The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rinisetyo756, 2022-05-05 00:32:28

ss03-MemecahkanRahasiaKapakMerah

ss03-MemecahkanRahasiaKapakMerah

”Tapi di Ember Lane cuma ada satu terali,” membelakangi terali. Kita layangkan pandangan
kata Colin mempertahankan hasil penemuan ke sekeliling, untuk mencatat apa-apa saja
mereka. ”Sudah kami periksa ke mana-mana, yang dapat dilihat dari ruangan bawah.”
tapi hanya di gudang itu saja terdapat lubang
berterali.” Kedua anak itu berdiri membelakangi tem¬
bok. Mereka memandang kian kemari, mem¬
”Sore ini akan kuajak Janet ke Ember Lane perhatikan semua yang terlihat dari tempat
untuk memeriksa,” kata Peter, "sekaligus juga mereka. Gudang di seberang jalan trotar, tiang
melihat terali yang kalian temukan itu.” lampu jalan.

Sorenya Peter benar-benar berangkat ke ”Dari balik terali orang-orang itu akan bisa
Ember Lane bersama Janet. Ember Lane ke¬ melihat sebagian dari bangunan gudang di
lihatan suram dan kotor. Mereka berdua me¬ seberang jalan itu,” ujar Janet menyimpulkan
meriksa terali dengan penuh minat. Benar juga pengamatannya. ”Lalu tiang lampu jalan dan
kata Colin. Di Ember Lane, hanya di gudang trotoar di sekitarnya, serta kotak merah dari
itulah terdapat terali! besi itu. Ya, pasti mereka juga bisa melihat
kotak merah itu.”
"Tetapi kita masih belum mencapai hasil,”
ujar Peter. ”Anggaplah kita sudah memastikan Tiba-tiba Janet tertegun. Ia menahan napas,
bahwa Mr. Tizer atau orang lain akan lalu berpaling memandang Peter dengan mata
mengintai lewat terali ini. Tapi kenapa, dan bersinar gembira. ”Peter,” ujarnya, ”Peter! Itu—
apa yang hendak mereka intai dari sini? Me¬ kapak merah!”
mandang ke luar lewat terali bukan perbuatan
terlarang.” ”Kapak Merah? Di mana?” tanya Peter tak
mengerti. ”Mana kapak—astaga! Benar, aku
”Mungkin mereka hendak memperhatikan se¬ tahu maksudmu sekarang! Jeff bukan men¬
seorang atau sesuatu tanpa ketahuan. Barang¬ dengar kata kapak merah, tapi kotak merahi”
kali untuk memberi isyarat pada teman yang
menunggu, untuk menyergap,” kata Janet. Peter Kedua anak itu memandang kotak besi ber¬
memandang adik perempuannya dengan kagum. cat merah. Mata mereka tak berkedip, otak
mereka bekerja keras. Saat itu seorang gadis
”Ya! Tepat, mungkin itulah yang hendak datang dan memasukkan surat ke dalam celah
mereka lakukan!” serunya. ”Tapi apa yang yang terdapat di sisi kotak itu. Rupanya kotak
bisa dilihat dari sini? Coba kita berdiri sebentar merah itu bis surat. Sekarang Janet dan Peter

