The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Inovasi-e-modul fiqih kelas VIII untuk pembealajaran dalam satu semester

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by alikreatif123, 2023-01-13 11:47:53

Inovasi-e-modul fiqih kelas VIII (alimashari)

Inovasi-e-modul fiqih kelas VIII untuk pembealajaran dalam satu semester

Keywords: fiqih

BAB IV INFAK HARTA DI LUAR ZAKAT Standar Kompetensi Memahami ketentuan pengeluaran harta di luar zakat Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan Ketentuan-ketentuan sedekah, hibah, dan hadiah 2. Mempraktikkan sedekah, hibah, dan hadiah Mendermakan harta ada bermacam-macam cara. Mendermakan harta yang wajib disebut zakat, sedangkan yang sunnah disebut sedekah, hibah dan hadiah. Bagaimanakah cara mendermakan harta menurut Islam? Untuk lebih memahami hal tersebut, ikuti pembahasan berikut. INFAK HARTA DI LUAR ZAKAT A. Sedekah 1. Pengertian Sedekah Sedakah ialah memberikan sesuatu kepada orang lain dengan mengharap ridla Allah SWT. Sedekah termasuk amalan yang sangat terpuji dan dianjurkan dalam Islam, terutama bagi yang berkecukupan. 2. Bentuk-bentuk Sedekah Bersedekah dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, bahkan menahan diri tidak berbuat keburukan kepada orang lain pun temasuk sedekah. Di dalam al-Qur’an sedekah (sadaqah) sering disamakan dengan infak sehingga sedekah dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. (Q.S. al-Baqarah/2: 265) Berkaitan dengan sedekah, Rasulullah saw bersabada: عن ابي ذر رضي هللا تعالى عنه قال: قلت يا رسول هللا, اي االعمال افضل؟ قال: االيمان باهلل والجهاد فى سبيله قال قلت: اي الرقات افضل؟ قال الفسها عند اهلها واكثرها ثمنا قال: قلت فإن لم افعل؟ قال تعين صانعا او تصنع الخرق قال قلت يا رسول


هللا ارايت ان ضعفت عن بعض العمل؟ قال : تكف شرك عن الناس فانها صدقة منك على نفسك. رواه مسلم Dari Abu Dzar r.a. berkata, aku pernah bertanya,”Ya Rasulullah, amalan apakah yang lebih utama?” Beliau menjawab,”Iman kepada Allah dan jihad fi sabilihi,” Abu Dzar berkata, aku bertanya lagi,”Memerdekakan hamba yang bagaimanakah yang lebih utama?” Beliau menjawab,”Yang lebih disayangi oleh pemiliknya dan lebih mahal harganya,”Abu Dzar berkata, aku bertanya lagi,”Jika aku tidak dapat melakukan hal seperti itu?” Beliau menjawab,” Engkau membantu orang yang bekerja atau melaksanakan pekerjaan orang lain yang tidak dapat bekerja.” Abu Dzar berkata, aku bertanya lagi,” Ya Rasulullah, bagaimana jika aku tidak dapat melakukan pekerjaan itu?” Beliau menjawab,” engkau menahan dirimu tidak berbuat jahat kepada orang lain karena dengan cara seperti itu berarti engkau telah bersedekah kepada dirimu sendiri. (H.R. Muslim:119) Dari hadits di atas, kita dapat mengambil pengertian bahwa urusan kebaikan yang dijelaskan Rasulullah saw kepada Abu Dzar adalah: 1. iman kepada Allah SWT dan jihad di jalan-Nya 2. memerdekakan budak 3. membantu orang yang bekerja atau mengerjakan pekerjaan orang yang tidak mampu bekerja 4. menjaga diri agar tidak berbuat jahat kepada orang lain. Rasulullah saw bersabda ال تحتقرن من المعروف شيئا ولو ان تلقى اخاك بوجه طلق. رواه مسلم “Janganlah sekali-kali engkau meremehkan suatu kebaikan walaupun hanya sekedar menyambut kedatangan temanmu dengan wajah (senyum yang manis. (H.R. Muslim: 4760) Senyum manis yang dimaksudkan di sini adalah menghormati orang lain atau teman yang berkunjung lebih disukai dari pada hidangan yang disertai dengan wajah cemberut. Sedekah merupakan tabungan untuk hidup di akhirat kelak . Rasulullah saw bersabda. الصدقة تطفئ الخطيئة كما يطفئ النار الماء. رواه ابن ماجه


“sedekah itu menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api. (H.R. Ibnu Majah dari Mu’az bin Jabal: 3963) B. Hibah 1. Pengertian Hibah Hibah ialah pemberian harta dari seseorang kepada orang lain dengan alih kepemilikan untuk dimanfaatkan sesuai kegunaannya dan langsung pindah pemilikannya saat akad hibah dinyatakan. 2. Kepemilikan Barang yang Dihibahkan Harta yang telah diberikan lewat hibah langsung beralih kepemilikan dari pemberi hibah kepada pihak kedua yang menerimanya. Namun, dalam hibah masih ada peluang untuk menarik kembali, yakni hibah yang diberikan seorang ayah kepada anaknya. Jika sesuatu yang dihibahkan justeru menjerumuskan anaknya dalam kemaksiatan. Selain hibah seorang ayah terhadap anaknya, pemberi hibah tidak boleh menarik kembali hibahnya. Hal tersebut dikemukakan dalam hadits Rasulullah saw. عن ابن عباس رضي هللا عنه قال: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ال يحل لرجل ان يعطي عطية او يهب هبة فيرجع فيها اال الوالد فيما يعطى ولده ومثل الذي يعطي العطية ثم يرجع فيها كمثل الكلب يـأكل فإذا شبع قاء ثم عاد فى قيئه. رواه ابوداود Dari Ibnu Abbas r.a dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,”Seseorang tidak boleh memberi sesuatu kemudian menarik kembali pemberiannya itu, kecuali pemberian ayak kepada anaknya. Perumpamaan orang yang memberikan sesuatu menarik kembali pemberiannya itu, seperti anjing menjilat kembali muntahnya.” (H.R. Abu Dawud: 3072) 3. Hukum Hibah Pada dasar memberikan sesuatu kepada orang lain hukumnya boleh (jaiz). Dari hukum asalnya tersebut, hibah memiliki dapat menjadi wajib, haram, dan makruh. a. Wajib


