The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Dedi Sahputra, 2023-02-20 23:09:28

Pemanfaatan Gadget Media Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19

Buku Monograf

Keywords: Pemanfaatan Gadget

PEMANFAATAN GADGET Media Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19


PEMANFAATAN GADGET Media Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19 Dedi Sahputra Suci Amelia Hermawan Lubis Effiati Juliana Hasibuan Ressi Dwiana


Pendekatan Redaksional dalam Proses Istinbath v Alhamdulillah, buku monograf ini dapat terbit dan sampai di tangah para pembaca sekalian. Buku ini diterbitkan untuk menjawab kebutuhan dalam proses belajar mengajar di bidang ilmu komunikasi. Karena seiring dengan perkembangan teknologi informasi ditambah dengan pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia, pemanfaatan gadged telah menjadi pilihan alternatif dalam proses belajar mengajar. Dengan diterbitkannya hasil penelitian ini dalam bentuk buku monograf, merupakan bagian dari komitmen dosen untuk mendeseminasikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan melalui publikasi. Kiranya dapat memberi manfaat, baik untuk proses pembelajaran maupun sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. Selain itu penerbitan hasil penelitian menjadi buku monograf juga sebagai respons menyahuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang menuntut adanya out-put yang nyata dalam proses belajar mengajar di bangku kuliah. Namun kami menyadari bahwa buku monograf ini masih jauh dari sempurna, dan masih ada kekurangan di sana sini. Seiring perjalanan waktu, kami akan terus berupaya menyempurnakannya, bagian per bagian sehingga diharapkan akan semakin memberikan KATA PENGANTAR ISBN: 978-602-1577-85-1 Desember, 2022 Pengarang: Dedi Sahputra Suci Amelia Hermawan Lubis Effiati Juliana Hasibuan Ressi Dwiana Tata Letak: Tim Kreatif Merdeka Kreasi Design Cover: Nabil al-Hafid Dicetak di: MK Grafika Diterbitkan Oleh: Universitas Medan Area Press Jl. Kolam No. 1 Medan, 20223 [email protected] http://umapress.uma.ac.id Anggota IKAPI No. 054/Anggota Luar Biasa/SUT/2021 Hak Cipta © dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit PEMANFAATAN GADGET Media Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19


vi Pemanfaatan Gadget Pendekatan Redaksional dalam Proses Istinbath vii manfaat kepada proses pendidikan yang berlangsung. Kami juga berkomitmen untuk terus menghasilkan karya-karya ilmiah sebagai out-put dari proses pembelajaran di bangku kuliah dan dari hasil penelitian yang dilakukan. Untuk itu dukungan dari berbagai kalangan dan stakeholders pendidikan sangat kami harapkan demi pendidikan nasional yang lebih berkembang dan maju. Akhirul Kalam, terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku monograf ini. Semoga karya kami ini dapat memberikan kontribusi bagi pendidikan dan menjadi amal baik baik kami dan bagi ibu dan bapak semua yang telah membantu. Amiin. Medan, Desember 2022 Penulis Kata Pengantar .........................................................................v Daftar Isi ................................................................................vii Bab 1. Covid-19 dan Pemanfaatan Teknologi.........................1 A. Latar Belakang ........................................................... 2 B. Fokus Bahasan ........................................................... 3 Bab 2. Defenisi Pemanfaatan Gadget.......................................5 A. Komunikasi................................................................ 6 B. Komunikasi Bermedia.............................................. 11 Bab 3. Faktor-Faktor Pemanfaatan Gadget ............................15 A. Teori Computer Mediated Communication (CMC) ... 16 B. Pemanfaatan Gadget...............................................20 C. Media Pembelajaran................................................. 23 Bab 4. Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online...........................................................................27 A. Latar Belakang ......................................................... 28 DAFTAR ISI


viii Pemanfaatan Gadget Pendekatan Redaksional dalam Proses Istinbath 1 Fenomena pandemi Covid-19 dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi perhatian dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat global, terutama di sektor pendidikan. Karena itu perlu perhatian dalam hal penelitian mengenai hal ini, untuk tujuan agar proses pembelajaran tetap berlangsung secara efektif meski dalam kondisi terbatas dalam masa pandemi Covid-19. COVID-19 DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI 1 B. Fokus Pembahasan................................................... 30 C. Grand Theory........................................................... 30 D. Metode ..................................................................... 32 E. Hasil dan Pembahasan ............................................. 40 F. Kesimpulan Dan Saran............................................. 85 Daftar Pustaka............................................................................ 89 Bab


2 Pemanfaatan Gadget Bab 1 — Covid-19 dan Pemanfaatan Teknologi 3 A. Latar Belakang Di era abad 21 sekarang ini, kehidupan kita sangat dipengaruhi oleh perkembangan TIK. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat merasakan bahwa dampak perkembangannya terjadi pada seluruh aspek kehidupan kita termasuk pendidikan. Pendidikan dan belajar merupakan suatu kebutuhan dan keharusan bagi setiap manusia. Kita dapat memperoleh ilmu kapan dan dimana saja, kita juga selalu dituntut untuk terus mencari ilmu tanpa memandang usia, status bahkan jarak sekalipun. Pemanfaatan TIK dalam pendidikan telah sangat maju dan sekarang ini tersedia banyak alternatif cara untuk memberikan akses serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber pembelajaran yang ada. Perkembangan TIK saat ini menurunkan tingkat kesulitan dalam membuat pembelajaran online, khususnya dalam hal biaya. Dengan demikian, banyak praktisi pendidikan, baik pada tingkat institusi/lembaga dan khususnya individual melakukan eksperimen dan mulai menyelenggaran pembelajaran secara online. Banyak sekali perangkat yang membantu kita untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi dengan mudah. Kemajuan teknologi memungkinkan kita untuk belajar sepenuhnya secara online sambil tetap berinteraksi selama proses pembelajaran. Moore dalam Belawati (2020: 7) menyebutkan interaksi dalam pembelajaran terdiri dari interaksi antara pembelajar dengan pengajar atau fasilitator, dengan sesama pembelajar lainnya, dan dengan materi pembelajaran itu sendiri. Pada Maret 2020, Indonesia mengonfirmasi kasus pertama Covid-19, dimana hingga per tanggal 4 Januari 2021 melalui akun instagram resmi Kemenkes Indonesia tercatat 772.103 kasus positif Covid-19 yang telah menyebar di 34 provinsi di Indonesia. Sebagai usaha pencegahan penyebaran Covid-19, WHO merekomendasikan untuk menghentikan sementara kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan massa. Maka dari itu pembelajaran tatap muka yang melibatkan banyak mahasiswa dalam satu ruangan perlu ditinjau ulang pelaksanaannnya. Pembelajaran harus dilaksanakan dengan skenario yang dapat meminimalisir terjadinya kontak fisik antar mahasiswa ataupun mahasiswa dengan dosen. Milman dalam Firman (2020) mengatakan penggunaan teknologi digital memungkinkan mahasiswa dan dosen berada di tempat yang berbeda selama proses pembelajaran. Sejak pengumuman kasus pasien Covid-19 pertama di Indonesia, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebarannya. Salah satunya adalah melalui surat edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi No 1 tahun 2020 tentang pencegahan penyebaran virus Corona (Covid-19) di perguruan tinggi. Melalui surat edaran tersebut Kemendikbud memberikan instruksi kepada seluruh perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dan menyarankan mahasiswa untuk belajar dari rumah masing-masing. Banyak perguruan tinggi salah satunya Universitas Medan Area dengan sigap langsung menanggapi instruksi dari Kemendikbud tersebut. Universitas Medan Area sendiri mengeluarkan surat edaran tentang mengubah pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh yang dilakukan melalui elearning.uma. ac.id, Google Classroom atau Blog Dosen dimulai dari tanggal 17 Maret 2020. B. Fokus Bahasan Dalam buku monograf ini fokus bahasan yang dikupas adalah berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi berupa gadget bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi stambuk 2020 Universitas Medan Area. Dengan fokus bahasa seperti ini diharapkan monograf ini akan lebih memberikan suatu perspektif dalam pembelajaran online dengan memanfaatkan gadget sebagai media yang menjadi perantara dalam proses pembelajaran. Dari uraian yang disampaikan di atas maka menjadi menarik dan juga penting untuk mencari jawaban melalui langkah-langkah ilmiah atas pertanyaan sebagai berikut:


4 Pemanfaatan Gadget Pendekatan Redaksional dalam Proses Istinbath 5 1. Bagaimana mahasiswa Ilmu Komunikasi stambuk 2020 UMA memanfaatkan gadget sebagai media pembelajaran online selama pandemi Covid-19? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi stambuk 2020 UMA dalam melakukan pembelajaran online selama pandemi Covid-19 dengan menggunakan gadget? Jawaban dari pertanyaan yang diajukan di atas akan bermanfaat setidaknya dari tiga sudut pandang, yaitu: 1. Secara Teoritis Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sebuah ide dan ilmu baru yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi. 2. Secara Praktis Secara Praktis diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan dalam melakukan komunikasi dan pembelajaran online khususnya bagi pihak-pihak dan lembaga yang berkaitan dengan penelitian. Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran bermedia di masa pandemi Covid-19 melalui pemanfaatan gadget adalah fenomena yang hendak dijelaskan dalam buku monograf ini. Karena selain menjadi sesuatu yang menarik karena telah menjadi perhatian banyak orang dan juga merupakan hal yang penting. 2 Pembahasan mengenai pemanfaatan gadget sebagai media pembelajaran online dalam buku monograf ini dibahas dalam disiplin ilmu komunikasi. Baik komunikasi secara umum yang diurai di BAB II maupun secara khusus komunikasi bermedia atau media studies yang merupakan salah satu cabang pembahasan dalam ilmu komunikasi. DEFENISI PEMANFAATAN GADGET Bab


6 Pemanfaatan Gadget Bab 2 — Definisi Pemanfaatn Gadget 7 A. Komunikasi Sifat manusia untuk menyampaikan keinginan dan mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang isyarat, kemudian disusul kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bahasa verbal. Komunikasi telah memperpendek jarak, menghemat biaya, menembus ruang dan waktu. 1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi telah menjadi semacam portmanteau atau istilah yang terbentuk dari dua kata. Dapat dilihat kata komunikasi dalam bahasa inggris yaitu communication; bahasa Latin : comumunicatio yaitu kata com- (bersama) + munis (diikat). Secara etimologi berkomunikasi mengandung makna bersama-sama. Ada unsur ‘bersama’ dalam artian bersama dalam arti, pemahaman, dan pemaknaan terhadap satu objek atau pesan yang digagas komunikasi berarti mengadakan kesamaan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). Jika diantara dua orang yang berkomunikasi memiliki kesamaan pengertian, artinya tidak ada perbedaan terhadap pengertian tentang sesuatu maka terjadilah situasi yang disebut in tune. Dalam Cangara (2011) Harold D. Laswell salah satu peletak ilmu komunikasi mendefinisikan komunikasi ‘siapa mengatakan apa kepada siapa menggunakan saluran apa dan dengan dampak apa’. Definisi yang dikembangkan dari karyanya dalam bidang propadganda politik, seperti halnya Aristoteles, juga menekankan pada unsur pembicara, pesan, dan khalayak, dan diperluas dengan melihat proses komunikasi yang menggunakan media (channel) dan memberikan dampak dan efek. Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa: “komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa: “Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.” Roger mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orangorang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi. Shannon dan Weaver (1949) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. (Cangara, 2011: 17-21). Jadi komunikasi dapat juga diartikan sebagai proses pengiriman pesan dari komunikator melalui media kepada komunikan yang akan memberikan efek dan mengirim umpan balik. 2. Unsur Komunikasi Dalam Cangara (2011) Claude E. Shannon dan Warren Weaver, dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya yakni pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. Kesimpulan ini didasarkan, atas hasil studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon. Awal tahun 1960-an David K. Berlo di dalam buku Cangara (2011:23) membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yaitu dikenal dengan nama “SMCR”, yakni, Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima).


8 Pemanfaatan Gadget Bab 2 — Definisi Pemanfaatn Gadget 9 Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vite, K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi. Kalau unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan dalam gambar, maka akan digambarkan seperti berikut: MEDIA LINGKUNGAN UMPAN BALIK SUMBER PESAN PENERIMA EFEK Bagan 1. Proses Komunikasi (Sumber: Cangara, 2011: 24) 1. Sumber Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encoder. 2. Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah suatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan yang disampaikan dengan tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information. 3. Media Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. 4. Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi. Jika pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan apakah pada sumber, pesan, atau saluran. 5. Pengaruh Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. 6. Tanggapan Balik Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. 7. Lingkungan Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis.


10 Pemanfaatan Gadget Bab 2 — Definisi Pemanfaatn Gadget 11 Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa kepercayaan, adat istiadat dan status sosial. Dimensi psikologi adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya, menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi sesuai dengan usia khalayak. Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. (Cangara, 2011: 23-24) 3. Tipe Komunikasi Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi di kalangan para pakar juga beda satu sama lainnya. Klasifikasi itu didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang studinya. Dalam Cangara (2011) Joseph A. DeVito seorang professor komunikasi membagi komunikasi atas empat macam, yakni Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi Kelompok Kecil, Komunikasi Publik dan Komunikasi Massa. R. Wayne Pace dengan temantemannya membagi komunikasi atas tiga tipe, yakni komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi serta komunikasi khalayak. 1. Komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal Communication) Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi disini karena adanya orang yang memberi arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda kejadian alam, peristiwa, pengalaman. 2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Komunikasi antarpribadi yang dimaksud disini ialah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau secara tatap muka. Menurut sifatnya komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil. 3. Komunikasi Publik (Public Communication) Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking. Komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka didepan khalayak yang lebih besar. 4. Komunikasi Massa (Mass Communciation) Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. (Cangara, 2011: 29-37). B. Komunikasi Bermedia Komunikasi yang merupakan proses pemberian stimuli kepada orang lain yang biasanya dilakukan secara verbal untuk memperoleh respon tertentu akan membuat seseorang mampu melakukan timbal balik dengan melakukan feedback terhadap stimulus yang diberikan (Rakhmat, 2009). Adanya komunikasi mampu untuk membuka diri dan meresolusi konflik yang dimiliki (Rustan & Hakki, 2017). Terdapat dua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi tanpa media dan dengan media. Komunikasi non media dijelaskan oleh Widiantari dan Herdiyanto (2013) sebagai suatu bentuk komunikasi yang dilakukan secara langsung atau tatap muka antara komunikator dan komunikan. Komunikasi berlangsung secara tatap muka memberikan kelebihan yaitu isi pesan menjadi lebih mudah dipahami, komunikan dapat memberikan feedback, secara langsung, dan tidak akan terjadi drama komunikasi atau hal-hal yang disembunyikan dari pesan yang disampaikan. Dalam Abdillah (2019) Widiantari dan Herdiyanto juga menjelaskan mengenai komunikasi bermedia yaitu sebagai suatu


12 Pemanfaatan Gadget Bab 2 — Definisi Pemanfaatn Gadget 13 bentuk komunikasi yang dilakukan dengan alat komunikasi sebagai perantara untuk menghantarkan pesannya kepada penerima pesan. Bentuk komunikasi ini memiliki kelebihan yaitu penyampaian pesan dapat menjangkau wilayah yang lebih luas, mudah untuk berkomunikasi dengan banyak orang, dan melakukan komunikasi dalam skala besar dalam sekali waktu. Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang berlangsung ketika dimediasi oleh sebuah media yang berupa alat-alat antar sumber pesan dan penerima pesan. Komunikasi bermedia ini memperluas kapasitas dasar komunikasi manusia dalam artian positif. Tapi komunikasi bermedia memiliki sisi negatif karena membatasi pengalaman manusia dalam komunikasi tatap muka. Komunikasi bermedia diklasifikasikan menjadi media massa, media nirmasa dan bermedia baru yaitu sebagai berikut: 1. Komunikasi bermedia massa Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan dan hiburan. 2. Komunikasi bermedia nirmassa Media nirmasa pada umumnya digunakan dalam komunikasi untuk orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Surat, telepon dan telepon selular, telegram, telex, papan pengumuman, poster, spanduk, pamphlet, brosur, folder, radio CB atau radio amatir, CCTV, film documenter, kaset video, kaset audio dan lain-lain adalah media nirmassa karena tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya bersifat massal. 3. Komunikasi bermedia baru Media baru mampu menghadirkan teknik dan tata cara baru dalam penyampaian dan pertukaran pesan. Media sosial adalah medium dan internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain. (Nasrullah 2015) Komunikasi bermedia baru saat ini sedang banyak digandrungi di kalangan masyarakat luas. Jenis-jenis media baru bermacammacam bentuknya bergantung level yang dicakup dalam proses penyampaian informasi tersebut, jenis-jenis media baru yaitu: 1. Media sosial Media sosial merupakan cakupan media internet yang dianggap penggunaannya mampu berinteraksi dalam kelompok maupun individu tanpa perlu bertemu. Media ini dinilai sangat efisien bagi penggunanya karena mempersingkat waktu. 2. Email Email merupakan pesan elektronik yang dapat mengirimkan pesan berupa teks dan gambar. Email juga bisa dipakai sebagai wadah iklan bagi perusahaa karena terdapat berbagai fitur yang memudahkan dalam pengiriman pesan ke banyak khalayak dengan sekali kirim. 3. Video call Video call merupakan salah satu jenis media baru yang sangat incredible dalam berkomunikasi jarak jauh. Dalam media ini pengguna dapat melihat langsung dan bercakap langsung tanpa harus bertemu meskipun jarak antar individu jauh hingga beda benua. 4. Video klip merupakan konteks media yang menampilkan segi visual dan audio. Dalam media ini komunikasi bukan hanya sekedar untuk menyampaikan pesan akan tetapi juga bisa sebagai media menghibur dan mempersuasif khalayak. Dalam BAB II ini, dari berbagai jenis komunikasi bermedia yang diuraikan di atas tampak bahwa ada beragam pilihan dengan masing-masing keunikan, termasuk kelebihan dan kekurangan. Pengombinasian dalam model pembelajaran atau yang sering disebut blended learning antara pembelajaran online (daring/dalam jaringan) dengan luring (luar jaringan) dengan tatap muka langsung akan memberikan pengalaman belajar yang relatif baru dan lebih menyenangkan. Para dosen dapat mengombinasikan dari jenis-jenis


14 Pemanfaatan Gadget Pendekatan Redaksional dalam Proses Istinbath 15 komunikasi bermedia yang ada dengan sistem pembelajaran tatap muka langsung atau luring. 3 Faktor-faktor pemanfaatan gadget yang dibahas dalam BAB III ini merujuk pada teori tentang penggunaan perangkat komputer sebagai media yang digunakan. Perangkat computer terhubung dengan jaringan dan terkoneksi di antara peserta pembelajaran, baik para peserta didik maupun pendidik. Penggunaan komputer dalam teori ini termasuk perangkat gadget yang juga terkoneksi dengan jaringan. FAKTOR-FAKTOR PEMANFAATAN GADGET Bab


