Dongeng Anak: Kisah
Cinderella dan Sepatu Kaca
Dahulu kala terdapat seorang gadis yang ditinggalkan oleh Mama-nya
akibat meninggal saat usianya masih kecil. Kemudian sang Papa menikahi
perempuan yang telah memiliki dua anak. Beberapa lama kemudian, sang
Papa meninggal dunia.
Sehingga gadis tersebut hidup bersama ibu tiri dan dua saudara tirinya.
Kehidupannya pun sangat malang, karena harus bekerja keras sepanjang
hari agar ibu tiri dan dua saudaranya bisa istirahat.
Ia juga harus bangun setiap pagi ketika hari masih gelap dan dingin untuk
menyalakan api. Ia juga yang memasak makanan dan memastikan api
terus menyala agar ruangan menjadi hangat. Gadis tersebut tidak dapat
menjaga pakaiannya tetap bersih, karena semua abu dari api dan debu
dari rumahnya.
"Berantakan sekali!" kedua saudara tirinya tertawa.
Dan itulah mengapa mereka memanggilnya "Cinderella".
Ketika usia Cinderella beranjak 17 tahun, ada berita besar datang ke kota.
Raja dan Ratu akan mengadakana pesta bagi putranya sang Pangeran,
untuk mencari pengantin perempuan.
Semua perempuan muda di negeri itu diundang untuk datang. Mendengar
berita tersebut, para perempuan menjadi bahagia dan semangat. Mereka
mengenakan gaun terindah dan menata rambutnya dengan sangat rapi,
agar pangeran akan memilihnya.
Sedangkan Cinderella, memiliki pekerjaan ekstra yang harus dilakukan. Ia
harus membuat dua gaun baru untuk saudara tirinya.
“Lebih cepat!” teriak seorang saudara tiri.
“Kamu menyebutnya gaun?” teriak yang lain. Cinderella pun tersentak
akibat teriakan saudara tirinya.
“Kapan saya bisa–“ ucap Cinderella, terpotong oleh ibu tirinya yang
berjalan ke kamar.
“Kapan kamu bisa apa?!” ujar sang ibu tiri.
Cinderella pun pada akhirnya mengatakan ingin pergi ke pesta kerajaan
tersebut. Namun sayangnya ia tidak mendapatkan jawaban yang
menyenangkan.
"Baiklah, kapan aku punya waktu untuk membuat gaun sendiri untuk pesta
itu?" tanya Cinderella.
"Kamu? Siapa bilang kamu akan pergi ke pesta?" teriak ibu tiri.
"Sungguh sebuah tawa!" kata salah satu saudara tiri.
Kemudian salah satu saudara tirinya menunjuk Cinderella dan melihat
bajunya yang sangat berantakan, semuanya pun tertawa.
“Saat mereka melihatku, mungkin mereka melihat kekacauan. Tapi aku
tidak seperti itu. Dan jika aku bisa, aku akan pergi ke pesta." ujar Cinderella
yang berkata pada dirinya sendiri.
Segera saatnya tiba bagi ibu tiri dan kedua saudara perempuan tiri untuk
pergi ke pesta besar. Kereta kuda mereka yang mewah sampai di depan
pintu. Ibu tiri dan saudara perempuan tiri masuk ke dalam. Dan mereka
segera pergi.
"Selamat tinggal! Selamat bersenang-senang!" sebut Cinderella sambil
melambaikan tangan, namun ibu tiri dan saudara perempuan tirinya tidak
berbalik untuk melihatnya.
Cinderella pun merasa sedih melihat kereta kuda yang mulai menjauh.
"Aku berharap diriku bisa pergi ke pesta juga!" ujar Cinderella dengan
lantang.
Poof! Kemudian, muncul seorang peri di depan Cinderella.
“Kamu memanggilku?” kata ibu peri.
Melihat ibu peri yang tiba-tiba muncul, membuat Cinderella terkejut.
“Aku memanggilmu? Kamu siapa?” tanya Cinderella sambil terheran-
heran.
“Wah tentu saja saya ibu peri! Aku tahu keinginan kamu. Dan aku datang
untuk mengabulkannya. "
“Tapi…harapanku tidak mungkin.” kata Cinderella yang sambil merunduk
sedih.
"Permisi! Bukankah aku bisa muncul begitu saja?” kata ibu peri dengan
gusar
“Ya, benar,” kata Cinderella.
“Kalau begitu, biarkan aku menjadi orang yang mengatakan apa yang
mungkin atau tidak!” ujar ibu peri.
Setelah melihat pakaian Cinderella, ibu peri pun tahu bahwa Cinderella
ingin pergi ke pesta namun tidak memiliki gaun dan kereta yang mewah
seperti ibu tiri dan saudari-saudarinya.