Hibah yang diberikan kepada anak dan istri hukumnya wajib sesuai kemampuannya. Hal itu didasarkan pada anak dan istri yang menjadi tanggung jawab suami. Cara pemberian hibah kepada anak haruslah menggunakan prinsip keadilan. Rasulullah saw bersabda اتقوا هللا واعدلوا فى اوالدكم. رواه مسلم Bertakwalah kalian kepada Allah SWT dan adillah terhadap anak-anak kalian. (H.R. Muslim: 3055) b. Haram Hibah dapat menjadi haram apabila harta yang dihibahkan ditarik kembali. Rasulullah saw besabda. العائد فى هبته كاعائد فى قيئه. رواه البخاري و مسلم Orang yang meminta kembali hibahnya seperti orang yang meminta kembali (menelan) muntahannya. (H.R. al-Bukhari dari Ibnu Abbas: 2428; Muslim: 3050). c. Makruh Menghibahkan sesuatu dengan maksud mendapatkan imbalan sesuatu, baik berimbang maupun lebih banyak hukumnya adalah makruh. Allah SWT berfirman. ❑ ⬧◆ ⧫◆ ....... ⬧⬧ ⧫◆ ➔ ⧫❑→➔☺➔ Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (Q.S. ar-Rum/30:39 C. Hadiah 1. Pengertian Hadiah Hadiah ialah memberikan sesuatu secara cuma-Cuma dengan maksud untuk memuliakan seseorang karena suatu kebaikan yang telah diperbuat. Dengan kata lain, hadiah berfungsi sebagai imbalan jasa dengan jumlah tidak ditentukan terlebih dahulu antara pemberi dan penerima.


2. Anjuran untuk Saling Memberi Hadiah Rasulullah menganjurkan umatnya agar menjadi orang yang dermawan, sebagaimana dijelaskan dalam sabdanya sebagai berikut: تصافحوا يذهب الغل وتهادوا تحابوا. رواه مالك Hendaklah kalian saling berjabat tangan niscaya perasaan tidak senang hilang dari kalian. Dan hendaklah kalian saling memberi hadiah niscaya kalian saling mencintai (H.R. Malik dari ’Ata’bin Abu Muslim Abdulah al-Khurasani: 1413) Dalam hidup bertetangga, pemberian sesuatu kepada tetangga sangat positif dampaknya. Bagi orang yang memberikan sesuatu, mungkin saja menilai bahwa sesuatu yang diberikan tidak seberapa nilainya. Akan tetapi, bagi yang menerima akan merasakan sangat berharga di saat ia membutuhkan. 3. Persamaan, Perbedaan, dan Manfaat Sedekah, Hibah dan Hadiah Ketiga bentuk infak (sedekah, hibah, dan hadiah) memiliki persamaan dan perbedaan sebagai berikut: a. Persamaan 1. sedekah, hibah dan hadiah merupakan wujud kedermawanan yang dimiliki seseorang atau suatu kelompok dalam organisasi 2. sedekah, hibah, dan hadiah diberikan secara cuma-cuma tanpa mengharapkan pemberian kembali dalam bentuk atau wujud apa pun. b. Perbedaan 1. sedekah, hibah dan hadiah diberikan kepada seseorang karena rasa iba, kasih sayang, atau ingin mempererat persaudaraan. 2. hadiah diberikan kepada seseorang sebagai imbalan jasa atau penghargaan atas prestasi yang dicapai Manfaat bagi orang yang bersedekah, memberi hibah dan hadiah adalah: a. dapat mengurangi beban hidup pihak yang diberi, khususnya bagi keluarga yang miskin. b. mempererat hubungan batin (persaudaraan) antara pihak yang memberi dan pihak yang diberi.


c. Terjalinnya hubungan persaudaraan antara pemberi dan penerima d. Semakin berkurangnya jurang pemisah antara orang yang hidup berkecukupan dan orang yang serba kekurangan e. Terwujudnya kerukunan hidup bertetangga dan bermasyarakat f. Memberi kemaslahatan hidup dari kalangan orang yang berprestasi (khususnya pemberi hadian) g. Dapat memberi manfaat kepada orang lain agar bisa mengembangkan kehidupannya sehingga mencapai taraf hidup yang lebih baik h. Dapat menumbuhkembangkan sikap hidup gotong royong dan tolong menolong pada waktu kesusahan atau sedang menghadapi kesulitan D. Mempraktikkan Sedekah, Hibah dan Hadiah Sebagai generasi muda kamu perlu berlatih untuk melakukan sedekah, hibah dan hadiah kepada seseorang sesuai kemampuanmu. Sebagai petunjuk pelaksanannya, perhatikan beberapa hal berikut: 1. Sedekah dan hibah dapat kamu lakukan dalam bentuk: a. Memberi sekedar uang jajan kepada temanmu atau kamu ajak makan snack yang kamu beli di kantin sekolah b. Jika kamu tidak mempunyai uang, bersedekahlah dengan tenaga atau pikiranmu untuk membantu kesulitan yang dihadapi teman sekelasmu c. Jika hal tersebut tidak dapat kamu lakukan, bersedekahlah dengan meminjamkan sebagian alat tulismu kepada teman yang memerlukannya d. Apabila ketiga hal tesebut tidak dapat juga kamu lakukan, bersikap baiklah kepada temanmu dengan murah senyum untuk menghormatinya e. Jika keempat hal tersebut terpaksa tidak mampu kamu lakukan karena kamu sendiri sedang susah, jagalah dirimu agar tidak menganggu temanmu. 2. berlatihlah untuk dapat menghargai jasa orang lain, dengan cara: a. menyampaikan ucapan terima kasih kepada temanmu yang telah berjasa terhadap dirimu atau keluargamu b. berikan kepadanya sekadar imbalan jasa dengan sikap penuh persahabatan