16 Pemanfaatan Gadget Bab 1 — Faktor-faktor Pemanfaatan Gadget 17 A. Teori Computer Mediated Communication (CMC) Computer Mediated Communication atau biasa disingkat dengan CMC biasa diartikan menjadi komunikasi yang bermediakan komputer. Kajian tentang CMC ini mulai berkembang pada tahun 1987. Herring dalam Arnus (2015) mengartikan Computer Mediated Communication sebagai komunikasi yang terjadi antara orang dengan menggunakan media komputer atau melalui komputer. Julia T. Wood dalam Darmawan (2012: 137) menyatakan bahwa teknologi komputer membolehkan orang mengirimkan dan menerima informasi secara lebih cepat. Adapun ruang lingkup dari konsep CMC mengarahkan pada pemahaman kita terhadap software komputer yang bisa dimanfaatkan dalam proses komunikasi. Di mana berdasarkan perkembangannya, maka komputer yang dijadikan media komunikasi secara langsung seiring dengan perkembangan generasi komputer itu sendiri. Dalam konteks CMC, komputer yang dimaksud tidak hanya perangkat Personal Computer (PC) atau Laptop, tetapi semua alat-alat yang berbasiskan komputer seperti PDA, smartphone, tablet, dan sejenisnya, alat-alat tersebut disebut dengan media baru komunikasi. Rice dalam Arnus (2015) mengatakan penggunaan teknologi dalam CMC memfasilitasi pertukaran isi semantik melalui jaringan telekomunikasi, yang diproses lewat satu atau lebih komputer antar individu dan antar kelompok. Sebagai contoh, apabila dahulu kita berkomunikasi dengan seseorang atau suatu kelompok hanya mengandalkan komunikasi tatap muka (face to face), dan harus berdekatan secara fisik, sehingga apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang atau berdiskusi dengan sekelompok orang, maka kita harus bertemu dengan orang tersebut secara langsung, tetapi seiring dengan perkembangan teknologi, muncullah pola CMC yang mendukung munculnya alat-alat komunikasi yang dapat memudahkan kita untuk berkomunikasi tanpa harus bertatap muka atau berdekatan secara fisik. Terdapat beberapa dimensi dalam Computer Mediated Communication di antaranya: 1. Dimensi Accessibility (Daya Jangkau) Dimensi ini mengindikasikan bahwa proses komunikasi yang bertujuan menyampaikan informasi melalui CMC mampu mencapai akses atau jangkauan yang luas. 2. Dimensi Speed (Kecepatan Informasi) Dimensi ini mengindikasikan bahwa proses penyampaian informasi oleh pengirim melalui CMC mampu menunjukkan kecepatan dalam penerimaannya oleh penerima. 3. Dimensi Amount (Kuantitas Informasi) Dimensi ini menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima melalui CMC mampu memenuhi kebutuhan jumlah informasi yang diperlukan. 4. Dimensi Cognitive Effectiveness (Keefektifan Memperoleh Pengetahuan) Dimensi ini menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima melalui CMC mampu menanamkan dan memperkaya pengetahuan secara efektif mengenai informasi yang dibutuhkan. 5. Dimensi Relevance (Kesesuaian Informasi) Dimensi ini menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima melalui CMC mampu memenuhi tingkat kesesuaian dengan kebutuhan penerima. 6. Dimensi Motivating (dari Informasi) Dimensi ini menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima melalui CMC mampu menumbuhkan motivasi untuk memahami dan menerapkannya. Pola CMC memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan menggunakan alat komunikasi yang berbasis komputer, dengan didukung perangkat internet atau aplikasi-aplikasi yang memungkinkan kita untuk membaca berita teraktual dari koran online, bisa bermain game virtual yang memungkinkan kita seolah-olah bermain dengan seseorang tetapi orang tersebut tidak berada di dekat kita, kita dapat bercakap-cakap, berdiskusi, dengan seseorang dimanapun kita berada, bahkan tren berniaga saat ini


18 Pemanfaatan Gadget Bab 1 — Faktor-faktor Pemanfaatan Gadget 19 adalah dengan menggunakan media online, dengan adanya media jejaring social seperti facebook, twitter, BBM, instagram, dan masih banyak jejaring sosial lainnya. Dalam lingkungan pendidikan dan pelatihan maka media komunikasi ini ditujukan untuk kepentingan penyampaian pesan pembelajaran, dalam Universitas misalnya penyampaian pesan dari dosen terhadap mahasiswa dan sebaliknya. Kadar interaksi antara penerima dan sumber pesan dapat langsung dilakukan melalui komputer multimedia ini. Dalam menyampaikan materi pembelajaran pengajar dapat terbantu oleh media komputer sebagai media komunikasi pembelajaran. Keterampilan-keterampilan mahasiswa dalam mengembangkan metode memahami isi materi, kemampuan menyelesaikan masalah dapat dengan sendirinya dilakukan melalui program aplikasi komputer. Untuk kepentingan pembelajaran jarak jauh atau distance learning, maka media komunikasi pembelajaran komputer ini dapat dimanfaatkan. Proses penyampaian petunjuk pelaksanaan belajar, proses penyampaian pesan pembelajaran dan proses evaluasi dapat dilakukan secara langsung tanpa harus keluar dari lingkungan akademik yang dimaksud. Sebagaimana dikemukakakn oleh Linda R.K dan Allen D.G dalam Darmawan (2012: 139-140), bahwa penggantian komunikasi face to face dapat dilakukan dengan menggunakan telecommunication (dalam bentuk program komputer) yang mampu menunjukkan keefektifan media komputer, terutama untuk mencetak informasi dan menjaga hubungan timbal balik secara lebih alami. Media komunikasi sebagai jalan termediasinya komunikasi masyarakat modern yang selalu mengandalkan alat (komputer dan handphone) sebagai peningkatan produksi dan distribusi serta peneriman pesan pribadi maupun komunikasi massa. Komunikasi bermedia telah mengalami modernisasi, di mana masyarakat khususnya remaja menjadi lebih sering menggunakan smartphone untuk berkomunikasi dengan orang lain. Fakta tersebut seperti yang dijelaskan dalam penelitian Nurrizka (2016) yang menyatakan bahwa remaja di Surakarta lebih senang untuk berkomunikasi menggunakan media karena lebih menghemat waktu dan tidak mengharuskan untuk bertatap muka. Demikian juga dengan survey yang dilakukan oleh Nielsen Company pada tahun 2011 menunjukkan bahwa 70% pengguna smartphone adalah remaja usia 14-18 tahun (Suprapto & Purboini 2011). Kumar, Natarajan dan Acharaya (2017) menjelaskan, bahwa model awal CMC yang berpengaruh diproyeksikan oleh Daft dan Lengel (1986) adalah teori dengan kekayaan informasi. Berdasarkan ini, media seperti CMC berbasis teks, yang menggunakan saluran tunggal untuk komunikasi, paling sesuai, fungsi aktual seperti penjadwalan, sedangkan saluran seperti tatap muka, pidato disukai untuk tugas seperti negosiasi. Sifat CMC dari teks saja membuatnya digunakan dalam kegiatan yang lebih minim pertemuan tatap muka. Pemanfaatkan transmisi impersonal informasi, faktual daripada komunikasi relasional. Para sarjana mencatat bahwa konten komunikasi umum melalui internet terdiri dari: komunikasi relasional dalam frekuensi yang lebih tinggi. CMC tersebar luas dan populer untuk percakapan rekreasi, manfaat yang dirasakan untuk mengembangkan dan memelihara hubungan dengan keluarga dan teman dan untuk pernikahan dan persahabatan. Internet telah mengungkap bahwa CMC tidak hanya digunakan untuk berorientasi tugas tetapi juga untuk pertukaran faktual. Terkadang, komunikasi relasional melalui CMC menyebabkan kesulitan. Ada kemungkinan miskomunikasi diklaim melalui CMC, khususnya ketika ungkapan mempengaruhi yaitu ketika seseorang seharusnya menggunakan emoticon untuk memproyeksikan apa yang mereka benar-benar berarti. Pada sisi lain, beberapa pengguna jauh lebih fleksibel dalam menggunakan CMC untuk komunikasi tujuan, dan bahkan kemudian mereka memilih interaksi tatap muka karena mereka tidak konversi melalui CMC seperti interaksi dengan anggota keluarga. Untuk selanjutnya kemungkinan salah tafsir yang diciptakan oleh isyarat sosial yang berkurang di komputer komunikasi yang dimediasi dikompensasikan, untuk pengguna tertentu lainnya, ini memungkinkan lebih banyak refleksi, kontrol, dan jarak atas manajemen kesan melalui keuntungan media teks saja yang dapat diedit.


20 Pemanfaatan Gadget Bab 1 — Faktor-faktor Pemanfaatan Gadget 21 Pertukaran informasi bukan hanya tujuan utama internet, tetapi juga mempromosikan komunikasi antarpribadi. Ada dua kendala temporal dalam CMC untuk produksi pesan, yang mencakup waktu yang bersamaan (synchronize) dan waktu yang tidak bersamaan (asynchronize) CMC. Ketika pesan itu cocok untuk tujuan interaksi sosial, maka itu adalah CMC synchronize dan ketika pesan lebih banyak untuk pemecahan masalah dan diskusi yang kompleks, maka itu adalah CMC asynchronize. Melalui internet, masingmasing kekuatan CMC asynchronize dan synchronize tercermin dalam penggunaan pesan. Dari hasil pengamatan, diproyeksikan bahwa CMC synchronize “lebih kaya” jika dibandingkan dengan CMC asynchronize, ia memiliki sosial yang lebih besar kehadiran karena itu banyak berlaku melalui komunikasi relasional, dan ini adalah sifatnya kurang kompleks untuk tujuan interaksi. B. Pemanfaatan Gadget 1. Pengertian Gadget Gadget merupakan alat elektronik yang digunakan sebagai media informasi, media belajar, dan sebagai hiburan. Hampir semua kalangan memiliki barang kecil canggih tersebut. Gadget memiliki banyak fungsi bagi penggunanya sehingga dinilai lebih memudahkan untuk kebutuhan manusia. Menurut Osaa Kurniawan (2011) dalam Rohmah (2017), “gadget adalah sebuah perangkat atau perkakas mekanis yang mini atau sebuah alat yang menarik karena relatif baru karena banyak memberikan kesenangan baru bagi penggunanya walaupun mungkin tidak praktis dalam penggunannya.” Sedangkan menurut Muhammad Risal dalam Rohmah (2017), “gadget adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya perangkat elektronik kecil yang mempunyai fungsi khusus”. Gadget dalam bahasa Indonesia disebut “acing”. Gadget selalu muncul dengan teknologi yang lebih baik atau selalu ada pembaruan yang membuat para penggunanya menjadi lebih nyaman dan lebih praktis. Gadget diharapkan memberikan manfaat bagi para penggunanya, di mana para penggunanya harus mampu mengoperasikan gadget dengan baik, mengetahui fungsi gadget dan mengetahui manfaat dari aplikasi gadget. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa gadget merupakan barang elektronik kecil yang mempunyai banyak fungsi. Fungsi gadget seperti sumber belajar, sumber informasi dan hiburan, dan selalu hadir dengan pembaruan yang update. Tidak heran jika semua kalangan banyak yang memiliki barang canggih tersebut. 2. Macam-macam Gadget dan Media Pendukung 1. Laptop Laptop atau komputer jinjing adalah computer bergerak yang berukuran relatif kecil dan ringan, beratnya dari 1-6 kg, tergantung ukuran, bahan, dan spesifikasi laptop tersebut. 2. Kamera Digital Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dan objek untuk selanjutnya dibiasakan melalui lensa kepada sensor CCD (ada juga yang menggunakan sensor CMOS) yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam signal digital berupa memory card. 3. Pemutar Media Player Pemutar media player atau biasa kita kenal dengan mp3 player yang merupakan alat pemutar musik yang bentuknya kecil, mini dan dapat disimpan disaku tanpa memerlukan ruang yang besar. 4. Handphone Telepon seluler (ponsel) atau telepon genggam atau handphone (HP) merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, serta memiliki fungsi yang lebih luas yang tak hanya sebagai alat komunikasi melainkan sebagai


22 Pemanfaatan Gadget Bab 1 — Faktor-faktor Pemanfaatan Gadget 23 sarana dan prasarana entertainment. 5. Tablet PC Tablet adalah suatu computer portable lengkap yang cara pengoperasiannya menggunakan teknologi layar sentuh, serta dapat dimanfaatkan dalam bidang apapun. 6. Proyektor LCD Proyektor LCD merupakan salah satu jenis proyektor yang digunakan untuk menampilkan video, gambar, atau data dari komputer pada sebuah layar atau sesuatu dengan permukaan datar seperti tembok, dsb. Proyektor jenis ini merupakan jenis yang lebih modern dan merupakan teknologi yang dikembangkan dari jenis sebelunya dengan fungsi sama yaitu Overhead Projector (OHP) karena pada OHP datanya masih berupa tulisan pada kertas bening. Proyektor LCD bisanya digunakan untuk menampilkan gambar pada presentasi, tapi bisa juga digunakan sebagai aplikasi home theater. Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa ada banyak jenis dari gadget itu sendiri dan memiliki fungsi serta manfaat masingmasing yang di mana fungsi dan manfaatnya bisa memberikan kemudahan bagi para penggunanya, seperti penggunaan gadget pada mahasiswa yang bisa dimanfaatkan dalam aktivitas belajarnya untuk meningkatkan hasil belajar. Adapaun manfaat Penggunaan Gadget dalam Proses Belajar Mengajar. 1. Memperlancar Komunikasi Mempelancar komunikasi dengan seseorang yang tidak berada di dekatnya sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyampaikan pesan. 2. Mengakses Informasi Bukan gadget namanya jika tidak bisa memberikan suatu informasi kepada penggunanya. Informasi tersebut bisa mempermudah penggunanya untuk melakukan suatu aktivitas. 3. Wawasan Bertambah Wawasan yang bertambah merupakan manfaat gadget dari gabungan komunikasi lancar dan mudahnya informasi yang didapat kita tahu bahwa dengan komunikasi dan informasi merupakan salah satu unsur yang mengusung wawasan kita dapat bertambah. 4. Hiburan Bukan rahasia lagi bahwa gadget juga bermanfaat untuk menghilangkan kepenatan melalui hiburan yang ditawarkan. Hiburan tersebut dapat berupa musik, permainan, video, dan perangkat lunak multimedia lainnya. 5. Gaya Hidup Memiliki gadget terkadang bisa menjadi sebuah gaya hidup, karena terkadang seseorang memanfaatkan gadget ini hanya untuk memperkuat kepercayaan dirinya atau status sosialnya. Sisi lainnya agar tidak ketinggalan tren terkini. C. Media Pembelajaran Secara harafiah kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah, perantara pengantar. Dalam Arnesi (2015) menurut AECT media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995:4) media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Batasan lain menurut para ahli AECT (Association of Education and Communication technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Menurut Asosiasi pendidikan nasional media adalah bentuk bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat di menipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Arief S. Sadiman dkk dalam Putra (2017) mengemukakan bahwa secara umum media pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat


24 Pemanfaatan Gadget Bab 1 — Faktor-faktor Pemanfaatan Gadget 25 verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2. Mengatasi keterbatan ruang, waktu, dan biaya indera. 3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif mahasiswa. Proses belajar mengajar akan berjalan efektif apabila didukung dengan adanya media yang menunjang. Semakin majunya teknologi yang ada, media pembelajaran juga semakin berkembang seiring dengan berkembangnya zaman. Media pembelajaran yang ada saat ini, salah satunya media pembelajaran berbasis online sangat membantu baik mahasiswa maupun dosen dalam melakukan proses belajar walaupun dengan jarak yang berjauhan. Sedangkan media pembelajaran online dapat diartikan sebagai media yang dilengkapi alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna (user), sehingga pengguna (user) dapat mengendalikan dan mengakses apa yang menjadi kebutuhan pengguna. Keuntungan penggunaan media pembelajaran online adalah pembelajaran bersifat mandiri dan interaktivitas yang tinggi, mampu meningkatkan tingkat ingatan, memberikan lebih banyak pengalaman belajar, dengan teks, audio, video dan animasi yang semuanya digunakan untuk menyampaikan informasi, dan juga memberikan kemudahan menyampaikan, mengupdate isi, mengunduh, para mahasiswa juga bisa mengirim komentar pada forum diskusi memakai ruang chat, hingga link video conference untuk berkomunikasi secara langsung. Seperti halnya pada sistem pendidikan tatap muka, aktivitas pembelajaran online juga melibatkan penyampaian materi pembelajaran. Jika pada pembelajaran tatap muka materi diberikan oleh pengajar di depan kelas, maka pembelajaran online materi harus disampaikan melalui media. Dan karena proses pembelajaran online terjadi melalui jaringan internet, maka bahan ajar yang digunakan juga utamanya adalah yang dikemas dalam format digital yang diunggah ke laman atau situs pembelajaran online yang digunakan. Pada prinsipnya, jenis media dapat dibedakan menjadi: 1. Media cetak seperti buku 2. Audio seperti kaset video 3. Video seperti video compact disk (VCD), dan 4. Siaran seperti siaran radio atau televisi Bahan ajar dapat dikemas dalam berbagai media pembelajaran, baik yang bersifat satu arah maupun dua arah. Media pembelajaran satu arah adalah media yang tidak memiliki fitur interaksi bagi penggunanya diantaranya adalah buku (termasuk e-book kaset atau CD audio dan video, saran televisi, siaran radio, dan bahan ajar berbasis computer. Sedangkan media pembelajaran dua arah memiliki fitur yang memungkinkan terjadinya interaksi seperti konferensi audio/video dan siaran langsung TV interaktif. Dari pemaparan di BAB III ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan gadget dari pendekatan teori sebagaimana pembelajaran online pada pelaksanaannya membutuhkan dukungan perangkat mobile seperti smartphone, tablet dan laptop untuk mengakses dan memperoleh informasi dimana dan kapan saja. Penggunaan teknologi mobile memiliki kontribusi besar di dunia pendidikan termasuk di dalamnya adalah pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh (Korucu &Alkan, 2011). Berbagai yang dapat digunakan mendukung pembelajaran online misalnya kelas virtual dengan memanfaatkan Google Classroom, Edmodo dan aplikasi pesan instan seperti Whatsapp dan melalui melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook.


