KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN
DOSEN PENGAJAR : SITI CHOIRUL DWI ASTUTI M, Tr.Keb
“ RESUME MATERI “
DISUSUN OLEH :
NAMA : MUTIARA AKSARA
NIM : 751540120054
KELAS : 1B KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
PRODI JURUSAN DIII KEBIDANAN
T.A 2021/2022
A. ASFIKSIA
1. Pengertian Asfiksia
Istilah asfiksia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti nadi
yang berhenti (stopping of the pulse). Asfiksia terjadi apabila terdapat
kegagalan pertukaran gas di organ, definisi asfiksia sendiri menurut WHO
(World Health Organization) adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. ( Batubara Dan Fauziah, 2020 )
Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir mengalami
gagal nafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia
merupakan penyebab kematian bayi baru lahir. Setiap tahunnya terdapat
120 juta bayi lahir didunia dan 1 juta bayi meninggal disebabkan asfiksia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penyakit
kehamilan dan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia. Desain penelitian
yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini 203
bayi, yang diambil dari data sekunder. Hasil uji menunjukkan bahwa,
sebagian besar penyakit kehamilan adalah preeklamsi berat (45,8%),
sebagian besar jenis persalinan adalah persalinan spontan (44,3%), dan
sebagian besar bayi yang dilahirkan adalah asfiksia sedang (82,8%). Hasil
uji 2ntibioti dengan menggunakan Chi square mengenai penyakit kehamilan
menunjukkan bahwa nilai p = 0,025, dimana nilai p < alpha (0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyakit kehamilan dengan
asfiksia. Hal ini dapat terjadi karena penyakit yang diderita ibu seperti
hipertensi dan preeklamsia akan mempengaruhi janin dimana sirkulasi uteri
plasenta yang kurang baik berpengaruh pada gangguan pertumbuhan janin
serta gangguan pernafasan. Sedangkan untuk jenis persalinan, hasil
menunjukkan nilai p = 0,945, sehingga dapat disimpulkan tidak ada
hubungan antara jenis persalinan dengan asfiksia. Saran dari penelitian ini
diharapkan perlunya pemantauan kondisi ibu hamil dan janin khususnya ibu
dengan penyakit kehamilan serta memotivasi untuk melakukan kunjungan
ANC secara rutin. ( Marwiyah, 2016 )
2. Faktor Penyebab Asfiksia
Faktor yang menyebabkan asfiksia antara lain keadaan ibu, 3ntibi
keadaan bayi, 3actor plasenta dan persalinan. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan, angka kejadian asfiksia yang disebabkan oleh penyakit ibu
di antaranya preeklamsia dan eklamsi sebesar (24%), anemia (10%), infeksi
berat (11%), sedangkan pada persalinan meliputi partus lama atau macet
sebesar (2,8-4,9%), persalinan dengan penyulit(seperti letak sungsang,
kembar, distosia bahu, vakum ekstraksi, forsep) sebesar (3-4%).
Berdasarkan data tersebut mengenai jenis persalinan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis persalinan spontan dan tidak spontan
dengan kejadian asfiksia. ( Marwiyah, 2016 )
Seringkali bayi yang baru lahir tidak dapat diantisipasi akan
mengalami kesulitan dalam bernafas, sehingga akibat lebih lanjut dari
asfiksia ini dapat menyebabkan epilepsi dan keterbelakangan mental. (
Marwiyah, 2016 )
3. Klasifikasi Asfiksia
a. Asfiksia Ringan
Pada kasus asfiksia ringan, bayi dapat terkejut atau sangat waspada,
dengan peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi
pernapasan normal atau cepat. Temuan ini biasanya berlangsung
selama 24 sampai 48 jam sebelum sembuh secara spontan.
b. Asfiksia Sedang
Pada kasus asfiksia sedang, bayi dapat letargi dan mengalami
kesulitan pemberian makan. Bayi dapat mengalami episode apnea
kadang-kadang dan/atau konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini
biasanya sembuh dalam satu minggu, tetapi masalah perkembangan
saraf jangka panjang mungkin ada.
c. Asfiksia Berat
Pada kasus asfiksia berat, bayi dapat terkulai atau tidak sadar dan
tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa hari, dan episode
apnea yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik
selama beberapa minggu atau tidak membaik sama sekali. Jika bayi ini
bertahan hidup, mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen
4. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Umum
1) Berikan oksigen dengan kecepatan aliran sedang.