c. apabila tidak kamu miliki sesuatu yang dapat kamu berikan sebagai imbalan jasanya, doakan agar Allah SWT memberikan rezeki atau kemdahan dari jalan mana pun yang dikehendaki. BAB V HAJI DAN UMRAH Standar Kompetensi Memahami hukum Islam tentang haji dan umrah Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan ketentuan ibadah haji dan umrah 2. menjelaskan macam-macam haji 3. mempraktikkan tata cara ibadah haji dan umrah HAJI DAN UMRAH Ibadah haji dan umrah adalah ibadah yang dilakukan di Tahan Suci Mekah. Dalam mengerjakan ibadah tersebut, terdapat aturan-aturan yang telah ditentukan oleh syariat Islam. Tanpa ada aturan, para jamaah tidak tahu bagaimana melakukan ibadah haji dan umrah. Untuk mengetahui permasalahan yang terdapat yang terdapat dalam ibadah haji dan umrah, ikutilah pembahasan berikut. A. HAJI 1. Pengertian dan Hukum Haji Haji menurut bahasa adalah menyengaja. Menurut syariat Islam, haji adalah sengaja mengunjungi Mekah (Ka’bah) untuk mengerjakan ibadah yang terdiri dari tawaf, sa’i, wukuf dan amalan-amalan lainnya pada masa tertentu demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharapkan keridaan-Nya. Ibadah haji merupakan bagian dari syariat bagi umat-umat terdahulu semenjak Nabi Ibrahim as. Allah SWT telah menyuruh Nabi Ibrahim as membangun Baitulharam di Mekah agar orang-orang tawaf di sekelilingnya dan menyebut nama Allah SWT ketika melakukan ibadah tersebut.


Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima. Haji diwajibkan oleh Allah SWT atas setiap muslim yang mampu untuk mengerjakannya sekali dalam hidupnya. Allah SWT berfirman dalam surah Ali ’Imran 97. ◼⧫ ◆....... ⬧ ⧫⬧⧫ ⧫ ⧫ …………. .............mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Q.S. Ali Imran/3:97) Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits sebagai berikut بني االسالم على خمس: شهادة ان الاله اال هللا وان محمدا رس ول هللا واقام الصالة وايتاء الزكاة وحج البيت وصوم رمضان. رواه البخارى و مسلم Islam ditegakkan atas lima perkara, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah; Muhammad utusan Allah; menegakkan salat; membayar zakat; mengerjakan haji ke Baitullah; berpuasa pada bulan Ramadan. (H.R. al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah: 21) 2. Syarat Wajib dan Syarat Sah Haji Syarat wajib haji adalah hal-hal yang apabila telah terpenuhi menyebabkan orang yang bersangkutan wajib menunaikan haji. Adapun syarat sah haji adalah hal-hal yang harus dipenuhi oleh orang yang menunaikan ibaddah haji. Tidak terpenuhinya salah satu syarat sah haji menyebabkan haji yang dilakukan tidak sah. a. Syarat Wajib Haji Syarat wajib haji adalah: 1. beragama Islam 2. balig/dewasa 3. berakal sehat 4. merdeka (tidak menjadi budak) 5. istitha’ atau mampu istitha’ atau mampu meliputi tiga perkara yakni:


a. mempunyai biaya untuk pergi dan pulang dari tanah suci (termasuk biaya hidup keluarga yang ditinggalkan) b. adanya alat transportasi (walau sewa) c. aman dalam perjalanan sejak berangkat sampai dengan di rumah lagi Wanita yang menunaikan ibadah haji harus disertai dengan mahramnya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan. عن ابن عباس قال النبي صلى هللا عليه وسلم: ال تسافر المرأة اال مع ذي محرم. رواه البخارى Daru Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda,”Janganlan seorang wanita bepergian, kecuali bersama mahramnya. (H.R al-Bukhari: 1729) b. Syarat Sah Haji Haji dinyatakan sah apabila pelaksanaannya memenuhi beberapa hal beriktu: 1. dilaksanakan sesuai batas-batas waktunya, misalnya miqat zamani (bata waktu pemakaian ihram) dan batas waktu wukuf 2. melaksanakan urutan rukun haji tidak dibolak-balik 3. dipenuhi syarat-saratnya, misalnya, syarat tawaf dan sa’i 4. melaksanakan di tempat yang telah ditentukan, misalnya tempat wukuf, tawaf, sa’i, melontar jumrah, dan hadir di muzdalifah ataupun bermalam di Mina. 2. Rukun Haji Rukun haji adalah hal-hal yang harus dilaksanakan dalam ibadah haji. Jika ditinggalkan salah satu saja, hajinya batal. Adapun rukun haji sebagai berikut: a. Ihram dengan niat ibadah haji b. wukuf (diam) di Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah. Lima orang ahli hadits meriwayatkan sebagai berikut: عن عبد الرحمن ابن يعمر, ان ناسا من اهل نجد اتوا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وهو بعرفة فسألوه فأمر مناديا فنادى: الحج عرفة, من جاء ليلة جمع قبل طلوع الفجر فقد ادرك الحج. رواه الترمذى


Dari Abdul Rahman bin Ya’mar bahwa orang-orang Nejd telah datang menghadap Rasulullah saw sewaktu beliau sedang wukuf di Arafah. Mereka bertanya kepada Rasulullah saw tentang wukuf maka beliau memanggil seseorang agar mengumumkan,”Haji itu Arafah (harus wukuf di Arafah). Barang siapa datang pada malam sepuluh sebelum terbit fajar, sesungguhnay ia telah melaksanakan haji.” (H.R. atTirmizi: 814) c. tawaf (mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali) dengan syarat: 1. suci dari hadas dan najis 2. menutup aurat 3. ka’bah berada di sebelah kiri orang yang tawaf 4. satuan hitungannya dimulai dari rukun Hajar Aswad, dan 5. tawaf dilakukan di dalam masjid adapun macam-macam tawaf adalah: 1. tawaf ifadah (tawaf rukun haji) 2. tawaf qudum ialah tawaf yang dilakukan ketika baru saja datang di tanah suci 3. tawaf sunnah (tawaf yang dapat dilakukan kapan saja), dan 4. tawaf wada’ yaitu tawaf yang dikerjakan ketika hendak meninggalkan tanah suci (saat akan pulang) d. sa’i (lari kecil dari Bukit Safa ke Marwah dan sebaliknya) syarat-syarat sa’i meliputi: 1. dimulai dari Bukit Safa dan diakhiri di Bukit Marwah 2. dilakukan sesudah tawaf, baik tawaf qudum maupun tawaf ifadah, dan 3. dilakukan sebanyak tujuh kali e. bercukur atau memotong sebagian rambut kepala (tahallul). f. tertib atau urut. Maksudnya, pelaksanaan rukun haji tidak boleh diubah urutannya dari nomor satu sampi nomor enam 3. Wajib Haji


