The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by bcandra296, 2021-12-19 23:25:23

KELAS VIII AGAMA HINDU

KELAS VIII AGAMA HINDU

Keywords: hindu

Dalam pustaka suci Bhagavad-gītā XVII.19, dinyatakan sebagai berikut:
मढू ग्राहेणात्मनो यत्पीडया क्रियते तपः । परस्योत्सादनार्थं वा तत्तामसमदु ाहृतम ् ॥
mūdha-grāhenātmano yat pīdayā kriyate tāpah, parasyotsādanārtham vā tat tāmasam
udāhrtam
Terjemahan:
Pertapaan yang dilakukan berdasarkan kebodohan, dengan menyiksa diri atau untuk
menghancurkan atau menyakiti orang lain dikatakan sebagai pertapaan dalam sifat
kebodohan.

Dalam pustaka suci Bhagavad-gītā XVII.22, dinyatakan sebagai berikut:
अदेशकाले यद्दानमपात्रभे ्यश्च दीयते । असत्कृ तमवज्ञातं तत्तामसमदु ाहृतम ् ॥
adeśa-kāle yad dānam apātrebhyaś ca dīyate asat-krtam avajñatam tat tāmasam udāhrtam
Terjemahan:
Sumbangan-sumbangan yang diberikan di tempat yang tidak suci, pada waktu yang tidak
suci, kepada orang yang tidak patut menerimanya, atau tanpa perhatian dan rasa hormat yang
benar dikatakan sebagai sumbangan dalam sifat kebodohan.

Terjemahan sloka-sloka di atas menjelaskan bahwa, ciriciri guna tamas seperti
memakan makanan yang basi, pedas dan masam, melaksanakan yajña tidak menggunakan
aturanaturan veda, menuntut ilmu pengetahuan yang benar, dan malas melaksanakan tapa brata

51

D. Sloka yang berhubungan dengan Tri Guṇa
Wrhaspati Tattwa sloka 15, berbunyi:

Ikang citta mahangan mawa yeka sattwa ngaranya. Ikang madres molah, yeka rajah
ngaranya, ikang abwat peteng, yeka tamah ngaranya.

Terjemahan:

Pikiran yang ringan dan tenang itu sattwam namanya, yang bergerak cepat, itu rajah
namanya, yang berat serta gelap, itulah tamah namanya.

Ketiga guna itu terdapat pada setiap orang hanya saja dalam ukuran yang berbeda-beda.
Orang yang lebih baik dipengaruhi oleh guna sattwam, maka ia menjadi orang yang bijaksana,
berfikir terang dan tenang, sifat kasih sayang, lemah lembut, lurus hati juga termasuk sifat
sattwam.

सत्त्वं रजस्तम इति गणु ाः प्रकृ तिसम्भवाः । निबध्नन्ति महाबाहो देहे देहिनमव्ययम ् ॥
sattvaṁ rājās tama iti guṇāḥ prakṛti-sambhavāḥ,

nibadhnanti mahā-bāho dehe dehinam avyayām

Bhagavadgītā 14.5

Alam material terdiri dari tiga sifat-kebaikan, nafsu dan kebodohan. Bila makhluk hidup
yang kekal berhubungan dengan alam, ia diikat oleh sifat-sifat tersebut, wahai Arjuna yang
berlengan perkasa.

Oleh karena makhluk hidup bersifat rohani, ia tidak mempunyai hubungan dengan alam
material. Namun, oleh karena ia diikat oleh dunia material, maka ia bertindak di bawah pesona
tiga sifat alam material. Oleh karena para makhluk hidup mempunyai berbagai jenis badan,
menurut berbagai sifat alam, mereka didorong supaya bertindak menurut sifat alam itu. Inilah
yang menyebabkan berbagai jenis suka dan duka.

52

तत्र सत्त्वं निर्मलत्वात्प्रकाशकमनामयम ् । सखु सङ्गेन बध्नाति ज्ञानसङ्गेन चानघ ॥

tatra sattvaṁ nirmalatvāt prakāśakam anāmayam,

sukha-saṅgena badhnāti jñāna-saṅgena cānagha

Bhagavadgītā 14.6

Wahai yang tidak berdosa, sifat kebaikan lebih murni daripada sifat-sifat yang lain. Karena itu,
sifat kebaikan memberi penerangan dan membebaskan seseorang dari segala reaksi dosa. Orang
yang mantap dalam sifat itu diikat oleh rasa kebahagiaan dan pengetahuan.

Ada berbagai jenis makhluk hidup yang diikat oleh alam material. Salah satunya adalah
jenis makhluk berbahagia, yang lain giat sekali dan yang lain lagi tidak berdaya. Segala
manifestasi kejiwaan tersebut menyebabkan status terikat para makhluk hidup di alam. Berbagai
jenis ikatan para makhluk hidup dijelaskan dalam bagian ini dari Bhagavad-gita. Sifat pertama
yang dipertimbangkan ialah sifat kebaikan. Akibat pengembangan sifat kebaikan di dunia
material ialah bahwa seseorang lebih bijaksana daripada orang yang diikat dengan cara yang lain.
Orang dalam sifat kebaikan tidak begitu dipengaruhi oleh kesengsaraan material. Contoh sifat ini
ialah seorang brahmaṇā, yang dianggap berada dalam sifat kebaikan. Rasa kebahagiaan tersebut
disebabkan oleh pengertian bahwa orang dalam sifat kebaikan kurang lebih bebas dari
reaksi-reaksi dosa. Sebenarnya, dalam kesusasteraan Veda dinyatakan bahwa sifat kebaikan
berarti pengetahuan lebih banyak dan rasa kebahagiaan yang lebih tinggi.

Kesulitan yang dialami dalam hal ini adalah apabila makhluk hidup berada dalam sifat
kebaikan, maka ia menjadi terikat hingga merasa Diri-Nya sudah maju dalam pengetahuan dan
lebih baik daripada makhluk hidup lainnya. Dengan cara demikian, ia akan terikat. Ahli ilmu
pengetahuan dan filosof adalah contoh yang paling tepat tentang hal ini. Kedua orang tersebut
sangat bangga karena pengetahuannya. Oleh karena pada umumnya mereka memperbaiki
keadaan hidupnya, mereka merasakan sejenis kebahagiaan material. Rasa kebahagiaan yang
sudah maju seperti itu dalam kehidupan yang terikat menyebabkan mereka diikat oleh sifat
kebaikan dari alam material. Karena itu mereka tertarik untuk bekerja dalam sifat kebaikan.
Selama mereka tertarik untuk bekerja dengan cara seperti itu, mereka harus menerima jenis

53

badan tertentu dalam sifat-sifat alam. Karena itu, pembebasan atau kesempatan untuk
dipindahkan ke dunia rohani tidak dimungkinkan. Seseorang dapat dilahirkan sebagai filosof,
ahli ilmu pengetahuan, atau penyair berkali-kali, dan berulang kali ia terikat dalam
kerugian-kerugian yang sama, yaitu kelahiran dan kematian. Tetapi, akibat khayalan tenaga
material, seseorang menganggap kehidupan seperti itu menyenangkan.
Materi Power Point Tri Guna

VIDEO MATERI TRI GUNA

54

D. Ringkasan

Tri Guṇa terdiri dari dua kata yakni tri yang artinya tiga dan guna yang artinya sifat. Jadi Tri
Guṇa berarti tiga sifat yang mempengaruhi manusia.

Ketiga sifat ini saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan membentuk watak seseorang.
Apalagi jika ketiga sifat tersebut dapan berjalan dengan harmoni, maka sesorang akan dapat
mengendalikan pikirannya dengan baik. Tetapi jika ketiga sifat itu terus bergerak seperti roda
kereta yang sedang berputar silih berganti, saling ingin menguasai maka kehidupan seseorang
akan kurang damai. Untuk itu dari ketiga sifat itu perlu dikendalikan. Bagian-bagian dari Tri
Guóa adalah: Sattwam, Rajas, dan Tamas.

a. Sattwam

Sifat sattwam yakni sifat tenang, suci, bijaksana, cerdas dan sifat-sifat baik lainnya. Orang yang
dikuasai sifat Sattwam biasanya berwatak tenang, waspada dan berhati damai dan welas
asih.Kalau mengambil tindakan akan ditimbang dulu secara matang, kemudian dilaksanakan.
Semua pikiran perkataan dan prilakunya mencerminkan kebajikan. Seperti tindakan Yudhistira
dalam cerita Mahabharata. Demikian kalau orang dikusai sifat Sattwam.

b. Rajas

Sifat rajas yakni sifat lincah, gesit, tergesa-gesa, bimbang, iri hati, angkuh dan bernafsu. Orang
yang dikuasai sifat Rajas biasanya selalu gelisa, keinginannya bergerak cepat, mudah marah,
senang terhadap yang memujinya dan bencih orang yang merendahkannya. Yang baik pada sifat
ini adalah giat bekerja dan disiplin. Maka dari itu agar sifat ini dapat dikendalikan, maka perlu
dilatih dengan kesabaran dan ketenangan sehingga jernih terbebas dari buruk.

55

c. Tamas
Sifat tamas yakni sifat tamak,paling malas, kumal, rakus dan suka berbohong. Orang yang
dikuasai sifat Tamas, biasanya berifikir, berkata, dan berbuat sangat lamban. Kadang-kadang,
malas suka tidur, rakus, dan dungu. Besar birahinya, keras keinginannya, serta suka tidur campur
denga anak dan istrinya. Orang yang dikuasai sifat Tamas akan jauh dari sifat susila (kabajikan),
karena perbuatanya hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mempunyai rasa kasih sayang
terhadap orang lain di sekitarnya.

