The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

RESUME MATERI KELOMPOK 5 6 FLIPBOOK-dikonversi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by mutiaraaksara10, 2021-04-05 01:49:39

RESUME MATERI KELOMPOK 5 6 FLIPBOOK-dikonversi

RESUME MATERI KELOMPOK 5 6 FLIPBOOK-dikonversi

KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN
DOSEN PENGAJAR : SITI CHOIRUL DWI ASTUTI M, Tr.Keb

“ RESUME MATERI “

DISUSUN OLEH :
MUTIARA AKSARA

751540120054
1B KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
PRODI JURUSAN DIII KEBIDANAN
T.A 2021/2022

RESUME MATERI KELOMPOK 5 : PRE OPERASI

A. Difinisi Pre Operasi
Pre operasi merupakan tahap awal dari keperawatan perioperatif, dimana
kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan bergantung pada fase
ini (Mirianti, 2011).
Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien
masuk ke ruang perawatan sampai saat pasien berada di kamar operasi
sebelum tindakan pembedahan dilakukan. Pasien yang akan menjalani
operasi sangat perlu diperhatikan dalam mengatasi kecemasan yang
dialami.
Persiapan yang diperlukan pada saat tahap pre operasi yaitu :
1. Persiapan Mental
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas
seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun
psikologis (Barbara C. Long).
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan
ketakutan antara lain :
a. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan
sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan
tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa
dibatalkan.
b. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat
mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga
operasi terpaksa harus ditunda.
c. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam
menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan

respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan
takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi
pembedahan.

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien
dalam menghadapi pembedahan antara lain :

a. Takut nyeri setelah pembedahan.
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak

berfungsi normal ( body image ).
c. Takut keganasan ( bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti ).
d. Takut / cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang

mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut / ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan

petugas.
f. Takut mati saat dibius / tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi
dengan adanya perubahan - perubahan fisik seperti : meningkatnya
frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan - gerakan tangan yang tidak
terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan
yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu
mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam
menghadapi stres.

Peranan tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan mental
dapat dilakukan dengan berbagai cara :

1) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu
operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi,
menunjukkan tempat kamar operasi, dll.

2) Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan
pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada
keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal
yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.

3) Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan
operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang
sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan
menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa,
dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari
pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian
informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat
diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik

4) Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar
operasi.

5) Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal
lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien.

6) Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi,
seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan
kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya
terpenuhi.

7) Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi,
petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat
pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien,
keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas
kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang
terletak di depan kamar operasi.

2. Persiapan Fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien

sebelum operasi antara lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-
lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres
fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki
riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien
wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi
ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal
baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Tindakan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
tindakan enemalavement. Tujuan dari pengosongan lambung
dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke

area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi
pasca pembedahan.
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan
karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka.
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi,
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan
dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi kandung kemih,
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi
balance cairan.
h. Latihan Pra Operasi
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain
latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan latihan gerak
sendi. Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan
keluhan saat terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik
relaksasi, dan memaksimalkan supply oksigen ke jaringan.
i. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain,
seperti : pemeriksaan masa perdarahan ( bledding time ) dan
masa pembekuan ( clotting time ) darah pasien, elektrolit serum,
hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi
berupa foto thoraks, EKG dan ECG.

3. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang,
maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi
yang harus dilakukan pada pasien. Sebelum dokter mengambil
keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan
berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga
dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter
bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi
berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani
operasi.
4. Persiapan Keluarga

Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan
mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum
operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang
menenangkan hati pasien dan mempersiapkan diri pasien untuk
menjalani operasi. Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur
operasi wajib bertanggung jawab membaca dan menandatangani surat
ijin operasi. ( Wahyuningsih, 2018 )

RANGKUMAN

Pre operasi merupakan tahap awal dari keperawatan perioperatif, dimana
kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan bergantung pada fase ini.