Wajib haji adalah sesuatu yang perlu dikerjakan, tetapi sahnya haji tidak tergantung atasnya dan boleh diganti dengan membayar dam (menyembelih binatang). Wajib haji meliputi beberapa hal berikut: a. Ihram dari miqat, baik miqat zamani maupun miqat makani. Miqat zamani ialah batas waktu pemakaian iharam, yakni sejak 1 syawal sampai 10 Zulhijjah, sedangkan miqat makani ialah bats tempat pemakaian ihram. Miqat makani yang dimaksud ialah sebagai berikut: 1. Mekah, bagi penduduk asli Mekah. Jadi, pada saat mereka keluar dari rumah harus sudah berpakaian ihram. 2. Zulhulaifah atau bir Ali, bagi jamaah haji yang datang dari Madinah dan negaranegara yang searah\ 3. Rabig atau Juhfah, bagi jamaah haji yang datang dari arah Mesir dan sekitarnya. 4. Jeddah, bagi jamaah haji yang masuk tanah suci lewat Jeddah. 5. Yulam lam, bagi jamaah haji yang datang dari arah Yaman dan negara-negara yang searah. 6. Qarnul Manazil, bagi jamaah haji yang datang dari arah Nejd dan negara-negara yang searah. 7. Zatu Irqin, bagi jamaah haji yang datang dari arah Irak, Afghanistan, Rusia dan negara-negara yang searah. 8. Jamaah haji yang rumahnya berada di antara Mekah dan kota-kota tersebut, mikatnya dari rumah masing-masing b. Hadir di Muzdalifah setelah kembali dari Arafah c. Melontar jamrah aqabah pada hari raya haji d. Bermalam di Mina berdasarkan hadits berikut: عن عائشة, مكث النبي صلى هللا عليه وسلم بمنى ايام التشريق يرمى الجمرة اذا زالت الشمس كل جمرة بسبع حصيات. رواه أحمد Dari Aisyah r.a. Nabi saw telah tinggal di Mina selama hari Tasyrik. Beliau melontar jamrah apabila matahari telah condong ke arah barat, masing-masing tujuh batu kerikil. (H.R. Ahmad: 23451)


e. Melontar tiga jamrah pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijjah) setelah matahari tergelincir ke arah barat f. Tawaf wada’ (tawaf ketika hendak meninggalkan Tanah Suci, kecuali wanita yang sedang haid). Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits sebagai berikut: عن ابن عباس, امر الناس ان يكون اخر عهدهم بالبيت اال انه خفف عن المرأة الحائض. رواه البخارى و مسلم Dari Ibnu Abbas,” Manusia disuruh supaya mengakhiri pekerjaan mereka dengan tawaf, kecuali wanita yang sedang haid, tidak dibebani dengan tawaf. (H.R. al-Bukhari: 1636; Muslim: 2351) g. Menjauhkan diri dari semua larangan haji. 4. Sunnah Haji Sunnah haji ialah perbuatan-perbuatan yang dianjurkan dilaksanakan oleh orang yang beribadah haji. Sunnah haji, antara lain sebagai berikut: a. Ifrad, yakni mendahulukah haji, kemudian umrah. Ada tiga macam cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah. 1. ifrad, ihran untuk melaksanakan haji sampai selesai, kemudian ihram lagi untuk melaksanakan umrah. Cara ini adalah yang terbaik, bebas dam atau denda. 2. tamatu’, yakni ihram dahulu untuk umrah, kemudian ihram lagi untuk menunaikan haji. Cara ini terbalik kedua, tetapi terkena dam atau denda. 3. qiran, yakni sekali ihram dengan niat untuk ibadah haji sekaligus umrah. Dengan demikian, haji dan umrah dilaksanakan secara bersama-sama. b. Membaca talbiyah Laki-laki membaca talbiyah dengan suara keras (nyaring), sedangkan perempuan hendaknya mengucapkan sekadar terdengar oleh telingi sendiri. Talbiyah dibaca selam masih dalam waktu ihram sampi melontar jamrah aqabah. Lafal talbiyah adalah: لبيك اللهم لبيك, لبيك ال شريك لك لبيك ان الحمد و النعمة لك و الملك ال شريك لك. رواه مالك


Aku memenuhi panggilan-Mu. Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagiMu segala kekuasaan. Tiada sekutu bagi-Mu. (H.R. Malik: 643) c. Berdoa sesudah membaca talbiyah Dalam sebuah hadits diriwayatkan sebagai berikut: عن خزيمة ابن ثابت ان البين صلى هللا عليه وسلم اذا فرغ من تلبية سأل هللا عز وجل رضوانه والجنة واستعاذ برحمته من النار. رواه الشافعى والدارقطنى Dari Khuzaimah bin Tsabit,”Bahwa Nabi saw apabila beliau selesai membaca talbiyah, beliau berdoa memohon keridaan Allah SWT memohon surga, dan berlindung dengan rahmat Allah SWT dari siksa api neraka. (H.R. Syafi’i dan Daruqutni) d. Membaca doa (zikir) sewaktu melaksanakan tawaf Dalam sebuah hadits, diriwayatkan sebagai berikut: عن عبد هللا ابن السائب سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول بين الركنين والحجر: ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى اآلخرة حسنة وقنا عذاب النار. رواه ابوداود Dari Abdillah bin Saib, katanya,”Saya mendengar Rasulullah saw bersabda di antara sudut Yamani dan Hajar Aswad,’Wahai Tuhan kami, berilah di dunia dan akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka. (H.R. Abu Dawud: 1616) e. Salat dua rakaat setelah tawaf f. Masuk ke Ka’bah Dalam sebuah hadits, diriwayatkan sebagai berikut: عن ابن عباس قال النبي صل هللا عليه وسلم: من دخل البيت دخل فى حسنة و خرج مغفور له. رواه البيهقى Dari Ibnu Abbas, Nabi saw telah bersabda,”Barang siapa yang masuk ke Ka’bah (rumah suci) ia telah masuk ke dalam kebaikan serta keluar mendapat ampunan. (H.R. alBaihaqi)