E. Bahan bacaan/Daftar pustaka

Susila, K. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VIII (Buku Guru).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Susila, K. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VIII (Buku Siswa).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudharta, Tjokorda Rai dan Ida Bagus Oka Punia Atmaja. Upadeúa tentang Ajaran-ajaran
Agama Hindu. Surabaya: Pàramita, 2001.

F. Evaluasi

1. Setiap manusia memiliki Tri Guṇa dalam dirinya sejak lahir. Jelaskan
pengertian Tri Guṇa !
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
56

2. Sebutkan bagian-bagian dari Tri Guṇa !
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

3. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Rajas !
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

SOAL EVALUASI TRI GUNA

57

LAMPIRAN

1. Materi Power Point tentang Tri Guna 8_Tri Guna.pptx
2. Video Pembelajaran https://youtu.be/GsBjLh78J9E
3. Soal Evaluasi Tes Tulis TRI GUNA.pdf

58

BAB IV
PANCA MAHABHUTA SEBAGAI UNSUR

PEMBENTUK ALAM SEMESTA

59

A.PANCA MAHABHUTA SEBAGAI PEMBENTUK ALAM
SEMESTA

Pada bagian ini anda akan mempelajari:
1. Kepadatan Penduduk
2. Mortalitas
3. Natalitas
4. Piramida Kependudukan

B. Pengantar

Setelah mempelajari Modul / Bahan Ajar “Pañca māha bhūta” peserta didik mampu:
1. Menjelaskan pengertian ajaran Pañca māha bhūta
2. Menyebutkan bagian-bagian unsur pañca māha bhūta
3. Mengidentifikasi Pañca māha bhūta sebagai unsur bhuwana agung
4. Mengidentifikasi Pañca māha bhūta sebagai unsur bhuwana alit
5. Menguraikan contoh Pañca māha bhūta sebagai unsur pembentuk bhuwana

agung
6. Menguraikan contoh Pañca māha bhūta sebagai unsur pembentuk bhuwana alit
7. Membuat bagan unsur pañca māha bhūta pada bhuana alit
8. Mengelompokkan gambar pada unsur pañca māha bhūta pada bhuwana agung

dan bhuwana alit
9. Menjelaskan upaya-upaya untuk menyelaraskan atau menyeimbangkan

bhuwana agung dan bhuwana alit

60

10. Menceritakan tattwa ajaran Pañca māha bhūta sebagai unsur pembentuk
bhuwana agung dan bhuwana alit

C. Materi

1. Pengertian Panca Mahabhuta
Alam semesta terdiri atas berjuta-juta planet, bintang, matahari, bulan serta yang lain.

Seluruh benda di alam semesta ini dibentuk oleh unsur-unsur yang telah diciptakan Sang Hyang
Widhi. Dalam pandangan agama Hindu, terdapat lima unsur pembentuk alam semesta dan
seluruh isinya, seperti unsur ruang. Kelima unsur tersebut dikenal dengan sebutan pañca
mahābhūta. Alam semesta terdiri atas bhuana agung dan bhuana alit. Bhuana agung adalah alam
besar atau dunia, sedangkan bhuana alit adalah alam kecil atau manusia. Bhuana agung dan
bhuana alit sama-sama terbentuk oleh pañca mahābhūta.

Alam semesta diciptakan secara bertahap dari yang paling halus sampai yang sangat
nyata. Pustaka suci Ṛgveda X.129.1-7 menjelaskan bagaimana proses penciptaan alam semesta
dalam agama Hindu. Proses penciptaan alam semesta dalam agama Hindu dimulai dari:

नासद॑ ासीन॒ ्नो सदा॑सीत्त॒दानी॒ं नासी॒द्रजो॒ नो व्योम॑ ा प॒रो यत ्।
किमावर॑ ीवः॒ कु ह॒ कस्य॒ शर्म॒ न्नम्भः॒ किमा॑सीद॒ ्गह॑नं गभी॒रम ्॥ १०.१२९.०१
nāsadāsīnno sadāsīttadānim nāsīdrajo no vyomā paro yat,
kim āvarīvah kuha kasya śarmannam bhah kimāsīdgahanam gabhīram.
(Tidak ada yang abadi, demikian pula dunia tidak akan abadi, tidak abadi pula dengan
cakrawala, maupun yang ada di atas. Bagaimana di sana ada tempat yang tertutup, dan di
mana? Apakah kebahagian yang besar di sana? Bagaimana terdapat air yang tidak dapat
diduga?)

न म॒ तृ ्यरु ा॑सीद॒मतृ ॒ं न तर्हि॒ न रात्र्या॒ अह्न॑ आसीत्प्रके॒ तः ।

61

आनीद॑ वा॒तं स्व॒धया॒ तदेकं॒ तस्मा॑द्धान॒ ्यन्न प॒रः किं च॒ नास॑ ॥ १०.१२९.०२
na mrtyurāsīdamrtam na tarhi na rātryā ahna āsītpraketah,
ānīdavātam svadhayā tadekam tasmād dhānyanna parah kim canāsa.
(Kematian bukanlah suatu masa yang abadi, tidak ada petunjuk mengenai siang dan malam;
dia yang tunggal bernapas dengan kekuatannya sendiri, di sisi lain tidak ada yang lainnya).
तम॑ आसीत॒ ्तमस॑ ा ग॒ ळू ्हमग्रेऽ॑ प्रके॒ तं सल॑ ि॒ लं सर्वम॑ ा इ॒दम ्।
त॒चु ्छ्येना॒भ्वपिह॑ ित॒ं यदासीत॒ ्तपस॑ ॒ स्तन्मह॑ ि॒नाजा॑य॒ तकै ॑ म ्॥ १०.१२९.०३
tama āsīttamasā gūlhamagre`prakeram Salilam sarvamā idam
Tucchyenābhavapihitam yadāsītta Pasastanmahinājāyataikam
(Terdapat kegelapan yang menutupi kegelapan pada permulaan, dunia ini semua adalah air
yang tidak begitu jelas; yang kosong bersatu yang tertutup dengan suatu apa pun, yang
diperoleh melalui kekuatan yang benar.)
काम॒ स्तदग्र॒ े समव॑ र्त॒ताधि॒ मनस॑ ो॒ रेतः॑ प्रथ॒ मं यदासी॑त ्।
स॒ तो बन्ध॒ मु सत॑ ि॒ निर॑विन्दन्हृद॒ ि प्र॒तीष्या॑ क॒ वयो॑ मनी॒षा ॥ १०.१२९.०४
kāmastadagre samavartatādhi manaso retah prathamam yadāsīt
sato badhumasati niravindanhrdi pratīsyā kavayo manīsā
(Di awal keinginan, yang pertama berada pada pikiran; orang bijak melakukan meditasi di
dalam hatinya guna menutupi kebijaksanaan yang berkaitan dengan keberadaan yang tidak
dapat diketahui)
ति॒रश॒ ्चीनो॒ वितत॑ ो रश॒ ्मिरे॑षाम॒ धः स्विद॑ ास॒ ी३द॒पु रि॑ स्विदासी३त ्।

62

रेत॒ ो॒धा आस॑ न्महि॒मान॑ आसन्स्व॒धा अ॒ वस्ता॒त्प्रयत॑ िः प॒रस्तात॑ ्॥ १०.१२९.०५
tiraścīno vitato raśmiresāmadhah svidāsī-dupari svidāsīt,
retodhā āsanmahimāna āsantsvadhā avastātprayatih parastāt.
(Sinarnya yang sangat kuat keluar, apakah itu melintas, atau mengarah ke bawah, atau ke
atas, mengeluarkan adalah kekuatan, makanan adalah bagian yang terendah, pemakan adalah
yang paling tinggi)
को अ॒ द्धा वेद॑ ॒ क इ॒ह प्र वोच॑ ॒ त्कु त॒ आजा॑ता॒ कु त॑ इ॒यं विसष॑ृ ्टिः ।
अ॒ र्वाग्दे॒वा अ॒ स्य वि॒सर्जन॑ ॒ेनाथा॒ को वेद॑ ॒ यत॑ आब॒भवू ॑ ॥ १०.१२९.०६
ko addhā veda ka iha pra vocatkuta ājātā kuta iyam visrstih,
arvāgdevā asya visarjanenāthā ko veda yata ābabhūva.
(Siapa yang benar-benar mengetahui? Siapa yang mengumumkan keberadaan dunia ini?
Kapan penciptaan ini terjadi, kapan itu dilakukan? Para deva yang berikut pencipta dunia
sehingga siapa yang mengetahui kapan itu mulai ada?)

इ॒यं विसष॑ृ ्टि॒र्यत॑ आब॒भवू ॒ यदि॑ वा द॒धे यदि॑ वा॒ न ।
यो अ॒ स्याध्यक॑ ्षः परम॒ े व्योम॑ ॒ न्सो अ॒ ङ्ग वेद॑ ॒ यदि॑ वा॒ न वेद॑ ॥ १०.१२९.०७
iyam visrstiryata ābabhūva yadi vā dadhe yadi vā na
yo asyādhyaksah parame vyomantso anga veda yadi vā na veda.
(Dia menciptakan untuk siapa, semoga Dia yang mengendalikannya, atau Dia mungkin
tidak; Dia yang mengawasinya di surga yang paling tinggi, dia sebenarnya mengetahui, atau
jika Dia tidak mengetahui, tiada seorang pun yang melakukan itu)

63

Mantra-mantra dalam pustaka suci Ṛgveda X.129.1-7 menjelaskan bahwa pada
awalnya tidak ada apa-apa, semuanya kosong, gelap tanpa penerangan, tanpa batas, tak dapat
dipikirkan dan dibayangkan. Sesungguhnya yang menciptakan alam semesta ini adalah Sang
Hyang Widhi. Beliau juga mengendalikannya.