100 101

yakin, ”kapak merah” sebenarnya adalah ”kotak 16
merah” yang merupakan bis surat. Dan bis Sekarang Tinggal MKX
surat itu bisa diperhatikan dari satu-satunya
lubang berterali di Ember Lane. Setiap anggota Sapta Siaga bersemangat lagi
ketika mendengar kabar menggembirakan itu.
”Hebat, hebat, hebat!” kata Peter berulang- Semua berpendapat bahwa Janet anak yang
ulang dengan puas. Napasnya terasa sesak, cerdas, karena dialah yang menyadari bahwa
karena perasaan yang memburu dalam hatinya. "kapak merah” sebetulnya ”kotak merah”. Ko¬
"Sekarang kita tidak lagi meraba-raba dalam tak bis surat yang bercat merah.
gelap. Ternyata Jeff memang mendengar suatu
perundingan rahasia. Kisahnya bukan isapan Barbara berpikir sesaat. Sudah itu ia berkata,
jempol! Tapi karena masih mengantuk, dia mungkin orang yang mengintai di balik terali
keliru mendengar pembicaraan kedua orang bertugas untuk memberi isyarat pada orang
itu.” lain, jika tukang pos datang untuk mengosong¬
kan bis surat.
”Kini tinggal rahasia huruf-huruf MKX yang
belum kita ketahui,” ujar Janet. ”Tapi tak ”Mungkin tukang pos yang akan dirampok,”
mungkin kita berhasil meme ahkan kuncinya. ujarnya.
Menurutku, semua anggota gerombolan yang
dipimpin Mr. Tizer diberi tanda pengenal, ”Bisa saja,” kata Peter menyetujui, ”cuma
berupa angka-angka atau huruf-huruf. Tapi aku kurang mengerti, untuk apa mencuri surat-
bagaimanapun juga, kita berhasil maju selang¬ surat biasa. Bukankah sama sekali tak ada
kah. Segera saja kita beritahukan pada para nilainya, kecuali bagi si penerima surat!”
anggota Sapta Siaga!”
”Betul,” sambung Jack. "Biasanya yang di¬
102 curi atau dirampok adalah kantong-kantong
berisi paket dan pos tercatat. Tapi surat-surat

103

biasa belum pernah dicuri orang. Menurutku, mereka, Pam sudah datang berlari-lari, Bar-
orang yang ditugaskan mengintai dari balik bara menyusul di belakangnya. Peter dan Janet
terali bukan memperhatikan bis surat. Mungkin sedang sibuk menyiram kebun. Pam bergegas
dia mengawasi seseorang yang menunggu di mendekati mereka.
situ, atau melewati tempat itu.”
”Peter! Janet! Kami tadi melihat MKX!”
”Bagaimana pendapatmu, Janet? Apakah ada Janet sangat terkejut, sehingga kaleng air
gunanya jika semua hasil penyelidikan kita ini yang dipegangnya terlepas dari tangan. Peter
kita laporkan pada Dad?” tanya Peter pada menatap dengan tidak berkedip.
adiknya, sesudah para anggota Sapta Siaga ”Siapa dia? Di mana kau melihat MKX!”
membicarakan persoalan dengan panjang-lebar. ”MKX bukan orang, tapi kendaraan. Sebuah
”Bagaimanapun, Mr. Tizer beserta teman- mobil!” kata Barbara. ”Tadi, sewaktu aku ber¬
temannya akan beraksi besok. Tak banyak lagi jalan pulang bersama Barbara, tiba-tiba kami
waktu yang tersisa.” melihat mobil pos. Mobil itu berhenti di dekat
sebuah kotak merah. Kotak itu bis surat yang
”Begini saja—kita ceritakan semua ini pada bercat merah, seperti yang terdapat di Ember
Dad, tapi nanti malam,” kata Janet. ”Kita Lane!”
tunggu saja sampai nanti malam. Sementara ”Dan nomor polisi mobil itu MKX!” seru
ini, mungkin kita masih bisa menemukan hal- Pam. "Tepatnya, MKX 102! Mula-mula kami
hal penting lainnya. Menurutku, Dad takkan tak percaya ketika melihat nomor MKX itu.
berubah pikiran, hanya karena kita berhasil Sekarang aku yakin, itulah arti kata-kata yang
mengetahui bahwa ada sebuah kotak surat me¬ didengar Jeffl Nomor polisi mobil pos, MKX!”
rah yang bisa diawasi lewat terali di Ember ”Tapi pasti banyak mobil yang nomor polisi¬
Lane.” nya juga MKX,” kata Peter. "Banyak sekali!”
”Tapi tidak di satu tempat saja,” balas Pam.
”Memang, kalau kau memaparkannya dengan "Sepanjang ingatanku, aku belum pernah me¬
cara begitu, kedengarannya memang sepele,” lihat mobil bernomor polisi MKX di kota ini.
kata Peter mengakui. ”Sebaiknya kita tunggu Aku gemar memperhatikan nomor-nomor mobil
saja sampai nanti malam! Sekarang kita bubar yang dimulai dengan huruf Z. Tapi belum
saja dulu!” berhasil juga!” Pam melihat Peter masih kurang