5. Beberapa Larangan Bagi Orang yang Melakukan Ibadah Haji Larangan haji ada yang berlaku bagi laki-laki saja, ada yang berlaku bagi perempuan saja, dan ada pula yang berlaku bagi keduanya. a. laki-laki dilarang berpakaian yang berjahit b. laki-laki dilarang menutup kepala rasulullah saw bersabda. ال تخمروا رأسه فإنه يبعث يوم القيامة ملبيا. رواه البخارى Janganlan seseorang menutup kepalanya, karena sesungguhnay akan dibangkitkan nanti pada hari kiamat dalam keadaan membaca talbiyah. (H.R. al-Bukhari dari Ibnu Abbas: 1186 Jika melanggar ketentuan pada huruf a dan b, jamaah haji harus membayar dam. c. perempuan dilarang menutup muka dan telapak tangan d. laki-laki maupun perempuan dilarang memakai harum-haruman selama dalam ihram, baik pada badan maupun pakaian sebelum tahalul pertama, kecuali bau harum itu sisa dari pemakaian pada hari sebelumnya e. laki-laki dan perempuan dilarang menghilangkan rambut atau bulu badang yang lain, juga memakai minyak rambut. Allah SWT berfirman. ❑→⧫ ◆ ................. ⚫ ➔⧫ ...................⧫ ............dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. ...............(Q.S. al-Baqarah/2: 196) Larangan ini berlaku sampai saat penyembelihan kurban. Jika ada halangan kemudian terpaksa memotong rambut, hendaknya membayar dam (denda), yaitu berpuasa, bersedekah, atupun menyembelih kambing. Hal tersebut didasarkan atas firman Allah SWT dalam Surah al-Baqarah ayat 196. f. Laki-laki dan perempuan dilarang memotong kuku sebelum tahalul pertama (dikiaskan dengan memotong rambut)


g. Laki-laki dan perempuan dilarang meminang, menikah, menikahkan, dan menjadi wali dalam pernikahan. Rasulullah saw bersabda dalam hadits sebagai berikut: ال ينكح المحرم وال ينكح وال يخطب. رواه مسلم Janganlah orang yang sedang ihram melakukan pernikahan jangan pula menikahkan (menjadi wali), serta jangan meminang. (H.R. Muslim dari Nubdih bin Wahbin: 2522) h. Laki-laki dan perempuan dilarang bersetubuh. Bersetubuh dapat membatalkan haji jika dilakukan sebelum tahallul kedua dan dapat membatalkan umrah jika dilakukan sebelum selesai pekerjaan umrah. Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 197 ⬧ ⧫ ◆⧫⬧ ☺⬧ ........ ⧫ ◆ ❑➔ ◆ ⬧◆ ⬧ ........Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji......... (Q.S. al-Baqarah/2: 197) i. Laki-laki dan perempuan dilarang berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan. Allah SWT berfirman dalam surah al-Maidah ayat 96 ◼⧫ ⧫◆ ......... ………… ⧫ ...............dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram........... (Q.S. al-Maidah/5:96) Apabila jamaah haji ingin mendapatkan keringanan atau kelonggaran dari beberapa larangan tersebut, hendaknya melakukan tahalul (penghalalan larangan haji) yang meliputi tiga perkara, yaitu: 1. melontar jamrah aqabah pada Hari Raya Haji 2. bercukur atau menggunting sebagian rambut, dan 3. tawaf diiringi sa’i, jika belum sa’i sesudah tawaf qudum Jamaah haji yang telah melaksanakan dua di antara tiga perbuatan di atas, berarti telah tahalul pertama. Kepadanya dihalalkan hal-hal, seperti: 1. memakai pakaian berjahit 2. menutup kepala bagi laki-laki atau menutup muka dan telapak tangan bagi perempuan


3. memotong kuku 4. memakai harum-haruman, berminyak rambut, dan memotong rambut 5. berburu atau membunuh binatan liar Jamaah haji yang menambah satu lagi perbuatan tahalul yang tadinya belum dikerjakan berarti telah tahalul kedua. Oleh karena itu, dia dihalalkan dari semua larangan haji yang telah tersebut di depan. Jamaah haji yang telah tahalul kedua, selanjutnya meneruskan (menyelesaikan) pekerjaan haji yang belum dikerjakan, misalnya melontar tiga jamrah. 6. Dam (Denda) Berikut dijelaskan beberapa denda karena tidak dapat haji ifrad, melanggar larangan haji, bersetubuh sebelum tahalul kedua, membunuh binatang liar, dan denda karena terhalang musuh sehingga tidak dapat meneruskan ibadah haji atau umrah. a. Denda karena tidak dapat haji ifrad diatur sebagai berikut 1. Menyembelih seekor kambing yang sah untuk berkorban 2. jika tidak mampu menyembelih seekor kambing, ia wajib puasa sepuluh hari, tiga hari di Tanah Suci dna tujuh hari setelah sampai di tanah airnya. Allah SWT berfirman ⧫➔ ☺⬧ ☺⬧ …..... ☺⬧ ⧫ ◼ ⚫ ◆⧫ ⬧◼ ◆⬧ ⬧ ☺⬧ ➔◆ ⧫ ◆⧫ ➔◆ ⬧ ……. ⬧ ........Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna........(Q.S. al-Baqarah/2:196) Denda serupa dikenakan pula bagi jamaah haji yang tidak dapat: 1. melontar jamrah 2. hadir di Muzdalifah 3. bermalam di Mina, dan