2) Jika frekuensi pernapasan bayi kurang dari 30 kali per menit,
amati bayi secara cermat. Jika frekuensi pernapasan selalu
kurang dari 20 kali per menit, resusitasi bayi dengan
menggunakan kantung dan masker.
3) Jika bayi mengalami apnea :
- Stimulasi bayi untuk bernapas dengan menggosok punggung
bayi selama 10 detik.
- Jika bayi tidak segera mulai bernapas, resusitasi bayi dengan
menggunakan kantung dan masker.
4) Ukur glukosa darah. Jika glukosa darah kurang dari 45mg/d1
(2,6 mmol1/1), atasi glukosa darah yang rendah.
5) Jika ada tanda-tanda selain kesulitan bernapas, lihat Temuan
Multipel (paling sering Sepsis atau Asfiksia). Untuk menentukan
apakah masalah bayi karena ukuran yang kecil atau apakah bayi
mengalami asfiksia, sepsis, atau sifilis congenital, dan lanjutkan
untuk mengatasi kesulitan bernapas.
6) Jika frekuensi pernapasan bayi lebih dari 60 kali per menit dan
bayi mengalami sianosis sentral (walaupun mendapatkan
oksigen dengan kecepatan aliran tinggi) tetapi tidak ada tarikan
dinding dada ke dalam atau grunting saat ekspirasi, curagi
adanya abnormalitas jantung congenital.
7) Klasifikasi kesulitan bernapas sebagai berat, sedang, atau ringan
dan lakukan penatalaksaan sesuai dengannya.
TANYA JAWAB :
1. Yang bertanya (Meilia septi nur rohmah ) : bagaimana cara kita sebagai
bidan untuk mencegah bayi yang baru lahir agar tidak menderita asfiksia
Yang menjawab (Avia Ananda) : Penggunaan alat bantu pernapasan
untuk mengalirkan udara ke paru-paru bayi. Sebagian bayi mungkin akan
membutuhkan tambahan gas nitric oxide melalui tabung pernapasan.
Pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah dan
meredakan kejang apabila terjadi.
2. Yang bertanya (Miftahunnisa D. Djafar ) : jika bayi mengalami Asfiksia
penanganan/pengobatan seperti apa yang di berikan dan berapa lama bayi
tersebut harus menjalani pengobatan tersebut
Yang menjawab (Nur Indah Wartabone ) : Asfksia yang terjadi pada
bayi harus segera di tangani dengan melakukan teknik muscle pumping.
Teknik muscle pumping merupakan salah satu tindakan untuk
meningkatkan aliran balik darah vena menuju ke jantung, yaitu untuk
mengalirkan darah yang berada di ekstremitas inferior bayi menuju ke
atrium kanan sehingga terjadi sirkulasi darah yang teratur, maka
berpengaruh terhadap antibi pernafasan. Teknik muscle pumping dapat
digambarkan dengan cara menggerakan kedua kaki bayi, posisi kedua
lutut dilipat menuju kearah dada bayi. Sloane (2003) menjelaskan bahwa
curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel
per menit, dan hal ini dipengaruhi ntibi sirkulasi yang merupakan
penghubung antara lingkungan eksternal dan lingkungan cairan internal
tubuh. Sistem ini membawa nutrisi ke semua sel, jaringan, organ, serta
membawa produk akhir ntibioti keluar. Melalui teknik muscle pumping
mampu meningkatkan curah jantung dan aliran balik vena ke jantung
3. Yang bertanya ( Yeni Eka Musdalifah ) : Mengapa keadaan ibu
merupakan faktor penyebab asfiksia ..?dan bagaimana tindakan bidan jika
terjadi asfiksia berat pada bayi..?
Yang menjawab (Divya sarapang) : Faktor yang menyebabkan asfiksia
antara lain keadaan ibu, ntibi keadaan bayi, actor plasenta dan persalinan.
Berdaasarkan hasil penelitian yang dilakukan, angka kejadian asfiksia
yang disebabkan oleh penyakit ibu di antaranya preeklamsia dan eklamsi
sebesar (24%), anemia (10%), infeksi berat (11%), sedangkan pada
persalinan meliputi partus lama atau macet sebesar (2,8-4,9%), persalinan
dengan penyulit(seperti letak sungsang, kembar, distosia bahu, vakum
ekstraksi, forsep) sebesar (3-4%). Berdasarkan data tersebut mengenai
jenis persalinan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
persalinan spontan dan tidak spontan dengan kejadian asfiksia. Seringkali
bayi yang baru lahir tidak dapat diantisipasi akan mengalami kesulitan
dalam bernafas, sehingga akibat lebih lanjut dari asfiksia ini dapat
menyebabkan epilepsi dan keterbelakangan mental.