Beliau yang mengawasi alam semesta ini berada di atas angkasa yang tak terhingga.
Jadi janganlah mengakui eksistensi lain selain Sang Hyang Widhi.

Tentang penciptaan alam semesta lebih jauh dinyatakan dalam pustaka suci Ṛgveda
X.90.1-16 bahwa proses penciptaan sebagai berikut:

स॒ हस्रश॑ ीर्षा॒ परु ु॑ षः सहस्राक॒ ्षः स॒ हस्रप॑ ात ्। स भमू ि॑ं वि॒श्वतो॑ व॒तृ ्वात्यत॑ िष्ठद्दशाङ्ग॒ लु म ्॥ १०.०९०.०१
sahasraśīrṣā puruṣah sasasrākṣah sahasrapāt, sa bhūmim viśvato
vrtvātyatiṣthaddaśāngulam

(Puruṣa yang memiliki seribu kepala, seribu mata, seribu kaki, menginjak bumi dari berbagai
arah, memenuhinya hanya dengan ukuran sepuluh jari)
परु ु॑ ष ए॒वेदं सर्वं॒ यद्भ॒ तू ं यच्च॒ भव्यम॑ ्। उ॒तामत॑ृ ॒त्वस्येशान॑ ो॒ यदन्नेन॑ ाति॒रोह॑ति ॥ १०.०९०.०२
puruṣa evedam sarvam yadbhūtam yacca bhavyam, utāmrtatvasyeśāno yadannenātirohati

(Puruṣa sesungguhnya adalah semua yang ada di alam semesta, yang pernah ada dan yang
akan ada: ia juga adalah penguasa kekekalan; karena ia melakukan hal di luar kemampuan
untuk kehidupan semua makhluk hidup)
ए॒तावा॑नस्य महि॒मातो॒ ज्यायाम्श्च॒ परू ु॑ षः । पादोऽ॑ स्य॒ विश्वा॑ भ॒ तू ानि॑ त्रिप॒ ाद॑स्याम॒ तृ ं॑ दि॒वि ॥
१०.०९०.०३
etāvānasya mahimāto jyāyāmśca pūruṣah, pādo`sya viśvā bhūtāni tripādasyāmrtam divi

64

(Demikianlah keagungan-Nya; dan Puruṣa bahkan melebihi ini. Semua makhluk
digabungkan menjadi satu hanya seperempat diri-Nya; Tiga perempat bagian yang lain ada
di langit, sebagai makhluk kekal)
त्रिप॒ ाद॒रू ्ध्व उदै॒त्परु ु॑ षः॒ पादोऽ॑ स्य॒ेहाभव॑ ॒त्पनु ः॑ । ततो॒ विष्व॒ङ्व्यक॑ ्रामत्साशनानश॒ ने अ॒ भि ॥ १०.०९०.०४
tripādūrdhva udaitpurusah pado`syehabhavatpunah tato visvan vyakramatsasananasane
abhi
(Tiga perempat bagian dari Puruṣa naik ke langit; seperempatnya lagi tinggal di bumi
melakukan aktivitas secara berulang-ulang, dan terbagi dalam berbagai wujud, dalam dua
kelompok, yaitu yang bergerak dan yang tidak bergerak)
तस्मा॑द्वि॒राळ॑जायत वि॒राजो॒ अधि॒ परू ु॑ षः । स जा॒तो अत्यर॑ िच्यत प॒श्चाद्भमू ि॒ मथो॑ प॒रु ः ॥ १०.०९०.०५
tasmādvirālajāyata virāji adhi pūruṣah sa jāto atyaricyata paścadbhūmimatho purah.
(Darinya lahir Virāj dan dari Virāj lahir Puruṣa; ia, segera setelah lahir, termanifestasikan
dan kemudian menciptakan bumi dan segala isinya)
यत्परु ु॑ षणे ह॒विषा॑ दे॒वा य॒ ज्ञमतन॑ ्वत । व॒स॒ न्तो अस॑ ्यासीद॒ ाज्यं॑ ग्रीष॒ ्म इ॒ध्मः श॒ रद्ध॒ विः ॥ १०.०९०.०६
yatpuruṣena haviṣā devā yajñamatanvata, vasanto asyāsīdājyam grīṣma idhmah
śaradbhavih
(Ketika para Dewa melakukan upacara persembahan dengan Puruṣa sebagai persembahan,
musim semi adalah Ghee-nya, musim panas minyaknya, dan musim gugur persembahannya)
तं य॒ ज्ञं ब॒र्हिषि॒ प्रौक्ष॒न्परु ु॑ षं जा॒तमग॑ ्र॒ तः । तने ॑ दे॒वा अय॑ जन्त सा॒ध्या ऋषय॑ श्च॒ ये ॥ १०.०९०.०७
tam yajñam barhiṣi praukṣan-puruṣam jātamagratah tena devā ayajanta sādhyā rṣayaśca ye

65

(Mereka mempersembahkan Puruṣa di rumput suci sebagai persembahan, terlahir
sebelum penciptaan; dengannya para Deva adalah para Sadhya dan mereka yang adalah para
Ṛṣi dipersembahkan).

तस्मा॑द्य॒ ज्ञात्सर॑ ्व॒हुतः॒ सम्भत॑ृ ं पषृ दाज॒ ्यम ्। प॒शनू ्ताँश्चक॑ ्रे वाय॒ व्यान॑ ारण॒ ्यान्ग्रा॒म्याश्च॒ ये ॥ १०.०९०.०८
tasmādyajñātsarvahutah sambhrtah prṣadājyam paśūntāmścakre vāyavyānāranyān
grāmyāśca ye

(Dari korban itulah, yang di dalamnya seluruh alam semesta dipersembahkan, campuran
mentega dan kacang dihasilkan, dan ia membuat binatang yang dikepalai oleh vāyu, mereka
yang liar dan juga jinak)

तस्माद॑ ्य॒ ज्ञात्सर॑ ्व॒हुत॒ ऋचः॒ सामान॑ ि जज्ञिरे । छन्दास॑ं ि जज्ञिरे॒ तस्मा॒द्यज॒ सु ्तस्माद॑ जायत ॥
१०.०९०.०९
tasmādyajñātsarvahuta rcah sāmāni jajñire chandāmsi jajñire tasmādyajustasmādajāyata

(Dari kurban itu, yang mana seluruh semesta dipersembahkan, para Rca dan Saman
dihasilkan; darinya semua Metre terlahir; darinya semua Yaju terlahir)

तस्मा॒दश्वा॑ अजायन्त॒ ये के चो॑भ॒ याद॑तः । गावो॑ ह जज्ञिरे॒ तस्मात॒ ्तस्मा॑ज्जात॒ ा अज॑ ा॒वयः॑ ॥ १०.०९०.१०
tasmādaśvā ajāyanta ye ke cobhayādatah gāvo ha jajñire tasmāt tasmājjātā ajāvayah.

(Darinya terlahir kuda-kuda dan binatang apa saja yang memiliki dua baris gigi; sapi-sapi
lahir darinya; dan darinya juga lahir kambing dan biri-biri)

यत्परु ु॑ ष॒ं व्यद॑धःु कति॒धा व्यक॑ ल्पयन ्। मखु ॒ ं किमस॑ ्य॒ कौ बाह॒ ू का ऊ॒ रू पादा॑ उच्येते ॥ १०.०९०.११
yatpuruṣam vyadadhuh katidhā vyakalpayan mukham kimasya kau bāhū kā ūrū pādā ucyate.

(Ketika mereka mempersembahkan Puruṣa, ke dalam berapa bagian mereka bisa
membaginya? Dinamakan apa mulutnya, dinamakan apa tangan, paha, dan kakinya?).

66

ब्रा॒ह्म॒ णो॑ऽस्य॒ मखु म॑ ासीद्बा॒हू राज॑ ॒ न्यः॑ कृ॒ तः । ऊ॒ रू तद॑स्य॒ यद्वशै ्यः॑ प॒द्भ्यां श॒ दू ्रो अज॑ ायत ॥
१०.०९०.१२
brāhmano`sya mukhamāsīd bāhū rājanyah krtah ūrū tadasya yadvaiśyah pudbhyām śūdro
ajāyata

(Mulut-Nya menjadi Brahmana, tangan-Nya menjadi Rajanya, paha-Nya menjadi Vaisya,
dan Sudra lahir kaki-Nya)

च॒ न्द्रमा॒ मनस॑ ो जा॒तश्चक्षोः॒ सरू ्यो॑ अजायत । मखु ा॒दिन्द्र॑श्चा॒ग्निश्च॑ प्रा॒णाद्वाय॒ रु ॑जायत ॥ १०.०९०.१३
candramā manaso jātaścakṣoh sūryo ajāyata mukhādindraścā-gniśca prānādvāyurajāyata

(Bulan terlahir dari pikiran-Nya, matahari lahir dari mata-Nya, Indra dan Agni lahir dari
mulut-Nya, dan Vāyu dari napas-Nya)