4. tawaf wada’ b. Denda karena melanggar larangan haji, yaitu: 1. mencukur atau menghilangkan sebagian rambut 2. memotong kuku 3. memakai pakaian berjahit 4. berminyak rambut, dan memakai harum-haruman. Denda dari pelanggaran di atas boleh memilih salah satu dari tiga perkara, yakni: 1. menyembelih seekor kambing yang sah untuk berkurban 2. berpuasa selama tiga hari, dan bersedekah tiga gantang (9,3 liter) makanan kepada enam orang miskin. Allah SWT berfirman: ⧫ ◆⬧ …………. ▪ ◆ ⧫⬧ ……………. ➔ ⬧ ……….Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban…….(Q.S. al-Baqarah/2:196) Seseorang mengadu kepada Rasulullah saw, kemudian beliau menjawab فاحلقه واذبح شاة اوصم ثالثة ايام او تصدق بثالثة اصع من تمربين ستة مساكين. رواه احمد Cukurlah rambutmu, kemudian sembelihlah seekor kambing. Jika tidak dapat, berpuasalah tiga hari atau bersedekahlah tiga gantang tamar kepada enam orang miskin. (H.R. Ahmad: 17419) c. Denda karena bersetubuh sebelum tahalul kedua diatur sebagai berikut: 1. Menyembelih seekor unta (sesuai dengan fatwa Umar). 2. Jika tidak dapat unta, hendaknya ia menyembelih sapi 3. jika tidak dapat, hendaknya tujuh ekor kambing 4. jika tidak dapat, hendaknya bersedekah seharga unta yang dilakukan di tanah suci.


5. jika tidak dapat, hendaknya berpuasa sehari untuk setiap seperempat gantang makanan dari harga unta tersebut d. Denda karena membunuh binatang liar diatur sebagai berikut 1. menyembelih binatang jinak yang sebanding dengan binatang yang dibunuh 2. jika tidak dapat, hendaknya ia bersedekah di tanah suci seharga binatang liar yang dibunuh. 3. jika tidak dapat juga, hendaknya ia berpuasa dengan perhitungan setiap seperempat gantang dari makanan tadi berpuasa sehari. Hal tersebut didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 95 e. Denda karena terhalang musuh sehingga tidak dapat meneruskan ibadah haji atau umrah, hendaklah ia tahalul dengan menyembelih seekor kambing di tempat terhalang itu. Allah SWT berfirman ☺⬧ ➔ ⬧ …… ◆ ⚫ ◆⧫ ❑→⧫ ............... ⧫ ⚫➔⧫ .............jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya..........(Q.S. al-Baqarah/2: 196) 7. Macam-macam Haji Ada tiga macam haji, yaitu tamatuk, ifrad dan qiran. a. Haji Tamatuk Haji tamatuk adalah mengerjakan umrah lebih lebih dahulu, baru mengerjakan haji. Cara ini wajib membayar dam nusuk (sesuai dengan ketentuan). Pelaksanaan haji dengan cara tamatuk ini dianjurkan bagi semua jamaah haji dan petugas. b. Haji Ifrad


Haji ifrad adalah mengerjakan haji saja atau ibadah haji yang dilaksanakan sebelum ibadah umrah. Cara ini tidak wajib membayar dam. Pelaksanaan haji dengan cara ifrad ini dapat dipilih oleh jamaah haji yang masa wukufnya sudah dekat (+ 5 hari) c. Haji Qiran Haji qiran adalah mengerjakan haji dan umrah di dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus. Cara ini wajib membayar dam nusuk (sesuai ketentuan manasik). Pelaksanaan haji dengan cara qiran ini dapat dipilih bagi jamaah yang karena sesuatu hal tidak dapat lagi melaksanakan umrah sebelum dan sesudah hajinya, termasuk di antaranya jamaah haji yang masa tinggalnya di Mekah sangat terbatas. 8. Tata Urutan Pelaksanaan Ibadah Haji Urutan pelaksanaan ibadah haji adalah sebagai berikut: a. Ihram dengan niat haji dan berangkat menuju Arafah pada hari Tarwiyah (8 Zulhijjah) b. Di Arafah (pada tanggal 8 Zulhijah) memperbanyak bacaan talbiyah dan berdoa c. Pada hari Arafah (9 Zulhijah), jamaah haji tinggal di Arafah untuk mendengarkan khutbah wukuf d. Setelah matahari terbenam pada hari Arafah (9 Zulhijah), jamaah haji mulai meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah dengan tenang dan khusyu’ untuk bermalam e. Sebelum matahari terbit pada hari kesepuluh bulan Zulhijah, jamaah haji berangkat menuju Mina. Akan tetapi, bagi mereka yang lemah, seperti wanita dan anak-anak, dibolehkan meninggalkan Muzadalifah menuju Mina setelah pertengahan malam. f. Setelah sampai di Mina (pada pagi hari Iduladha), jamaah haji diwajibkan melakukan: 1. melempar jamrah aqabah 2. menyembelih kurban lagi yang melaksanakan haji tamatu’ atau haji qiran 3. mencukur rambut setelah nomor 1 dan sampai 3 dilakukan, selesailah tahalul yang pertama dan boleh baginya mengerjakan apa-apa yang dilarang ketika berihram, kecuali berhubungan suami-istri. 4. menuju Mekah, lalu tawaf ifadah kemudian melakukan sa’i bagi yang haji tamatuk. Begitu pula bagi yang haji ifrad atau qiran apabila belum melakukan sa’i setelah wukuf qudum.