Penanganan bidan apabila terjadi asfksia berat:
Kesulitan Bernafas Berat:
1) Pasang slang lambung untuk mengosongkan lambung dari udara
dan sekresi.
2) Atasi sepsis
3) Pantau dan catat frekuensi pernapasan bayi, adanya starikan
dinding dada ke dalam atau grunting saat ekspirasi, dan episode
apnea setiap tiga jam sampai bayi tidak lagi memerlukan oksigen
dan selama 24 jam kemudian.
4) Pantau respons bayi terhadap oksigen.
5) Saat bayi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan :
• Berikan perasaan ASI melalui slang lambung.
• Saat oksegen tidak lagi dibutuhkan, izinkan bayi mulai
menyusu. Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan
perasaan ASI dengan menggunakan metode pemberian
makan alternative dan segera rujuk bayi ke rumah sakit
tersier atau pusat spesialisasi yang mampu membantu
ventilasi, jika memunginkan.
B. APGAR SKOR
1. Pengertian Apgar Score
Apgar score adalah saran untuk menilai kondisi bayi Anda di menit
pertama setelah bayi lahir. Ada lima parameter mudah untuk menilai
kondisi bayi secara umum. Skor ini digunakan oleh dokter untuk
menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan begitu bayi Anda lahir.
Apgar score meliputi sebagai berikut :
a. Denyut Jantung Janin
Denyut jantung bayi dihitung dan dinilai iramanya. 100
kali per menit sekornya 2, kurang dari 100 kali permenit skornya
1 dan jika tidak berdenyut skornya 0.
b. Napas
Napas bayi untuk menilai kematangan dan kesehatan orang
pernapasan bayi Anda. Napas yang teratur skornya 2, napas
ireguler (tidak teratur) skornya 1, dan tidak bernapas sekornya 0.
c. Gerakan.
Untuk menilai kekuatan oto bayi Anda. Gerak secara aktif
skornya 2, gerakan sedikit (pasif) skornya 1, lemas skornya 0.
d. Warna kulit.
Ini untuk menilai seberapa baik paru-paru bayi Anda dalam
memompa oksigen ke seluruh tubuhnya. Kulit tubuh semua
berwarna merah (pink) skornya 2, tangan dan kaki kebiruan
skornya 1, semua kulit tubuh berwarna kebiruan skornya 0.
e. Refleks.
Menangis dan merintih digunakan untuk menilai respons
bayi Anda terhadap rangsangan. Menangis kuat skornya 2,
merintih skornya 1, tidak menangis skornya 0.
Masing-masing skor di atas kemudian dijumlahkan.
Sebagian besar bayi sehat akan mempunyai skor antara 7 sampai
10. Apgar score ini akan dinilai kembali di lima menit
berikutnya.
2. Kriteria Skor
Kriteria nilai dari masing-masing kriteria Apgar Score adalah:
a. Activity (aktivitas otot)
- Jika bayi menggerakkan kedua kaki dan tangannya secara
spontan begitu lahir, maka skoryang diberikan adalah 2
- Jika bayi hanya melakukan sedikit gerakan begitu lahir,
maka skor yang diberikan adalah 1
- Jika bayi tidak bergerak sama sekali begitu ia lahir , maka
skor yang diberikan adalah 0
b. Pulse (denyut jantung)
- Jika jantung bayi berdenyut setidaknya 100 kali per menit,
maka skor yang diberikanadalah 2
- Jika jantung bayi berdenyut kurang dari 100 kali per menit,
maka skor yang diberikan adalah1
- Jika jantung bayi tidak berdenyut sama sekali, maka skor
yang diberikan adalah 0
c. Appearance (warna kulit)
- Jika seluruh kulit di tubuhnya berwarna kemerahan, maka
skor yang diberikan adalah 2
- Jika kulit tubuh bayi berwarna kemerahan, tetapi tangan dan
kakinya berwarna kebiruan,maka skor yang diberikan adalah
1
- Jika seluruh kulit bayi berwarna kebiruan, keabu-abuan, atau
pucat pasi, maka skor yangdiberikan adalah 0
d. Grimace (reflek gerak)
- Jika bayi menangis, batuk atau bersin, serta menarik diri
ketika dokter memberikanrangsangan, maka skor yang
diberikan adalah 2
- Jika bayi meringis, menangis lemah ketika ketika dokter
memberikan rangsangan, makaskor yang diberikan adalah 1
- Jika bayi tidak menangis atau bahkan merespons sama sekali
ketika dokter memberikanrangsangan, maka skor yang
diberikan adalah 0
e. Respiration ( pernapasan)
- Jika bayi langsung menangis dengan kencang dan kuat,
maka skor yang diberikan adalah 2
- Jika bayi hanya merintih, maka skor yang diberikan adalah 1
- Jika bayi tidak menangis sama sekali alias diam membisu,
maka skor yang diberikan adalah 0
3. Interpretasi Skor
Tes apgar juga adalah tes untuk menunujukan dengan cepat apakah
bayi baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera dan
tidak desaian untuk memberikan prediksi jangka panjang akan
kesehatan bayi tersebut.