Tetapi sebelum Peter dan Janet sempat me¬ 105
laporkan hasil penyelidikan mereka pada ayah

104

yakin. Karena itu ia mempertegas pendapatnya. hasil membongkar rahasia Mr. Tizer, atau
”Peter! MKX pasti nomor polisi mobil pos, mungkinkah mereka sekali lagi keliru?
yang disebut-sebut paman Jeff dan Mr. Tizer,
ketika Jeff mendengarkan dalam keadaan se¬ ”Sekarang juga aku akan melaporkan hasil
tengah mengantuk!” pemikiran kita ini pada ayahku,” kata Peter
dengan antusias. ’TJntung kalian berdua melihat
Peter duduk di kursi kebun. nomor polisi mobil pos itu, Pam dan Barbara.
"Mungkin kau benar,” ujarnya kemudian. Kalian benar-benar siaga. Serikat kita benar-
”Ya—kurasa kau benar! Semua cocok. Sebaik¬ benar hebat, karena selalu berhasil!”
nya kita rangkaikan saja semua yang berhasil
kita selidiki selama ini.” Peter mengerutkan ”Padahal kita sudah menyangka akan gagal
kening. Ia berpikir keras. ”Ya—bisa saja se¬ kali ini!” kata Janet. ”Hei, itu Dad datang!
buah mobil pos datang ke Ember Lane, dengan Katakanlah sekarang juga, Peter!”
membawa beberapa paket tercatat. Tukang pos
keluar, dan pergi ke bis surat untuk mengambil Dengan segera‘ayah Peter dikerumuni oleh
surat-surat yang dimasukkan ke situ.” empat anak yang bersemangat. Mereka ber¬
”Ya! Betul!” seru Pam bersemangat. ”Pada tekad untuk meyakinkan ayah Peter bahwa
saat itu, ada yang mengintai dari balik terali. hal-hal yang mereka temukan benar-benar
Orang itu memperhatikan tukang pos. Dan penting!
sewaktu tukang pos membuka pintu bis surat
dengan membelakangi mobil, si pengintai Ayah Peter mendengarkan dengan penuh per¬
memberi isyarat pada teman-temannya yang hatian. Tangannya menggaruk-garuk kepala.
menunggu di salah satu tempat tersembunyi...” Kemudian ia melihat anak-anak yang berdiri
”Dan begitu mendapat isyarat, mereka lang¬ dengan sikap menunggu di depannya. Mata
sung menyerbu ke mobil pos dan melarikannya ayah Peter bersinar ramah kali ini.
sebelum tukang pos sempat mengejar!” sam¬
bung Janet dengan bergairah. ”Nah, cerita kalian kali ini masuk akal! Ya,
Anak-anak itu duduk sambil berpandangan. aku akan mengambil tindakan!”
Mata mereka bersinar-sinar. Jantung mereka
berdebar-debar. Benarkah mereka sudah ber¬ Ayah Peter masuk ke rumah. Ia menelepon
Inspektur Polisi agar segera datang.

”Saya ingin melaporkan sesuatu yang luar
biasa,” ujar ayah Peter. ”Mungkin Anda akan
sukar mempercayainya, tapi sebaiknya Anda
mendengarnya langsung!”