नाभ्या॑ आसीद॒न्तरि॑क्षं शीर॒ ्ष्णो द्यौः समव॑ र्तत । प॒द्भ्यां भमू ि॒ र्दिशः॒ श्रोत्रा॒त्तथा॑ लोक॒ ाँ अक॑ ल्पयन ्॥
१०.०९०.१४
nābhyā āsīdantarikṣam śīrṣno dyauh samavartata padbhyām bhūmirdiśah śrotrāttathā
lokām akalpayan

(Dari pusar-Nya muncul ruang angkasa, dari kepala-Nya dilahirkan langit, bumi dari
kaki-Nya, empat penjuru arah dari telinga-Nya, demikianlah semuanya membentuk seluruh
bumi ini)

स॒ प्तास्या॑सन्परिध॒ य॒ स्त्रिः स॒ प्त स॒ मिधः॑ कृ॒ ताः । दे॒वा यद्य॒ ज्ञं तन॑ ्वान॒ ा अबध॑ ्न॒ न्परु ु॑ षं प॒शमु ्॥
१०.०९०.१५
saptāsyāsan paridhayastrah sapta samidhah krtāh devā yadyajñam tanvānā
abadhnanpuruṣam paśum

67

(Ada tujuh kelompok persembahan yang dibuat, dua puluh tujuh bagian kayu bakar
disiapkan, ketika para Deva merayakan persembahan ini, dengan mempersembahkan Puruṣa
sebagai kurbannya)

य॒ ज्ञने ॑ य॒ ज्ञमय॑ जन्त दे॒वास्तानि॒ धर्माण॑ ि प्रथ॒ मान्यास॑ न ्। ते ह॒ नाकं॑ महि॒मानः॑ सचन्त॒ यत्र॒ परू ्वे॑ साध॒ ्याः
सन्ति॑ दे॒वाः ॥ १०.०९०.१६

yajñena yajñamayajanta devāstāni dharmāni prathamānyāsan te ha nākam mahimānah
sacanta yatra pūrve sādhyāh santi devāh

(Dengan persembahan para Deva memuja Nya yang mana mereka juga adalah bagian dari
kurban; itu adalah tugas pertama. Mereka yang agung menjadi pemilik langit di mana para
Deva masa lampau, para Sadhya berada)

Sloka-sloka dalam pustaka suci Ṛgveda X.90.1-16 menjelaskan bahwa sesungguhnya
Puruṣa adalah semuanya, dari Puruṣa lahir, matahari, bulan, planet-planet, Deva-Deva, empat
arah mata angin, catur varna, serta yang lain. Jadi para orang suci mengadakan pemunjaan
kepada Puruṣa

Dalam pustaka suci Agni Purāṇa 17.1-16, digambarkan bagaimana proses penciptaan
alam semesta sebagai berikut:

Agni bersabda:

Aku akan menjelaskan sekarang penciptaan alam semesta, yang merupakan dari krida Sang
Hyang Visnu. Beliaulah yang menciptakan surga dan lain-lain. Pada permulaan ciptaan dan
dilengkapi dengan sifat-sifat dan tanpa sifat-sifat.

Brahma, yang tidak menampakan diri, sesungguhnya yang ada. Saat itu, tidak ada langit,
siang atau malam, dan lainlain. Sang Hyang Visnu masuk ke dalam Prakriti dan Puruṣa dan
menggerakkannya.

68

Pada saat penciptaan, yang pertama kali terpancar adalah mahat. Kemudian, terwujudlah
ahamkara, selanjutnya disusul pertama dari keadaan natural, kilauan cahaya unsur-unsur
alam, dan sebagainya.

Kemudian, meluaplah ether (Ākāśa) yang merupakan unsur dasar suara dari ahamkara.
Kemudian, angin (vāyu) merupakan unsur dasar sentuhan (sparsa) dan api (teja) sebagai
unsur dasar warna (rupa) menjadi ada dari padanya.

Air (āpah) sebagai unsur dasar rasa (rāsa/menjadi ada) dari padanya. Tanah (prithivī) sebagai
unsur bau (gandha). Dari kegelapan, lahirlah ego, indriya (menjadi ada) yang tampak
berkilauan.

Evolusi selanjutnya adalah terciptanya 10 kahyangan dan pikiran, sebelas indriya.
Selanjutnya, munculah Sang Hyang Svayambhu (yang ada dengan sendirinya), yakni Sang
Hyang Brahma yang berkeinginan menciptakan berbagai tipe makhluk hidup.

Sang Hyang Brahma menciptakan air yang pertama karena hal itu merupakan ciptaan spirit
yang tertinggi. Dari pergerakkannya yang pertama karenanya Ia disebut Narayana.
Kemudian, mengambang telur di atas air yang warnanya keemasan.

Sang Hyang Brahma lahir dengan keinginannya sendiri. Oleh karenanya, kita mengenalnya
dengan sebutan Svayambhu. Hidup sepanjang tahun disebut Hiranyagarbha, kemudian
menjadikan telur itu dua bagian, yaitu menjadi surga dan bumi. Di antara kedua bagian itu,
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan langit.

Sepuluh penjuru menyangga bumi yang mengambang di atas air. Kemudian, Sang Hyang
Prajapati berkeinginan mencipta, menciptakan waktu, pikiran, perkataan, keinginan,
kemarahan, keterikatan, dan lain-lain. Dari cahaya, Ia menciptakan petir dan mendung, dan
burung-burung. Ia pertama menciptakan Indra. Kemudian, menciptakan Rcah, Yajumsi, dan
Samani untuk menyelesaikan yajña-Nya.

69

Mereka yang ingin menyelesaikan (yajña), memuja para devata dengan (merapalkan)
mantram-mantram tersebut. Makhluk hidup yang tinggi dan rendah diciptakan-Nya. Ia
menciptakan Sanatkumara dan Rudra, yang lahir dari kemarahan-Nya.

Kemudian, Ia menciptakan para Ṛṣi Marici, Atri, Angirasa, Pulastya, Pulaha, Kratu,
Vasistha, yang diyakini sebagai putra-putra yang lahir dari pikiran Sang Hyang Brahma.

Oh, Yang Mulia! Para Ṛṣi tersebut melahirkan (banyak) makhluk hidup, membagi diri-Nya
atas dua bagian, separuh menjadi laki-laki dan saparuh lagi menjadi perempuan.
Selanjutnya, Brahma melahirkan anak-anak-Nya melalui separuh bagiannya yakni bagian
yang perempuan.

Sloka dalam pustaka suci Agni Purāṇa 17.1-16, menjelaskan bahwa alam semesta
merupakan hasil krida Sang Hyang Visnu yang masuk ke dalam Prakriti dan Puruṣa serta
menggerakkan sehingga terjadi penciptaan alam semesta ini.

Berdasarkan sloka-sloka di atas terkait penciptaan alam semesta menunjukkan bahwa
unsur pañca mahābhūta ikut memberikan sumbangan menjadikan alam semesta ini terlihat oleh
mata manusia. Pañca mahābhūta adalah lima elemen dasar atau lima unsur yang membentuk
alam semesta. Kelima unsur tersebut adalah:

· Prthivī adalah unsur padat atau tanah

· Āpah adalah unsur cair atau air

· Teja adalah unsur cahaya atau api

· Bayu adalah unsur angin atau udara

· Ākāśa adalah ruang atau ether

Kelima unsur tersebut bercampur menjadi satu membentuk brahmanda-brahmanda atau
planet-planet yang terdapat pada alam semesta ini. Setiap planet yang ada di alam semesta

70

memiliki kadar unsur yang lebih menonjol dari unsur yang lain sehingga terdapat planet yang
berbeda.

B. Contoh-Contoh Pañca Mahābhūta pada Alam Semesta
Unsur-unsur pañca mahābhūta merupakan unsur dasar pembentuk benda-benda yang

ada pada alam semesta, seperti bintang, bulan, pohon, hujan serta yang lain. Dalam agama
Hindu, makhluk hidup ciptaan Sang Hyang Widhi dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yakni
berikut.

1. Kelompok eka pramana, yakni makhluk hidup yang hanya memiliki satu kekuatan
hidup, yaitu kekuatan vāyu. Adapun makhluk hidup yang tergolong eka pramana adalah:
a. Trana adalah bangsa rumput yang hidup di air maupun di darat.
b. Lata adalah bangsa tumbuhan-tumbuhan yang menjalar pada pohon dan tanah.
c. Taru adalah bangsa semak dan pepohonan.
d. Gulma adalah bangsa pohon yang bagian dalamnya berongga.
e. Janggama adalah bangsa tumbuhan yang hidupnya menumpang pada tumbuhan
yang lain.

2. Kelompok dwi pramana, yakni makhluk hidup yang dihidupi oleh dua unsur kekuatan
yakni vāyu dan sabda. Adapun makhluk hidup yang tergolong dwi pramana adalah:
a. Swedaya adalah bangsa binatang yang bersel satu yang hidup di air maupun di
darat.
b. Andaya adalah bangsa binatang yang bertelur yang biasanya hidup di air
maupun di darat.