Persiapan yang diperlukan pada saat tahap pre operasi yaitu :

1. Persiapan Mental
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam

proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Peranan tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan berbagai cara :

a. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang
dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien
tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama
proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.

b. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka
diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun
demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui
tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami
pasien.

c. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan
bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa,
perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan,
manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu
diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan,
dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap,
kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan
mempersiapkan mental pasien dengan baik

d. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk
menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi
kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama
sebelum pasien di antar ke kamar operasi.

e. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan
hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan
kecemasan pada pasien.

f. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre
medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur
untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga
kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

g. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar
operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri
sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan
ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk
mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan
untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar
operasi.

2. Persiapan Fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien,
riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika,
status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus
istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi
pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil
dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

b. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi
dapat dilakukan dengan baik.
d. Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Tindakan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan
tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enemalavement. Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah
untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru)
dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan.
e. Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka.
f. Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi,
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
g. Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi kandung kemih,

tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.
h. Latihan Pra Operasi

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain
latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan latihan gerak sendi.
Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan keluhan saat
terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik relaksasi, dan
memaksimalkan supply oksigen ke jaringan.
i. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain, seperti
: pemeriksaan masa perdarahan ( bledding time ) dan masa pembekuan
( clotting time ) darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein
darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks, EKG dan
ECG.
3. Persiapan Penunjang

Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang,
maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang
harus dilakukan pada pasien. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk
melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan
terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan
penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk
dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan
kondisi pasien layak menjalani operasi atau tidak.
4. Persiapan Keluarga

Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan
mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan
hati pasien dan mempersiapkan diri pasien untuk menjalani operasi.

Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung
jawab membaca dan menandatangani surat ijin operasi.

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK 5

1. Penanya : Meilia Septi Nur Rohmah
Pertanyaan : Bagaimana cara mengatasi dan mempersiapkan mental jika
pasien tidak siap atau labil? dijelaskan
Menjawab : Cindriwati Rahman

Jawaban : dapat dilakukan dengan memberikan informasi,

gambaran, penjelasan, dan memberikan kesempatan bertanya kepada

pasien tentang prosedur operasi dengan tujuan agar mengurangi

kecemasan pasien. Juga menjelaskan apabila pesiapan tidak dilakukan

dengan baik maka akan menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang

akan berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.

2. Penanya : Ni Luh Sulistiani

Pertanyaan : Apa bisa mengatasi cemas menjelang operasi dengan obat

penenang?

Menjawab : Mutiansi Harun

Jawaban : Bisa, karena asien yang mengalami cemas yang berlebihan

biasanya harus diberikan obat penenang. Memang, tidak ada ketentuan

khusus mana obat yang dapat mengatasi cemas sebelum operasi, namun

obat jenis benzodiazepine adalah obat yang sering digunakan. Obat

benzodiazepine akan membuat pasien menjadi rileks dan dapat tidur dengan

nyaman di malam sebelum hari operasi.

3. Penanya : Yuni Agustriani

Pertanyaan : Tadi pemateri kalian menjelaskan bahwa pasien yang akan

menjalani operasi sangat perlu perlu diperhatikan dalam mengatasi

kecemasan yang dialami. Nah pertanyaan saya, jika pasien mengalami

kecemasan secara terus menerus apakah akan menghambat jalannya

operasi? Dan bagaimana jika sudah melewati waktu lahirnya, apakah tidak

akan berdampak pada bayinya?jelaskan

Menjawab : Nurmila E. Yasin

Jawaban : Ya, akan menghambat jalannya operasi. Jadi kita harus

memahami dengan memahami bagaimana cara memberikan laporan secara

tepat dan juga memberikan informasi yang adekuat pada klien yang akan

dilakukan tindakan pembedahan umumnya mampu mengurangi tindakan

yang dirasakan klien. Lalu untuk dampak bayi yaitu meningkatkan risiko

persalinan prematur karena peningkatan hormon stres pada ibu, dan juga

meningkatkan risiko bayi terlahir dengan berat badan lahir rendah karena

emosi dari ibu yang sulit terkontrol

RESUME MATERI KELOMPOK 6 : PASCA OPERASI

A. Asuhan pasca operasi Pada Ibu Post Seksio Sesaria (SC)
Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan

melaluipembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan
rahim(histerektomi) untuk mengeluarkan bayi. Seksio Sesarea umumnya
dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karenaberesiko kepada komplikasi medis lainya.
Perawatan pasca bedah :

PERAWATAN PASCA BEDAH

Hari pertama 1. Lochea : lochea berwarna
merah kehitaman : lochea
lubra

2. Rawat luka
3. Latihan mobilisasi miring

kanan,miring kiri
4. Pemeriksaan TTV, Jumlah

urin,pendarahan pasca bedah
/ operasi.