106 107

Tak sampai sepuluh menit kemudian, Pak 17
Inspektur yang ramah sudah duduk di kebun. Rencana Penyergapan
Dengan penuh perhatian ia mendengarkan la¬
poran anak-anak. Ketika mereka selesai ber¬ Pak inspektur meminta diri, lalu bangkit dari
cerita, polisi itu melirik ke ayah Peter. tempat duduk. Dengan segera anak-anak me¬
ngelilinginya sambil bertanya-tanya.
”Ini persoalan penting,” ujarnya. ”Akhir-akhir
ini memang sering teijadi perampokan mobil ”Apa yang akan dilakukan polisi besok?
pos. Kali ini kita akan berhasil membekuk Ceritakanlah pada kami, apa rencana polisi
biang keladinya, berkat kesigapan Sapta Siaga!” untuk membekuk penjahat-penjahat itu?” tanya
mereka berebutan.

”Aku harus merembukkannya dulu dengan
para rekan di kantor,” ujar Pak Inspektur sam¬
bil tersenyum ramah. ”Sekarang aku belum
bisa mengatakan apa-apa. Padahal waktu amat
sempit! Menurut keterangan kalian, bukankah
aksi mereka akan dilancarkan besok?”

Anak-anak mengangguk.
”Tapi kalau begitu, bagaimana kami bisa
mengetahui apa yang akan teijadi?” tanya Parn
mendesak. ”Ini kan urusan kami juga! Tak
bolehkah kami ikut menyaksikan apa yang
terjadi besok?” •
"Begini sajalah! Kalian akan kuberi kabar

108 109

besok, pukul sepuluh pagi,” kata Pak Inspektur. cok untuk membuka pintu ini pada saat seka¬
Kelihatannya ia geli, melihat anak-anak yang rang adalah "PETUALANGAN!”
sudah tak sabar itu. "Adakan rapat di gudang
pertemuan kalian pukul sepuluh pagi. Aku ”Tepat!” seru para anggota Sapta Siaga de¬
akan hadir untuk memberi laporan!” ngan gembira. Dengan cepat pintu dibuka dari
dalam. Pak Inspektur masuk, lalu dipersilakan
Malam itu anak-anak gelisah. Mereka sukar duduk di atas sebuah peti besar. Dengan ber¬
tidur, sehingga para orangtua mereka ikut bi¬ seri-seri ia memandang ketujuh anak yang
ngung. Ketiga anggota Sapta Siaga yang lain mengelilinginya.
cepat-cepat diberitahu.
”Apa yang hendak kukatakan pada kalian di
”Jadi besok pukul sepuluh pagi, kita akan sini adalah rahasia,” katanya dengan suara
bertemu dalam gudang,” ujar Colin. ”Rapat pelan. ”Rahasia yang harus disimpan rapat-
resmi, jadi kita semua harus memakai lencana, rapat! Kami telah melakukan penyelidikan, dan
serta tak boleh lupa membisikkan kata sandi. hasilnya, kami sampai pada kesimpulan berikut.
Dan kalian semua tentu tahu pula bahwa ke¬ Mungkin malam ini akan terjadi perampokan
terangan Pak Inspektur tak boleh sampai di¬ di Ember Lane. Para penjahat hendak beraksi
ketahui orang lainI1® pukul setengah delapan, saat tukang pos datang
dengan mobil pos untuk mengambil surat-
"Tentu saja!” seru teman-temannya serempak. surat tercatat.”
Keesokan harinya, pukul sepuluh kurang
lima menit semua sudah hadir di gudang di ”Nah!” kata Pam. ”Tepat seperti perkiraan
belakang kebun. Hanya Pak Inspektur yang kami!”
belum datang. Tapi tepat pukul sepuluh, ke¬
lihatan polisi itu datang menghampiri. ”Kami menyusun rencana sebagai berikut.
”Biarkan dia masuk, tanpa menyebutkan kata Tapi ingat, ini rahasia,” kata Pak Inspektur.
sandi kita,” ujar Peter. Tapi Janet sudah ber¬ ”Nanti, seperti biasanya seorang tukang pos
teriak kuat-kuat. ”Sebutkan kata sandi kami!” akan datang dengan mobil pos. Dia akan me¬
Pak Inspektur tertawa sendiri di luar. Lucu markir mobilnya di tempat biasa. Kemudian
sekali anak-anak ini, pikirnya dalam hati. dia berjalan menuju bis surat dan membukanya,
”Aku tak tahu kata sandi kalian,” katanya dengan membelakangi mobil.”
menjawab, ”tapi kata yang rasanya paling co¬
”Terus?” tanya anak-anak yang sudah tak
sabar lagi. ”Sesudah itu?”.