71

c. Jarayudha adalah bangsa binatang yang menyusui.
3. Kelompok tri pramana, yakni makhluk hidup yang memiliki tiga kekuatan hidup,

yakni vāyu, sabda dan idep. Adapun makhluk hidup yang tergolong tri pramana adalah:
a. Nara Marga adalah manusia setengah binatang.
b. Wamana adalah manusia kerdil.
c. Jatma adalah manusia yang paling sempurna.
Benda-benda alam semesta yang terlihat dan anggota badan manusia yang dapat dilihat
dengan nyata dalam kehidupan dibentuk oleh pañca mahābhūta. Adapun contoh benda-benda
alam semesta dan anggota badan manusia dalam pañca mahābhūta seperti berikut.
C. Contoh Pañca Mahābhūta pada Bhuana Agung
Benda-benda yang terbentuk dari unsur pañca mahābhūta antara lain:
· Prthivī
Unsur prthivī pada alam semesta yang terbentuk dari unsur padat seperti tanah, Denpasar,
kayu, besi, tanah, pasir, tembaga, emas, karang, serta yang lain.
· Āpah
Unsur āpah pada alam semesta yang terbentuk dari zat cair seperti air, embun, hujan, sungai,
laut, susu, minyak, serta yang lain
· Teja
Unsur teja pada alam semesta yang terbentuk dari unsur api seperti api, cahaya, sinar, larva
serta yang lain
· Bayu

72

Unsur bayu pada alam semesta yang terbentuk dari unsur angin seperti angin, udara,
atmosfer, oksigen, serta yang lain
· Ākāśa
Unsur ākāśa pada alam semesta yang terbentuk dari unsur ruang seperti ruang, gua, angkasa,
langit serta yang lain

D. Contoh Pañca Mahābhūta pada Bhuana Alit
Benda-benda yang terbentuk dari unsur pañca mahābhūta antara lain:
· Prthivī
Unsur prthivī pada manusia yang terbentuk dari unsur padat seperti tulang, kulit, kuku,
daging, gigi, otot, rambut, serta yang lain.
· Āpah
Unsur āpah pada manusia yang terbentuk dari unsur cair seperti darah, lemak, enzim-enzim,
air liur, keringat, air seni, serta yang lain.
· Teja
Unsur teja pada manusia yang terbentuk dari unsur panas seperti suhu badan, cahaya, warna
badan, semangat, serta yang lain
· Bayu
Unsur bayu pada manusia yang terbentuk dari unsur udara seperti napas, bau badan, gas
dalam tubuh, hawa, serta yang lain

73

· Ākāśa
Unsur ākāśa pada manusia yang terbentuk dari unsur dalam bentuk ruang padat seperti
rongga dada, lubang telinga, lubang hidung, tenggorokan serta yang lain
MATERI POWER POINT PANCA MAHA BHUTA

VIDEO PEMBELAJARAN PANCA MAHA BHUTA

D. Ringkasan

Alam semesta terdiri atas berjuta-juta planet, bintang, matahari, bulan serta yang lain.
Seluruh benda di alam semesta ini dibentuk oleh unsur-unsur yang telah diciptakan Sang Hyang
Widhi. Dalam pandangan agama Hindu, terdapat lima unsur pembentuk alam semesta dan
seluruh isinya, seperti unsur ruang. Kelima unsur tersebut dikenal dengan sebutan pañca
mahābhūta. Alam semesta terdiri atas bhuana agung dan bhuana alit. Bhuana agung adalah alam
besar atau dunia, sedangkan bhuana alit adalah alam kecil atau manusia. Bhuana agung dan
bhuana alit sama-sama terbentuk oleh pañca mahābhūta.

74

Berdasarkan sloka-sloka di atas terkait penciptaan alam semesta menunjukkan
bahwa unsur pañca mahābhūta ikut memberikan sumbangan menjadikan alam semesta ini
terlihat oleh mata manusia. Pañca mahābhūta adalah lima elemen dasar atau lima unsur yang
membentuk alam semesta. Kelima unsur tersebut adalah:

· Prthivī adalah unsur padat atau tanah
· Āpah adalah unsur cair atau air
· Teja adalah unsur cahaya atau api
· Bayu adalah unsur angin atau udara
· Ākāśa adalah ruang atau ether

Kelima unsur tersebut bercampur menjadi satu membentuk brahmanda-brahmanda atau
planet-planet yang terdapat pada alam semesta ini. Setiap planet yang ada di alam semesta
memiliki kadar unsur yang lebih menonjol dari unsur yang lain sehingga terdapat planet yang
berbeda.

E. Bahan bacaan/Daftar pustaka

Susila, K. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VIII (Buku Guru).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Susila, K. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VIII (Buku Siswa).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Miswanto. (2010). Materi Tattwa untuk Pemula. Malang: Giri Sastra

75

F. Evaluasi

1. Jelaskan pengertian pañca māha bhūta secara etimologis!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…
………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Sebutkan dan jelaskan bagian-bagian pañca māha bhūta!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Berikan contoh unsur pṛthiwī pada manusia!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…
………………………………………………………………………………………………………………………………
SOAL EVALUASI PANCA MAHABHUTA

76

LAMPIRAN

1. Materi Power Point tentang Panca Mahabhuta 8_Panca Mahabhuta.pptx
2. Video Pembelajaran https://youtu.be/j6pPmLUyY-4
3. Soal Evaluasi SOAL EVALUASI PANCA MAHABHUTA.pdf

BAB V
PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI ASIA

77

A.Perkembangan Agama Hindu di Asia

Pada bagian ini anda akan mempelajari:
1. Perkembangan Agama Hindu di India
2. Perkembangan Agama Hindu di luar India
3. Perkembangan Agama Hindu di Indonesia
4. Peninggalan-peninggalan Agama Hindu di Asia
5. Upaya Melestarikan Peninggalan Agama Hindu

B. Pengantar

Setelah mempelajari materi modul “Sejarah Perkembangan Hindu di Asia” peserta
didik mampu:

1. Mengetahui sejarah perkembangan agama Hindu di Asia
2. Merumuskan upaya-upaya melestarikan peninggalan perkembangan agama Hindu di

Asia
3. Menceritakan sejarah masuknya Hindu di Asia
4. Menunjukkan contoh peninggalan sejarah perkembangan agama Hindu di Asia

78

C. Materi

1. Perkembangan Agama Hindu di India

1. Zaman Veda

Zaman ini dimulai dan datangnya Bangsa Arya, + 2500 SM ke India, dengan
menempati lembah Sungai Sindhu yang dikenal dengan nama Punjab (daerah lima aliran sungai).
Bangsa Arya tergolong ras Indo Eropa yang terkenal sebagai Bangsa yang gemar mengembara
tetapi cerdas, tangguh dan trampil. Selanjutnya pada zaman ini merupakan zaman mulainya
penulisan Wahyu suci yang pertama yaitu Ṛgveda. Kehidupan beragama pada zaman ini
didasarkan atas ajaran-ajaran yang tercantum pada Veda Samhita, yang lebih banyak
menekankan pada pembacaan perafalan ayat-ayat Veda secara oral, yaitu dengan menyanyikan
dan mendengarkan secara berkelompok.

Veda adalah kitab suci Agama Hindu yang dturunkan oleh ida Sang Hyang Widhi Wasa
kepada umat Hindu melalui para Rsi (Sapta Rsi) yaitu Rsi Grtsamada, Rsi Viswamitra, Rsi Atri,
Rsi Bharadvaja, Rsi Vasistha, Rsi Kanva dan Rsi Vamadeva. Selanjutnya setelah wahyu tersebut
diterima, maka atas jasa Maharsi Vyasa dan empat orang muridnya membukukan wahyu tersebut
menjadi empat bagian yang sampai sekarang dikenal dengan nama Catur Veda, terdiri dari:

a) Ṛgveda, merupakan kitab tertua dan terpenting. Isinya dibagi atas 10 Mandala,
menunjukkan kebenaran yang mutlak. Mantranya terdiri dari 10.552 yang diucapkan
untuk mengundang, mendekatkan Tuhan dan manifestasinya yang dipuja agar hadir pada
saat upacara Pengucapan mantra adalah pemimpin upacara yang disebut Hotr. Ṛgveda
dibukukan oleh Maharsi Pulaha

b) Sama Veda, isinya diambil dan Ṛgveda, kecuali beberapa nyanyian suci yang
dinyanyikan pada saat upacara dilakukan. Jumlah mantranya terdiri atas 1.875. Yang
menyanyikan lagu pujaan ini disebu Udgatr. Samaveda dibukukan oleh Mahaṛṣi Jaimini.

79

c) Yajur Veda, terdiri dan 1.975 mantra, berbentuk prosa yang isinya berupa rafal dan
doa pengucapannya adalah pemimpin upacara bernama Adhvaryu pada saat pelaksanaan
upacara korban. Fungsi rafal adalah bukan memuja para Dewa melainkan mengubah
upacara korban yang dipersembahkan menjadi makanan yang dapat diterima oleh para
Dewa dengan pengucapan berulang-ulang disertai dengan menyebutkan nama
manifestasi Dewa yang hendak dihadirkan. Yajurveda dibukukan oleh Mahaṛṣi
Vaisampayana.

d) Atharva Veda, terdiri dan 5.987 mantra berbentuk prosa yang isinya berupa
mantra-mantra yang kebanyakan bersifat magis, yang memberikan tuntunan hidup
sehari-hari berhubungan dengan keduniawian seperti tampak dalam sihir, tenung,
pedukunan. Isi sihir-sihir dimaksud bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit,
mengusir roh-roh jahat, mencelakakan musuh dan lain sebagainya. Atharvaveda
dibukukan oleh Mahaṛṣi Sumantu.