Hari kedua 1. Pemeriksaan TTV
2. Rawat luka
3. Pemeriksaan lochea

lubra,berwarna merah
kehitaman
4. Latihan mobilisasi
berdiri,berjalan sedikit demi
sedikit

Hari ketiga 1. Pemeriksaan TTV

2. Rawat luka

3. Pemeriksaan lochea

lubra,berwarna merah

kehitaman

4. Latihan mobilisasi

berdiri,berjalan-jalan

Setelah pasca operasi, ada hal-hal yang perlu diperhatikan karena
pada tahap ini ibu sangat rentang terhadap infeksi akibat perlukaan karena
persalinan.Dengan memberikan asuhan dan pemantauan khusus pada ibu
pasca operasi maka kemungkinan terjadinya infeksi pada klien lebih rendah.
1. Pemberian cairan intravena. Kebutuhan cairan intravena, termasuk darah

selama dan setelah seksio sangat bervariasi.cairan yang diberikan secara
intravena terdiri dari larutan Ringer Laktat atau larutan sejenis dan
Dekstrosa 5% dalam air.Biasanya diberikan dalam 1-2 liter cairan yang
mengandung elektrolit seimbang selama dan segera setelah operasi.
2. Ruang pemulihan. Di ruang pemulihan, jumlah perdarahan dari vagina
harus dipantau dengan ketat, dan fundus harus sering diperiksa dengan
palpasi, dengan palpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi kuat. Balutan tebal dengan banyak plester dapat
mengganggu palpasi dan pemijatan fundus serta menimbulkan rasa tidak
nyaman kemudiaan saat plester, dan mungkin kulit diangkat Ibu didorong
untuk bernapas dalam dan batuk.

Setelah ibu sadar penuh, perdarahan minimal, tekanan darah
memuaskan, dan aliran urine paling tidak 30 ml per jam, pasien dapat
dipulangkan ke kamarnya.
3. Pemberian analgesik (Anti nyeri). Untuk ibu dengan ukuran tubuh rata-
rata,diberikan meperidin 75 mg, atau morfin 10 mg secara intramuskulus

sampai sesering tiap 3 jam untuk menghilangkan rasa nyaman. Jika
bertubuh kecil,mungkin diperlukan meperidin 50 mg atau jika besar, 100
mg. Suatu antiemetik (misalnya prometazin 25 mg) biasanya diberikan
betsama narkotik. Metode pemberian analgetik lainya misalnya
pemberian narkotik epidural pasca partum atau analgesik yang dikontrol
oleh pasien sedang dievaluasi dengan hasil awal yang menjajikan.
4. Tanda Vital. Tekanan darah, nadi, jumlah urin, dan fundus uteri diperiksa
paling tidak setiap jam selama 4 jam. Setiap kelainan dilaporkan. Setelah
itu, selama 24 jam pertama, hal-hal diatas bersamaan dengan suhu,
diperiksa setiap 4 jam.
5. Terapi Cairan Dan Makanan. Secara umum, 3 liter cairan, termasuk
Ringer Laktat seyogianya adekuat untuk pembedahan dan 24 jam
pertama sesudahnya. Namun,jika pengeluarna urine kurang dari 30 ml
per jam, pasien harus segera dievaluasi kembali. Penyebab oligouria
dapat beragam mulai dari pengeluaran darah yang tidak diketahui sampai
efek antidiuretik infus oksitosin. Jika tidak terjadi manipulasi intra-
abdomen yang ekstensi atau sepsis, ibu yang seyogiyanya mampu
menerima cairan per oral sehari setelah pembedahan. Jika tidak mampu,
cairan intravena dilanjutkan atau diulang. Pada hari kedua setalah
pembedahan , sebagian besar ibu dapat menerima makan biasa.
6. Kandung Kemih Dan Usus. Kateter umunya dapat dilepas dari kandung
kemih 12 jam setelah operasi atau, yang lebih menyenangkan, pagi hari
setelah operasi.Kemampuan ibu mengosongkan kandung kemihnya
sebelum terjadi peregangan yang berlebihan harus dipantau seperti pada
persalinan pervaginam. Bising usus biasanya tidak terdengar pada hari
pertama pembedahan, samar-samar pada hari kedua, dan aktif pada hari
ketiga. Pada hari kedua dan ketiga pasca operasi, dapat timbul nyeri gas
akibat gerakan usus yang tidak terkoordinasi. Supositoria rektum
biasanya dapat memicu defekasi, jika tidak ibu harus diberi anema.
7. Ambulasi. Umumnya, sehari setelah pembedahan, pasien harus turun
sebentar dari tempat tidur dengan bantuan paling tidak dua kali. Lama