110 111

”Nah, pengintai dari pihak penjahat mungkin pos. Mungkin mereka berdua. Yang satu me¬
sudah bersiap-siap di balik terali, untuk mem¬ loncat ke belakang setir, lalu melarikan mobil
beri isyarat pada teman-temannya yang bersem¬ pos itu.”
bunyi di seberang jalan,” kata Pak Inspektur
melanjutkan penjelasannya. ”Begitu isyarat di¬ ”Apa? Polisi akan membiarkan mereka me¬
berikan, mereka pasti akan menyerbu mobil larikan mobil pos?” tanya Pam. "Bukankah di
dalamnya banyak surat berharga!”
112
"Tidak!” ujar Pak Inspektur sambil ter¬
senyum lebar. "Isi mobil itu enam polisi yang
kuat-kuat. Bayangkan, betapa terkejutnya kedua
orang itu, apabila mereka meTmbuka pintu bela¬
kang di suatu tempat sepi. Bukan surat-surat
yang tampak, tetapi enam polisi yang sudah
siap untuk menangkap.”

”Wah, hebat!” Ketujuh anggota Sapta Siaga
menatap Pak Inspektur dengan pandangan ka¬
gum.

"Sedangkan si pemberi isyarat di balik terali,
pada waktu keluar akan disambut pula oleh
dua orang polisi yang menunggu di gang,”
ujar Pak Inspektur melanjutkan. "Bagaimana
pendapat kalian? Bagus kan rencana kami?”

”Pak Inspektur, izinkanlah kami ikut
mengintai dari salah satu tempat,” ujar Peter
memohon. "Bagaimanapun, kalau bukan atas
usaha kami, polisi takkan mengetahui rencana
para penjahat!”

”Sekarang dengar baik-baik,” kata Pak
Inspektur. Suaranya lebih dipelankan lagi, se¬
hingga ia hampir berbisik. Kedengarannya pe-

113

nuh rahasia. ”Di jalan itu ada sebuah gudang mana Jeff sekarang. Menurut dugaanku, Mr.
lain, yang dikenal dengan nama Gudang Mark Tizer yang jahat itu mengurungnya di salah
Donnal. Nah, gudang itu mempunyai pintu satu tempat, sampai perampokan selesai. Aku
masuk dari belakang, yaitu lewat Jalan Petton. khawatir, apa yang akan terjadi sesudah itu
Takkan ada orang melarang jika tujuh anak pada Jeff.”
masuk satu per satu, langsung menuju ke jen¬
dela di sebelah depan gudang itu. Dari situ Kucing kecil yang duduk di pangkuan Janet
kalian dapat memperhatikan semua yang teijadi mengeong ketika mendengar nama tuannya
di Ember Lane. Terus terang saja, di sana disebut-sebut. Kakinya yang luka sudah sem¬
sudah menunggu seseorang yang akan me¬ buh kembali. Badannya sekarang gemuk. Lucu
nunjukkan ke ruang mana kalian harus masuk!” sekali kelihatannya. Janet memeluk kucing itu
erat-erat.
Anak-anak menyalami polisi yang baik hati
itu. Wajah mereka berseri-seri. "Pasti Jeff yang malang rindu padamu,”
katanya. "Tapi tak apa—barangkali kami bisa
”Terima kasih atas kebaikan hati Pak menolong Jeff apabila dia ditemukan. Dan
Inspektur! Kami pasti datang, jika diizinkan kau bisa kembali padanya lagi.”
orangtua kami!”
”Ah, seandainya sekarang sudah malam,”
"Menurutku, mereka akan mengizinkan ujar George sambil bangkit. "Rasanya masih
kalian,” ujar Pak Inspektur sambil pergi ke lama benar saat itu!”
luar.
115
”Nah!” ujar Peter. Ia memandang berkeliling
dengan puas. ”Mau apa lagi? Kita diberi izin
untuk ikut menyaksikan dari dekat!”

