terhadap perubahan sistem tersebut. Melakukan
perubahan sistem yang awalnya hanya dengan 1 separator kemudian
dilakukan modifikasi dengan menggunakan 2 separator Separator 2in1”
dan kemudian dilakukan analisa dan monitoring terhadap perubahan
sistem tersebut. Keberhasilan dari inovasi Separator 2 in 1 yaitu pencapaian
penurunan beban Amoniak pada kondensat atau air terproduksi sebesar
1,65 ton di tahun 2018. Penghematan biaya yang didapat dari penurunan
frekuensi pemeliharaan separator adalah sebesar 40 juta rupiah. Dengan
adannya inovasi ini yang mana melakukan perubahan sistem dari yang
awalnya menggunakan 1 separator menjadi Separator 2in1 dapat menjadi
keuntungan (Value Crea on) bagi produsen dan konsumen.
Penggunaan dengan 1 Separator 1 Well
Penggunaan dengan 2 Separator 1 Well
29
Keuntungan Bagi Produsen
Keuntungan yang dihasilkan dari inovasi “Separator 2
IN 1” dari segi operasional adalah frekuensi terjadi
trip/derating lebih kecil dikarenakan steam quality
yang dihasilkan lebih baik.Jumlah Air Terproduksi
yang dihasilkan hanya sebesar 0,0009 Ton/h atau
selisih 1,894 Ton/h dengan sistem yang
menggunakan 1 separator.sehingga menurunkan
dampak lingkungan.
Keuntungan Bagi Konsumen
Keuntungan yang dihasilkan dari inovasi “Separator 2
IN 1” bagi konsumen adalah steam quality yang
dihasilkan lebiah baik akibatnya down time kerusakan
terhadap peralatan pembangkit sangat kecil yang
berpengaruh terhadap produksi listrik yang akan
30
Hasil Absolut
31
Perlindungan Keanekaragaman
Hayati (KEHATI)
Untuk itu PT Geo Dipa Energi Unit Dieng
telah melakukan program kegiatan
Keanekaragaman hayati berupa
konservasi elang hitam dan trenggiling
di kawasan konservasi dataran tinggi
Dieng yang sudah ditetapkan oleh
Penugasan General manager seluas 6
hektar yang tersebar di 19 wilayah
kerja.
Saat ini program konservasi Elang Hitam
(Ictinaetus malaiensis) dan Trenggiling
(Manis javanica) dikembangkan oleh PT
Geodipa Energi Unit Dieng dengan
bekerja sama dengan salah satu
kelompok masyarakat Dieng yang
dinamakan Pendekar Lingkungan
dimana program ini dibuat untuk
mensinergikan antara kawasan wisata
Dieng dengan konservasi satwa
endemik.
32
Adisionalitas Kehati
GDE Dieng memiliki
program unggulan Kehati berupa
program Transit Dieng. Program
Transit Dieng bertujuan untuk
peningkatan jumlah spesies
burung yang dilindungi
khususnya spesies elang
(Accipitridae) yang migrasi dan
transit di Dieng. Program ini
berhasil melakukan upaya
konservasi dengan ditemukannya Elang Hitam (Ictinaetus
malaiensis), Elang Alap Cina (Accipiter soloensis), dan Sikep madu
Asia (Pernis ptilorhynchus). Ketiga spesies ini termasuk satwa yang
dilindungi menurut lampiran PERMENLHK RI No 20 Tahun 2018.
Program ini tidak dilakukan dalam rangka memenuhi peraturan
(Permenlhk No 20 Tahun 2018) ataupun kewajiban perusahaan (izin
lingkungan eksisting). Program ini melibatkan banyak stakeholder,
yaitu dari akademisi, Asian Development Bank dan BKSDA Jateng.
33
Transit Dieng
GDE Dieng memiliki program unggulan Kehati berupa program
Transit Dieng. Program Transit Dieng bertujuan untuk peningkatan
jumlah spesies burung yang dilindungi khususnya spesies elang
(Accipitridae) yang migrasi dan transit di Dieng. Program ini berhasil
melakukan upaya konservasi dengan ditemukannya Elang Hitam
(Ictinaetus malaiensis), Elang Alap Cina (Accipiter soloensis), dan
Sikep madu Asia (Pernis ptilorhynchus). Ketiga spesies ini termasuk
satwa yang dilindungi menurut lampiran PERMENLHK RI No 20 Tahun
2018. Program inovasi ini berasal dari inisiatif GDE Dieng dan
termasuk dalam perubahan sistem karena program ini sangat
membantu stakeholder sehingga mampu untuk meningkatkan indeks
keanekaragaman burung yang dilindungi khususnya spesies elang
(Accipitridae) di kawasan konservasi. Anggaran yang dikeluarkan
untuk pelaksanaan programini sekitar 200 juta rupiah. Value creation
yang diperoleh dari inovasi ini adalah peningkatan jumlah spesies
elang (Accipitridae), yaitu Elang Hitam (Ictinaetus malaiensis),
Elang Alap Cina (Accipiter soloensis), dan Sikep madu Asia (Pernis
ptilorhynchus) sehingga dapat menjadi sarana penelitian,
pendidikan, wisata dan meningkatkan kesadaran bagi masyarakat
sekitar akan pentingnya konservasi satwa liar.