26 Pemanfaatan Gadget Pendekatan Redaksional dalam Proses Istinbath 27 4 Pada Bab IV ini memaparkan penelitian yang memberikan gambaran tentang pemanfaatan gadget sebagai media pembelajaran online di masa pandemi Covid-19. Pendekatan yang digunakan dengan menggunakan teori Computer Mediated Communication (CMC). Sedangkan objek penelitian adalah mahasiswa ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Medan Area (Fisipol UMA) yang di masa pandemi mengikuti pembelajaran secara online dengan menggunakan gadget. PEMANFAATAN GADGET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ONLINE Bab


28 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 29 A. Latar Belakang Manusia secara fitrahnya sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitar, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia untuk berkomunikasi. Harold D. Lasswell, seorang peletak dasar ilmu komunikasi menyebut tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab mengapa manusia perlu berkomunikasi. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya, upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan upaya manusia untuk melakukan transformasi warisan sosialnya. Ketiga fungsi ini yang menjadi patokan dasar bagi setiap individu dalam berhubungan dengan sesama anggota masyarakat. Sehingga saat ini keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir, banyak ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi. Di era abad 21 sekarang ini, kehidupan kita sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat merasakan bahwa dampak perkembangannya terjadi pada seluruh aspek kehidupan kita termasuk pendidikan. Pendidikan dan belajar merupakan suatu kebutuhan dan keharusan bagi setiap manusia. Kita dapat memperoleh ilmu kapan dan dimana saja, kita juga selalu dituntut untuk terus mencari ilmu tanpa memandang usia, status bahkan jarak sekalipun. Pemanfaatan TIK dalam pendidikan telah sangat maju dan sekarang ini tersedia banyak alternatif cara untuk memberikan akses serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber pembelajaran yang ada. Perkembangan TIK saat ini menurunkan tingkat kesulitan dalam membuat pembelajaran online, khususnya dalam hal biaya. Dengan demikian, banyak praktisi pendidikan, baik pada tingkat institusi/lembaga dan khususnya individual melakukan eksperimen dan mulai menyelenggaran pembelajaran secara online. Banyak sekali perangkat-perangkat yang membantu kita untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi dengan mudah. Kemajuan teknologi memungkinkan kita untuk belajar sepenuhnya secara online sambil tetap berinteraksi selama proses pembelajaran. Moore dalam Belawati (2020: 7) menyebutkan Interaksi dalam pembelajaran terdiri dari interaksi antara pembelajar dengan pengajar atau fasilitator, dengan sesama pembelajar lainnya, dan dengan materi pembelajaran itu sendiri. Pada Maret 2020, Indonesia mengonfirmasi kasus pertama Covid-19, dimana hingga per tanggal 4 Januari 2021 melalui akun instagram resmi Kemenkes Indonesia tercatat 772.103 kasus positif Covid-19 yang telah menyebar di 34 provinsi di Indonesia. Sebagai usaha pencegahan penyebaran Covid-19, WHO merekomendasikan untuk menghentikan sementara kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan massa. Maka dari itu pembelajaran tatap muka yang melibatkan banyak mahasiswa dalam satu ruangan perlu ditinjau ulang pelaksanaannnya. Pembelajaran harus dilaksanakan dengan skenario yang dapat meminimalisir terjadinya kontak fisik antar mahasiswa ataupun mahasiswa dengan dosen. Milman dalam Firman (2020) mengatakan penggunaan teknologi digital memungkinkan mahasiswa dan dosen berada di tempat yang berbeda selama proses pembelajaran. Sejak pengumuman kasus pasien Covid-19 pertama di Indonesia, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebarannya. Salah satunya adalah melalui surat edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi No 1 tahun 2020 tentang pencegahan penyebaran virus Disease (Covid-19) di perguruan tinggi. Melalui surat edaran tersebut Kemendikbud memberikan instruksi kepada seluruh perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dan menyarankan mahasiswa untuk belajar dari rumah masing-masing. Banyak perguruan tinggi salah satunya Universitas Medan Area dengan sigap langsung menanggapi instruksi dari Kemendikbud tersebut. Universitas Medan Area sendiri mengeluarkan surat edaran tentang mengubah pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh yang dilakukan melalui elearning.uma. ac.id, Google Classroom atau Blog Dosen dimulai dari tanggal 17 Maret 2020. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas


30 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 31 maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan gadget sebagai media pembelajaran online pada mahasiswa Ilmu Komunikasi stambuk 2020 Universitas Medan Area di tengah pandemi Covid-19” B. Fokus Pembahasan Dalam pembahasan di buku ini memfokuskan masalah pada mahasiswa Ilmu Komunikasi stambuk 2020 Universitas Medan Area. Fokus pembahasan juga berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dipaparkan. Dalam hal ini fokus pembahasan juga dapat berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Dalam pembahasan yang diurai dalam buku monograf ini diharapkan memberikan manfaat berupa potensi yang bisa diperoleh oleh pihak-pihak dalam mengimplementasikan model pembelajaran dengan menggunakan teknologi gadged. Sedangkan secara teoritis, diharapkan pembahasan dalam buku monograf ini dapat memberikan sebuah ide dan ilmu baru yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi. Sedangkan secara praktis kehadiran buku ini diharapkan ini dapat menjadi sumber informasi dan masukan dalam melakukan komunikasi dan pembelajaran online khususnya bagi pihak-pihak dan lembaga yang berkaitan dengan pembelajaran. C. Grand Theory Menurut Putra dan Irwansyah (2020) teori kehadiran sosial (social presence theory) yang dikembangkan Short, William, dan Christie telah dikaitkan dengan teknologi, dimana mereka meneliti tentang efek media berbasis teknologi terhadap komunikasi. Berbeda dengan komunikasi dengan tatap muka langsung, melalui teknologi, manusia berkomunikasi menggunakan medium, dan medium itulah yang berpengaruh pada cara orang berinteraksi apabila dilihat dari pola non-verbal yang ditangkap. Pola interaksi yang lebih besar terlihat dari medium berupa video dimana gesture dan mimik wajah dapat ditangkap sepenuhnya berbeda dengan audio dimana individu hanya dapat menerima sinyal non-verbal dari nada suara. Medium berbasis teks adalah medium yang paling kecil tingkat interaksinya. Sedangkan Irawan berpendapat bahwa kehadiran sosial pada awalnya didefinisikan sebagai “derajat ke-khasan dari orang lain di sebuah mediasi komunikasi dan konsekuensi dari khasan tersebut terhadap interaksi interpersonal mereka”. Konsep social copresence ini menggambarkan keterhubungan dan kehadiran bersama, sehingga di dalamnya terlibat unsur psikologi. Berdasarkan pemikiran ini, terjadi kombinasi konsep kehadiran bersama yang dikembangkan oleh Biocca dan koleganya dengan persepsi media komunikasi orang yang berinteraksi dan dengan evaluasi kesuksesan komunikasi interaksi antar mereka. Mengutip Kang (2008) Irawan menyatakan bahwa social copresene didefinisikan sebagai: “involvement and engagement through mutual awareness between intelligent beings who have a sense of access to the other being consciously, psychologically and emotionally, within a mediated environment perceived as capable of supporting social communication”. Menurut Bates (1995) pemilihan jenis media harus memperhatikan unsur-unsur ACTIONS, yaitu Access, Cost, Teaching, Interactivity & Friendliness, Organizational Issues, Novelty, dan Speed. 1. Access atau aksesiblitas merupakan aspek mudah tidaknya media tersebut dijangkau oleh pembelajar. 2. Costs adalah biaya yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan dan juga memanfaatkan pelayanan tersebut; biaya media tersebut harus dapat dijangkau oleh institusi dan oleh pembelajar yang akan memanfaatkan. 3. Teaching adalah kemampuan media yang bersangkutan dalam memfasilitasi komunikasi dan penyampaian materi ajar kemampuan media tersebut dalam memfasilitasi komunikasi dua arah 4. Interactivity & Friendliness, yaitu kemudahan bagi pembelajar untuk menggunakan media yang bersangkutan. Media yang


32 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 33 digunakan harus mudah dioperasikan. Computer pada saat ini merupakan media yang membutuhkan keahlian tertinggi untuk dioperasikan dibandingkan dengan media lain. Kemudahan ini juga berkontonasi dengan kontrol yang dipunyai oleh pembelajar dalam mempelajari materi ajar. 5. Organizational Issues mengacu pada tuntutan media tersebut terhadap perubahan organisasi yang dilakukan. 6. Kemutakhiran (Novelty) dan Sustainbility dari media tersebut. Hal yang harus diperhatikan di sini adalah seberapa lama teknologi pada media tersebut akan bertahan dan bagaimana pemeliharaannya? 7. Speed merujuk pada kemampuan media tersebut dalam memfasilitasi perubahan substansi materi ajar yang akan dikomunikasikan. Bates (1995) merangkum karakteristik berbagai media berdasarkan aspek-aspek ACTIONS. Karakteristik media ini memang tentu saja mengalami perubahan pada era dimana hampir semua media sekarang dikembangkan secara digital sehingga dapat diunggah ke jaringan internet dan dapat dinikmati oleh penggunanya melalui jaringan internet atau online. Perubahan karakteristik tersebut tentu saja tergantung kepada kualitas jaringan internet yang dimiliki atau yang dapat diakses oleh pengguna. Misalnya, jika seorang memiliki akses yang baik terhadap internet, maka media ‘konferensi video’ yang semula diniai ‘buruk’ dalam aspek ‘akses’ dapat berubah menjadi ‘baik’ karena melakukan konferensi video di era sekarang dapat dilakukan berbasis internet. D. Metode Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Libarkin, dkk dalam Fitrah (2017) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta. Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau katakata. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan. Informasi yang disampaikan oleh partisipan kemudian dikumpulkan. Informasi tersebut biasanya berupa kata atau teks. Data yang berupa katakata atau teks tersebut kemudian dianalisis. Hasil analisis itu dapat berupa penggambaran atau deskripsi yang kemudian akan dijelaskan pada hasil penelitian. 1. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Sumber data dalam pembahasan ini adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik tertulis maupun lisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu: 1. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data utama (informan key), yang berwujud tindakantindakan dan kata-kata dari pihak yang dilibatkan dengan objek yang diteliti 2. Sumber data sekunder, yaitu data, keterangan, atau pengetahuan yang secara tidak langsung diperoleh dari bahan bacaan yang diperoleh melaui studi kepustakaan, misalnya dokumen, atau catatan-catatan lain yang digunakan untuk penunjang dari pelengkap data primer. Sesuai dengan tujuan dari dalam pembahasan ini adalah orangorang yang karakteristik sebagai berikut: 1. Mahasiswa aktif Ilmu Komunikasi Uma Stambuk 2020 kampus 1 UMA. 2. Memiliki dan dapat menggunakan Gadget.


34 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 35 3. Mengikuti Pembelajaran Online secara aktif. 4. Mengetahui dan memahami bagaimana mengakses media pembelajaran Online. 2. Lokasi Pengumpulan Data Adapun lokasi pengumpulan data yang akan dilakukan adalah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Medan Area. 3. Teknik Pengumpulan Data Sidiq (2019) mengatakan teknik pengumpulan data adalah sebuah cara untuk mendapatkan data-data di lapangan agar data yang diperoleh dapat bermanfaat dan menjadi teori baru atau penemuan baru. Dengan tanpa adanya cara mengumpulkan datadata yang yang dirancang dengan baik maka apa yang menjadi tujuan pembahasan mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Teknik pengumpulan data dalam yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. 1. Wawancara Menurut Gorden dalam Sidiq (2019) wawancara adalah percakapan antara dua orang di mana salah satunya bertujuan untuk menggali informasi untuk tujuan tertentu. dan mendapatkan informasi dengan maksud tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur dimana peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyan tertulis yang akan ditanyakan pada mahasiswa Ilmu Komunikasi stambuk 2020 Universitas Medan Area untuk mendapatkan data terkait. 2. Observasi Matthew and Ross dalam Sidiq (2019: 65) mengatakan observasi merupakan metode pengumpulan data melalui indera manusia. Definisi observasi diatas mengacu kepada riset kualitatif, yaitu proses mengamati subjek penelitian beserta lingkungannya dan melakukan perekaman dan pemotretan atas perilaku yang diamati tanpa mengubah kondisi alamiah subjek dengan lingkungan sosialnya. 3. Dokumentasi Dokumentasi menurut Sugiyono (2015:329) adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Data berupa dokumentasi dapat dipakai untuk menggali informasi yang telah terjadi dimasa silam. 4. Instrumen Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam metode pengambilan data untuk menganalisa hasil penelitian yang dilakukan pada langkah penelitian selanjutnya. Dalam hal ini instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara, alat perekam dan lembar pertanyaan. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam hal ini adalah analisis data kualitatif yaitu mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman dalam Sidiq (2019:76) yang menyatakan bahwa analisis data kualitatif menggunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas atau yang dideskripsikan. Untuk proses analisis data model ini ada tiga proses yaitu: Pertama, Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lokasi penelitian. Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama kegiatan penelitian berorientasi kualitatif langsung. Kedua, Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan


36 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 37 informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengamibilan tindakan. Data-data yang didapatkan dari pengamatan dan metode lainnya akan lainnya akan disajikan berupa teks naratif, grafik (chart), dan lain sebagainya. Ketiga, Penarikan kesimpulan dalam proses ini adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi dengan membuat pernyataan atau kesimpulan secara bulat tentang suatu permasalahan yang diteliti dalam bahasa yang deskriptif atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih tidak jelas kemudian setelah diteliti menjadi jelas . 6. Pengujian Kredibilitas Data Dalam pengujian kredibilitas data terdapat bermacam-macam cara pengujian. Menurut Sugiyono (2012:270) uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penlitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. Untuk lebih memberikan keyakinan pada keabsahan data yang dikumpulkan dilakukan triangulasi sebagai pengujian kredibilitas data. Sugiyono (2912:273) mengatakan triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini triangulasi teknik dan triangulasi waktu. 1. Triangulasi teknik Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, dimana teknik yang digunakan adalah wawancara, observasi, serta dokumentasi. 2. Triangulasi waktu Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik observasi dilakukan sesuai dengan jadwal kelas online narasumber sehingga data yang didapatkan lebih valid dan kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilakan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian di dalamnya. Deskripsi Lokasi Pembahasan dalam buku monograf ini menguraikan aktivitas pemanfaatan gadged di Universitas Medan Area yang memiliki dua kampus berbeda, di mana kampus pertama terletak di Jalan Kolam No 1 Medan Estate sedangkan kampus dua terletak di Jalan Sei Serayu Nomor 70 A. Nama Universitas Medan Area sendiri diambil sebagai penghargaan atas perjuangan mempertahankan kemerdekaan oleh pejuang-pejuang 1945 di sekitar kota Medan yang lebih dikenal dengan nama “Pejuang-Pejuang Medan Area”. Tahun akademik pertama dimulai pada tahun 1983-1984 yang memiliki lima fakultas yaitu Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Masing-masing fakultas semuanya telah berstatus izin operasional, menyelenggarakan program pendidikan strata satu (S1). Pada tahun akademik 1985/1986 Universitas Medan Area membuka fakultas baru yaitu Fakultas Psikologi dan pada tahun akademik 1988/1989 Universitas Medan Area kembali membuka satu Fakultas baru yaitu Fakultas Biologi. Pada tahun 2018 Universitas Medan Area resmi mendapat Akreditasi “B” dengan nomor SK:414/SK/BAN-PT/Akred/PT/ XII/2018 yang berlaku sampai dengan 19 Desember 2023. Sampai saat ini Universitas Medan Area telah memiliki 7 fakultas dengan 16 program studi untuk Strata 1 (S1), 4 program studi untuk Strata 2 (S2) dan 1 program Doktor (S3). Ketujuh fakultas telah memiliki status terakreditasi untuk semua program studi yang diselenggarakan dengan grade “A” dan grade “B”.


38 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 39 Salah satu program studi yang telah mendapatkan Akreditasi “A” adalah Program Studi Ilmu Komunikasi. Program Studi Ilmu Komunikasi sendiri telah mendapatkan Akreditasi “A” dari BAN PT dengan SK No. 3849/SK/BAN-PT/Akred/S/X/2019 untuk periode 2019-2024. Program studi Ilmu Komunikasi memiliki tujuan menghasilkan lulusan Ilmu Komunikasi yang unggul dan berkarakter dalam bidang Public Relations dan Jurnalistik di tingkat nasional yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. 7. Gambaran Umum Informan Para mahasiswa yang dipilih yang akan diwawancarai adalah mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi sebagai informan dalam penelitiannya. Peneliti memilih 2 angkatan yang berbeda dalam penelitiannya yaitu mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2020 dan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2019 dengan jumlah 6 orang mahasiswa. Informan dipilih sesuai dengan kriteria yang telah peneliti buat sebelumnya dan berasal dari daerah tempat tinggal yang berbeda-beda. Nama yang digunakan untuk mewakili informan adalah nama panggilan agar memudahkan dalam menjabarkan hasil wawancara dengan informan. Adapun urutan penyebutan informan dibawah ini adalah sesuai dengan urutan wawancara. 1. Informan 1 Informan pertama ini bernama Junita Farida (Juni) seorang mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2019. Juni saat ini bertempat tinggal di Lawe Petanduk, Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara. Alasan Juni memilih jurusan Ilmu Komunikasi ialah karena Juni merasa senang saat berbicara di depan khalayak ramai dan ia juga mengatakan bahwa berbicara di depan khalayak menjadi salah satu tantangan baginya untuk mengasah mental agar lebih berani dalam berkomunikasi. 2. Informan 2 Informan kedua bernama Irvan Amru Sigalingging (Irvan) seorang mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2019. Irvan bertempat tinggal di Jalan Merdeka Kecamatan Manduamas, Tapanuli Tengah. Irvan menceritakan bahwa alasannya memilih jurusan Ilmu Komunikasi adalah untuk mengikuti alur dan hobi yang disukainya. Irvan amat tertarik dalam bidang fotografi di mana ia senang mengambil foto-foto hal yang ada di sekitarnya. Irvan juga mengatakan bahwa alasannya memilih jurusan Ilmu Komunikasi adalah adalah untuk memperdalam kemampuannya dalam public speaking di mana ia juga merupakan mahasiswa yang aktif dan suka berbicara di forum. 3. Informan 3 Informan ketiga bernama Aldion Lembab Ginting Manik (Dion). Dion merupakan seorang mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2019 yang bertempat tinggal di Desa Nangbelawan, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Ketika ditanya alasannya mengapa memilih jurusan Ilmu Komunikasi Dion mengatakan bahwa ia ingin mengasah kemampuannya di bidang komunikasi. Dion sempat menceritakan bahwa dulunya ia memiliki kepribadian yang introvert, kemudian ia mengetahui tentang adanya jurusan Ilmu Komunikasi yang membuatnya menjadi penasaran apakah jurusan Ilmu Komunikasi ini dapat mengubah sifatnya menjadi lebih percaya diri ketika berbicara di depan umum. 4. Informan 4 Informan keempat merupakan mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2020 yang bernama Annisa Br Sembiring (Nisa). Saat ini Nisa bertempat tinggal di Aek Matio Gang Syarifuddin Ratauprapat Kabupaten Labuhan Batu. Alasan Nisa memilih jurusan Ilmu Komunikasi hampir sama seperti Irvan yaitu untuk melatih kemampuan public speaking menjadi lebih bagus lagi. 5. Informan 5 Informan kelima bernama Lammewa Ritonga (Mewa). Mewa merupakan mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2020 yang bertempat tinggal Desa Garoga Kecamatan Garoga