"Memang, tapi di pihak lain kita tak bisa
melihat kejadian yang menegangkan. Maksud¬
ku, apabila kedua penjahat membuka pintu
belakang mobil pos, dan dari dalam keluar
para polisi!” kata Jack agak menyesal.

”Tak apalah! Masih cukup banyak yang bisa
kita lihat!” balas Peter. ”Aku ingin tahu di

114

18 diajaknya melewati lorong-lorong berdebu, me¬
Akhir Pengalaman nuju ke sebuah ruangan kecil di bagian depan
yang Mendebarkan gudang.

Ketujuh anggota Sapta Siaga menghabiskan ”Dari sini kita bisa melihat kotak surat
waktu mereka pagi itu di rumah pohon. Me¬ merah dengan jelas,” kata Janet pada Peter.
reka mengobrol dengan asyik. Seperti biasa, ”Kita bisa memperhatikan semua yang berlang¬
Skippy disuruh menjaga di bawah. Tapi hari sung nanti. Aku ingin tahu, apakah pengintai
itu tak ada orang yang lewat. Waktu berjalan mereka sudah ada di belakang terali atau
dengan lambat. Akhirnya sampai juga saat belum!”
minum teh. Anak-anak semakin gelisah.
Hal itu ditanyakannya pada polisi. Polisi itu
Pukul setengah tujuh, mereka pergi ke mengangguk.
Ember Lane. Mereka tidak berombongan se¬
perti biasanya, tapi beijalan satu per satu. Hal ”Ya, orang itu sudah ada di tempatnya.
itu sengaja mereka lakukan, karena mereka Kami melihat dia menyelinap masuk ke ruang
tak ingin menimbulkan kecurigaan. Mereka bawah tanah di gudang seberang itu, lengkap
tiba di gerbang belakang Gudang Mark Donnal dengan saputangan putih untuk memberi
di Jalan Petton, lalu menaiki tangga ke atas. isyarat. Sekarang di luar ruangan itu sudah
Begitu sampai, pintu masuk terbuka dengan menunggu dua orang polisi, siap untuk mem¬
sendirinya. Anak-anak tertegun sebentar. Tapi bekuknya jika dia keluar nanti!”
Peter memberanikan diri, lalu masuk ke dalam.
Keadaan saat itu sangat tegang. Anak-anak
Ternyata di balik pintu sudah ada seorang tak bisa duduk diam. Rasanya pelan sekali
polisi. Ia tersenyum lebar pada setiap anak waktu berjalan. Pukul tujuh—lewat sepuluh—
yang masuk. Sesudah semua lengkap, mereka lewat dua puluh—lewat dua puluh lima...

116 Tiba-tiba terdengar bunyi denting jam gereja
yang letaknya tidak jauh dari tempat itu. Satu
kali! Pukul setengah delapan! Sekarang tiba
saatnya!