34
Hasil Absolut
35
Pemberdayaan Masyarakat
Adisionalitas
Addisonalitas terdapat pada program:
Ekowisata dan UMKM Binaan di wilayah desa Ring II dan Ring I.
Desa cakupan ring I atau dalam radius ±2 km dari area asset property
unit pelaksana dan dalam wilayah penerima dampak kegiatan
operasional perusahaan yaitu Desa Karangtengah, Desa Pranten, Desa
Kepakisan, dan Desa Sikunang. Desa cakupan Ring II atau wilayah
kecamatan dalam radius ± 4km dari asset property atau berada diluar
penerima dampak langsung diantaranya Desa Dieng Kulon, Desa
Sembungan, Desa Bakal, Desa Pekasiran, Desa Dieng, dan Desa Jojogan.
Di desa Jojogan dan Desa Sembungan yang merupakan Desa Ring 2 telah
dilakukan kegiatan kios binaan makanan ringan dan rumah produksi
makanan ringan khas Dieng dan pengembangan kopi Tambi khas Dieng.
Di Ring 1 berupa kegiatan Green City di Desa Campursari, UMKM di Desa
Sikunang dan Desa Karang Tengah, kios binaan makanan ringan dan
rumah produksi makanan ringan khas Dieng.
Agroforestry berupa coffe plantation tours dan coffee education
tours.Kegiatan berupa pemberdayaan budidaya kopi dalam bentuk
cofee education tours untuk merubah mindset budidaya kentang.
Budidaya pertanian kopi lebih berwawasan lingkungan dan tidak
menguras kekayaan tanah dalam hubungannya dengan upaya
konservasi dan pencegahan erosi atau longsong. Kegiatan dilakukan di
desa Ring 2 dan Ring 1 yaitu Desa Campursari, UMKM di Desa Sikunang
dan Desa Karang Tengah, Dieng Kulon, Desa Sembungan, Desa Bakal,
Desa Pekasiran, Desa Dieng, dan Desa Jojogan.
Dua kegiatan utama tersebut
berupa kopi olahan, buah-buahan
yang diawetkan diantara kopi
Ta m b i ( s i n g l e o r i g i n Ta m b i
Agroforestry), buah aren, carica
papaya dan manisan buah-sayuran
lainnya. Masyarakat telah
digerakkan oleh Geo Dipa Dieng
melalui gerakan UMKM dan kios
binaan. Pemberdayaan budidaya kopi dan cofee education tours telah
merubah mindset budidaya kentang. Budidaya pertanian kopi lebih
berwawasan lingkungan.
36
dan tidak menguras kekayaan tanah dalam hubungannya dengan upaya
konservasi dan pencegahan erosi atau longsong dibanding kentang
yang ditanam searah kontur, tanaman musiman, dan meningkatkan
potensi erosi dan longsor atau pengurasan sumberdaya alam lainnya.
PT Geodipa Energi Unit Dieng telah melakukan terobosan melalui
perubahan sosial dan budaya secara perlahan namun pasti. Perubahan
perilaku yang semula bersifat eksploitasi sumber daya alam misalnya
penanaman kentang searah kontur menjadi kesadaran ekologis bagi
pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan melalui
metode edukasi hijau dan ekowisata diantaranya menanam kopi dan
mengolah untuk dipasarkan. Meretas jalan kemakmuran dengan
memanfaatkan alam secara lestari, telah membawa masyarakat desa
Ring1 dan Ring 2 untuk dapat memproduksi berusaha mengembangkan
agroforestry yang dapat menopang kelestarian alam dan perekonomian
setempat.
Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
dinyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) di
masyarakat setempat (ring 1). Kegiatan yang telah dilakukan telah
menyentuh wilayah ring 2 atau berada diluar dua kabupaten utama
Wonosobo dan Banjarnegara, yaitu Kabupaten Batang. Kegiatan
pengembangan masyarakat yang dilakukan telah melampaui yang
dipersyaratkan.