Disamping itu pada zaman ini orang-orang Hindu sangat meyakini adanya Dewa-Dewa
sebagai manifestasi dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa antara lain:

a) Dewa Agni

Pemujaan yang dilakukan terhadap Dewa Agni banyak dijumpai dalam Veda terutama dalam
Ṛgveda, dimana penampilan dengan mempersonifikasi yang selalu dihubungkan dengan
upacara api. Wujud Dewa Agni digambarkan seperti menyambut nyala api, berjenggot,
berdagu tajam, bergigi emas, dan kepalanya selalu memancarkan sinar. Sinar Dewa Agni
seperti Sinar matahari pagi, beliau disebut sebagai putra Dewa Dyanus, yaitu Dewa Langit,
oleh sebab itu Dewa Agni sering disebut putra Dewa Langit dan Dewa Bumi.

b) Dewa Indra

Mengenai keberadaan Dewa Indra banyak dijumpai pada kitab suci Veda, ada 250 mantra
yang mengagungkan Dewa Indra. Kata Indra berasal dan kata md dan Dri yang artinya
memberi makan. Indra pada mulanya adalah Dewa Hujan yang mengalahkan raksasa Vrtra,
senjatanya adalah Bajra (petir). Indra lebih dikenal dengan Dewa Perang yang mengalahkan

80

tiga benteng musuh, karena itu disebut Tn Puramdhara (Tn Puramtaka). Dan kenyataan
inilah bagi orang Arya yang datang ke India keberadaan Dewa Indra sangat dihormati,
karena bagi mereka dianggap memberkatinya waktu menjajab penduduk ash India yaitu
Bangsa Dravida.

c) Dewa Rudra
Pada zaman ini Dewa Rudra diidentikkan dengan Dewa Siva (Siva Rudra). Ia digambarkan
sebagai laki-laki bertubuh besar, perutnya berwarna biru dan punggungnya berwarna merah.
Kepalanya berwarna biru kulitnya berwarna coklat kemerahan. Rambutnya panjang terurai,
seluruh tubuhnya memancarkan cahaya keemasan, tangannya memegang busur dan panah
yang bercahaya. Karakternya nampak angker dan menakutkan namun hatinya lembut dan
maha pengasih.
d) Dewa Waruna
Dewa Waruna disebut juga Baruna, selalu dihubungkan dengan laut. Kata Waruna berasal
dan akar kata Var (menutup dan membentang) yang berarti melindungi dan segala penjuru.
Dan kata inilah lalu dihubungkan dengan laut. Dewa Waruna mengamati semua mahluk dari
tempatnya yang tinggi, dimana matahari diyakini sebagai istananya. Ta digambarkan sebagai
laki-laki tampan berkulit putih mengendarai monster laut yang bemama Makara
(Gajahmina) berupa binatang laut yang pada bagian depannya berwujud seekor kijang,
sedangkan bagian belakangnya berwujud seekor ikan. Istri Dewa Waruna adalah Waruni
yang tinggal diistana Mutiara. Dewa Waruna adalah Dewa yang menguasai hukum alam
yang disebut Rta.

81

Bertolak dari kenyataan inilah bahwa kehidupan orang-orang pada zaman Veda sangat
menghormati Veda sebagai Wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang sampai kepada umat
melalui jasa orang-orang suci atau para Rsi. Para Rsi mengajarkan Veda tidaklah kaku tetapi
sangat luwes pleksibel artinya cara dan bahasa apapun yang digunakan agar bisa diterima oleh
umat secara luas. Disamping itujuga diajarkan bagaimana umat menghomati Dewa-Dewa
sebagai manifetasi dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

2. Zaman Brahmana

Jaman ini merupakan awal munculnya kitab Brahmana yang merupakan bagian dan Veda
Sruti yang disebut Karma Kanda. Kitab ini memuat himpunan doa-doa serta penjelasan upacara
korban dan kewajiban keagamaan. Oleh karena itu keberadaan umat Hindu pada jaman
Brahmana ini didomininasi oleh pelaksanaan upacara keagamaan dalam bentuk upacara korban.

Unsur-unsur upacara yang ada dalam kitab Veda dikembangkan secara luas dalam kitab
Brahmana. Kalau dibandingkan dengan zaman Veda umat memohon berkah pada para Dewata
melalui upacara korban, tetapi pada zaman Brahmana kedudukan para Dewa dengan kaum
Brahmana adalah sejajar, Karena keduanya diangap sebagai penentu keberhasilan upacana
korban.

Perkembangan Agama Hindu pada Jaman Brahmana mi merupakan peralihan dan zaman
Veda ke zaman Brahmana. Kehidupan orang-orang pada zaman mi betul betul berpusat pada
keaktifan rohani terutama dalam bentuk upacara korban.

Secara lengkap ciri-ciri zaman Brahmana sebagai berikut :

a) Upacara korban/Yajña mendominir kegiatan umat Hindu.

b) Para Brahmana menjadi golongan yang paling berkuasa.

c) Munculnya perkembangan kelompok-kelompok masyarakat yang sangat tajam dengan
berjenis-jenis pasraman.

82

d) Dewa-Dewa menjadi berkembang fungsinya.

e) Munculnya bermacam-macam kitab Sutra atau kitab penuntun pelaksanaan upacara
korban.

3. Zaman Upanisad

Zaman Upanisad ini merupakan reaksi terhadap yang terjadi pada zaman Brahmana.
Dimana sejalan dengan berjalannya waktu, Agama Hindu terus berkembang yang meskipun pada
akhirnya umat terpecah mengikuti aliran yang berbeda, yang secara keseluruhan disebut aliran
Nawa Darsana, yaitu enam aliran tergabung dalam kelompok Astika (kelompok yang masih
menerima Veda sebagai kitab suci Agama Hindu) dan tiga aliran tergabung dalam kelompok
Nastika (kelompok yang menolak Veda sebagai kitab suci Agama Hindu). Aliran Nastika inilah
secara otomatis keluar dan Agama Hindu sedangkan Aliran Astika tetap mengikuti Agama
Hindu dan kembali pada Veda sebagai sumber segalanya bagi umat Hindu secara keseluruhan.

a) Kelompok yang tergolong Astika yang disebut Sad Darsana: Nyaya, Vaisesika,
Mimamsa Samkhya, Yoga, dan Vedanta

b) Kelompok yang tergolong Nastika meliputi: Buddha, Carvaka, dan Jaina

Selanjutnya yang tergabung dalam kelompok Astika ini terus mengadakan pendalaman
ajaran Agama Hindu terutama filosofisnya. Artinya menolak kondisi yang terjadi seperti pada
zaman Brahmana. Malah yang ditekankan pada zaman ini adalah menyeimbangkan antara
filsafat, etika dan ritual. Dalam zaman Upanisad ini umat Hindu yang dimotori oleh Kaum
Ksatria terus mengadakan diskusi-diskusi yang menimbulkan berkembangnya filsafat Hindu
yang lebih menekankan pada aspek Jnana.

Dalam diskusi itu para siswa duduk di bawah dekat kaki guru kerohanian atau para Rsi
dan mengajukan pertanyaan kepada guru kerohanian itu. Para guru atau para Rsi akan
memberikan jawaban dengan tetap berpedoman pada Kitab Suci Veda, maka dengan demikian

83

kebenaran yang didapat oleh para siswa kerohanian itu tidak perlu diragukan. Cara diskusi ini
disebut dengan nama Upanisad.

Sebagai hasil dan kegiatan Upanisad ini dibukukan dalam kitab Upanisad. Kitab
Upanisad merupakan bagian dan Jnana Kanda dan kitab Veda Sruti yang isinya bersifat ilmiah,
spekulatif, tetapi tetap dalam ruang lingkup keagamaan. Pada umumnya kitab-kitab Upanisad
berisi tentang hakekat Brahman, Atman, Hubungan antara Brahman dan Atman, Hakekat Maya,
Hakekat Vidya dan Avidya, serta mengenai moksa atau kelepasan. Pandangan yang menonjol
dalam ajaran Upanisad adalah suatu ajaran yang bersifat Monistis dan Absolutistis, dalam artian
ajaran yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bermacam-macam ini dialirkan dan satu
azas, satu realitas tertinggi yang tidak dapat dilihat, tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat
ditangkap oleh akal manusia, tetapi melingkupi segala yang ada di alam semesta ini, itulah yang
disebut dengan Brahman (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

Brahman memiliki sifat Sat Cit Ananda yang artinya keberadaan, kesadaran, dan
kebahagiaan. Dan ungkapan ini menunjukkan bahwa Brahman adalah satu-satunya realitas yang
bersifat mutlak, yang meliputi segala yang ada, yang sadar, dan yang bersifat rohani sehingga
dengan demikian Brahman dipandang sebagai sumber alam semesta, sumber semua mahluk, dan
penguasa segala yang ada.

Mengenai keberadaan Atman pada Zaman Upanisad disebutkan bahwa Atman meliputi
segala sesuatu dan ia berada dalam lubuk hati manusia. Atman yang ada dalam tubuh manusia itu
dilapisi oleh lima lapisan yang disebut dengan Panca Maya Kosa, yaitu Anamaya Kosa (lapisan
Prana/energi), Manomaya Kosa (lapisan alam rasa dan pikiran), Wijnanamaya Kosa (lapisan
kesadaran) dan Anandamaya Kosa (lapisan kesadaran yang membahagiakan). Semua lapisan itu
dapat berubah-ubah, sedangkan Atman adalah subjek yang tetap ada diantara semua yang
berubah-ubah itu, artinya Atman terbebas dan semua keadaan, karena Atman sesungguhnya
adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Mengenai ajaran Karma pada zaman Upanisad dinyatakan
sebagai suatu perbuatan yang selalu diikuti oleh pahala atau akibatnya. Sehingga siapa saja yang
berbuat baik atau buruk pasti akan menerima hasil baik atau buruk. Jadi semua tergantung pada
prilaku umat itu sendini.