waktu ambulasi Post Seksio Sesarea (SC) dengan general anastesi dan
regional anastesi cenderung sama. Selisih rata-rata lama waktu ambulasi
dini hanya 2 jam 40 menit .
8. Pemeriksaan Laboratorium. Hematokrit secara rutin diukur pada pagi
hari setelah pembedahan. Hemotokrit diperiksa lebih dini jika terjadi
pengeluaran darah berlebihan atau terjadi oliguria atau tanda-tanda yang
lain yang mengisyaratkan hipovolemia. Jika hematokrit menurun secara
signifikan dari kadar praoperasi,pemeriksaan diulang, dan dilakukan
penelitian untuk menentukan penyebab penurunan tersebut. jika
hematokrit yang rendah itu tetap stabil, ibu yang bersangkutan tersebut
dapat pulang tanpa kesulitan. Jika kecil kemungkinanya terjadi
pengeluarn darah lebih kanjut, terapi besi untuk memperbaiki gangguan
hematologik lebih dianjurkan dari pada transfusi.
9. Perawatan Payudara. Menyusui dapat dimulai sehari setelah
pembedahan. Jika ibu yang bersangkutan memilih untuk tidak menyusui
karena ada hal lain, maka pemakaian penyangga payudara yang tidak
menekan biasanya dapat mengurangi rasa tidak nyaman.
10. Pemulangan Dari Rumah Sakit. Ibu dapat dipulangkan dengan aman
pada hari keempat atau kelima pasca persalinan, kecuali jika terjadi
penyulit selama Masa Nifas. Aktifitas ibu selama minggu berikutnya
harus dibatasi pada perawatan diri dan bayinya dengan bantuan. Evaluasi
pasca salin perta sebaliknya dilakukan tinga minggu setelah persalinan,
bukan 6 minggu seperti cara tradisional.
11. Pemberian Antimikroba Profilaksis. Suatu Penelitian mengevaluasi
intervensi terapi pada kelompok perempuan nulipara beresiko tinggi
yang menjalani seksio sesarea akibat disproporsi sefalopelvik. Karena
frekuensi infeksi panggul adalah 85%, menganggap bahwa pemberian
antimikroba adalah pengobatan dan bukan profilaksis. Mereka
mengamati bahwa pemberian penisil ditambah gentamisin atau
sefamandol saja segera setelah tali pusat dijepit dan diikuti dua

pemebrian dosis dan obat yang sama dengan interval 6 jam menyebabkan
penurunan drastis morbiditas akibat infeksi.

B. Asuhan Ibu Pada Masa Nifas dengan Post Seksio Sesaria (SC)
Setelah pasca persalinan, ibu tidak boleh ditinggalkan begitu

saja,Sebagai bidan perlunya memberikan beberapa asuhan lanjutan dirumah
untuk memastikan ibu dan bayinya sehat.