Manfaat Sosial dan Lingkungan
Penilaian addisionalitas menunjukkan bahwa kegiatan ini berdampak
pada sosial dan lingkungan, serta dapat diukur keberhasilannya dalam
data absolut sebagai berikut:
Manfaat Sosial Ekonomi - Peningkatan Penghasilan Tambahan Pada
Masyarakat
Program kegiatan UMKM penunjang ekowisata telah meningkatkan
penghasilan pemilik kios binaan, dimana omzet mencapai Rp
20.000.000 pada 2017 atau meningkat sebesar 66% sejak kegiatan
diluncurkan pertama kali pada 2014.
37
Manfaat Lingkungan – berupa manfaat tidak langsung dan bersifat
investasi pengetahuan dan kesadaran akan lingkungan untuk tidak
mengeksploitasi alam. Tolok ukur adalah jumlah pelatihan yang
diadakan, jumlah KK atau masyarakat yang terlibat dalam
mempengaruhi pola tanam perubahan pola tanam dan luas budidaya
tanaman kopi. Adanya perubahan sudut pandang dan persepsi pola
tanam kentang ke kopi dalam jangka panjang dapat menurunkan erosi,
longsor, pengurasan hara, penurunan jumlah penggunaan pupuk
organik. Ketiga tolok ukur sejak 2014 – 2017 menunjukkan tren
positif. Luas tanaman kopi meningkat 40% selama kurun 4 tahun atau
sekitar 2 ha lahan per tahun berubah dari pola tanam kentang ke kopi.
Jumlah KK terlibat dalam pola tanam kopi juga meningkat 20% atau 5%
per tahun sejak 2014.
Pengembangan produk kopi dan kuliner khas Dieng telah memberi
prospek dan geliat usaha yang bersinergi dengan alam khas
pegunungan Dieng. Dua sisi pengembangan ekologis melalui budidaya
kopi menggantikan kentang yang lebih berwawasan lingkungan dalam
menjaga longsor, konservasi air dan hara tanah termasuk pengolahan
kopi berkualitas serta produk makanan khas Dieng seperti carica
adalah upaya konservasi lingkungan terintegrasi, massive, dan terpadu
dari hulu hingga ke hilir. Kesadaran ekologis yang di-synergy-kan
dengan kesadaran berusaha telah mengubah perilaku masyarakat
binaan berupa optimasi pemanfaaatan lahan dari tanaman semusim
berakar pendek menjadi tanaman tahunan yang dapat mendukung
daya dukung lahan atau pencegahan longsor, erosi, banjir. Upaya ini
ditumbuhkembangkan dan ditopang dengan usaha kuliner khas Dieng
menjadi produk kuliner ekonomi kreatif dan unsur hygienis yang
ditingkatkan.
38
Penilaian Hambatan Pelaksanaan Investasi
Hambatan utama adalah anggapan upaya melestarikan lingkungan hanya
pelestarian semata belum dikombinasikan dengan pengelolaan berbasis
ekonomi masyarakat. Diantaranya perubahan budidaya kentang menjadi
kopi sesuai dengan isu strategis setempat. Kontribusi masyarakat lebih
besar dari perusahaan yang digunakan dalam bentuk pengaturan waktu
dan lahan yang ditanami.
39
Pengembangan produk kopi dan kuliner khas Dieng telah memberi prospek
dan geliat usaha yang bersinergi dengan alam khas pegunungan Dieng.
Dua sisi pengembangan ekologis melalui budidaya kopi menggan kan
kentang yang lebih berwawasan lingkungan dalam menjaga longsor,
konservasi air dan hara tanah termasuk pengolahan kopi berkualitas serta
produk makanan khas Dieng seper carica adalah upaya konservasi
lingkungan terintegrasi, massive, dan terpadu dari hulu hingga ke hilir.
Kesadaran ekologis yang di-synergy-kan dengan kesadaran berusaha telah
mengubah perilaku masyarakat binaan berupa op masi pemanfaaatan
lahan dari tanaman semusim berakar pendek menjadi tanaman tahunan
yang dapat mendukung daya dukung lahan atau pencegahan longsor, erosi,
banjir. Upaya ini ditumbuhkembangkan dan ditopang dengan usaha
kuliner khas Dieng menjadi produk kuliner ekonomi krea f dan unsur
hygienis yang di ngkatkan.
Penilaian Hambatan Pelaksanaan Investasi
Hambatan utama adalah anggapan upaya melestarikan lingkungan hanya
pelestarian semata belum dikombinasikan dengan pengelolaan berbasis
ekonomi masyarakat. Diantaranya perubahan budidaya kentang menjadi
kopi sesuai dengan isu strategis setempat. Kontribusi masyarakat lebih
besar dari perusahaan yang digunakan dalam bentuk pengaturan waktu
dan lahan yang ditanami.
40
Hasil Absolut
41
Menebar Pupuk_Well Pad 7
Dieng Jawa Tengah
by agus supriyanto