84

Ajaran tentang Punarbhawa (kelahiran kembali) pada zaman Brahmana dianggap
sebagai karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pada zaman Upanisad timbul sebuah pertanyaan
kenapa kehidupan seseorang berbeda satu sama lain, baik dan unsur fisiknya atau keadaan sosial
ekonominya? Jawaban ini semua adalah tergantung pada karma setiap orang dan rantai
kehidupan yang amat panjang. Bila seseorang meninggal dunia badan halusnya terpisah dengan
badan kasarnya, semua karma wasana dan perbuatannya melekat pada badan halusnya. Badan
halus hidup bersama Atman yang kemudian menjelma mengambil badan yang baru. Proses
Punarbhawa ini amat sulit diketahui oleh orang biasa, kecuali oleh para Maharsi, karena semua
itu kehendak dari sang pencipta yaitu Brahman itu sendiri.

Tujuan hidup tertinggi bagi manusia adalah untuk mencapai Moksa atau kelepasan, yaitu
bersatunya Atman dengan Brahman. Pada jaman Upanisad jalan untuk mencapai Moksa adalah
melalui perbuatan baik, Bhakti, Tapa, Brata dan Yoga. Demikianlah uraian mengenai Zaman
Veda, Zaman Brahmana dan Zaman Upanisad. Pada hakekatnya satu dengan yang lainnya saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena semua menjadi pondasi dan sejarah Agama Hindu.

2. Perkembangan Agama Hindu di Luar India
Beberapa bukti peninggalan sejarah dan kepercayaan masyarakat dunia dapat kita

pergunakan sebagai dasar untuk menyatakan dan mempelajari bahwa agama Hindu pernah
berkembang di negara-negara lain selain India antara lain sebagai berikut.

1. Afghanistan

Di Afghanistan telah ditemukan arca Ganesha dari abad ke-5 M yang ditemukan di
Gardez, afghanistan sekarang (Dargah Pir Rattan Nath, Kabul). Pada arca tersebut terdapat
tulisan ’’besar dan citra indah mahavinayaka’’ disucikan oleh Shahi Raja Khingala. Arca Ganesa
tersebut menunjukkan bahwa agama Hindu merupakan agama yang dianut oleh masyarakat di
Afghanistan pada abad ke-5 hingga abad ke-7.

85

2. Kampuchea

Di Kampuchea saat ini terdapat taman wisata arkeologis angkor wat, yaitu kompleks
kuil-kuil yang terdiri dari angkor wat, bayon, dan banteay srey. Angkor Wat merupakan candi
Hindu yang dibangun sebagai penghormatan kepada Dewa Wisnu dan sebagai simbol kosmologi
Hindu. Angkor pernah menjadi kota suci tujuan para peziarah dari seluruh kawasan asia
tenggara.

3. Filipina

Bukti-bukti pengaruh Hindu di Filipina, yaitu dengan ditemukannya prasasti tembaga
laguna atau disebut juga keping tembaga laguna. Prasasti tembaga laguna adalah dokumen
tertulis pertama ditemukan dalam bahasa filipina. Piring itu ditemukan pada tahun 1989 oleh E.
Alfredo Evangelista di laguna de Bay, di Metroplex, Manila, filipina. Prasasti tersebut
bertuliskan tahun 822 saka. Dalam prasasti tersebut terdapat banyak kata dari bahasa sanskerta,
jawa kuno, Malaya Kuno, dan Bahasa Tagalog Kuno.

4. Indonesia

Berdasarkan beberapa pendapat, diperkirakan bahwa Agama Hindu pertama kalinya
berkembang di Lembah Sungai Shindu di India. Dilembah sungai inilah para Rsi menerima
wahyu dari Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah sungai
sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang, Asia
Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia.

Ada beberapa teori dan pendapat tentang masuknya Agama Hindu ke Indonesia.

· Krom (ahli - Belanda), dengan teori Waisya. Dalam bukunya yang berjudul "Hindu
Javanesche Geschiedenis", menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke
Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan
pedagang (Waisya) India.

86

· Mookerjee (ahli - India tahun 1912). Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu
dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar.
Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun
kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering
mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka
terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.

· Moens dan Bosch (ahli - Belanda) Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat
besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia.
Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan
Hindu India ke Indonesia.

Bersamaan dengan berkembangnya pengaruh agama Hindu ke seluruh dunia termasuk
indonesia, terjadilah akulturasi antara kebudayaan asli indonesia dan kebudayaan india yang
dijiwai oleh agama Hindu. Pengaruh agama Hindu. Dapat diterima oleh bangsa indonesia
dengan damai. Dengan demikian, perkembangan agama Hindu di indonesia menjadi subur
dan bervariasi, sebagaimana bukti-bukti yang ada dan kita ketahui, seperti berikut.

a. Di Kutai

Kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua adalah kerajaan
Kutai terletak di Muara Kaman Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama
Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang
menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan
nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang
berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam
menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja
yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa
karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

87

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga. Nama Mulawarman dan
Aswawarman sangat kental dengan pengaruh Sansekerta bila dilihat dari cara penulisannya.
Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia.
Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha. Aswawarman adalah raja pertama
Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai
sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3
orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.

Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa
pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya
meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi
dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas
dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara
yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di
tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra JawaNegarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya
menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

b. Di Jawa Barat

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah baratpulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu
kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan
peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma
adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Prasasti yang ditemukan

88

· Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di
perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor

· Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Denpasartumbu, Desa Tugu, Kecamatan
Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti
tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan
penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari
bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman,
dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

· Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang
yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten,
berisi pujian kepada Raja Purnawarman.

· Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor

· Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor

· Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor

· Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor

c. Jawa Tengah

Suburnya perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah dapat kita ketahui dari
ditemukannya prasasti tukmas. Prasasti ini ditulis dengan huruf pallawa dan berbahasa sanskerta
dengan tipe tulisan berasal dari tahun 650 masehi. Prasasti tukmas memuat gambar-gambar
atribut : dewa tri murti, seperti trisula lambang dewa siwa, kendi lambang dewa brahma, dan
cakra lambang dewa wisnu. Prasasti ini juga menjelaskan adanya sumber mata air yang jernih
dan bersih yang dapat disamakan dengan sungai gangga.

Sumber berita cina berasal dari masa pemerintahan dinasti tang tahun 618-696 masehi.
Dari berita cina dapat diketahui di jawa tengan telah berdiri kerajaan kaling yang pada tahun 674

89

masehi diperintah oleh raja perempuan bernama ratu sima yang memiliki sistem
pemerintahan sangat jujur. Dikatakan ratu sima secara sengaja menaruh kantong berisi emas di
tengah jalan dan tidak seorang pun berani menyentuhnya. Dalam kurun waktu 3 tahun secara
kebetulan, kantong tersebut disentuh oleh kaki putranya. Hukuman mati dijatuhkan kepada
putranya itu, namun setelah abdinya mengajukan permohonan hukuman potong kaki untuk
putranya pun dilaksanakan. Selanjutnya menurut prasati canggal yang berangka tahun 732
masehi menyebutkan bahwa raja sanjaya mendirikan lingga sebagai tempat pemujaan siwa
bertempat di sebuah bukit kunjarakunja. Di gunung wukir terdapat candi induk dengan 3 buah
candi perwara.di dalam candi induk terdapat yoni sebagai alas lingga. Raja sanjaya adalah putra
raja sanaha, saudara perempuan dari ratu sima. Sanjaya adalah pendiri kerajaan mataram di jawa
tengah.

Berdasarkan penuturan sejarah jawa tengah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
mas pemerintahan raja-raja masa itu telah berkambang ajaran agama Hindu dengan baik.

d. Di Jawa Timur

Keberadaan kerajaan kanjuruan dapat kita pergunakan sebagai salah satu landasan untuk
mengetahui perkembangan agama Hindu di jawa timur. Prasasti dinoyo merupakan bukti
peninggalan sejarah kerajaan kanjuruan. Prasasti ini banyak membicarakan perkembangan
agama hidu di jawa timur. Prasasti dinoyo ditulis mempergunakan huruf kawi dengan bahasa
sanskerta menuliskan angka tahun 760 masehi. Dikisahkan bahwa pada abad ke-8 M raja di
kanjuruan bernama simha. Beliau memiliki putra yan bernama limwa, setelah menggantikan
ayahnya sebagai raja, beliau bergelar gajayana. Raja gajayana mendirikan sebuah tempat
pemujaan untuk memuliakan maharsi agastya. Arca maharsi agastya pada mulanya terbuat dari
kayu cendana, kemudian diganti dengan arca Denpasar hitam.

Peresmian arca maharsi agastya dilaksanakan pada tahun 760 M. Pelaksanaan upacaranya
dipimpin oleh para pendeta ahli weda. Pada saat itu pula, raja gajayana dikisahkan

90

menghadiahkan tanah, lembu, dan bangunan untuk para brahmana dan para tamu. Dinyatakan
bahwa salah satu bentuk bangunan itu berasal dari zaman kerajaan kanjuruan adalah candi badut.
Di dalam prasasti dinoyo juga dituliskan tentang perjalanan maharsi agastya dari india menuju
indonesia untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Hindu.