Sesudah itu, semuanya berlangsung serba
cepat. Mula-mula terdengar deru mesin mobil.
Dari belokan jalan muncul sebuah mobil. Mo-

117

bil pos berwarna merah, dengan nomor polisi Tukang pos yang tadinya jongkok di depan
MKX 102. Mobil itu berhenti, sopirnya keluar, bis surat merah, sekarang berdiri. Ia sama
lalu pergi ke kotak surat merah dengan mem¬ sekali tidak kelihatan terkejut karena memang
bawa sebuah kantong. Pintu bis surat itu di¬ sudah diberitahu! Anak-anak duduk dengan
bukanya sambil membelakangi mobilnya. gelisah di kursi masing-masing. Beberapa orang
polisi muncul dari berbagai tempat, lalu saling
Sekonyong-konyong dua orang muncul dari bercakap-cakap. Kemudian dari bawah ter¬
sebuah lorong sempit, lalu berlari cepat menuju dengar bunyi ribut!
ke mobil. Ember Lane saat itu sepi. Tak ada
yang kelihatan, kecuali tukang pos yang sedang ”Nah, si pengintai tertangkap sekarang!” ujar
sibuk mengambil surat-surat dari bis surat. Peter. ”Aku berani bertaruh, dia sekarang di¬
Para pekerja sudah lama pulang. bekuk polisi!”

Tapi dari tempat tersembunyi, sebenarnya Dugaannya tepat. Pengintai itu keluar dari
banyak yang memperhatikan kedua orang yang kamar bawah tanah. Ia sama sekali tak me¬
baru datang itu. Ketujuh anak yang berdiri di nyangka bahwa di luar sudah menunggu dua
balik jendela memandang dengan hampir tak orang polisi. Sewaktu dibawa ke luar, anak-
bernapas. Selain mereka, masih ada polisi yang anak tercengang. Ternyata pengintai itu Mr.
mendampingi, serta pengintai yang berdiri di Tizer!
balik terali!
Tetapi ketegangan tidak selesai sampai di
Tapi itu belum semuanya. Masih ada lagi situ saja. Tidak sampai setengah jam, mobil
sejumlah polisi yang siap siaga, termasuk Pak pos sudah datang kembali. Tapi kali ini yang
Inspektur. menyetir seorang polisi berseragam. Di sam¬
pingnya juga seorang polisi. Sedangkan kedua
Kedua orang yang datang dari lorong, me¬ orang yang melarikan mobil duduk di bela¬
lompat masuk ke dalam mobil pos yang masih kang. Anak-anak memperhatikan pintu belakang
terbuka pintunya. Satu orang melompat ke dibuka. Empat orang polisi keluar sambil me¬
belakang setir, sedangkan yang seorang lagi megangi kedua penjahat itu erat-erat.
mengambil tempat di sebelahnya. Terdengar
bunyi mesin menderu, dan mobil pos itu me¬ ”Nah, berhasil juga mereka diringkus,” ujar
lesat dengan cepat ke depan, lalu menghilang polisi yang menemani anak-anak dalam gu¬
di balik belokan jalan. dang. "Rupanya mereka tidak lari jauh-jauh.