40 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 41 Sibarogot Kabupaten Tapanuli Utara. Mewa mengatakan bahwa alasan utamanya memilih jurusan Ilmu Komunikasi adalah untuk menambah dan melatih kemampuannya dalam berkomunikasi dan berbicara di depan umum. 6. Informan 6 Informan terakhir bernaman Vira Ariyana (Vira), seorang mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2020. Vira sendiri bertempat tinggal di Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai. Namun saat ini Vira lebih sering berada di Kota Medan dikarenakan Vira sedang aktif dalam berorganisasi di kampus. Ketika ditanya alasan Vira memilih jurusan Ilmu Komunikasi adalah berawal dari sifat atau kepribadiannya yang cenderung introvert sehingga ketika ia melihat dan mencari informasi mengenai jurusan Ilmu Komunikasi ia merasa bahwa dengan adanya jurusan ini ia yakin dapat membangun kepribadiannya menjadi orang yang lebih berani untuk menampilkan diri di depan umum, Vira juga mengatakan bahwa dengan adanya jurusan Ilmu Komunikasi memungkinkan ia untuk belajar lebih tepat dan benar dalam berkomunikasi dengan orang lain. E. Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini, akan diuraikan hasil dari temuan yang didapat selama melakukan penelitian. Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan terhadap informan maka diperoleh data dan hasil wawancara berikut yang diuraikan dan dikelompokkan berdasarkan pedoman wawancara dari peneliti. 1. Hasil Wawancara Hasil dari penelitian yang telah didapatkan oleh peneliti dalam wawancara akan dijelaskan dalam beberapa point sesuai dengan rumusan masalah yang telah peneliti jelaskan di bab sebelumnya. a. Media Pembelajaran Sesuai dengan pengertian Djamarah dalam Arnesi (2015) media pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam aktivitas pembelajaran online yang melibatkan penyampaian materi oleh pengajar maka penyampaian pesan harus disampaikan melalui media. Dan dikarenakan pandemi maka para mahasiswa Ilmu Komunikasi UMA diharuskan untuk melakukan pembelajaran melalui jaringan internet. Dalam wawancara peneliti dengan informan, peneliti menanyakan mengenai media apa saja yang biasa digunakan oleh mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran online. Para informan banyak menyebutkan media pembelajaran yang biasa digunakan. Bahkan dalam proses wawancara dan observasi yang peneliti lakukan semuanya dilakukan melalui media pembelajaran online. “Biasanya media untuk digunakan itu Zoom, Cloud X dan Google Meet bisa juga dari Google Classroom.” (Juni) Selain dari ketiga media pembelajaran yang telah disebutkan Juni, informan lain juga menyebutkan beberapa media pembelajaran yang biasa mereka gunakan. “Kalau dalam kelas kami memakai tiga media gitu ada aplikasi Zoom, menggunakan E-learning kampus sendiri.” (Irvan) ”Untuk media yang biasa kami gunakan itu banyak seperti aplikasi Zoom, Google Classroom, Cloud X, Google Meet, Whatsapp bahkan bisa dari e-learning berbasis web yang sudah disediakan oleh universitas.” (Vira)


42 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 43 Gambar 1. Kegiatan Belajar Mahasiswa Melalui Zoom Selama mengikuti pembelajaran online informan menyatakan bahwa setiap mata kuliah tidak selalu menggunakan media pembelajaran yang sama dan semuanya kembali kepada kebijakan dari dosen pengampu mata kuliah tersebut. Informan Juni menyatakan. “Tidak, jadi setiap mata kuliah itu berbeda-beda medianya. Misalnya public relation itu menggunakan Zoom namun tidak dengan aplikasi komputer, seperti itu. Jadi ada yang media Zoom ada yang media Cloud X dan Google Meet tergantung dari dosennya.” Menurut penuturan para informan dalam penentuan media pembelajaran yang harus digunakan itu diambil berdasarkan beberapa keputusan. Dikatakan bahwa dosen terkadang telah memutuskan sendiri media pembelajaran apa yang akan digunakan namun terdapat juga beberapa dosen yang menanyakan terlebih dahulu kepada mahasiswa media apa yang akan digunakan untuk melakukan pembelajaran online. Para informan menyatakan. “Biasanya kesepakatan diskusi kak, ibaratnya dosen menanyakan kepada kita apakah tidak ada gangguan pada jaringan, jika tidak ada kita bisa menggunakan aplikasi Zoom.” (Irvan) “Yang menentukan media itu dosen, tapi ada juga beberapa dosen yang menanyakan pada mahasiswa kita mau menggunakan media apa. Tapi kebanyakan dari kami memilih menggunakan Zoom aja. Ya...bisa dibilang kebanyakan dari kami juga sih kak.” (Dion) Dalam wawancara, peneliti juga menanyakan kepada informan mengenai bagaimana sistem ujian yang dilakukan secara online melalui Google Classroom. “Sistemnya ada yang melalui Google classroom ada juga yang media Zoom tapi kebanyakan ujian itu menggunakan Google classroom biasanya dikasih soal dulu kemudian dijawab di rumah masingmasing.” (Juni) “Kalau ujian biasanya pakai gcr Soalnya langsung dikirim di Classroom ada juga yang di Zoom Di mana Soalnya di share screen kemudian dosen langsung memantau mahasiswa mengerjakan ujian tersebut soal-soal tersebut.” (Lamewwa) Informan Irvan juga menceritakan pengalamannya ketika mengikuti ujian dengan menggunakan Google form. “Pernah saya jalani ujian pakai Google form dengan cara dosen memberikan soal lalu memberikan kita waktu sebanyak 5 menit untuk menjawab Langsung soal tersebut kemudian soal tersebut dihapus dan jawaban kita diterima.” (Irvan) Pemilihan media pembelajaran tidak bisa sembarangan dilakukan, pengguna perlu memperhatikan kebutuhan, fitur, manfaat, biaya dan kecepatan yang ditawarkan oleh media pembelajaran tersebut. Zoom sendiri menjadi salah satu media pembelajaran yang sering digunakan karena dalam penggunaaannya Zoom dapat melakukan video conference yang menghubungkan komunikasi dua arah antara dosen dengan mahasiswa sehingga hal tersebut sering menjadi pertimbangan ketika dosen ingin menyampaikan materi. Informan Nisa menyatakan bahwa salah satu pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran adalah apakah media tersebut media tersebut mampu memfasilitasi penyampaian materi sehingga dapat diterima oleh para mahasiswa. “Menurut saya pastinya dalam memutuskan media tersebut ada pertimbangannya untuk memilih media. Dalam kondisi saat ini dosen pasti mempertimbangkan apakah dengan memilih media tersebut mahasiswa dapat menerima materi dengan baik atau tidak.” (Nisa)


44 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 45 Lain halnya dengan Nisa, informan Juni bahwa kemudahan penggunaan media pembelajaran menjadi pertimbangan dalam memilih media tersebut. “Sebenarnya tergantung kita juga, misalnya ada yang mengatakan bahwa memakai Zoom lebih rumit karena harus menggunakan 40 menit untuk memulai Zoom ada juga yang mengatakan bahwa menggunakan aplikasi Cloud X lebih gampang seperti itu.” Sedangkan informan Vira menyatakan bahwa dalam memutuskan pemilihan media yang menjadi pertimbangannya ialah metode belajar yang akan digunakan. Vira menjelaskan bahwa. “Mata kuliah yang membutuhkan penjelasan materi yang cukup panjang lebar maka seperti itu dibutuhkan media seperti Zoom, Cloud X, dan sejenisnya. Namun jika untuk sekedar melihat bahan materi pertimbangan untuk memilih media itu sekedar hanya menggunakan aplikasi seperti Whatsapp, Google Classroom, dan sebagainya.” Selain dari fitur dan manfaat yang ditawarkan oleh media pembelajaran,kemudahan dalam penggunaan atau pengoperasian media pembelajaran juga menjadi salah satu hal terpenting dalam memilih media tersebut. Informan Vira mengatakan. “Untuk masalah pengoperasian media pembelajaran masih dalam kategori cukup mudah digunakan ya, karena untuk saat ini media yang digunakan masih sederhana seperti Zoom, Google Meet, gcr dan itu cukup mudah digunakan.” (Vira) Namun, meskipun media-media pembelajaran yang disebutkan termasuk mudah untuk digunakan atau dioperasikan namun tetap saja mengecualikan kendala-kendala yang akan dihadapi. Seperti yang dikatakan oleh para informan. “Kalau jaringan bagus atau jaringan mendukung sih mudah, apalagi kami kan daerah kampung gini susah kak karena jaringan.” (Irvan) “Tergantung jaringan, kalau jaringannya bagus semua aplikasinya gampang kak. Kalau seperti saya yang ada di daerah yang posisinya lagi di kampung kadang kalau pakai Zoom seperti ini kadang mati atau keluar masuk jaringannya kurang lancar apalagi kalau di daerah mati lampu.” (Lammewa) Dalam pengoperasian setiap media pembelajaran yang mudah digunakan tidak terlepas dari kelebihan serta kelemahan dari masing-masing media tersebut. Seperti yang dituturkan oleh informan Juni bahwa Zoom memilih kelemahan dalam batas waktu penggunaannya. “Kita memakai media Zoom ini harus 40 menit ya batasnya dan apabila batas waktunya sudah habis kita harus memulai lagi, jadi pembelajarannya itu tidak stabil. Jadi misalnya ada mahasiswa yang presentasi pasti akan lupa gitu kan apa yang ingin disampaikan.” Selain kelemahan dalam batas waktu penggunaannya, informan lain juga menjelaskan beberapa kelebihan serta kelemahan dalam penggunaan media Zoom. Para informan menyatakan. “Yang pertama Zoom kelebihannya itu walau sekarang lagi pandemi bisa membuat mahasiswa saling bertatap muka walau melalui virtual sedangkan kelemahannya mengenai jaringan tadi kak, jika jaringan kita kurang bagus tentunya pada saat kita melakukan Zoom suara atau gambar tampilan pada Zoom itu kurang efektif gitu.” (Dion) “Kelebihannya dapat saling tatap muka antar mahasiswa dengan dosen. Dosen sendiri juga dapat mudah menjelaskan materi yang diberikan melalui Zoom seperti menampilkan powerpoint dan video-video yang berkaitan dengan materi namun kelemahannya waktu pemakaiannya yang terbatas dan masalah jaringan yang selalu muncul.” (Nisa) Dalam penggunaan Zoom sendiri termasuk media yang boros dalam penggunaan kuota internet. Seperti yang dikatakan oleh informan Vira. “Kalau kelemahannya dari Zoom itu mungkin hanya terletak pada kuota, karena Zoom itu atau sejenis Cloud X lainnya lebih boros dalam menguras kuota internet.” Sedangkan untuk media-media pemebelajaran yang lain seperti Google Classroom, Whatsapp, dan sebagainya informan Juni para informan menyatakan. “Cloud X lebih lancar tidak ada kendala karena tidak ada batasan waktunya seperti Zoom.” (Juni) Informan lain juga turut menjelaskan media pembelajaran lain.


46 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 47 “Biasanya dosen menggunakan classroom itu untuk memberikan tugas agar memudahkan mahasiswa, kalau E-learning biasanya digunakan hanya untuk mengirimkan materi oleh dosen dan mengumpulkan absen.” (Irvan) “kalau Classroom lebihnya tidak terganggu jaringan karena menurut saya kalau di kampung ini gcr atau WA itu lebih mudah diakses menggunakan internet dibandingkan menggunakan Zoom, itu sih kelebihannya.” (Lammewa) Informan Vira juga menjelaskan beberapa kelemahan dari penggunaan Google Classroom, selain tidak dapat berinteraksi secara langsung dan cepat seperti media Zoom, Vira menilai penggunaan Google Classroom sendiri sedikit agak membuang waktu, informan Vira mengatakan. “Jika di classroom ini harus rajin-rajin merefresh classroom, ya, karena kalau jarang di refresh pesan yang disampaikan oleh dosen atau mahasiswa lainnya tidak akan muncul di classroom sendiri. Kemudian kelemahan selanjutnya yaitu classroom itu buat tangan capek ya karena kebanyakan ngetik untuk menjelaskan materi atau ketika mahasiswa ada yang bertanya jadi agak membuang waktu.” Gambar 2. Tampilan Media Pembelajaran Google Classroom Demikian dapat diketahui bahwa sekarang banyak sekali mediamedia pembelajaran yang telah tersedia sehingga dapat membantu mahasiswa maupun dosen dalam proses belajar mengajar. Namun tentu dalam penggunaannya masing-masing media pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya tersendiri baik dari fitur yang disediakan, batas waktu penggunaan, dan sebagainya. b. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Online Pandemi Covid-19 yang sedang terjadi mengharuskan para mahasiswa dan dosen untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan jarak yang berjauhan. Namun meski demikian mahasiswa tetap setia hadir di dalam kelas meski hanya melalui virtual saja. Dalam wawancaranya peneliti menanyakan kepada para informan apa hal yang mereka senangi selama melakukan pembelajaran online. “Kalau saya sendiri yang saya senangi selama melakukan pembelajaran online ini dapat bertatap muka dengan teman-teman beserta dosennya walaupun dalam keadaan seperti ini hanya melalui via Zoom dengan jarak jauh gitu.” (Nisa) Berbeda dengan Nisa, informan lainnya menyatakan bahwa dengan pembelajaran online ini mereka menjadi lebih percaya diri dan berani untuk menyampaikan pendapatnya di kelas. ”Yang saya senangi sih kak yaitu kita lebih membukakan diri. Lebih percaya diri menyampaikan aspirasi karena kan tidak bertemu secara langsung gitu kan jadi lebih tenang. Jika memberikan pendapat juga bisa dilihat di google seperti itu, bisa melihat referensi dari google.” (Juni) “Senangnya mungkin dibagian kita lebih percaya diri karena kita tiak berdiri di depan khalayak ramai. Karena kan kita hanya memandang handphone aja, mungkin senangnya disitu kak. Kita lebih berani dan lebih aktif di dalam kelas kalau tatap muka kan kadang kurang percaya diri.” (Irvan) Informan Lammewa menggambarkan bahwa suasana pembelajaran online ini terkesan lebih santai dibandingkan dengan pembelajaran offline.


48 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 49 “Hal yang saya senangi itu gak ribet gitu,maksudnya pakai kaos biasa pun bisa atau sambil ngapa-ngapain juga bisa gak harus berpakaian kemeja atau layaknya ke kampus. Itu sih yang saya senangi. Misalnya nanti dosen kadang ngirim tugas pagi kemudian bisa diselesaikan malamnya gitu kak.” (Lammewa) Sementara informan Vira menceritakan apa saja hal yang ia senangi selama perkuliahan online dimulai dari hal busana, pengiriman tugas, hingga hal lain yang dapat dikerjakan informan sambil tetap mengikuti perkuliahan online. “Nah ini kalau menurut Vira secara pribadi yang Vira senangi dari belajar online mungkin kita gak perlu menyiapkan segala hal untuk pergi ke kampus ya. Jadi kita tinggal bangun tidur, menyediakan laptop, duduk dah buka Zoom. Kemudian senang yang lainnya itu kita bisa menyambi hal yang lain gitu kalau ada sesuatu yang penting juga untuk dilakukan jadi kita bisa ngeZoom sambil ngelakuin hal itu tapi tetap mendengarkan penjelasan dari dosen dan tetap on cam untuk menghargai dosennya gitu selanjutnya sih kak yang Vira senangi itu mungkin kalau dari Zoom ini kita bisa santai kalau belajar online ini kita bisa santai gitu jadi kita bisa sambil tidur kalau dari gcr kita bisa sambil rebahan gitu sih kak.” (Vira). Meski sistem pembelajaran online terkesan dilakukan dengan suasana yang cukup santai namun dalam hal memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh dosen para informan mengatakan bahwa tidak dapat sepenuhnya memahami materi yang diberikan, para informan menyatakan kendala seperti jaringan sering kali menjadi salah satu penyebab mereka sulit untuk memahami materi yang diberikan. “Jujur saya kurang pahami karena terkendala di jaringan namun ada juga yang saya pahami penyampaian materi dari dosen.” (Juni). “Kalau mengenai mengerti atau tidaknya memahami materi dosen sih saya rasa kurang efektif ya kak soalnya saya suka belajar secara offline sih. Karena kalau online ini karena kondisi dan suasana yang kurang enak gitu kan jadi untuk memahami materi juga kurang untuk bisa ditangkap karena tidak bisa berinteraksi secara cepat dan efektif dengan dosen kemudian mungkin kalau secara daring ini saya rasa karena ada gangguan entah nantinya kurang kondusif atau nanti jaringan.” (Vira) Selain jaringan, metode belajar yang digunakan oleh dosen sendiri juga menjadi salah satu faktor mahasiswa kurang memahami materi yang diberikan, seperti yang dipaparkan oleh informan. “Kadang dosennya baik menyampaikan kita mudah menangkap tapi kadang kalau dosennya belibet itu sulit.” (Irvan) “Kalau dibilang memahami tentunya kurang kak kurang memahami. Karena pada saat dosen menerangkan gitu kembali lagi ke dosennya ada dosen yang menanyakan langsung kepada mahasiswanya atau aktif itu bisa kita pahami walaupun tidak sempurna namun kembali ke dosen yang kurang smart dalam menyampaikan tentunya apa yang disampaikan itu kita juga kurang nangkap.” (Dion) Meskipun kurang memahami materi yang telah diberikan, ketika ditanya apakah mereka menjadi lebih aktif di kelas beberapa informan mengaku bahwa ia menjadi mahasiswa yang lebih aktif ketika melakukan diskusi di kelas selama mengikuti pembelajaran online. Seperti yang dikatakan oleh informan Irvan. “Iya, karena kita lebih leluasa gitu. Ibaratnya tidak ada lagi yang membuat kita tidak percaya diri karena kita hanya memandang layar handphone begini saja.” (Irvan) Namun berbeda dengan informan lainnya yang mengatakan bahwa dengan adanya pembelajaran online ini ia sendiri tidak lebih aktif dalam melakukan diskusi di kelas. “Enggak kak, kurang.” (Lammewa) “Menurut saya tidak terlalu aktif. Karena menurut saya mahasiswa akan lebih cepat bosan ketika melakukan pembelajaran online dibandingkan ketika melakukan pembelajaran secara offline Soalnya kalau offline kan mahasiswa dapat berdiskusi secara langsung dan saling memberikan pendapat masing-masing.” (Nisa) Berbeda dengan yang lain, ketika peneliti bertanya Vira mengatakan bahwa ia sendiri merupakan mahasiswa yang cukup aktif di kelas. “Kalau untuk masuk dalam kategori aktif saya termasuk mahasiswa