“Kamu memang terlihat sedikit berantakan, Nak,” kata Ibu Peri.
"Bahkan jika aku punya sesuatu yang bagus untuk dipakai, aku tidak akan
bisa ke sana," ujar Cinderella sambil melihat ke pakaian kotornya.
"Aduh, semua itu mungkin!" kata peri.
Dengan itu, ibu peri mengetukkan tongkatnya ke kepala Cinderella.
Cinderella langsung menjadi bersih dan mengenakan gaun biru yang
indah. Rambutnya ditata tinggi dan di atas kepalanya dengan pita emas.
“Ini luar biasa!” kata Cinderella.
“Siapa bilang aku sudah selesai? kata ibu peri,”
Kemudian ibu peri meminta Cinderella untuk mengambil sebuah labu dan
memanggil dua temannya yang merupakan seekor tikus. Setelah di bawa
ke hadapan ibu peri, ia mengetuk tongkatnya lagi. Tiba-tiba, labu tersebut
berubah menjadi kereta yang indah. Sedangkan dua ekor tikus temannya
berubah menjadi kuda putih.
“Apakah aku sedang bermimpi?” kata Cinderella sambil melihat
sekelilingnya.
"Ini nyata, tapi ada satu hal yang harus kamu ketahui." kata Ibu Peri.
"Apa itu?" tanya Cinderella.
“Semua ini hanya berlangsung sampai tengah malam. Malam ini, di tengah
malam, semuanya akan berakhir. Semuanya akan kembali seperti
sebelumnya. ” ujar ibu Peri.
“Kalau begitu aku harus meninggalkan pesta sebelum tengah malam!” kata
Cinderella.
"Ide bagus, pekerjaan saya selesai!" kata Ibu Peri. Setelah itu ibu peri
langsung menghilang dari hadapan Cinderella.
"Apakah itu terjadi?" ujar Cinderella sambil melihat sekelilingnya. Setelah
itu ia langsung melangkah ke dalam kereta dan pergi ke tempat pesta.
Selama di pesta, Pangeran menunjukkan wajah sedih dan kecewa, tidak
tahu harus berpikir apa.
“Mengapa kamu memiliki ekspresi sedih di wajahmu? Lihat sekelilingmu!
Kamu tidak bisa meminta gadis yang lebih baik dari ini,” kata Ratu kepada
putranya.
"Aku tahu, Ibu," kata Pangeran.
Namun pangeran sebenarnya tahu ada yang tidak beres, karena ia telah
bertemu banyak gadis. Tetapi setelah pangeran mengatakan "halo” pada
setiap gadis yang datang ke pesta tersebut, ia tidak dapat menemukan
apa-apa lagi untuk diucapkan.
"Lihat!" seseorang menunjuk ke pintu depan.
"Siapa itu?" tanya tamu lainnya.
Semua kepala menoleh. Siapa gadis menawan yang sedang menuruni
tangga? Ia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, namun tidak ada yang
mengenalnya.
"Ada sesuatu tentang dia," ucap Pangeran dalam hati.
“Aku akan memintanya untuk berdansa,” dan pangeran berjalan ke arah
Cinderella.
“Apakah kita pernah bertemu?” kata Pangeran.
“Saya senang bertemu dengan pangeran saat ini,” kata Cinderella sambil
membungkuk.
"Saya merasa seolah-olah saya mengenal anda, tapi tentu saja, itu tidak
mungkin." kata Pangeran.
“Banyak hal yang mungkin, jika pangeran ingin itu menjadi kenyataan,”
kata Cinderella.
Pangeran merasakan berdebar di dalam hatinya. Ia dan Cinderella mulai
berdansa, saat lagu selesai, mereka berdansa lagi. Dan kemudian mereka
menari lagi, dan lagi. Segera gadis-gadis lain di pesta itu menjadi cemburu.
“Mengapa perempuan itu berdansa sepanjang waktu dengannya?” mereka
berkata.
"Betapa kejam!" ucap kesal gadis lainnya.
Tapi yang bisa dilihat Pangeran hanyalah Cinderella. Mereka saling
tertawa dan berbicara, dan mereka berdansa lagi. Nyatanya, mereka
berdansa sangat lama sehingga Cinderella tidak melihat jam.
Dong!
Bunyi jam mulai terdengar hingga Cinderella mendongak.
Dong!
Bunyi jam terdengar kembali, Cinderella pun kembali mendongak ke arah
jam.
"Astaga! Ini hampir tengah malam!" Cinderella berteriak.
Dong!
Bunyi jam yang kembali berdentang.
“Mengapa itu penting?” kata Pangeran. Setelah itu jam kembali berbunyi
tanda sudah tengah malam.