Beberapa hal yang akan dilakukan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada Masa Nifas dengan Post Seksio Sesarea (SC), yaitu :

1. Memeriksa Tanda-tanda vital
Periksalah suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah ibu
secarateratur minimal sekali dalam satu jam jika ibu memiliki
masalah kesehatan

2. Membersihkan badan ibu dan merawat luka jahitan
Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh,
yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari. Perawatan luka merupakan
tindakan untuk merawat luka dan luka operasi yaitu luka bersih
sehingga mudah untuk perawatannya, namun jika salah dalam
merawat, maka akan bisa berakibat fatal.
Dalam perawatan luka Post Seksio Sesarea (SC) diperlukan
beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya :
a) Setiap satu minggu kasa harus dibuka Idealnya kasa yang
dipakai harus diganti dengan kasa baru setiap satu minggu
sekali. Tidak terlalu sering agar luka cepat kering, jika sering
dibuka luka bisa menempel pada kasa sehingga sulit untuk
kering.
b) Bersihkan jika keluar darah dan langsung ganti kasa Jika
luka operasi keluar darah, maka segeralah untuk mengganti
kasanya agar tidak basah atau lembab oleh darah. Karena

darah merupakan kuman yang bisa cepat menyebar
keseluruh bagian luka.
c) Jaga luka agar tidak lembap Usahakan semaksimal mungkin
agar luka tetap kering karena tempat lembap akan
menjadikan kuman cepat berkembang. Misalkan suhu kamar
terlalu dingin dengan AC yang membuat ruangan lembap
sehingga bisa jadi luka pun ikut lembap, hindari ruangan
lembap, dan atur suhu AC.
d) Menjaga kebersihan, agar luka operasi tidak terkena kotoran
yang mengakibatkan cepat berkembangnya kuman, maka
kebersihan diri dan lingkungan sekitar semaksimal mungkin
harus dijaga. Jauhkan luka dari kotoran, untuk itu seprei dan
bantal harus selalu bersih dari debu.
e) Gunakan bahan olastik atau pembalut yang kedap air (Opset)
Jika mau mandi atau aktifitas yang mengharuskan
bersenthan dengan air, gunakan bahan plastik atau pembalut
yang kedap air (opset) untuk melindungi luka bekas operasi
agar tidak terkena air. Upayakan agar tidak sampai basah
karena luka bisa mempercepat pertumbuhan kuman.
3. Memberikan penyuluhan mengenai pola makanan yang sehat dan
memperbanyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.
Petunjuk untuk mengolah makanan yang sehat:
a) Pilih sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan ikan yang
segar.
b) Cuci tangan sampai bersih sebelum dan sesudah mengolah
makanan.
c) Cuci bahan makanan yang bersih lalu potong-potong.
d) Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet (vetsin).
e) Jangan memakai minyak yang sudah berkali-kali dipakai.
f) Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat makanan, jika
dikemasan dalam kaleng.

g) Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman.
h) Jangan biarkan binatang berkeliaran didapur
i) Menjaga kebersihan. Kebersihan diri berguna untuk

mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman,
kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur, maupun lingkungan. Oleh karena itu menjaga
kebersihan diri secara keseluruhan sangatlah penting untuk
menghindari infeksi, baik pada luka jhaian maupun kulit.
4. Istrahat. Istirahat yang cukup banyak memberikan manfaat bagi ibu
setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan.
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur adalah sebagai berikut:
a) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan.
b) Sarangkan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan-
lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.
5. Perhatikan gejala infeksi Pada Ibu. Suhu tubuh ibu yang baru
melahirkan biasanya ggi dari pada suhu normal, khususnya jika
cuaca saat itu sangat panas. Namun jika ibu merasa sakit, terserang
demam, atau denyut nadinya cepat, atau dia merasa perih saat
kandunganya disentuh, bisa jadi dia terkena infeksi. Infeksi seperti
ini biasanya terjadi jika ketuban pecah lebih awala sebelum
persalinan dimulai, atau jika persalinan terlalu lama, atau dia
merasa kelelahan saat persalinan.