50 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 51 yang cukup aktif ya, karena kalau misalnya sedang daring nih saya itu dari kebanyakan mahasiswa kadang saya sendiri yang cuma on cam gitu kan untuk menghargai dosen ataupun saya yang sering menanggapi pertanyaan persoalan dosen, misalnya entah itu masalah absen atau tanya apa sih kendala kalian. Misalnya dosennya nanya gitu saya sering jawab dan kalau masalah on cam saya selalu on cam.” Namun informan Vira sendiri mengaku bahwa meski adanya pembelajaran online ini dirinya sama seperti sebelum-sebelumnya. “kalau daring ini mungkin sama saja ya, malah saya rasa kurang lebih efektif untuk bisa bertanya karena seperti yang tadi saya katakan untuk memahami materi itu agak sulit ya bisa masuk ke dalam pikiran kita, jadi saya rasa sama saja sebelum atau sesudah itu malahan bukan semakin aktif malah tapi sama aja gitu.” Dalam melakukan komunikasi hambatan-hambatan tidak dapat terhindari tak terkecuali berkomunikasi dengan menggunakan media. Faktor internal yang berasal dari dalam diri informan salah satunya adalah timbulnya rasa malas yang dapat menjadi penghambat dalam melakukan pembelajaran online. Para informan menyatakan. “Menurut saya pribadi keinginan saya untuk belajar itu menurun ya. Saya lebih cepat bosan sehingga mengganggu konsentrasi saya dalam belajar.” (Nisa) “Yang pertama itu mungkin rasa bosan atau jenuh ketika daring seringkali terjadi apalagi mata kuliahnya mungkin yang jadwalnya itu dalam sekali pertemuan bisa berjam-jam. Kemudian rasa capek ketika duduknya itu harus terus menghadap ke arah laptop, kemudian gangguan yang lainnya yaitu kadang sakit matanya untuk menatap laptop terus ataupun HP itu.” (Vira) Namun informan Irvan mengatakan bahwa hingga saat ini ia sendiri belum memiliki hambatan-hambatan internal yang berasal dari dirinya. “Sementara ini belum ada kak.” Selain hambatan yang berasal dari mahasiswa itu sendiri, hambatan eksternal atau hambatan yang berasal dari luar terutama masalah jaringan seringkali menjadi menghambat proses belajar mengajar. Seperti yang dikatakan oleh para informan yang keenamnya sama-sama menyebutkan bahwa jaringan yang menjadi hambatan utamanya. “Jaringan bermasalah, mati lampu seperti itu sih kak apalagi bagian pelosok-pelosok daerah jadi jaringannya kurang.” (Juni) “Kalau saya pribadi jaringan akan selalu jadi penghambat ketika melakukan pembelajaran online melihat tempat tinggal saya ya yang jauh dari perkotaan.” (Nisa) Selain jaringan informan juga mengatakan bahwa kuota internet menjadi salah satu hambatan dalam melakukan pembelajaran online. “Kadang kuota kita tiba-tiba habis jadi boros seperti itu. Keadaan juga sih, karena di rumah ya, jadi lebih mengutamakan pekerjaan rumah seperti itu.”(Juni) “Tidak ada kuota internet. Kadang kuota internet dari kampus pendistribusiannya kadang lama. Kadang pendistribusiannya itu dibagikan ketika sedang libur.” (Irvan) Kuota internet dari kampus menjadi kendala pada mahasiswa dikarenakan mahasiswa mengaku bahwa dalam pendistribusiannya kuota sering kali tidak tepat waktu dan terkadang pembagiannya tidak merata. Informan menyatakan. “Masalah kuota dari kampus sudah dijanjikan setiap mahasiswa akan mendapatkan kuota gratis sebesar 15 GB kak, dan waktu saya daftar kuota gratis itu memang sesuai dengan yang dijanjikan kak yaitu 15 GB. Tapi saya hanya dapat kuota gratis dari kampus hanya sekali saja kak, seterusnya saya tidak pernah dapat kuota dari kampus lagi. Karena saya tidak pernah dapat kuota dari kampus lagi, seterusnya saya tidak pernah daftar buat kuota gratis dari kampus itu kak.” (Nisa) “Dijanjikan 15 GB, tapi saya udah gak dapat lagi selama 5 bulan.” (Irvan) Informan Vira menjelaskan juga apa hambatan yang ia alami ketika sedang melaksanakan pembelajaran Online. “Mungkin suasana yang kurang kondusif, apalagi jika kita itu sedang


52 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 53 di rumah. Nah di rumah itu kan nggak hanya kita aja, walaupun kita sedang daring di kamar kadang suara-suara bising dari luar ruangan itu kadang mengganggu untuk daring dan mengganggu konsentrasi dari Vira sendiri.” (Vira) Untuk kendala yang berkaitan dengan dosen, informan mengatakan bahwa terkadang beberapa dosen terlambat untuk memasuki dan memulai kelas. Para informan menyatakan. “Beberapa dosen ada yang telat mengajar ,namun pada saat mahasiswa menghubungi,dosen tersebut lupa jikalau ada jadwal yang dia bawa. Yang dosen lakukan Dia hanya berkata saya lupa bahwa ada kelas saya hari ini,dan tanggapan mahasiswa akan hal itu mengikuti alur yang dosen katakan” (Dion) Informan Juni mengatakan bahwa apabila dosen yang bersangkutan berhalangan hadir atau terlambat, biasanya mahasiswa akan mengubungi dosen untuk menanyakan kepastian jadwal. “Tergantung dosennya kak. Ada yg tidak ada yang tepat. Tanggapan mahasiswa biasanya ditanya kak. Terus kalau telat dichat dosennya” Namun meskipun mengalami banyak hambatan dan gangguan para informan sendiri memiliki caranya masing-masing dalam mengatasi hambatan dan gangguan yang diterima baik dari internal maupun eksternal. Seperti hambatan berupa jaringan para informan Juni menjelaskan bahwa ia biasanya akan menghubungi dosen yang bersangkutan untuk menjelaskan permasalahannya. “Kalau misalnya seperti tadi ada gangguan, cara mengatasinya sih saya menghubungi dosen atau memberikan pesan kepada dosen melalui media WhatsApp dan mengatakan bahwa terganggu jaringan di daerah tempat saya tinggal dan memberikan sebuah bukti mengirimkan lokasi daerah saya.” (Juni) Sedangkan informan Irvan dan Lammewa memilih untuk mencari titik lokasi yang memiliki sinyal lebih kuat sehingga dapat tetap mengikuti pembelajaran online. “Kalau masalah jaringan seperti yang tadi yang sudah saya alami Saya mencari titik yang di mana sinyal itu mudah ditangkap.” (Irvan) “Terkadang saya pindah tempat. Seperti sekarang ini saya berada di ruangan, kadang kalau mati lampu saya pindah di halaman seperti itu. Ada juga disediain meja-meja di depan rumah saya biasanya kayak gitu sih.” (Lammewa) Informan Dion juga menjelaskan ketika mengalami kendala jaringan biasanya ia akan pergi ke warkop terdekat untuk mencari Wifi. “Yang dilakukasn itu misalnya pada jaringan tadi, jika jaringannya kurang saya pribadi mencari lokasi yang di mana kemungkinan jaringannya bagus gitu atau kan sekarang warkop-warkop banyak yang pakai wi-fi jadi solusi yang diatasi ya menggunakan wi-fi.” (Dion) Sementara informan lain menjelaskan cara mereka masingmasing untuk mengatasi hambatan yang berasal dari diri mereka. “Saya mendengarkan musik terlebih dahulu sebelum perkuliahan dimulai sehingga membuat saya lebih rileks, saya juga suka menonton video-video lucu untuk menghilangkan rasa kantuk.” (Nisa) “Cara mengatasi hambatan itu mungkin di sela-sela dosen menjelaskan kita bisa ambil minum atau makanan sebentar dan off cam sebentar lalu lanjut lagi kemudian mencatat. Mungkin bisa juga dengan cara merekam suara dosen, karena lebih praktis untuk bisa didengarkan lagi ketika kita ada waktu luang. Jadi pelajaran itu bisa diulang kalau pun kita tidak maksimal ketika mendengarkan dosen menjelaskan.” (Vira) Selain hambatan internal dan eksternal yang diterima, dalam proses pembelajaran biasanya beberapa dosen akan menghimbau mahasiswa untuk menghidupkan kamera saat pembelajaran online berlangsung. Seperti yang dikatakan para informan. “Beberapa dosen saja yang menyuruh mahasiswa untuk menghidupkan kamera pada saat perkuliahan berlangsung.” (Dion) Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat meskipun sistem pembelajaran online saat ini terkesan santai karena sistemnya sendiri tidak seformal ketika melakukan pembelajaran tatap muka sebelum pandemi. Namun beberapa mahasiswa cukup kesulitan untuk memahami materi yang diberikan oleh dosen, meski beberapa mahasiswa mengaku dengan adanya pembelajaran


54 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 55 online ini ia menjadi lebih aktif dalam melakukan diskusi namun beberapa yang lainnya justru merasakan sebaliknya terlebih dengan hambatan-hambatan yang diterima baik dari eksternal maupun internal mahasiswa itu sendiri. c. Computer Mediated Communication (CMC) Computer Mediated Communication (CMC) sering kali diartikan sebagai komunikasi yang bermediakan komputer di mana sesuai dengan konteks bahwa komputer yang dimaksud dalam Computer Mediated Communication (CMC) bukan hanya perangkat personal computer (PC) namun juga semua alat yang berbasiskan komputer seperti PDA, tablet, smartphone, dan sejenisnya. Dalam wawancara yang peneliti lakukan informan beberapa informan mengatakan bahwa mereka menggunakan perangkat smartphone dan laptop untuk mengakses media pembelajaran online yang akan digunakan, seperti yang dikatakan para informan. “Biasanya kalau tidak pakai hp saya pakai laptop atau keduanya.” (Nisa) “Yang sering digunakan itu mungkin lebih enak menggunakan laptop ya tapi kalau misalnya sambil berpergian atau di tempat-tempat yang kurang kondusif mungkin lebih enak menggunakan hp.” (Vira) Untuk informan Dion sendiri menjelaskan bahwa ia dulunya menggunakan handphone ketika mengikuti kelas online namun karena baru-baru ini sudah memiliki laptop maka kemudian ia juga menggunakan laptop untuk mengikuti perkuliahan online. “Kalau dulu saya menggunakan handphone, baru-baru ini karena sudah ada laptop ya menggunakan laptop kak.” Sedangkan informan Lammewa ketika ditanya menggunakan perangkat apa ia menjawab bahwa hanya menggunakan smartphone saja untuk mengikuti pembelajaran-pembelajaran online. “Hanya menggunakan handphone saja kak soalnya kalau pakai yang lainnya gak bisa.” Dalam Computer Mediated Communication (CMC) terdapat beberapa dimensi dalam menyampaikan informasi melalui media komputer yang peneliti uraikan dalam hasil wawancara berikut. 1. Dimensi Accessibility (Daya Jangkau) Dalam dimensi ini dijelaskan bahwa pertukaran informasi melalui Computer Mediated Communication (CMC) dapat mencapai akses jangkauan yang luas, dari tempat tinggal para informan yang telah peneliti paparkan dalam gambaran informan sebelumnya dapat dilihat bahwa keenam peneliti berasal dan berada di daerah yang berbeda-beda namun informasi tetap dapat tersampaikan kepada keenam informan. Para informan menjelaskan bahwa selama mengikuti pembelajaran online beberapa dari mereka menjalaninya di rumah masing-masing. “Di rumah kak, kadang-kadang kalau mati lampu saya keluarkeluar gitu di depan rumah.” (Lammewa) “Kalau saya ketika ada jadwal kuliah, saya selalu stay di rumah.” (Nisa) Informan lainnya juga menjelaskan bahwa ketika mengikuti pembelajaran online terkadang mereka pergi ke cafe-cafe sekitar. “Perkuliahan online pertama saya daring dari rumah, soalnya kalau mata kuliah sampai akhir itu takutnya penggunaan data itu terlalu banyak jadi pada saat mata kuliah kedua saya ke Kabanjahe mencari warkop-warkop yang memiliki WiFi bagus.” (Dion) “Kalau untuk daring sih biasanya saat Vira pulang kampung ya Vira daringnya di Serdang Bedagai, tapi lebih kebanyakan daring itu di rumah, rumahnya itu yang di Medan gitu kak. Kalau kebetulan lagi ada kerja kelompok baru pergi ke kafe gitu untuk daring di sana.” (Vira) Meski penyampaian informasi melalui Computer Mediated Communication (CMC) dapat menjangkau wilayah yang luas, gangguan dan hambatan dari jaringan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya terkadang mengakibatkan informasi dan materi pembelajaran yang disampaikan oleh dosen tidak selalu dapat tersampaikan dengan baik.


56 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 57 “Tergantung jaringan. Kalau jaringannya bagus, penyampaian dosennya bagus ya diterima dengan baik, tapi kalau jaringannya gak bagus seperti kalau mati lampu ya gak baik.” (Lammewa) “Kalau menurut saya pribadi mengingat tempat tinggal saya yang cukup jauh dan sering adanya gangguan jaringan membuat saya lebih kurang memahami materi yang diberikan oleh dosen. Soalnya kan kak kalau ada gangguan-gangguan jaringan ketika melakukan Zoom itu itu pasti suara-suara dosen atau materinya menghilang sendiri. suara dosennya macet-macet gitu jadi ketinggalan materi yang diberikan oleh dosen.” (Nisa) Meski demikian, beberapa informan lain mengaku tidak mengalami kendala. Walaupun dengan jarak yang cukup jauh mereka mengaku dapat menerima dengan baik informasi dan materi pembelajaran yang disampaikan. Seperti yang disampaikan oleh informan Vira. “Kalau untuk masalah pesan yang sampai itu kalau misalnya Vira lagi di Medan mungkin karena jaringan yang mendukung juga jadi pesan itu tersampaikan dengan baik, tapi kalau misalnya Vira lagi di kampung halaman mungkin itula kendalanya ada di jaringan.” (Vira) Ketika ditanya mengenai hambatan lain yang berhubungan dengan tempat tinggal ataupun lokasi tempat informan mengikuti perkuliahan, informan Dion informan menyatakan. “Kalau dibilang hambatan ada sih kak, misalnya kan kendaraan waktu pada saat saya mau pergi ke warkop gitu soalnya jarak dari rumah ke tempat nongkrong itu lumayan jauh.” (Dion). Sementara informan Juni menceritakan bahwa saat mengalami gangguan jaringan yang berhubungan dengan tempat tinggalnya maka ia akan berpindah mencari lokasi yang lebih strategis. “Saya pernah kalau jaringan lagi ada gangguan saya berpindah tempat tidak di rumah kuliahnya, cuma saya gak pernah sampai ke bukit-bukit jadi hanya pindah tempat aja gitu misalnya ke rumah tetangga yang lebih lancar jaringannya.” (Juni) Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa pertukaran dan penyampaian informasi melalui Computer Mediated Communication (CMC) benar-benar dapat menjangkau wilayah yang luas, meskipun kendala seperti jaringan seringkali menjadi penyebab utama para informan dalam melakukan pembelajaran online. 2. Dimensi Speed (Kecepatan Informasi) Dimensi speed mengindikasikan bahwa proses penyampaian informasi oleh sender (pengirim) melalui Computer Mediated Communication (CMC) mampu menunjukkan kecepatan dalam penerimaannya oleh receiver (penerima). Selama melaksanakan pembelajaran online beberapa informan mengatakan bahwa mereka menggunakan kartu paket untuk mengakses internet. “Paket internet kak, jadi lebih boros sih. Pakai kartu XL kadang Telkomsel.” (Juni) “Kadang menggunakan internet jaringan Telkomsel.” (Lammewa) Informan lainnya mengunkapkan bahwa mereka juga menggunakan jaringan wifi dalam mengakses media pembelajaran. “Kalo lagi stay di Medan sih Vira pakai jaringan Axis, Tri, XL karena lebih murah, tapi karena Vira rasa harus ngeZoom tiap hari jadi Vira juga menggunakan wifi.” (Vira) “Biasanya menggunakan wifi atau menggunakan paket internet Telkomsel.” (Nisa) Sementara dalam hal kecepatan menerima informasi menggunakan jaringan-jaringan tersebut, beberapa informan mengaku jika penerimaan informasi cukup cepat didapatkan. “Lumayan bagus kak, cepat gitu.” (Dion) “Kalau kecepatan memperoleh informasi dari dosen melalui jaringan itu sih cukup mudamya untuk bisa mendapatkan informasinya, karena Vira kan lebih banyak di Medan nih jadi kebetulan dalam menggunakan misalnya menggunakan paket atau kuota itu tibatiba habis atau jaringan yang mengganggu Vira bisa menggunakan wi-fi seperti yang Vira bilang tadi.” (Vira).