TANYA JAWAB :
1. Yang bertanya (Rahmayani Ajiji ) : apakah penilaian apgar skore
termasuk dalam pemeriksaan pada bayi ketika kondisi kritis setelah
melahirkan ?
Yang menjawab (Frita Fatika Laisa ) : Iyaa karena Pada kasus tertentu,
seperti ketika kondisi bayi kritis setelah dilahirkan, maka akan dilakukan
penilaian Apgar score kembali pada menit ke-10, menit ke-15, dan menit
ke-20 untuk memantau perkembangan kondisi bayi. Kondisi kritis bayi
bisa dilihat dari hasil total penilaian Apgar score yang rendah, yaitu 0-3.
Rendahnya nilai ini juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko kematian
bayi, cacat otak, dan epilepsi pada bayi di kemudian hari, terutama jika
Apgar score tidak mengalami perbaikan pada 20 menit pertama sejak
dilahirkan.
2. Yang bertanya (Susanti bioto ) : Bagaimana bila bayi memiiiki apgar
skor yang rendah?
Yang menjawab (Riyani Oka ) : Banyak bayi dengan Apgar skor rendah
justru sangat sehat dan baik-baik saja setelah menyesuaikan diri dengan
kehidupan di luar rahim. Bila dokter khawatir dengan Apgar skor bayi, ia
akan memberi tahu Ibu dan menjelaskan bagaimana kondisi bayi, apa
yang mungkin menjadi penyebabnya, dan perawatan yang perlu
diberikan. Apgar skor tidak dirancang untuk memprediksi kondisi
kesehatan jangka panjang bayi, perilakunya, intelegensinya, maupun
kepribadiannya. Apgar skor digunakan untuk membantu dokter
mengetahui kondisi fisik bayi secara keseluruhan agar bisa dengan cepat
memutuskan apakah bayi membutuhkan perawatan medis darurat. Setelah
beberapa lama menyesuaikan dengan lingkungan yang baru dan
menerima perawatan medis yang dibutuhkan, kebanyakan bayi akan baik-
baik saja.
3. Yang bertanya (Ni luh Sulistiani ) : bagaimana cara menentukan
kebutuhan resusitasi pada bayi yang baru lahir ?
Yang menjawab (Novita Agustin ) : Untuk menentukan kebutuhan
resusitasi pada bayi yang baru lahir, digunakan Neonatal Resuscitation
Algorithm. Persiapan dimulai dari sebelum bayi lahir yakni dengan
menilai risiko perinatal. Komponen dari Neonatal Resuscitation
Algorithm adalah: 1. kehamilan aterm. 2. bayi memiliki tonus otot yang
baik. 3. bayi bernapas atau menangis. Tiga komponen ini dinilai dalam 30
detik pertama kelahiran bayi. Jika bayi butuh resusitasi, skor APGAR
kemudian digunakan untuk menilai respons bayi terhadap resusitasi.
Pedoman dari Neonatal Resuscitation Program menyatakan bahwa jika
skor APGAR berjumlah di bawah 7 setelah menit ke-5, penilaian dengan
skor APGAR perlu diulang setiap 5 menit sampai menit ke-20. Skor
APGAR yang menetap di angka 0 setelah menit ke-10 dapat menjadi
pertimbangan untuk melanjutkan atau menghentikan resusitasi. Sangat
sedikit bayi dengan skor APGAR 0 setelah menit ke-10 dapat bertahan
hidup tanpa kelainan neurologis. Pedoman resusitasi neonatus dari
American Heart Association tahun 2015 menyatakan jika dapat
dikonfirmasi bahwa tidak ada denyut jantung setelah paling tidak 10
menit, resusitasi dapat dihentikan.