RANGKUMAN

A. Asuhan pasca operasi Pada Ibu Post Seksio Sesaria (SC)
Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan

melaluipembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan
rahim(histerektomi) untuk mengeluarkan bayi. Seksio Sesarea umumnya
dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karenaberesiko kepada komplikasi medis lainya.
Perawatan pasca bedah :

PERAWATAN PASCA BEDAH

Hari pertama 5. Lochea : lochea berwarna
merah kehitaman : lochea
lubra

6. Rawat luka
7. Latihan mobilisasi miring

kanan,miring kiri
8. Pemeriksaan TTV, Jumlah

urin,pendarahan pasca bedah
/ operasi.

Hari kedua 5. Pemeriksaan TTV
6. Rawat luka
7. Pemeriksaan lochea

lubra,berwarna merah
kehitaman
8. Latihan mobilisasi
berdiri,berjalan sedikit demi
sedikit

Hari ketiga 5. Pemeriksaan TTV

6. Rawat luka

7. Pemeriksaan lochea

lubra,berwarna merah

kehitaman

8. Latihan mobilisasi

berdiri,berjalan-jalan

Setelah pasca operasi, ada hal-hal yang perlu diperhatikan karena
pada tahap ini ibu sangat rentang terhadap infeksi akibat perlukaan karena
persalinan.Dengan memberikan asuhan dan pemantauan khusus pada ibu
pasca operasi maka kemungkinan terjadinya infeksi pada klien lebih rendah.

1. Pemberian cairan intravena.
2. Ruang pemulihan.
3. Pemberian analgesik (Anti nyeri).
4. Tanda Vital.
5. Terapi Cairan Dan Makanan.
6. Kandung Kemih Dan Usus.
7. Ambulasi.
8. Pemeriksaan Laboratorium.
9. Perawatan Payudara.
10. Pemulangan Dari Rumah Sakit.
11. Pemberian Antimikroba Profilaksis.

B. Asuhan Ibu Pada Masa Nifas dengan Post Seksio Sesaria (SC)
Setelah pasca persalinan, ibu tidak boleh ditinggalkan begitu

saja,Sebagai bidan perlunya memberikan beberapa asuhan lanjutan dirumah
untuk memastikan ibu dan bayinya sehat.

Beberapa hal yang akan dilakukan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada Masa Nifas dengan Post Seksio Sesarea (SC), yaitu :

1. Memeriksa Tanda-tanda vital
2. Membersihkan badan ibu dan merawat luka jahitan
3. Memberikan penyuluhan mengenai pola makanan yang sehat dan

memperbanyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.
4. Istrahat.
5. Perhatikan gejala infeksi Pada Ibu

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK 6 :

1. Penanya : Ditya Kasim

Pertanyaan :jelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi tingkat kecemasan ibu yang akan menghadapi operasi?

Menjawab : Fatmawati Humolungo

Jawaban : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pasien

antara lain :

1. Faktor-faktor intrinsik, antara lain:
a) Usia Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua
usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak
pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada
umur 21-45 tahun.
b) Paritas Paritas dapat mempengaruhi kecemasan,
karena terkait dengan aspek psikologis. Pada ibu yang
baru pertama kali melahirkan,belum ada bayangan
mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin dan
ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan
dari teman atau kerabat tentang pengalaman saat
melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal dan
ini akan mempengaruhi mindset ibu mengenai proses
persalinan yang menakutkan (Fazdria dan Hararap,
2016).
c) Pengalaman pasien menjalani pengobatan Pengalaman
awal pasien dalam pengobatan merupakan bagian
penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi
mental individu di kemudian hari.

2. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain:
a) Kondisi medis (diagnosis penyakit) Terjadinya gejala
kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis

sering ditemukan walaupun insidensi gangguan
bervariasi untuk masing-masing kondisi medis,
misalnya: pada pasien sesuai hasil pemeriksaan akan
mendapatkan diagnosa pembedahan, hal ini akan
mempengaruhi tingkat kecemasan klien. Sebaliknya
pada pasien yang dengan diagnosa baik tidak terlalu
mempengaruhi tingkat kecemasan.
b) Tingkat pendidikan Pendidikan bagi setiap orang
memiliki arti masing-masing. Pendidikan pada
umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola
bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan.
Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah
dalam mengidentifikasi stresor dalam diri sendiri
maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga
mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap
stimulus.
c) Pekerjaan Pekerjaan responden dapat mempengaruhi
kecemasannya dalam menjalani operasi, hal ini
disebabkan karena responden yang tidak bekerja
merasa menjadi beban tangungan keluarga, dan
merasa cemas kerena tidak dapat langsung melakukan
aktivitas pekerjaannya (Ahsan, Lestari, Sriati, 2017).
d) Proses adaptasi Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi
oleh stimulus internal dan eksternal yang dihadapi
individu dan membutuhkan respon perilaku yang
terus menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi
individu untuk mendapatkan bantuan dari
e) Jenis tindakan Klien yang akan menjalani
pembedahan mungkin merasa khawatir atau gelisah.
Sebagian mereka merasa takut akan merasa nyeri.
Beberapa khawatir akan kehilangan kesadaran,

beberapa lainnya takut mereka akan meninggal
(Rosdahl dan Kowalski, 2014).
f) Komunikasi terapeutik Komunikasi sangat
dibutuhkan baik bagi perawat maupun pasien.
Terlebih bagi pasien yang akan menjalani
pembedahan. Hampir sebagian besar pasien yang
menjalani pembedahan mengalami kecemasan. Pasien
sangat mem butuhkan penjelasan yang baik dari
perawat. Klien perlu membicarakan perasaan mereka,
untuk mendapatkan pendidikan kesehatan pre operasi
yang memadai, dan untuk mengetahui bahwa mereka
penting sebagai individu.

2. Penanya : Siti Nuraina Tuliabu

Pertanyaan : sudah dijelaskn pada asuhan ibu post seksio sesaria (SC)

di hari ketiga pada tahap ini ibu sangat rentan terhadap infeksi akibat

perlukaan karena persalinan.nah yang ingin saya tanyakan infeksi

seperti apa yang terjadi akibat luka pada persalinan

Menjawab : Cindy Anantasia Dano

Jawaban : Infeksi luka yang terjadi pasca operasi caesar dapat

menyebabkan hal yang berbahaya. Hal tersebut dapat terjadi ketika

bakteri masuk ke luka sayatan yang terjadi. Sekitar 3 hingga 15 persen

wanita yang mengalami operasi caesar mengalami infeksi ini. Gangguan

ini juga dapat menyebabkan komplikasi.salah satu komplikasi yang

berhubungan dengan infeksi pada operasi caesar yaitu

Osteomielitis,adalah salah satu infeksi yang dapat terjadi pasca operasi

caesar dilakukan. Gangguan ini terjadi ketika infeksi dan peradangan

pada tulang atau sumsum tulang. Penyakit ini terjadi ketika infeksi

tersebut masuk ke aliran darah. Gejala dari gangguan ini dapat

menyebabkan kejang otot pada area yang radang.

3. Penanya : Rahmayani Ajiji

Pertanyaan : Kenapa ibu yang direncanakan permainannya melalui

SC tidak bisa bisa melakukan persalinan normal! Bisa jelaskan

komplikasi apa yg akan terjadi jika ibu memaksa untuk melakukan

persalinan normal?

Menjawab : Miftahunnisa Djafar

Jawaban : Proses lahiran normal yang dipaksakan dapat

menyebabkan bahaya fatal pada ibu atau pun bayi. Untuk bumil,

melahirkan secara normal dapat menyebabkan kulit dan jaringan di

sekitar vagina meregang hingga robek. Jika peregangan dan robek pada

vagina parah, maka perlu dijahit. Ini bisa menyebabkan tubuh ibu jadi

lemah dalam mengontrol fungsi otot urin atau ususnya cedera panggul

saat melahirkan normal. Lalu, melahirkan normal yang dipaksakan bisa

menyebabkan bahaya fatal pada bayi. Ibu harus mengejan dalam waktu

yang lama. Namun, bayi tak kunjung keluar. Misalnya, mengakibatkan

kulit kepala memar atau tulang selangka ibu patah karena si kecil

berusaha keluar dari rahim. Bayi yang terlalu lama di perut ibu yang

mengejan juga dapat berisiko kekurangan napas dan meninggal di dalam

kandungan.


Click to View FlipBook Version