118 119

Mobil diparkir, pintu belakang dibuka—dan disuruh tinggal di sini. Kata- ibumu, aku boleh
apa yang tampak? Serombongan polisi! Dan menumpang di sini selama itu.”
sekarang mereka sudah di sini lagi untuk
menghadap Pak Inspektur!” Jeff tidak kelihatan kusut lagi seperti waktu
berjumpa pertama kali. Pakaiannya bersih dan
Anak-anak enggan pulang ke rumah sesudah rambutnya tersisir rapi. Ibu Peter merasa
itu. Bukan main tegangnya akhir petualangan kasihan padanya, lalu mengurus anak itu ketika
mereka kali ini. Ketujuh anggota Sapta Siaga Jeff dibawa oleh polisi. Sekarang ia akan
pergi ke rumah orangtua Peter dan Janet untuk makan malam bersama para anggota Sapta
makan malam bersama. Mereka ribut bercakap- Siaga. Karena itulah ia merasa berbahagia.
cakap, sehingga masing-masing pasti tak men¬
dengar apa yang dikatakan teman yang beijalan Telepon berdering. Ibu Peter mengangkat
di sebelahnya. Mereka lebih ribut lagi ketika gagang telepon, lalu berbicara sebentar. Kemu¬
tiba di rumah Peter, ternyata Jeff sudah me¬ dian ia menghampiri Jeff dengan tersenyum.
nunggu dengan menggendong kucingnya. Anak
itu kelihatan pucat, tapi kebahagian memancar ”Tadi itu kabar mengenai ibumu, Jeff,” ujar¬
dari wajahnya. nya. ’Tbumu sudah sembuh! Besok dia sudah
boleh keluar dari rumah sakit dan pulang ke
”Hai,” sapanya. ”Polisi rupanya sudah tahu rumah. Kau harus menunggunya di sana!”
segala-galanya, ya? Tadi mereka datang ke
rumah Paman, dan menemukan aku terkurung Jeff berdiri dengan mata berlinang-linang.
dalam gudang. Paman yang mengurungku di Tak sepatah kata pun dapat diucapkannya. Ha¬
situ. Sekarang aku tak perlu lagi kembali pada¬ nya kucingnya yang dipeluk semakin erat,
nya.” sehingga kucing itu mengeong. Akhirnya Jeff
berpaling, menghadap Sapta Siaga.
”Kalau begitu, selanjutnya kau bagaimana?”
tanya Peter. ”Kalianlah yang paling berjasa!” katanya
terbata-bata. "Karena kalian, semuanya berakhir
”Polisi akan menyelidiki di mana ibuku seka¬ dengan baik. Aku merasa bersyukur, karena
rang,” ujar Jeff sambil memeluk kucingnya waktu itu menemukan rumah pohon kalian.
erat-erat. ”Aku sendiri pun tidak tahu, ke Aku merasa senang karena berkenalan dengan
rumah sakit mana dia dibawa waktu itu. Sam¬ kalian. Perkumpulan rahasia kalian paling hebat
pai mereka berhasil menemukan ibuku, aku di dunia!”

120 ”Kami sendiri pun puas terhadap diri kami

121

malam ini,” ujar Peter sambil menyeringai. JOIN THE
”Bukankah begitu, Skip? Kau juga setuju kami
ini perkumpulan rahasia yang hebat? Kau i™
setuju jika kami mengalami petualangan- FANS CLUB
petualang yang mengasyikkan lagi?”
Isilah kupon di bawah ini, kirimkan kembali kepada
Skippy memukul-mukulkan ekornya ke kami, dan Anda akan menerima informasi setiap
kali ada buku baru.
lantai. Lampirkan prangko Rp 1.000,-
”Guk!” Skippy menggonggong. Artinya pasti
PT. Gramedia Pustaka Utama
”YA!” Bagian Promosi
Jl. Palmerah Selatan 24-26, Lt. 6
Jakarta 10270

Ya, catat nama saya sebagai anggota ENID BLYTON
FAN CLUB

Nama tahun Pria/Wanita*
Usia
Sekolah . Kelas: .
Alamat

Kode pos: . Telp.: .

122 * Coret yang tidak perlu (Sapta Siaga 3)

Jangan Lupa!
Lengkapi koleksi buku kalian!

THI

SE> ' SIVEN

SERIKAT SAPTA SIAGA

GRAMEDIA penerbit buku utama

Jangan Lupa! Jangan Lupa!

Lengkapi koleksi buku kalian! Lengkapi koleks buku kailan!

PAUIKAH MAU TAHU PASUK A K MAU TAHU
MISTER t ,W!5TiRI

Z*'•■ ■ S!PONDOK TlERSAKAR KUCilNC SIAM

11L . l*

r*

PASUKAN MAU TAHU pasukan mau tahu

MftTEKI Mi mm
KAMAR TERSEMBUNYI
SURAT MAING

Jangan Lupa!
Lengkapi koleksi buku* kalian!

PASUKAN «AU TAHU

M SURI
CfPUNC TVA

PA4UKAM MAU TAHU pasukan mau tahu

/■• 1T»R1 A'il'-TF 'I
D "TEATER KtCIl f CURI SILUMAN

i t <'

GRAMEDIA penevMt buku


Click to View FlipBook Version