Setelah semua dilakukan (nomor 1 sampai 4) diperbolehkan melakukan sesuatu yang tadinya dilarang karena ihram. g. Selanjutnya, jamaah haji kembali lagi ke Mina dan bermalam di Mina pada malam kesebelas dan keduabelas Zulhijah dan melontar ketiga jamrah setiap harinya. Waktu yang afdal setelah tergelincir matahari h. Bagi jamaah haji yang akan meninggalkan Mekah diwajibkan tawaf wada’ dilakukan setelah selesai melakukan rangakaian ibadah haji. B. UMRAH Umrah adalah ibadah yang dilakukan di Tanah Suci Mekah, yang menyerupai ibadah haji dengan beberapa perbedaan tertenu. Hukum umrah adalah fardu ain sekali seumur hidup bagi setiap muslim yang memenuhi persyaratannya. Allah SWT berfirman ⧫ ❑☺◆ ……….. ◼⧫➔◆ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. .............(Q.S. al-Baqarah/2: 196) Dalam sebuah hadits diriwayatkan عن عائشة قالت يا رسول هللا هل على النساء من جهاد قال: نعم, عليهن جهاد ال قتال فيه الحج و العمرة. رواه احمد وابن ماجه Dari Aisyah, ia bertanya kepada Rasulullah saw,” Adakah kewajiban atas wanita untuk berperang?” Beliau menjawab,”Ya, tetapi peperangan mereka tidak bunuh-membunuh, yaitu melakukan haji dan umrah. (H.R. Ahmad: 24158; Ibnu Majah:2892) Syarat wajib umrah sama dengan syarat wajib haji. Rukun umrah sama dengan rukun haji, kecuali wukuf (umrah tidak memakai wukuf di Arafah). Wajib umrah hanya ada dua macam, yakni iharam dari miqat dan tidak berbuat haram (menjauhi larangan umrah). Larangan umrah sama dengan larangan haji. Miqat zamani umrah sepanjang tahun (boleh dilakukan kapan saja). Miqat makani ibadah umrah sama dengan miqat makani ibadah haji.


BAB VI MAKANAN HALAL DAN HARAM DALAM ISLAM Standar Kompetensi Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman halal 2. Menjelaskan manfaat mengonsumsi makanan dan minuman halal 3. Menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman haram 4. Menjelaskan bahaya mengonsumsi makanan dan minuman haram 5. Menjelaskan jenis-jenis binatan yang halal dan haram dimakan Makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari berasal dari berbagai sumber. Pada saat mengonsumsinya kita tidak boleh sekadar memerhatikan selera dan gizi. Bagaimanakah makanan yang halal itu? Bagaimana pula makanan haram itu? Berikut penjelasannya A. Makanan dan Minuman Halal 1. Pengertian Halal Kata halal berasal dari bahasa Arab حالل yang berarti disahkan, diizinkan, dan dibolehkan. Suatu makanan atau minuman disebut halal apabila keduah hal itu dinyakatakan sah (boleh) untuk dikonsumsi. Adapun yang berhak untuk menghalalkan atau mengharamkan suatu makanan atau minuman hanya Allah SWT dan Rasul-Nya. Manusia tidak boleh menyatakan haram terhadap makana atau minuman yang telah dinyatakan halal oleh Allah SWT dan Rasul-Nya (walaupun dirinya tidak suka mengonsumsinya). Begitu pula sebalikanya. Halal ada dua, yaitu halal zatnya dan halal cara memperolehnya. a. Halal zatnya Halal zatnya berarti makanan dan minuman tersebut memang berasal dari yang halal, seperti, nasi, sayur, daging sapi dan ikan ikan serta minuman yang bersumber dari air hujan, embun, air kelapa, dan air sumur. b. Halal cara memperolehnya


Halal cara memperolehnya berarti makanan dan minuman yang dikonsumsi diperoleh dengan cara yang sah (dibenarkan menurut syara’), seperti makanan dan minuman yang diperoleh dengan cara berdagang (jual beli) secara jujur, bertani, mengajar, saling memberi antar sesama, atau diperoleh dari utang piutang. 2. Jenis-jenis Makanan dan Minuman yang dihalalkan Menurut Islam, hukum asal makanan dan minuman adalah halal, kecuali apabila agama menyatakan haram. Dengan kata lain, semua jenis makanan dan minuman adalah halal dikonsumsi, kecuali apabila ada ayat al-Qur’an atau hadits yang menyatakan haram. B. Manfaat Makanan dan Minuman Halal Manfaat dihalalkannya berbagai jenis makanan dan minuman antara lain sebagai berikut: 1. manusia dapat bertahan hidup di dunia sampai batas yang ditentukan Allah SWT 2. manusia dapat mencapai rida Allah SWT dalam hidup karena dapat memilih jenis makanan dan minuman yang baik sesuai petunjuk Allah SWT 3. manusia dapat memiliki akhlak karimah karenan makanan dan minuman yang halal mempengaruhi watak dan perangai manusia menjadi watak dan perangai yang terpuji, seperti sabar, tenang, dan qana’ah 4. manusia dapat terhindar dari akhlak mazmumah karena tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang haram. C. Makanan dan Minuman Haram 1. Pengertian Haram Haram berarti larangan (dilarang oleh agama). Makanan dan minuman haram adalah makanan dan minuman yang dilarang oleh agama untuk dikonsumsi manusia. Adapun yang berhak mengharamkan suatu makanan dan minuman hanyalah Allah SWT dan Rasul-Nya. 2. Jenis-jenis Makanan dan Minuman yang Diharamkan Berikut ini pembahasan mengenai makanan dan minuman yang bersifat nabati yang dilarang (haram) mengonsumsinya. a. Makanan


Hampir semua makanan nabati halal dikonsumsi, kecuali yang membahayakan kesehatan atau mengancam keselamatan jiwa manusia. Contohnya makanan yang sudah membusuk sehingga tidak layak dikonsumsi dan makanan yang mengandung racun. b. Minuman Minuman yang diharamkan ialah minuman yang membahayakan kesehatan atau mengancam jiwa manusia, seperti minuman berikut ini 1. khamar dan segala jenisnya, baik berbentuk cair maupun berupa serbuk (sabusabu). Khamar adalah segala minuman yang memabukkan. Rasulullah saw pernah ditanya mengenai hal ini, beliau menjawab كل مسكر خمر وكل خمر حرام Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setipa khamar haram Sehubungan diharamkannya khamar, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an ⧫ ⧫ ☺⬧ ☺ ❑⧫◆ ◆ ☺◆ ☺⧫ ▪ ⬧◆ ◼❑⧫⬧ ⬧ ⧫❑⬧➔ ➔⬧ Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.(Q.S. al-Maidah/5: 90) 2. Minuman yang jelas-jelas mengandung racun atau zat lain yang mengancam keselamatan jiwa manusia. Mengonsumsi minuman yang membahayakan keselamatan jiwa sama saja dengan upaya bunuh diri. Allah SWT berfirman