58 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 59 Meski demikian para informan menyebutkan kembali bahwa jaringan selalu menjadi kendala utama yang menghambat kecepatan para informan untuk memperoleh informasi. “Kalau kendalanya sih gak ada, hanya satu aja itupun karena jaringan.” (Nisa) “Kalau kendalanya itu hanya di jaringan sih kak,kalau jaringannya memang bermasalah terkadang apa yang diucapkan dosen ketinggalan dari gerakan ataupun video yang ditampilkan.” (Vira) Sementara informan Irvan juga menceritakan. “Pernah saya alami gini kak, pada saat mengirimkan hasil ujian saya sampai telat gara-gara jaringan itu lemah. Saya mengirimkan melalui classroom pada jam yang tepat dan karena jaringan jadi terlambat.” Selain dari jaringan beberapa informan menyebutkan media pembelajaran yang menurut mereka memiliki kelebihan tersendiri dalam kecepatan menyampaikan dan menerima informasi salah satunya media Whatsapp. “Kalau menurut saya pribadi yang memiliki kecepatan itu melalui via Whatsapp pastinya karena hanya menggunakan sedikit internet dan akan lebih mudah mendapatkan informasi. Kalau misalnya kita menggunakan Zoom kan kita itu pasti ada batasan waktunya jadi tidak setiap saat bisa bertanya kepada dosen.” (Nisa) “Iya ada kak, media seperti whatsapp merupakan media tercepat dalam menyampaikan informasi antar dosen dan mahasiswa baik dalam menyampaikan informasi dalam bentuk file, dokumen ataupun video, karena prosesnya cukup praktis atau penggunaannya yang kapanpun bisa dilakukan.” (Vira) Gambar 3. Tampilan Chat Grup Whatsapp Mahasiswa dan Dosen Dalam hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa dengan jarak yang berjauhan sekalipun kecepatan para informan dalam memperoleh informasi dapat dikatakan cukup cepat meskipun dalam penggunaannya memerlukan jaringan-jaringan yang mendukung agar dapat mengakses media-media pembelajaran. 3. Dimensi Amount (Kuantitas Informasi) Dalam dimensi amount dikatakan bahwa penyampaian informasi melalui Computer Mediated Communication (CMC) dapat


60 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 61 memenuhi kebutuhan jumlah informasi yang dibutuhkan. Sesuai dengan definisi dari dimensi amount beberapa informan mengaku bahwa jumlah informasi yang mereka inginkan dapat terpenuhi selama mengikuti pembelajaran online. “Sejauh ini dapat terpenuhi dengan baik karena informasiinformasi cepat sampainya.” (Irvan) “Terkadang iya namun tidak di semua mata kuliah.” (Nisa) “Kalau untuk masalah jumlah informasi selama perkuliahan itu terpenuhi sih kak.” (Vira) Sementara informan lain mengaku bahwa jumlah informasi yang mereka inginkan tidak dapat sepenuhnya terpenuhi selama mengikuti perkuliahan online. “Tidak terpenuhi, karena terganggunya jaringan terus kita juga gak secara langsung interaksi sama dosen dan mengetahui misalnya proses pembelajaran.” (Juni) “Kalau dibilang terpenuhi gak sepenuhnya sih kak, bisa dibilang sebagian besar cuma gak sepenuhnya.” (Dion) Dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diinginkan yang terkadang kurang terpenuhi beberapa informan memiliki cara tersendiri agar kebutuhan informasi yang diinginkan dapat terpenuhi. Seperti informan Juni yang memilih untuk mencari referensi melalui sumber lain. “Saya searching mencari referensi lain di google atau e-book.” Sementara informan Dion dan Lammewa lebih memilih untuk menanyakan langsung kepada dosen yang bersangkutan mengenai materi yang kurang mereka pahami “Saya pribadi langsung meminta informasi dari dosen gitu misalnya melalui chat. Saya menanyakan ke dosennya bahwa materi yang diberikan itu kurang saya menerimanya atau kurang puas menerima informasinya.” (Dion) “Biasa meminta materi dikirim ulang atau diinformasikan kembali.” (Lammewa) 4. Dimensi Cognitive Effectiveness (Keefektifan Memperoleh Informasi) Dalam dimensi ini dijelaskan bahwa informasi yang disampaikan melalui Computer Mediated Communication (CMC) dapat menanamkan dan memperkaya wawasan penerimanya. Beberapa informan menyetujui bahwa dengan adanya pembelajaran online ini maka wawasan yang mereka miliki semakin bertambah. “Sejauh ini wawasan yang saya miliki dan yang saya terima walaupun online tetap maksimal.” (Irvan) “Tentunya bertambah soalnya dari apa yang kita tidak ketahui setelah kita meminta informasi dari dosen jadi informasi kita semakin bertambah gitu.” (Dion) “Tentu kalau jumlah informasi terpenuhi, wawasan itu akan bertambah soalnya kan apa yang kita dapatkan itu baru gitu, jadi memperluas wawasan kita dari apa yang belum kita ketahui dengan informasi yang ada jadi kita tau.” (Vira) Namun informan lainnya menyatakan bahwa bertambahnya wawasan mahasiswa ketika melakukan pembelajaran online ini tidak sepenuhnya terjadi pada diri mahasiswa. “Kalau menurut saya belum tentu juga, apalagi proses pembelajaran melalui daring atau online karena belum tentu semua mahasiswa memperhatikan dosen saat menjelaskan.” (Nisa) “Tidak juga, karena kan kadang kita juga mempunyai kesibukan masing-masing jadi kadang gak mengutamakan belajar online ditambah banyak gangguan-gangguan misalnya dalam pekerjaan rumah ataupun kerjaan di luar. Jadi tidak sepenuhnya.” (Juni) Proses penyampaian informasi dalam pembelajaran online tidak hanya berupa pembahasan dan penjelasan materi yang dilakukan oleh dosen, namun juga dapat berupa diskusi, sharing pengalaman, dan sebagainya, seperti yang telah dikatakan oleh para informan.


62 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 63 “Kami membahas mengenai kejadian-kejadian masa kini, mengutarakan pendapat seperti itu.” (Juni) “Biasanya kami sharing-sharing, seperti sharing dengan dosen pengalamannya waktu kuliah bagaimana.” (Irvan) Informan Dion menambahkan bahwa kegiatan seperti webinar yang diadakan oleh pihak Universitas Medan Area juga mampu memperkaya wawasan informan. “Sharing-sharing dengan dosen, dengan teman, terus mendapatkan banyak informasi misalnya melalui webinarwebinar. Biasanya dosen menginformasikan ke mahasiswa untuk mengikuti webinar tersebut.” (Dion) Sementara informan Nisa dan Vira lebih memilih untuk mengulang kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya. “Kalau saya yang saya lakukan yaitu membaca ataupun memahami ulang isi materi yang telah diberikan dosen agar dapat lebih dipahami, kemudian kegiatan lain seperti diskusi.” (Nisa) “Kalau Vira sendiri itu mungkin belajar bersama ya kak, diskusi bareng gitu. Jadi kalau di luar jumpa sama teman-teman untuk diskusi bareng, kumpul gitu di perpustakaan jadi materi kami ulang kembali untuk dibahas bersama di manapun entah itu di kafe yang penting kita bahas bersama.” (Vira) Gambar 4. Poster Webinar UMA Sementara informan Lammewa mengaku bahwa selain penyampaian materi dari dosen ia sendiri jarang melakukan kegiatan yang dapat memperkaya wawasannya, hanya sesekali mengikuti diskusi kelompok saja. “Apa ya kak, ya saya di kampung aja gitu, diskusi juga kurang. Kalau diskusi kelompok ada tapi itu jarang.” Dalam dimensi Cognitive Effectiveness, bahwa dengan melakukan penyampaian informasi yang dilakukan selama pembelajaran online mampu menambah wawasan dari mahasiswa itu sendiri, meski hal tersebut tidak berlaku terhadap seluruh mahasiswa dikarenakan hambatan yang berasal dari internal maupun eksternal mahasiswa tersebut. Selain itu, proses penyampaian dan memperoleh informasi tidak hanya dilakukan melalui penyampaian materi namun juga melalui berbagai kegiatan lain ataupun diperoleh dari berbagai platform yang digunakan untuk mengakses konten edukasi.


64 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 65 5. Dimensi Relevance (Kesesuaian informasi) Dimensi relevance menunjukkan bahwa informasi yang dilakukan melalui Computer Mediated Communication (CMC) dapat memenuhi kebutuhan dan kesesuaian informasi yang diinginkan. Beberapa informan juga mengakui bahwa materi maupun informasi yang diberikan selama pembelajaran online ini sudah sesuai dengan informasi yang ingin mereka dapatkan. “Sesuai kak, karena dosen juga pasti akan selalu menjelaskan ulang isi dari materi yang diberikan kepada mahasiswa agar mahasiswa itu lebih mengerti apa yang ingin dijelaskan oleh dosen itu.” (Nisa) “Kalau masalah informasi yang ingin Vira peroleh sih kalau dalam pelajaran cocok-cocok aja sih kak, karena kan memang mengenai Ilmu Komunikasi sendiri jadi udah cocok sih, udah sesuai lah informasi itu.” (Vira) Sementara itu informan lain mengaku bahwa sesuai atau tidaknya informasi yang didapatkan itu tergantung dari cara penyampaian dosen yang bersangkutan. “Melihat dosennya juga kak, sebagian besar sih apa yang kita inginkan tercapai gitula.” (Irvan) “Sesuai sih kak, namun ada juga kadang beberapa dosen yang disampaikan itu kadang-kadang gak nyambung dengan materi itu. Tapi hanya sebagian kecil saja.” (Dion) Informan Juni mengatakan bahwa informasi yang ingin ia dapatkan terkadang tidak sesuai dikarenakan penggunaan media dan juga hambatan di jaringan. “Tidak, informasi yang lebih mudah didapatkan itukan sebenarnya melalui tatap muka karena lebih dapat gitu materinya dan kita jadi lebih luas wawasannya kemudian lebih mudah untuk bertanya secara langsung. Jika menggunakan media online ini kan lebih rumit, kita tidak bisa langsung bertemu dan harus terganggu jaringan atau banyaklah hambatan-hambatannya.” Bagi informan yang menyatakan bahwa informasi yang didapatkan telah sesuai, peneliti juga menanyakan apa yang menjadi pengukur maupun penanda para informan bahwa informasi yang diterima telah sesuai dengan apa yang ingin mereka dapatkan. Salah satunya adalah dipahami dan dimengertinya materi yang telah dosen sampaikan. “Kalau menurut saya yang jadi pengukur dan penanda itu adalah mahasiswa memang benar-benar mengerti dan memahami materi yang telah diberikan oleh dosen selama mengikuti kuliah online.” (Nisa) “Mungkin sebagai penanda itu ya, Vira memahami materi yang dijelaskan oleh dosen kemudian selain memahami apa yang dijelaskan oleh dosen mungkin lumayan ya dari nilai-nilai Vira semester 1 dan 2 itu bisa dibilang tidak terlalu rendah.” (Vira) Sementara informan Irvan mengatakan bahwa ia memiliki buku yang dijadikannya sebagai penanda bahwa informasi yang disampaikan telah sesuai. “Kita ada pegangan buku gitu, ibaratnya ketika dosen menyampaikan penjelasan materi sebagian besar itu pas lah sesuai dengan buku yang kita pegang karena sebagian besar dosen mengharuskan kita mempunyai buku pedoman gitu kak atau tidak kita dikirimkan materi PPT sesuai dengan rancangan mata kuliah.” (Irvan) 6. Dimensi Motivating (dari Informasi) Dalam dimensi ini dikatakan bahwa informasi yang diperoleh melalui Computer Mediated Communication (CMC) mampu menumbuhan motivasi untuk memahami dan menerapkan informasi tersebut. Dalam melakukan pembelajaran online setiap informan memiliki motivasi dan dorongan tersendiri untuk tetap mengikuti dan memahami materi ajar yang diberikan. Beberapa informan menjelaskan bahwa meski pandemi dan banyak hambatan yang diterima namun tidak menghilangkan dorongan dan keinginan mereka untuk mendapatkan informasi. “Menurut saya pembelajaran online punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing sehingga kembali lagi kepada diri kita bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut, itu yang saya memiliki sebagai motivasi, jangan karena masalah pandemi jadi kita harus mundur tidak mau belajar gitu.” (Juni)


66 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 67 “Motivasi saya saat ini adalah meski proses belajar lebih banyak digunakan secara daring dengan menggunakan berbagai aplikasi seperti Zoom, Google Meet, dan sebagainya namun tidak mengehentikan saya untuk terus mengikuti proses pembelajaran walaupun hanya melalui daring atau online, saya tetap semangat mengikuti pendidikan walau keadaan pandemi covid-19.” (Nisa) Sementara informan Vira mengatakan dorongan yang membuatnya tetap melaksanakan pembelajaran online ialah karena Covid-19 itu sendiri. “Mungkin dorongan Vira untuk melakukan perkuliahan itu adalah agar putusnya rantai Covid-19 karena dengan melakukan perkuliahan online sehingga perkuliahan offline akan segera dilaksanakan.” Informan lainnya juga menjelaskan motivasi yang mereka miliki adalah karena target yang ingin mereka capai sehingga meski proses belajar dilakukan secara online mereka tetap melaksanakannya. “Dorongan yang membuat saya aktif di perkuliahan online itu bisa dibilang ada target kak soalnya target saya kuliah itu tiga setengah tahun sih kak tidak lebih, harus cepat wisuda tapi itu masih planning aja sih.” (Dion) “Ya kalau dorongan itu ada kak, biar cepat tamat sesuai dengan yang saya inginkan dan biar bisa bekerja di tempat yang layak untuk saya.” (Lammewa) Dalam menerapkan informasi dari materi maupun diskusi selama pembelajaran online, beberapa informan mengaku bahwa informasi yang didapatkan biasanya mereka terapkan setelah pembelajaran online berakhir. Seperti informan Irvan yang menerapkan ilmu dalam bidang public speaking. “Sebagian besar materi ataupun pengetahuan sudah saya terapkan contohnya public speaking mengajarkan kita untuk berpidato dengan bahasa baku dan cara-cara public speaking itu bagaimana, jadi hal itu sudah saya terapkan pada acara-acara organisasi yang saya ikuti di kampung.” (Irvan) Berbeda dengan Irvan, informan Vira menerapkan ilmu kewirausahaan yang ia dapatkan dengan melakukan percobaan yang berhubungan dengan membangun bisnis. “Iya tentunya Vira terapkan. Contohnya itu seperti mata kuliah kewirausahaan, ketika materi yang disampaikan mengenai membangun bisnis setelah kegiatan daring Vira akan melakukan percobaan-percobaan dan rencana kecil yang berhubungan dengan bisnis itu sendiri.” (Vira) “Kalau saya pribadi terkadang diterapkan seperti membaca dan memahami materi isi yang telah diberikan oleh dosen agar saya lebih memahami dan mengerti apa yang dijelaskan oleh dosen.” (Nisa) Sementara informan lainnya memberikan jawaban yang berbeda. Mereka mengaku bahwa informasi yang di dapatkan terkadang tidak mereka terapkan. “Kadang diterapkan kadang enggak.” (Lammewa) “Kalau misalnya saya sih kak tergantung mood ya, tergantung situasi keadaan hati saya bagaimana. Kadang kalau udah selesai pembelajaran online nih saya menuliskan poin-poin tertentu di buku apa aja yang dikatakan dosen untuk dibaca ulang dan diterapkan.” (Juni) Dalam melakukan pembelajaran online, mahasiswa dan dosen merupakan faktor yang mendukung keberhasilan dalam kegiatan tersebut. Beberapa hal seperti ketepatan waktu dan etika. 2. Hasil Observasi Observasi merpakan proses mengamati subjek penelitian beserta lingkungannya tanpa mengubah kondisi alamiah subjek dengan lingkungan sosialnya. Setelah melakukan wawancara, peneliti melakukan observasi untuk mencocokkan jawaban dari informan dengan kejadian yang sebenarnya.


68 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 69 Para informan menjelaskan berbagai media yang mereka gunakan selama melakukan pembelajaran online hal ini telah sesuai dengan hasil pengamatan peneliti dimana peneliti turut ikut mengakses media pembelajaran yang digunakan dan ikut dalam proses pembelajaran online. Pembelajaran online yang diikuti juga tidak hanya terfokus pada satu media pembelajaran saja, namun mahasiswa menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan materi ajar yang akan disampaikan. Dalam mengakses media pembelajaran, peneliti melihat mahasiswa tidak mengalami kesulitan sedikit pun. Hanya saja ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, masalah-masalah pada jaringan dan suasana sekitar kerap kali mengganggu para mahasiswa. Bahkan peneliti juga melihat dosen turut merasakan gangguan jaringan hingga keluar dari Cloud X. Dalam hal meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa, peneliti melihat bahwa beberapa mahasiswa begitu aktif ketika mengikuti pembelajaran online, dimana mahasiswa kerap kali menjawab pertanyaan dari dosen dan ikut melakukan diskusi. Dalam proses pembelajaran online biasanya dosen akan menghimbau mahasiswanya untuk menghidupkan kamera sebelum kelas dimulai, namun masih banyak sekali mahasiswa yang mengabaikan himbauan dari dosen dengan tidak menghidupkan kamera hingga mata kuliah berakhir. Sesuai dengan yang dikatakan para informan bahwa hanya sebagian mahasiswa saja yang akan menghidupkan kamera saat pembelajaran online berlangsung atau biasanya mahasiswa hanya mengaktifkan kamera ketika absensi dan foto bersama untuk dokumentasi. Dalam dimensi Computer Mediated Communication (CMC), media pembelajaran yang saat ini digunakan memang dapat dikatakan cepat dalam menerima maupun mengirim informasi. Hal ini terlihat dari interaksi antara dosen dan mahasiswa yang dapat memberikan respon secara cepat dengan menggunakan mediamedia pembelajaran tersebut. Dalam hal kesesuaian informasi dan terpenuhinya jumlah informasi dari hasil observasi yang dilakukan biasanya dosen akan mengirimkan materi melalui media pembelajaran sehingga mahasiswa dapat mengaksesnya kapan saja dan dapat dipelajari kembali di rumah. Apabila mahasiswa merasa informasi yang mereka inginkan kurang terpenuhi, mereka akan mengajukan pertanyaan yang kemudian akan direspon oleh dosen yang bersangkutan. Dalam penelitan ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik dan waktu sebagai teknik uji keabsahan data. Triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari pengumpulan data kemudian peneliti cek kembali untuk menemukan kepastian data didalamnya. Sementara dalam triangulasi waktu, data yang dikumpulkan melalui teknik observasi dilakukan sesuai dengan jadwal mata kuliah para informan sehingga data yang didapatkan lebih valid. Untuk pengumpulan data melalui teknik wawancara peneliti lakukan dengan menyesuaikan jadwal masing-masing para informan yang dilakukan setelah pembelajaran online mereka selesai. Hasil dari triangulasi peneliti jabarkan dalam tabel dibawah ini. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada keenam informan, peneliti akan menguraikan hal-hal penting yang peneliti peroleh. Analisis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data oleh Miles dan Huberman yaitu mereduksi data yang dilakukan dengan cara merangkum, memilih hal pokok, dan memfokuskan hal yang penting dalam penelitian. Setelah dianalisis maka peneliti akan menyajikan data dalam bentuk narasi yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan pembahasan awal penelitian sehingga kemudian dapat ditarik kesimpulan. Merujuk pada data yang telah disajikan, maka akan dilakukan pembahasan masalah yang diteliti dalam penelitian ini. a. Media Pembelajaran Sesuai dengan definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh Harold D. Laswell yaitu siapa mengatakan apa kepada siapa menggunakan saluran apa dan dengan dampak apa, proses komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi


70 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 71 Universitas Medan Area berupa proses penyampaian dan pertukaran informasi yang dilakukan dengan bantuan media. Berdasarkan bagan unsur komunikasi yang telah disebutkan di bab sebelumnya maka dapat dilihat bahwa. 1. Sumber, selain dosen dalam proses pembelajaran online yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UMA sumber informasi atau sumber pesan dapat berasal dari mana saja. Mahasiswa sendiri dapat menjadi sumber pesan ketika terjadi proses diskusi dan penyampaian pendapat. 2. Pesan, dalam proses belajar mengajar pesan yang disampaikan dapat berupa materi pembelajaran, informasi terkait mata kuliah yang kemudian disampaikan melalui media pembelajaran. 3. Media, merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerimanya. Dalam hal perangkat seperti gadget, mahasiswa menggunakan smartphone dan laptop untuk mengakses media pembelajaran seperti Zoom, Google Classroom, Cloud X, dan sebagainya yang digunakan sebagai media penyampaian pesan. 4. Penerima, merupakan pihak yang menerima pesan. Sama seperti sumber, dosen maupun mahasiswa dapat menjadi sasaran pesan yang dikirimkan oleh sumber. Penerima sendiri dapat berupa perorangan ataupun sebuah kelompok. 5. Pengaruh, merupakan efek yang dirasakan oleh komunikan setelah menerima pesan. Dalam hal ini, mahasiswa biasanya merasakan bahwa wawasan yang mereka miliki semakin bertambah. Bahkan bagi beberapa mahasiswa muncul keinginan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama pembelajaran online. 6. Tanggapan balik, merupakan respon yang diberikan setelah menerima pesan. Dalam proses belajar mengajar tanggapan balik yang diberikan dapat berupa mengertinya mahasiswa dengan materi yang telah dijelaskan oleh dosen atau mahasiswa akan bertanya ketika ada yang kurang di pahami. 7. Lingkungan, merupakan faktor yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Sehingga, lingkungan dapat menjadi salah satu penentu baik atau tidaknya pesan tersebut tersampaikan kepada penerimanya. Dalam hal pembelajaran online, lingkungan tempat tinggal bagi mereka yang berada di luar Kota Medan terkadang menghambat materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Komunikasi bermedia merupakan suatu bentuk komunikasi menggunakan alat sebagai perantara untuk menghantarkan pesan kepada penerimanya. Media yang dimaksudkan berupa perangkat dan aplikasi-aplikasi maupun web yang mampu memfasilitasi proses penyampaian informasi tersebut. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arief S. Sadiman dkk dalam Putra (2017), secara umum media pembelajaran memiliki fungsi. 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas. Dalam penyampaian informasi melalui media-media pembelajaran, materi yang disampaikan tidak hanya berupa kata tertulis atau lisan saja namun dapat berupa gambar-gambar maupun simbol. Seperti penyampaian materi melalui Zoom, dosen tidak hanya sekedar menyampaikan materi melalui slide power point saja namun dapat memutar video yang berkaitan dengan materi ajar. 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan biaya indra. Dalam pemanfaatannya media pembelajaran dapat menghubungkan mahasiswa dan dosen yang saling berjauhan. Proses komunikasi hanya dilakukan dengan cara mengakses media pembelajaran yang telah dipilih. Selain itu, proses pembelajaran online juga mampu menghemat biaya karena dapat dilakukan di rumah masing-masing. 3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif mahasiswa. Sebagai contoh ketika peneliti melakukan observasi, seorang dosen menggunakan metode ajar dimana mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, lalu dosen memberikan sebuah topik untuk di diskusikan bersama di room Google Meet kelompok tersebut. Dosen sendiri akan mengunjungi link Google Meet dari masing-masing kelompok untuk memantau dan menanyakan perkembangan hasil diskusi. Dalam kegiatan diskusi, peneliti dapat melihat bahwa mahasiswa begitu aktif dalam melakukan


72 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 73 diskusi dengan memanfaatkan media pembelajaran yang ada. Beberapa mahasiswa mengatakan bahwa mereka lebih menyukai metode ajar yang seperti ini, dimana meski hanya melalui media online mereka dapat bebas bertukar pendapat satu sama lain dengan sebuah topik untuk di diskusikan bersama. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang telah dipaparkan, dapat dilihat bahwa banyak sekali media-media pembelajaran yang membantu memfasilitasi kegiatan belajar mengajar, sesuai dengan yang dipaparkan para informan maka media pembelajaran yang digunakan ialah. 1. Zoom, cara pemanfaatannya adalah digunakan untuk melakukan video conference antara mahasiswa dan dosen, sehingga dosen dan mahasiswa dapat saling bertatap muka dan juga dapat menampilkan materi yang akan dipelajari. 2. Cloud X, ialah aplikasi yang disediakan oleh Telkomsel yang pemanfaatannya hampir sama seperti Zoom yaitu dapat melakukan video conference hanya saja untuk menggunakannya dosen harus melaporkan dulu kepada staff tata usaha untuk kemudian akan dibuatkan link Cloud X. 3. Google Classroom, merupakan sebuah platform dari perusahaan Google yang dapat digunakan untuk melakukan proses pembelajaran. Pemanfaatannya seperti pengiriman materi dalam bentuk file, audio, maupun video dan juga dapat memudahkan penggunanya dalam memberikan, mengerjakan, mengumpulkan, dan menilai tugas. 4. Google Meet, merupakan platform yang juga berasal dari Google yang pemanfaatannya sama seperti Zoom dan Cloud X, namun tidak seperti Cloud X, room meeting dalam Google Meet dapat dibuat oleh siapa saja dan juga tidak memiliki batas waktu dalam penggunaannya seperti Zoom. 5. Whatsapp, merupakan aplikasi chatting yang dapat dimanfaatkan untuk bertukar informasi secara cepat dan juga dapat membagikan materi pelajaran berupa file, audio, maupun video. Biasanya dosen dan mahasiswa berkomunikasi dengan membuat sebuah grup yang beranggotakan orang-orang yang mengambil mata kuliah tersebut. 6. E-learning, merupakan sebuah web yaitu www.elearninguma. ac.id yang disediakan oleh pihak Universitas Medan Area yang memungkinkan dosen untuk mengirimkan materi berupa file seperti word dan pdf dan dapat melakukan ujian secara online melalui web tersebut. Dalam proses pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan, keputusan tersebut tergantung dari kesepakatan antara mahasiswa dan dosen. Terkadang beberapa dosen memang telah menetapkan media apa yang akan digunakan, namun beberapa lainnya akan menanyakan terlebih dahulu kepada mahasiswa. Semuanya kembali kepada kebijakan dari masing-masing dosen pengampu. Seperti yang dikemukakan oleh Bates dalam Belawati (2020), dalam pemilihan media pembelajaran perlu memperhatikan unsurunsur ACTIONS (access, costs, teaching, interactivity dan friendliness, organizational issues, novelty, speed). 1. Access atau aksesiblitas, merupakan kemudahan media untuk dijangkau oleh pembelajar. Dalam hal ini, semua media pembelajaran yang telah di sebutkan sebelumnya merupakan media-media yang dapat mudah untuk diakses oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. 2. Costs, merupakan biaya yang dibutuhkan untuk memanfaatkan fitur dari media tersebut. Media pembelajaran seperti Whatsapp, Google Classroom, E-Learning termasuk dalam media yang tidak membutuhkan biaya untuk menggunakannya. Namun media seperti Zoom, Google Meet, Cloud X menawarkan beberapa pembayaran premium untuk memanfaatkan fiturnya seperti Zoom menawarkan tidak ada batasan waktu dan Google Meet yang menyediakan fitur merekam bagi mereka yang membayar. 3. Teaching, merupakan kemampuan dari media dalam memfasilitas penyampaian materi ajar. Masing-masing dari media pembelajaran yang digunakan memiliki fungsi dan fiturnya sendiri yang dapat membantu proses penyampaian materi ajar. Seperti Zoom yang digunakan untuk melakukan tatap muka dan presentasi, sedangkan Google Classroom digunakan untuk pengiriman materi ajar dan tugas.


74 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 75 4. Interactivity dan Friendliness, merupakan kemudahan dalam menggunakan media tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, media pembelajaran yang saat ini digunakan termasuk mudah dalam pengoperasiannya dikarenakan hanya perlu menginstall media pembelajaran di perangkat gadget masing-masing. 5. Organizational Issues, merupakan tuntutan media tersebut terhadap perubahan dan permasalahan organisasi yang ada. Sehingga pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan harus disesuaikan dengan permasalahan pada mahasiswa. Misalnya seperti saat ingin menggunakan media Google Classroom namun ternyata mahasiswa harus melakukan presentasi sehingga pemilihan media Google Classroom dialihkan menjadi ke Zoom untuk menyelesaikan permasalahan presentasi. 6. Kemutakhiran (Novelty) dan Sustainbility, merujuk kepada media pembelajaran yang digunakan harus mutakhir untuk membuat mahasiswa termotivasi belajar. Dan juga perlu memperhatikan berapa lama media tersebut akan bertahan. Misalnya seperti penggunaan Google Meet dan Zoom, dimana kedua aplikasi ini banyak diminati karena dapat melakukan proses pembelajaran dengan melakukan video conference namun dalam pemanfaatannya sendiri Zoom memiliki batas waktu sekitar 45 menit sedangkan Google Meet tidak memiliki batasan waktu untuk digunakan. 7. Speed, merupakan kemampuan media dalam memfasilitasi perubahan metode ajar pada materi yang akan dikomunikasikan. Seperti contoh Zoom, Cloud X dan Google Meet yang menyediakan fitur video conference juga mampu memfasilitasi kegiatan presentasi dengan menyediakan fitur share screen. Zoom sendiri menjadi salah satu media pembelajaran yang sering digunakan karena dalam pengggunaannya Zoom dapat melakukan video conference yang menghubungkan komunikasi dua arah antara dosen dengan mahasiswa sehingga hal tersebut sering menjadi pertimbangan ketika dosen ingin menyampaikan materi ajar. Beberapa alasan yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran menurut para informan ialah: 1. Kemampuan media tersebut dalam memfasilitasi penyampaian materi sehingga dapat diterima dengan baik oleh para mahasiswa. 2. Kemudahan dalam penggunaan media pembelajaran. 3. Metode ajar yang akan digunakan. Dalam penggunaan media pembelajaran yang dipilih dapat dikategorikan sebagai media yang sederhana dan mudah untuk digunakan. Meski demikian, dalam pengoperasiannya jaringan merupakan kendala utama yang diterima oleh para informan dalam mengoperasikan media pembelajaran terutama bagi mereka yang tinggal di luar Kota Medan. Selain dari kemudahan dalam penggunaannya, masing-masing dari media pembelajaran memiliki kelebihan serta kelemahannya tersendiri yang peneliti sajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 1. Kelebihan dan Kelemahan Aplikasi No Aplikasi Kelebihan Kelemahan 1 Zoom Dapat melakukan tatap muka. Dapat berganti background. Dapat melakukan share screen untuk presentasi. Memiliki fitur untuk merekam video. Memiliki fitur jadwal. Boros paket internet. Memiliki batasan waktu bagi yang tidak membeli paket VIP. Jaringan harus stabil. 2 Google Meet Dapat melakukan video conference. Mudah digunakan. Tidak memiliki batasan waktu. Dapat melakukan share screen Boros paket internet. Tidak dapat mengubah background. Beberapa fitur hanya dapat diakses dengan membeli paket premium. 3 Cloud X Whatsapp Dapat video conference. Dapat melakukan share screen. Tidak memiliki batasan waktu. Memiliki paket internet murah yang disediakan oleh Telkomsel. Tidak semua orang dapat menjadi host sehingga video conference dapat dilakukan hanya ketika mendapatkan link dari host saja.


76 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 77 Dapat berkomunikasi kapan dan di mana saja di luar jadwal kuliah. Tidak membutuhkan paket internet yang telalu banyak. Dapat mengirimkan file berupa foto, video, dokumen. Komunikasi hanya dilakukan melalui teks dan voice note saja. Kapasitas orang terbatas jika ingin melakukan tatap muka secara virtual. 4 Google Classroom Terdapat fitur pengelolaan dan pengumpulan tugas sehingga bisa memudahkan penggunanya. Terhubung ke email sehingga pengumuman yang ditulis di classroom akan dikirimkan notifikasi ke email pengguna. File dapat diakses dan disimpan kapan saja. Perlu refresh web berkalikali agar terupdate. Tidak tersedia fituruntuk melakukan video conference maupun voice note sehingga semua proses interaksi hanya dilakukan melalui teks. Tampilan kurang menarik. 6 E-learning Disediakan, diatur UMA Terdapat fitur absen, mahasiswa dan dosen. Ujian dapat dilakukan melalui website tersebut dan disediakan fitur batas waktu. Dapat mengirim dokumen Interaksi yang dilakukan hanya berupa dapat berupa teks saja. Tampilan tidak menarik. Harus selalu melakukan refresh agar halaman website terperbarui. Proses pembelajaran online yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UMA tidak hanya sekedar pembahasan materi dan diskusi saja, namun juga setiap semesternya mahasiswa UMA menjalani dua kali ujian. Selama pembelajaran online dilakukan, metode ujian yang digunakan juga berbeda-beda seperti. 1. Menggunakan Google Classroom, di mana dosen biasanya mengirimkan soal terlebih dahulu kemudian mahasiswa akan mengirimkan jawaban berbentuk file pdf maupun word. 2. Menggunakan Google Form, dosen akan memberikan soal untuk dijawab langsung dengan batas waktu tertentu. 3. Menggunakan Zoom, dosen akan menshare screen soal ujian dan memantau langsung para mahasiswa mengerjakan soal-soal ujian. 4. Menggunakan Google Classroom dan Zoom, dosen akan mengirimkan terlebih dahulu soal ujian melalui Google Classroom kemudian para mahasiswa diminta memasuki Zoom agar dosen dapat melakukan pengawasan. b. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Online Sejak pandemi Covid-19 menyerang, pemerintah membuat aturan agar semua sistem pembelajaran dilakukan secara online. Meski demikian sistem pembelajaran online yang saat ini dilakukan, memiliki beberapa kelebihan sesuai dengan hasil wawancara yaitu. 1. Banyak tersedia media pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran online. Di era serba modern seperti sekarang ini sudah banyak sekali media berupa web maupun aplikasi yang dapat memfasilitasi kebutuhan dalam proses penyampaian materi ajar. Mahasiswa maupun dosen dapat memilih media apa yang ingin digunakan sesuai dengan metode pembelajaran yang akan diterapkan. Fitur yang disediakan oleh masing-masing media pembelajaran dapat mempermudah proses pengiriman materi ajar, pengiriman tugas, presentasi, dan sebagainya. 2. Mudah dalam mengakses media pembelajaran. Dalam penggunaannya media-media pembelajaran yang tersedia dapat dengan mudah di akses dan di dapatkan. Kita hanya perlu mengunduh aplikasi ataupun memasuki web yang ingin digunakan melalui smartphone atau perangkat gadget lainnya. 3. Mampu meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa. Bagi beberapa mahasiswa, komunikasi melalui media pembelajaran ini ternyata mampu meningkatkan rasa percaya diri mereka untuk menjadi lebih aktif dalam kelas. Mahasiswa yang awalnya merasa kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya namun dengan melalui daring ini mereka terpacu untuk aktif dalam menyampaikan pendapat tersebut. 4. Suasana pembelajaran online lebih santai karena dilakukan secara virtual. Penerapan pembelajaran online terkesan lebih tenang dan santai karena ketika mengikuti perkuliahan online


78 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 79 mahasiswa dapat melakukannya di rumah, di kamar, di cafe atau di tempat lain asal memiliki internet dan perangkat yang memadai. Pembelajaran online sebenarnya bukanlah hal yang baru, banyak sekali perguruan tinggi lain yang telah menerapkan sistem pembelajaran sebelumnya. Kemudahan dalam mengakses media pembelajaran telah didukung dengan berkembangnya teknologi dan informasi. Proses pembelajaran online hanya membutuhkan smartphone atau perangkat teknologi lain yang terhubung ke internet sehingga dapat mengakses media pembelajaran yang diinginkan. Media pembelajaran seperti Zoom, Google Meet, Whatsapp, Google Classroom, dan sebagainya merupakan contoh dari banyaknya media pembelajaran yang telah tersedia, kita dapat mengakses dan menggunakannya sesuai dengan kebutuhan dari metode pembelajaran yang akan digunakan. Meski pembelajaran online telah didukung dengan media-media yang memadai, namun dalam hal memahami materi semuanya kembali pada tingkat kecepatan masing-masing mahasiswa dalam memahami materi yang diberikan beberapa penyebab yang sering kali menjadi masalah dalam proses memahami materi ialah jaringan yang kerap terganggu terutama bagi mereka yang berada di luar Kota Medan. Suasana juga sering menjadi penghambat mahasiswa untuk memahami materi yang diberikan, gangguan-gangguan dari lingkungan sekitar dan juga dari dalam diri mahasiswa sendiri sering menjadi masalah. Selain itu, metode dan cara ajar yang digunakan oleh dosen juga cukup berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa. Dalam metode pembelajaran ini mahasiswa dan juga dosen dituntut untuk menemukan metode belajar yang bervariatif sehingga membuat suasana belajar lebih menarik. Sistem pembelajaran online sendiri terbukti mampu menjadikan beberapa mahasiswa menjadi lebih aktif dalam melakukan diskusi dikelas, alasannya adalah tingkat kepercayaan diri mahasiswa menjadi meningkat karena tidak harus tampil secara langsung didepan banyak orang saat mereka ingin bertanya atau memberikan pendapatnya, mereka hanya perlu memandang layar smartphone mereka masing-masing dari rumah. Namun bagi mahasiswa lainnya sistem pembelajaran online ini tidak membuat mereka menjadi lebih aktif di kelas dikarenakan ketika melakukan pembelajaran online biasanya mahasiswa akan lebih cepat bosan apabila suasana kelas hanya itu-itu saja. Dalam melakukan pembelajaran online banyak faktor-faktor yang kemudian menjadi penghambat. Hambatan tersebut biasanya dapat berasal dari internal maupun eksternal mahasiswa. Hambatan internal yang dialami oleh mahasiswa biasanya seperti timbulnya rasa malas, bosan dan jenuh dikarenakan metode pembelajaran online yang tidak bervariatif yang akhirnya mengganggu tingkat konsentrasi dalam belajar, apalagi ketika mahasiswa mendapati jadwal kuliah yang padat dalam satu hari dimulai dari pagi hingga sore hari yang mengharuskan mereka seharian hanya menatap layar handphone saja. Sementara itu hambatan eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri mahasiswa. Salah satu hambatan yang paling sering diterima oleh mahasiswa terutama bagi mereka yang berada di luar Kota Medan adalah gangguan jaringan. Bermasalahnya jaringan dapat mengganggu berlangsungnya proses belajar mengajar. Selama melakukan penelitian, peneliti kerap kali melihat beberapa mahasiswa mengalami gangguan ketika proses pembelajaran berlangsung. Tidak hanya mahasiswa, bahkan peneliti melihat dosen juga turut mengalami gangguan jaringan hingga keluar dari Zoom. Akibatnya, kelas menjadi kurang kondusif di mana mahasiswa akhirnya saling berbicara satu sama lain hingga dosen kembali masuk. Proses penyampaian informasi yang dilakukan melalui internet juga terganggu akibat jaringan yang tidak stabil. Selain jaringan, gangguan lain seperti pemadaman listrik dan kuota internet yang terbatas juga menjadi salah satu gangguan. Penggunaan media pembelajaran seperti Zoom, Cloud X, Google Meet cukup boros dalam penggunaan kuota internet. Meski UMA sendiri selalu mendistribusikan kuota internet Telkomsel sebesar 15 GB setiap bulannya, namun mahasiswa mengaku bahwa kuota yang diberikan tidak cukup untuk dipakai selama sebulan. Selain itu, jadwal pendistribusian kuota internet juga terkadang tidak menentu sehingga mahasiswa tidak mengetahui kapan kuota internet akan