Selanjutnya, perkembangan agama Hindu di jawa timur dapat kita ketahui dari berdirinya
dinasti Isyana Wamca yang berkuasa tahun 929-947 Masehi. Dinasti in diperintahkan oleh Mpu
sendok, yang mempergunakan gelar ”sri maharaja takehino sri isyana
wikramadharmotunggadewa”. Mpu sendok digantikan oleh anak permpuannya yan bernama sri
isyana tunggawijaya. Isyana Tunggawijaya berarti raja yang yang menuliskan pemujaan ke
hadapan Dewa Siwa. Setelah kekuasaan Isyana Tunggawijaya berakhir, pengganti selanjutnya
adalah Makutawangsawardana yang mempunyai seorang putri bernama Mahendradatta.
Mahendradatta bersuamikan raja udayana dari Bali. Pengganti Makutawangsawardana adalah
Dharmawangsa. Setelah Dharmawangsa, kekuasaan dilanjutkan oleh Airlangga. Raja airlangga
dinobatkan sebagai pengganti raja Dharmawangsa yang memerintah sampai tahun 1019 Masehi.
Beliau bergelar ”Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramottungga Dewa” yang dinobatkan oleh Pendeta Siwa dan Budha. Raja Airlangga
setelah mengundurkan diri dari tahtanya, beliau wafat tahun 1049 Masehi dan dimakamkan di
candi Belahan. Airlangga diwujudkan sebagai dewa wisnu dengan arca Wisnu duduk di atas
Garuda.

Banyak karya sastra bernapaskan ajaran agama Hindu diterbitkan pada masa
pemerintahan raja Dharmawangsa, antara lain kitab purwadigama yang bersumber pada kitab
manawa dharmasastra. Kitab Negara Kertagama, Arjuna Wiwaha, Sutasoma, dan yang lainnya
muncul pada masa kerajaan Majapahit. Pada zaman ini juga dibangun berbagai macam candi,
seperti candi Penataran di blitar. Berdasarkan petunjuk peninggalan sejarah seperti tersebut di
atas dapat dinyatakan bahwa perkembangan agama Hindu di jawa timur sangat subur dan
harmonis.

91

e. Bali

Keberadaan agama Hindu di Bali merupakan kelanjutan dari agama Hindu yang
berkembang di Jawa. Agama Hindu yang datang ke Bali disertai oleh agama buddha. Dalam
perkembangannya, kedua agama tersebut berakulturasi dengan harmonis dan damai. Kejadian ini
sering disebut dengan sinkritisme siwa – buddha. Sebelum pengaruh Hindu berkembang di Bali,
masyarakat telah mengenal sistem kepercayaan dan pemujaan seperti berikut.

· Kepercayaan kepada gunung sebagai tempat suci.

· Sistem kubur yang mempergunakan sarkofagus (peti mayat).

· Kepercayaan adanya alam sekala dan niskala.

· Kepercayaan adanya penjelmaan (punarbawa).

· Kepercayaan bahwa roh nenek moyang orang bersangkutan dapat setiap saat memberikan
perlindungan, petunjuk, sinar, dan tuntunan rohani kepada generasinya.

Demikianlah, sistem kepercayaan masyarakat Bali sebelum pengaruh ajaran Hindu
datang ke Bali. Sistem kepercayaan masyarakat Bali tampak memiliki pola sangat sederhana.
Setelah datangnya maharsi Markhandeya di Bali, pola kepercayaan yang sederhana itu kembali
disempurnakan. Keterangan tentang maharsi markandeya menyebarkan pengaruh Hindu di Bali
dapat diketahui melalui kitab makhandeya purana. Kitab tersebut menyatakan bahwa untuk
pertama kalinya pengaruh Hindu di Bali disebarkan oleh maharsi markandeya. Beliau datang ke
Bali diperkirakan sekitar abad 4-5 Masehi melalui gunung semeru (Jawa Timur) menuju daerah
gunung agung (tolangkir) dengan tujuan hendak membangun asrama atau penataran. Kedatangan
beliau untuk pertama kalinya diikuti oleh 400 orang pengiring, namun dikisahkan kurang
berhasil. Setelah pulang ke jawa, beliau kemBali datang ke Bali dengan pengiring sebanyak 2000
orang. Kedatangan beliau yang ke dua ini berhasil menanam panca datu di kaki gunung agung
(besakih) sekarang. Di tempat inilah sekarang, pura besakih berdiri.

92

Selanjutnya dikisahkan bahwa maharsi markandeya berkehendak merambas hutan
untuk dijadikan sawah guna meningkatkan kesejahteraan para pengiringnya. Hutan yang
dirambas itu bernama desa sarwada sekarang bernama desa taro. Di desa sarwada inilah beliau
mendirikan tempat suci yang bernam pura desa taro. Pada tempat suci, ini beliau meninggalkan
sebuah prasasti yang isinya mengisahkan kebesaran jiwa maharsi markandeya. Selam menetap di
Bali, maharsi Markandeya secara berangsur-angsur mulai meningkatkan kepercayaan masyarakat
Bali.

f. Nusa Tenggara Barat

Perkembangan agama Hindu di Nusa Tenggara Barat ( Lombok) dapat kita ketahui dari
perjalanan suci (dharmayatra) Dang Hyang Nirartha. Di lombok, beliau dikenal dengan sebutan
Pangeran Sangupati. Banyak peninggalan tempat suci dan sastra Hindu yang dapat kita
pergunakan sebagai refrensi bahwa Hindu pada masa itu telah berkembang sampai di nusa
tenggara barat. Keberadaan agama Hindu di NTB juga tidak lepas dari peran serta kekuasaan
raja-raja karangasem pada masa itu.

Masyarakat sumbawa sampai saat ini masih mengenal sebutan tuan semeru. Nama tuan
semeru adalah sebutan untuk Dang Hyang Nirartha. Hal ini memberikan indikasi bahwa beliau
pernah menyebarkan ajaran Hindu ke daerah ini. Sekarang, keberadaan agama Hindu di daerah
ini dikembangkan kemBali oleh transmigrasi asal Bali.

Prasasti Bendosari yang berangka tahun 1272 saka memuat kata-kata Bhairawa, Sora, dan
Budha. Prasasti ini diperkirakan sudah ada pada masa pemerintahan raja hayam wuruk di jawa.
Hal ini memberikan indikasi bahwa raja hayam wuruk juga sebagai pemuja sakti, surya, dan
buddha. R. Goris dalam bukunya sekte-sekte di Bali menyebutkan bahwa agama Hindu
berkembang di Bali dengan berbagai sekte. Disebutkan ada sembilan sekte yang mendominasi,
antara lain sekte siwa siddhanata-pacupata-bhairawa-wesanawa-bodha / sogata-brahma-rsi-sora,
dan ganesha. Keberadaan berbagai sekte tersebut sampai sekarang masih hidup dan berkembang
serta lulu menyatu menjadi siwa-siddhanta.

93

3. Upaya-upaya melestarikan Peninggalan Agama Hindu
Peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat pada dunia ini perlu dijaga dan

dilestarikan sebagai sebuah hasil karya yang memiliki nilai-nilai yang dapat memberikan
informasi kepada kita tentang kehidupan masa yang lalu. Peninggalan sejarah memeberikan
berbagai manfaat buat kita seperti pengetahuan tentang kekayaan dan budaya suatu bangsa,
menambah pemasukan negara melalui kegiatan wisata, sebagai bukti nyata peristiwa sejarah
yang dapat kita amati sekarang, dapat menambah wawasan, dan pengetahuan, menambah
hazanah ilmu untuk membantu pendidikan dan dapat mempertebal rasa kebangsaan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan peninggalan bersejarah seperti berikut :

1. Memelihara peninggalan bersejarah sebaik-baiknya dengan cara menjaga kebersihan dan
keindahannya, seperti tidak mencoret-coret peninggalan sejarah, tidak mengambil
barang-barang peninggalan sejarahnya.

2. Melestarikan benda / situs sejarah tersebut agar tidak rusak, baik oleh faktor alam
maupun faktor buatan, seperti memberikan pagar agar tidak dirusak

3. Mentaati tata tertib yang dibuat untuk pengunjung di setiap situs bersejarah
4. Wajib mentaati peraturan-peraturan pemerintah yang terkait pelestarian sejarah

MATERI POWER POINT SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU

94

VIDEO PEMBELAJARAN SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI ASIA

D. Ringkasan

Untuk mendapatkan gambaran tentang Agama Hindu, maka sebagai umat Hindu
setidaknya harus mengetahui bagaimana Agama Hindu itu diwahyukan oleh Ida Sang Hyang
Widhi kepada umat Hindu. Banyak orang mengatakan bahwa Agama Hindu adalah Agama
Budaya, akan tetapi sejarah menyatakan bahwa Agama Hindu adalah Agama Wahyu. Wahyu
suci Veda diturunkan di India tepatnya di lembah sungai suci Sindhu, kemudian sampai pada kita
di Indonesia melalui beberapa proses atau fase-fase.

E. Bahan bacaan/Daftar pustaka

Susila, K. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VIII (Buku Guru).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Susila, K. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VIII (Buku Siswa).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

95

Soekmono. (1981). Sejarah Kebudayaan Hindu. Yogyakarta: Kanisius

F. Evaluasi

1. Dimanakah wahyu Weda diturunkan?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………..…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………….………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………..

2. Agama Hindu berasal dari negara mana?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………..…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………….………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………..

3. Sebutkan 3 zaman perkembangan agama Hindu di India!?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

SOAL EVALUASI PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI ASIA

96

LAMPIRAN

1. Materi Power Point tentang Sejarah Agama Hindu di asia Sejarah Agama Hindu.pptx
2. Video Pembelajaran https://youtu.be/4vWCfXlr-kk
3. Soal Evaluasi SOAL EVALUASI SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU.pdf

97


Click to View FlipBook Version