→ ❑➔⬧ ◆ .......... ☺◆ ⧫ ....................dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. an-Nisa’/4: 29) D. Binatang Halal dan Haram 1. Binatang yang halal dimakan Jenis binatang yang dinyatakan halal dalam al-Qur’an adalah binatang ternak, binatang buruan, dan semua binatang yang berasal dari laut atau sungai. Binatang ternak dihalalkan berdasarkan firman Allah SWT ➔☺◆ ⬧ ........ ◼ ⧫ ➔ …………. ◼⧫ ..............Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. ........(Q.S. al-Maidah/5:1) Binatang buruan dan makanan yang berasal dari lauh dihalalkan berdasarkan firman Allah SWT ⬧⧫ ⬧ ➔⧫⧫ ➔⬧◆ ……. ◆▪◆ Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan;(Q.S. alMaidah/5:96) Jenis binatang yang halal berdasarkan hadits, antara lain ayam, kuda, keledai liar, kelinci, dan belalang. Ayam dihalalkan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh alBukhari yang artinya: Dari Abu Musa r.a ia berkata,”Aku pernah melihat Nabi saw makan daging ayam.” (H.R. al-Bukhari: 5093) Kuda dihalalkan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim berikut:


Dari Asma binti Abu Bakar r.a. ia berkata,” Pada zaman Rasulullah saw kami pernah menyembelih kuda dan kami memakannya.” (H.R. al-Bukhari: 5086 dan Muslim: 3597) Dihalalkannya beberapa jenis binatang di atas mengandung manfaat yang besar bagi manusia, antara lain: a. menyehatkan jasmani dan rahani b. menumbuhkan semangat dan gairah kerja c. menambah rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia dan kenikmatan yang dilimpahkan-Nya d. menambah kekhusyukan dalam beribadah e. menyelamatkan dari dosa dan azab neraka 2. Binatang yang haram dimakan a. Haram karena Nash al-Qur’an atau Hadits Binatang yang haram karena nas al-Qur’an atau hadits, antara lain: 1. babi 2. khimar jinak (keledai) 3. binatang buas atau binatang bertaring 4. burung yang berkuku tajam dan berparuh kuat 5. binatang jalalah. b. Haram karena diperintah membunuhnya Binatang yang diharamkan karena kita diperintah supaya membunuhnya, antara lain ular, burung gagak, burung elang, tikus, dan anjing gila. Berkaitan dengan binatang tersebut, Rasulullah saw bersabda sebagai berikut artinya: Lima macam binatang yang semua merusak dan hendaklah dibunuh, baik di tanah halal maupun di tanah haram, yaitu ular, burung gagak, tikus, anjing gila, dan burung elang,” (H.R. Muslim dari ’Aisyah: 2069) c. Haram karena dilarang membunuhnya


Ada beberapa binatang yang haram karena kita dilarang membunuhnya, yaitu semut, lebah madu, burung hud-hud, dan burung suradi. Hal itu dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad berikut: Dari Ibnu Abbas, Nabi saw telah melarang membunuh empat macam binatang, yaitu semut, lebah, burung hud-hud, dan burung suradi. (H.R. Ahmad: 1907) d. Haram karena keadaannya menjijikkan Binatang yang diharamkan karena keadaannya menjijikkan seperti belatung, pacet, dan lintah. Allah SWT berfirman dalam surah al-A’raf ayat 157. ⧫ ⬧ ⧫◆ ◼⧫ ⧫◆ ………. ⧫ ................ dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggubelenggu yang ada pada mereka..........(Q.S. al-A’raf/7:157) Selain binatang yang diharamkan karena empat hal tersebut, ada juga binatang yang asalnya halal menjadi haram karena sebab-sebab tertentu. Binatang-binatang tersebut adalah 1. disembelih dengan menyebut nama selain Allah SWT 2. mati tercekik 3. mati karena terpukul atau tertabrak kendaraan 4. mati karena ditanduk binatang lain 5. mati karena diterkam binatang buas 6. disembelih untuk pemujaan berhala sehubungan dengan hal tersebut Allah SWT berfirman sebagai berikut: ➔⧫☺ ◼⧫ ⧫ ⧫◆ ◆ ⧫ ⧫◆ ➔⬧☺◆ ⬧❑➔❑☺◆ ➔⧫◆⧫☺◆


⧫◆ ➔⬧◆ ⧫◆ ⬧ ⧫ ◼⧫ ➔ diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. (Q.S. al-Maidah/5:3) Adapun mudarah binatang yang diharamkan, antara lain: a. merusak organ-organ tubuh orang yang memakannya b. menganggu kesehatan badan orang yang memakannya c. memengaruhi jiwa, watak, dan mental, serta akhlak orang yang memakannya d. menimbulkan kerakusan dan kebuasan bagi orang yang memakannya e. berdosa dan akibatnya akan terkena azab di neraka


DAFTAR PUSTAKA Al-Bukhori, Al-Imam. 1981. Shahih Bukhari. Surabaya: PT Asriyah. Departemen Agama Republik Indonesia. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: CV Naladana HAMKA. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. Hassan, Ahmad. 1982. Soal-Jawab tentang Berbagai Masalah Agama. Bandung: CV Diponegoro. Hasyim, Husaini. 1985. Syarah Riyadlus Shalihin. Surabaya: Pustaka Ilmu. Qardhowi, Yusuf, Syekh Muhammad. 1980. Halal dan Haram dalam Islam. Surabaya: PT Bina Ilmu. Rasyid, Sulaiman. 1987. Fiqh Islam. Bandung: PT Sinar Baru. Razak, Nasrudin. 1986. Dinul Islam. Bandung: PT Al-Ma’arif Zuhdi, Masyafuq. 1993. Masail Fiqhiyah. Jakarta: CV Haji Masagung.


Click to View FlipBook Version