80 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 81 mereka terima. Bahkan beberapa mahasiswa tidak mendapatkan kuota internet selama beberapa bulan. Pembelajaran online yang dilakukan di rumah mahasiswa masing-masing terkadang juga menciptakan suasana yang kurang kondusif, gangguan seperti suara-suara berisik, pekerjaan rumah yang harus dikerjakan merupakan salah satu gangguan eskternal yang dialami ketika sedang melakukan pembelajaran online. Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang diterima baik internal maupun eskternal para mahasiswa memiliki caranya masing-masing, misalnya pada saat terjadi gangguan jaringan biasanya mahasiswa akan menghubungi dosen yang bersangkutan untuk menanyakan apabila ada materi atau tugas yang kurang jelas. Selain itu biasanya mahasiswa yang berada di luar Kota Medan ketika mengalami gangguan jaringan mereka akan mencari titik atau tempat yang memiliki sinyal lebih kuat. Untuk mengatasi rasa bosan dan malas yang muncul ketika melakukan pembelajaran online, beberapa mahasiswa menghibur diri dengan cara mendengarkan musik, menonton video-video lucu atau sekedar mengambil minuman dan cemilan sebentar. Sehingga meski mahasiswa mengalami hambatannya masing-masing, namun mereka juga mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi hambatan selama melakukan pembelajaran online. c. Computer Mediated Communication (CMC) Computer Mediated Communication (CMC) merupakan komunikasi yang dilakukan dengan bermediakan komputer. Di mana dalam penerapannya mahasiswa menggunakan perangkat seperti laptop dan juga smartphone untuk melakukan pembelajaran online. Computer Mediated Communication (CMC) mampu memfasilitasi pertukaran pesan antar individu maupun kelompok melalui jaringan telekomunikasi. Dalam Computer Mediated Communication (CMC) terdapat beberapa dimensi yaitu. 1. Dimensi Accessbility (Daya Jangkau) Dijelaskan bahwa informasi yang disampaikan melalui Computer Mediated Communication (CMC) dapat menjangkau wilayah yang luas. Hal tersebut terbukti dengan keenam informan yang bertempat tinggal di daerah yang berbeda-beda. a. Informan 1 berada di Lawe Petanduk, Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara. b. Informan 2 berada di Jl. Merdeka Kecamatan Manduamas, Tapanuli Tengah. c. Informan 3 berada di Desa Nangbelawan, Kec. Simpang Empat, Kab. Karo. d. Informan 4 berada di Aek Matio Gang Syarifuddin Ratauprapat Kab. Labuhan Batu. e. Informan 5 berada di Desa Garoga Kecamatan Garoga Sibarogot Kabupaten Tapanuli Utara. 2. Informan 6 berada di Kota Medan. Selama mengikuti pembelajaran online, mahasiswa biasanya melakukannya dari rumah masing-masing namun terkadang beberapa dari mereka pergi ke cafe-cafe terdekat untuk mencari wifi. Sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kendala yang berkaitan dengan tempat tinggal mereka ialah gangguan jaringan yang terkadang menyebabkan kegagalan dalam pengiriman tugas dan absen. 3. Dimensi Speed (Kecepatan Informasi) Dalam pengiriman informasi yang dilakukan melalui Computer Mediated Communication (CMC) dapat dikatakan cepat dalam menerima maupun mengirim informasi. Informasi dan materi pembelajaran yang diberikan dapat langsung diakses dan diterima oleh mahasiswa saat itu juga. Ketika mengakses media pembelajaran informan biasa menggunakan kartu paket internet dan juga wifi. Sementara untuk media pembelajaran yang digunakan Whatsapp termasuk media yang cepat dalam mengirimkan informasi. Komunikasi yang dilakukan melalui media Whatsapp dapat dilakukan kapan dan di mana saja meski diluar dari jam mata kuliah. 4. Dimensi Amount (Kuantitas Informasi) Terpenuhinya jumlah informasi yang diinginkan oleh setiap mahasiswa sangat penting untuk menambah wawasan dan


82 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 83 pengetahuan mereka. Pertukaran informasi melalui Computer Mediated Communication (CMC) dikatakan mampu memenuhi jumlah informasi yang dibutuhkan oleh penerimanya. Selama mengikuti perkuliahan online beberapa mahasiswa mengaku bahwa jumlah informasi yang mereka inginkan dapat terpenuhi dan beberapa lainnya terkendala di jaringan. Terpenuhinya jumlah informasi yang diinginkan menandakan bahwa mahasiswa telah mengerti mengenai materi ajar yang diberikan itulah mengapa proses penyampaian informasi dari dosen dan juga metode belajar juga menjadi faktor penting apakah mahasiswa dapat mengerti atau tidak mengenai materi tersebut. Mahasiswa yang merasa bahwa jumlah informasi yang diinginkannya kurang terpenuhi biasanya memiliki caranya tersendiri dalam memenuhi kebutuhan tersebut diantaranya. a. Mencari referensi lain dari Google maupun E-book b. Menghubungi dosen terkait untuk menanyakan informasi yang kurang jelas c. Meminta materi ajar dikirim kembali untuk dipelajari 5. Dimensi Cognitive Effectiveness (Keefektifan Memperoleh Pengetahuan) Penyampaian informasi yang disampaikan melalui Computer Mediated Communication (CMC) mampu memperkaya wawasan penerimanya. Meski pembelajaran hanya dilakukan secara online, namun bagi beberapa mahasiswa kegiatan ini tetap dapat memperkaya wawasan mereka karena dengan penyampaian informasi baru dari dosen maupun diskusi yang dilakukan di kelas maka wawasan yang mereka miliki semakin bertambah. Namun tentu kegiatan pembelajaran online ini memiliki kelemahan salah satunya ialah mudahnya perhatian mahasiswa teralihkan sehingga mahasiswa tidak terfokus ketika penyampaian informasi sedang dilakukan. Bagi mahasiwa yang berada di rumah terkadang situasi-situasi seperti banyaknya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, gangguan suara maupun panggilan orang tua terkadang juga dapat menghilangkan konsentrasi mahasiswa. Dalam pembelajaran online sendiri informasi dan pengetahuan yang didapatkan tidak hanya berasal dari materi ajar saja, namun kegiatan seperti diskusi, bertukar pengalaman, mengikuti berbagai webinar yang di laksanakan oleh Universitas juga dapat menambah wawasan mahasiswa. 6. Dimensi Relevance (Kesesuaian Informasi) Dalam memperoleh informasi melalui Computer Mediated Communication (CMC) perlu adanya kesesuaian antara informasi yang diinginkan mahasiswa dengan informasi yang didapatkan. Bagi beberapa informan informasi yang mereka dapatkan selama mengikuti pembelajaran online telah sesuai dengan informasi yang mereka inginkan. Namun pada beberapa mahasiswa kesesuaian informasi yang mereka ingin dapatkan tergantung pada bagaimana dosen yang bersangkutan mengajarkan materi ajar. Mampu memahami dan mengerti materi ajar dan terjawabnya rasa ingin tahu mahasiswa menjadi pengukur bahwa informasi yang mereka dapatkan telah sesuai dengan yang mereka inginkan. Selain itu, buku ajar yang mereka miliki juga menjadi pedoman bahwa apa yang disampaikan oleh dosen telah sesuai dengan yang tertera di buku. 7. Dimensi Motivating (dari Informasi) Dalam penyampaian informasi melalui Computer Mediated Communication (CMC) diharapkan mampu menumbuhkan motivasi bagi mahasiswa untuk memahami dan menerapkan informasi yang mereka dapatkan. Motivasi yang berasal dalam diri mahasiswa dapat menjadi faktor untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama pembelajaran online. Keinginan untuk tetap belajar dan mengikuti perkuliahan meski hanya melalui daring saja merupakan motivasi yang dimiliki mahasiswa saat ini. Motivasi seperti ini dapat menumbuhkan keinginan untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah mereka dapatkan selama mengikuti pembelajaran online diluar kampus seperti public speaking dan ilmu kewirausahaan yang telah diajarkan.


84 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 85 Sesuai dengan pernyataan Rice dalam Arnus (2015) pemanfaatan teknologi dalam Computer Mediated Communication (CMC) mampu memfasilitasi pertukaran pesan melalui jaringan telekomunikasi di mana kita dapat melakukan komunikasi antar individu dan antar kelompok, seperti melakukan pembelajaran online tanpa harus berdekatan secara fisik sehingga dalam pembelajaran online sendiri proses penyampaian materi dan pertukaran informasi antara dosen dan mahasiswa dapat dilakukan dengan jarak jauh tanpa harus bertemu secara langsung. Dalam pembelajaran online dengan Computer Mediated Communication (CMC) ini tidak hanya berkaitan dengan unsur media dan perangkat saja namun terdapat faktor manusia yang juga menjadi penentu keberhasilan dari penyampaian materi dalam proses pembelajaran online. Dalam pembelajaran online mahasiswa ilmu komunikasi UMA, dosen dan mahasiswa juga dapat menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran online. Metode ajar merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi mengerti atau tidaknya mahasiswa dengan materi yang diberikan. Berdasarkan hasil wawancara, sistem pembelajaran online yang saat ini diterapkan kerap kali membuat mahasiswa cepat bosan dan jenuh, sehingga perlu ditemukannya metode ajar yang sesuai agar proses pembelajaran semakin efektif. Selain metode ajar, dalam kegiatan pembelajaran online informan menyatakan bahwa terkadang dosen mengalami keterlambatan dalam memulai kegiatan belajar dikarenakan ada urusan lain atau terlupa dengan jadwal kuliah. Dalam hal ini, mahasiswa dapat memaklumi apabila dosen telah menginformasikan kepada mahasiswa bahwa akan sedikit terlambat dalam memulai kegiatan belajar. Namun apabila dosen tidak memberikan informasi, biasanya akan menimbulkan kebingungan pada mahasiswa yang kemudian mereka akan menghubungi dosen untuk menanyakan kejelasan jadwal mengajar. Kegiatan pembelajaran yang diikuti oleh mahasiswa tidak selalu berjalan dengan baik, peneliti kerap melihat bahwa terdapat kelemahan-kelemahan yang berhubungan dengan etika mahasiswa, diantaranya. 1. Masih banyak mahasiwa yang tidak menghidupkan kamera ketika pembelajaran online berlangsung. Padahal sebelumnya dosen telah menghimbau mahasiswa untuk menghidupkan kamera selama perkuliahan online berlangsung. Berdasarkan penuturan para informan, terkadang beberapa mahasiswa hanya menghidupkan kamera ketika absensi dan sesi dokumentasi di akhir kegiatan belajar saja. 2. Ketika dosen sedang bertanya, hanya sedikit sekali mahasiwa yang merespon pertanyaan dari dosen. Terkadang ketika dosen bertanya, peneliti melihat bahwa banyak sekali mahasiswa yang tetap diam dan ketika nama mereka dipanggil barulah mahasiswa akan merespon pertanyaan tersebut. 3. Beberapa mahasiswa terlihat melakukan aktivitas lain ketika pembelajaran online sedang berlangsung. Fokus ketika melakukan pembelajaran online sangatlah diperlukan untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran, namun masih terlihat beberapa mahasiswa yang melakukan aktivitas lain ketika pembelajaran online berlangsung salah satunya adalah mengobrol dengan orang lain. Bahkan informan menuturkan bahwa masih ada mahasiswa yang diam-diam pergi makan ataupun merokok. Melihat masih terdapat kelemahan yang berasal dari mahasiswa ketika melakukan pembelajaran online, rasanya mahasiswa lebih perlu lagi mengingkatkan etika ketika mengikuti kegiatan pembelajaran online salah satunya dengan menghidupkan kamera dan merespon ketika dosen sedang bertanya. F. Kesimpulan Dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pembelajaran online pada mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Medan Area, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu. 1. Banyak sekali media pembelajaran yang tersedia dan dapat


86 Pemanfaatan Gadget Bab 4 — Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran Online 87 dimanfaatkan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UMA untuk mengikuti pembelajaran online selama pandemi Covid-19 seperti Cloud X, Zoom, Google Classroom, Google Meet, Whatsapp, E-Learning. Cara memanfaatkan media pembelajaran tersebut berbeda-beda sesuai dengan fitur yang disediakan oleh media tersebut. Meski demikian, dari seluruh media pembelajaraan yang digunakan belum ada satu media yang dapat mencakup keseluruhan metode penyampaian informasi antar mahasiswa dan dosen. 2. Sistem pembelajaran online memiliki beberapa faktor pendukung yaitu kemudahan dalam mengakses media pembelajaran, mampu meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa dan suasana pembelajaran online lebih santai karena dilakukan secara virtual. 3. Faktor penghambat pembelajaran online diantaranya ialah timbulnya rasa malas dan jenuh pada diri mahasiswa, sering terjadi gangguan jaringan terutama bagi mereka yang tinggal di luar kota Medan, terjadinya pemadaman listrik, dan pemakaian kuota internet yang cukup boros. 4. Meski kegiatan pembelajaran hanya dilakukan melalui online saja namun kegiatan ini tetap mampu memenuhi kebutuhan informasi yang diinginkan mahasiswa dan memperkaya wawasan dengan penyampaian materi ajar dan kegiatan diskusi di kelas. 5. Pada Computer Mediated Communication (CMC) sendiri, perangkat berupa smartphone dan laptop menjadi alat yang digunakan mahasiswa untuk mengakses media pembelajaran. Adapun penerapan pembelajaran online sesuai dengan dimensidimensi yang terdapat pada Computer Mediated Communication (CMC), yaitu penyampaian informasi melalui Computer Mediated Communication (CMC) dapat menjangkau wilayah yang luas, informasi dan materi pembelajaran dapat dikirim dan diterima secara cepat oleh mahasiswa, pertukaran informasi melalui Computer Mediated Communication (CMC) mampu memenuhi jumlah informasi yang dibutuhkan mahasiswa dan mampu memperkaya wawasan mereka, informasi yang diperoleh melalui Computer Mediated Communication (CMC) sesuai dengan informasi apa yang diinginkan oleh mahasiswa, serta penyampaian informasi melalui Computer Mediated Communication (CMC) dapat menumbuhkan motivasi untuk menerapkan dan memahami informasi yang diterima. Meskipun memiliki beberapa hambatan terkait dimensi tersebut namun mahasiswa sendiri mampu menemukan solusi untuk mengatasi hambatan yang mereka terima. 6. Keberhasilan kegiatan pembelajaran online tidak hanya berkaitan dengan perangkat dan media pembelajaran yang telah banyak tersedia, namun mahasiswa dan dosen juga menjadi faktor penentu apakah materi itu dapat tersampaikan dengan baik. Metode ajar, ketepatan waktu dalam memulai dan mengikuti pembelajaran serta etika menjadi hal-hal yang perlu diperhatikan. 2. Saran Sesuai dengan hasil penelitian di atas, adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah. 1. Bagi Universitas Medan Area, diharapkan dapat mengembangkan lagi media pembelajaran yang dimiliki yaitu E-Learning UMA sehingga mahasiswa dan dosen dapat seutuhnya hanya menggunakan media pembelajaran yang disediakan oleh pihak Universitas. Pendistribusian paket internet juga perlu tepat waktu dan merata sehingga mahasiswa tidak kesulitan ketika harus mengikuti pembelajaran online. 2. Bagi dosen jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Medan Area, diharapkan dapat memperhatikan kondisi mahasiswa dan menemukan solusi untuk metode ajar yang bervariatif agar tidak menimbulkan rasa jenuh pada diri mahasiswa sehingga dapat menambah konsentrasi belajar. 3. Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Medan Area, diharapkan dapat lebih aktif, fokus, dan lebih menghargai dosen dengan menghidupkan kamera ketika pembelajaran online sedang berlangsung serta lebih merespon ketika dosen sedang bertanya. Mahasiswa juga diharapkan dapat lebih


88 Pemanfaatan Gadget Pendekatan Redaksional dalam Proses Istinbath 89 berkomunikasi dengan dosen untuk mencari solusi bagaimana menemukan metode ajar yang tidak membosankan. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dengan menyempurnakan dan menambahkan teori lainnya, salah satunya adalah penelitian mengenai metode ajar yang harus digunakan dalam proses pembelajaran online dan penelitian mengenai kegiatan pembelajaran online dalam sudut pandang dosen. Sehingga peneliti berharap agar penelitian selanjutnya dapat lebih luas dan lebih sempurna. Dari pembahasan BAB IV ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pembelajaran dapat menopang manakala terjadi hambatan dalam proses pembelajaran seperti pandemi Covid-19 yang memaksa ditiadakannya pertemuan tatap muka dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran daring juga dapat mencapai efektivitas jika dilaksanakan dengan sesuai kebutuhan dan perencanaan yang matang. Buku Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Darmawan, Dedi. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Fitrah, M. dan Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian, Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas dan Studi Kasus. Malang: Jejak Publisher. Morrisan. 2013. Teori Komunikasi:Individu Hingga Massa Edisi Pertama. Jakarta. Kencana Nasrullah R. 2015. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Raco. J. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Romli, K. 2016. Komunikasi Massa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Rustan, A. S. dan Nurhakki Hakki. 2017. Pengantar Ilmu Komunikasi. Sleman: Deepublish. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV. DAFTAR PUSTAKA


Click to View FlipBook Version