"Saya harus pergi!" kata Cinderella.
“Tapi kita baru saja bertemu! Mengapa pergi sekarang?” kata Pangeran.
Jam terus berbunyi namun Pangeran yang tidak tahu, selalu mencoba
menghentikan Cinderella.
"Saya harus pergi!" kata Cinderella sambil berlari ke tangga.
"Aku tidak bisa mendengarmu, jamnya terlalu kencang!" kata Pangeran.
"Selamat tinggal!" kata Cinderella sambil berlari ke kereta.
“Tolong, berhenti sebentar!” kata Pangeran.
"Ah!" Cinderella pun berteriak ketika salah satu sepatu kacanya terlepas
dari kakinya di tangga. Namun karena sudah tengah malam, Cinderella
pun terus berlari.
"Tunggu!" teriak Pangeran.
Namun karena melihat sepatu kaca di tangga, pangeran segera mengambil
sepatu kacanya dan bergegas keluar pintu. Ia melihat sekeliling tetapi tidak
bisa melihat gaun birunya di mana pun.
"Hanya ini yang tersisa darinya," katanya sambil menatap sepatu kaca itu.
Pangeran menyadari bahwa sepatu itu dibuat dengan cara khusus, agar
sesuai dengan kaki pemiliknya.
“Di suatu tempat ada sepatu kaca lainnya, dan ketika aku menemukannya,
aku akan menemukannya juga. Lalu aku akan memintanya menjadi
pengantinku! ” katanya.
Pangeran pun meminta para pengawalnya untuk pergi dari rumah ke
rumah untuk mencari pemilik sepatu kaca. Satu demi satu perempuan
muda mencoba memasukkan kakinya ke dalam sepatu kaca tersebut. Tapi
tidak ada yang muat.
Pada akhirnya pangeran datang ke rumah Cinderella.
"Dia datang!" panggil salah satu saudara tiri saat dia melihat ke luar
jendela.
"Di pintu!" teriak saudari tiri satunya.
"Cepat!" teriak ibu tiri. "Siap-siap! Salah satu dari kalian harus menjadi
orang yang berhasil memasukkan kaki ke dalam sepatu itu. Tidak peduli
apapun!" ujar ibu tiri kepada dua anaknya.
Pangeran mengetuk dan kemudian ibu tiri membuka pintu.
"Silahkan masuk! Aku punya dua putri cantik untuk kamu temui" ia berkata.
Saudari tiri pertama mencoba memasukkan kakinya ke dalam sepatu kaca.
Dia berusaha keras, tetapi itu tidak cocok. Kemudian saudari tiri kedua
mencoba memasukkan kakinya ke dalam. Dia mencoba dan mencoba
dengan sekuat tenaga juga. Tapi tidak ada pas.
“Apakah tidak ada gadis lain di rumah?” tanya Pangeran.
“Tidak ada,” kata ibu tiri.
"Kalau begitu aku harus pergi," kata Pangeran.
“Mungkin masih ada satu lagi,” kata Cinderella sambil melangkah keluar
dari kamarnya.
"Saya pikir anda mengatakan tidak ada gadis lain di sini," kata Pangeran
pada ibu tiri.
“Tidak ada lagi yang penting!” teriak ibu tiri
"Kemarilah," kata Pangeran pada Cinderella.
Cinderella mendekatinya. Pangeran meminta pengawalnya untuk berlutut
dan mencoba sepatu kaca di kaki Cinderella, dan itu sangat pas! Kemudian
dari balik bajunya, Cinderella mengeluarkan sesuatu. Itu adalah sepatu
kaca lainnya!
"Aku tahu itu! Kamu adalah orangnya!" ujar Pangeran sambil menangis
terharu.
"Apa?!" teriak seorang saudara tiri.
“Bukan dia!” teriak saudari tiri satunya.
"Ini tak mungkin!" teriak ibu tiri.
Tetapi sudah terlambat. Pangeran tahu bahwa Cinderella adalah orangnya.
Dia menatap matanya. Dia tidak melihat abu di rambutnya atau abu di
wajahnya.
"Saya telah menemukanmu!" dia berkata.
“Dan aku telah menemukanmu,” kata Cinderella.
Maka Cinderella dan Pangeran menikah, dan mereka hidup bahagia
selamanya.
Nah itulah dongeng anak Cinderella dan sepatu kacanya. Dalam cerita ini
memberikan pesan moral agar anak belajar bagaimana harus hidup
dengan mematuhi aturan yang telah di buat, serta tidak balas dendam
pada orang-orang yang menyakitinya. Kemudian anak juga bisa belajar
agar tidak menindas dan iri pada keberhasilan orang lain.