ANALISIS KARAKTERISTIK HISTORIOGRAFI Ahmad Fauzi (2288220027) Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa E-mail : [email protected] BOGOR ZAMAN JEPANG 1942-1945 Susanto Zuhdi https://komunitasbambu.id/product/bogorzaman-jepang-1942-1945/ Judul asli : Bogor Shu pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 Pengantar : Aiko Kurasawa Penyunting : Tim Komunitas Bambu Penerbit : Komunitas Bambu, Depok Tahun : 2017 Desain Sampul : Rahnisart Desain Isi : Rahnisart Ukuran dan Volume : xxvi + 182 hlm ; 14x21 cm ISBN : 978-602-9402-76-6 “Gambar sampul depan: Nomin dojo, Djawa Baroe 2603. 51 No.9,hlm.14-15. Gambar sampul belakang: petani perempuan mengangkut hasil panen padi. Koleksi Asahi Shinbun dari masyarakat & perang Asia Timur Raya: Sejarah dengan foto yang tak terceritakan. Kurasawa, Aiko.2016.hlm.155.”
Pendahuluan Menurut saya buku ini sangat menarik untuk dikaji atau dianalisis, karena memang seperti yang kita ketahui bahwa sudah banyak karya-karya yang ditulis mengenai zaman pendudukan Jepang di Indonesia. Dapat kita terima bahwa masa pendudukan Jepang mempunyai pengaruh yang besar dalam proses tercapainya kemerdekaan Indonesia. Sementara sepengetahuan saya masih cukup sulit mencari buku masa pendudukan Jepang di suatu daerah tertentu, itu alasan mengapa buku “Bogor Zaman Jepang 1942-1945” cukup menarik untuk dianalisis. Karena kita ketahui juga bahwa sejarah nasional yang baik pastilah akan memperhatikan terlebih dahulu aspek-aspek perkembangan daerah meskipun tidak semuanya tertampung karena semata-mata soal selektivitas saja. Pembahasan Pemerintahan Jepang di Indonesia A.Masuknya tantara pendudukan Jepang ke Jawa Barat Setelah Palembang jatuh, terbukalah pimtu seluas-luasnya bagi tantara Jepang untuk memasuki Jawa. Dibawah pimpinan Letnan Jenderal Imamura Hitoshi yang membawahi tantara keenambelas. Pada 1 maret 1942, para tantara berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus, yakni Banten, Eretan (Jawa Barat), dan Kragen (Jawa Tengah). Untuk memasuki Bogor, tantara Jepang dating dari dua arah. Pertama, setelah menduduki leuwiliang, tantara Jepang meneruskan perjalanannya melalui Semplak. Dengan melewati jalan Cilendek, tantara Jepang menusuk kota Bogor. Meskipun ada perlawanan dari pihak Belanda, tidak terlalu sulit bagi Jepang menaklukannya. Keadaan yang tenang di Bogor, Cicurug, Parungkuda, dan Cibadak sebelum datangnya Jepang mendadak jadi kacau. B.Pembagian daerah pemerintahan di Indonesia (khususnya Jawa) Pada zaman Jepang terdapat tiga pemerintahan militer pendudukan, yakni : 1. Di bawah tantara keenambelas di Jawa dan Madura berpusat di Jakarta (Angkatan darat atau Rikugun). 2. Di bawah tantara keduapuluhlima di Sumatera berpusat di Bukittinggi (Angkatan darat atau Rikugun) 3. Di bawah armada selatan kedua di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku berpusat di Makassar (Angkatan laut atau Kaigun). Susunan pemerintahan militer Jepang terdiri atas gunshireikan kemudian disebut saiko shikikan. Selanjutnya pada Desember 1942 diumumkan susunan baru dari gunseikanbu, yakni penambahan tiga bu. Ketiga bu yang baru itu adalah Naimubu (Departemen dalam negeri), Keimubu (Departemen penjagaan keamanan negeri), dan Sendenbu (Departemen propaganda). Dengan demikian susunan Gunseikanbu menjadi terdiri dari Somubu, Sangyobu, Keisatsubu, Shihobu, Zaimubu, Naimubu, Keimubu, dan Sendenbu. Perubahan lain yang dirasakan bangsa Indonesia adalah dengan diajaknya pemimpinpemimpin bangsa Indonesia dalam pemerintahan. Seperti terlihat Ketika pengangkatan wakil gubernur dan pembantu wakil gubernur Jawa Barat pada 29 April 1942, pada saat yang sama juga diangkat beberapa residen orang Indomesia, yakni : 1. R. Adipati Aria Hilman Djajaningrat di Banten (Serang) 2. R.A.A. Suriadjanegara di Bogor 3. R.A.A. Wiranatakusumah di Priangan (Bandung) 4. Pangeran Ario Suriadi di Cirebon
5. R.A.A Surjo di Pekalongan 6. R.A.A. Sudjiman Martadirja Gandasubrata di Banyumas C.Garis besar kebijaksanaan pemerintahan militer Jepang di Indonesia Pola dasar yang dibentuk pada masa cabinet Konoye cabinet terakhir menjelang pecahnya perang dunia kedua. Pola dasar itu berisikan 3 dokumen perintah : 1. Dengan persetujuan kebijaksanaan dasar nasional untuk mendirikan tata baru di Asia Timur Raya di bawah kekuasaan ekonomi dan politik Jepang. 2. Mengenai kebijaksanaan Asia Tenggara (daerah-daerah selatan menurut Batasan orang Jepang) dengan sasarn utama Indonesia sebagai sumber minyak dan karet. 3. Merupakan perluasan kebijaksanaan pemerintah dari daerah selatan, termasuk masa depan Indonesia. Pada akhirnya tampak jelas bahwa di antara peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah pendudukan hanya Jawa yang memiliki peraturan paling lengkap. Peraturan-peraturan itu seperti tercermin dalam Osamu Seirei No.40. Gunseirei yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah undang-undang dan peraturan yang diperlukan untuk menjalankan pemerintahan Jepang di Jawa dan yang diumumkan atau yang diperintahkan supaya diumumkan oleh Gunshireikan (panglima besar balatentara). Masa Awal (1942-1943) A.Pemerintahan sementara di Bogor Shu Dalam masa pemerintahan sementara itu Bogor Shu berada dibawah kekuasaan Gunseibu yang berpusat di Bandung, sementara mengenai penguasaan tanah partikelir, Jepang menegluarkan Osamu Seirei No.17 pada 1 Juni 1942. Dalam rangka menjaga stabilitas keamanan, pemerintahan Jepang di Bogor Shu segera membentuk sebuah badan propaganda. Mula-mula pemerintah di Bogor mendekati O. Sanusi, ketua pengurus badan usaha rukun tani dan rukun kampung perindra cabang Bogor, untuk membantu menjelaskan kepada penduduk pentingnya keamanan. B.Struktur pemerintahan 1.Pembagian daerah pemerintahan di Bogor Shu Sesuai dengan osamu seirei No.27, Bogor termasuk dalam wilayah 17 Shu di Jawa dan Madura. Seperti halnya pada zaman Belanda, wilayah Bogor Shu di sebelah utara berbatasan dengan Jakarta Tokubetsu Shi, Sebelah timur berbatasan dengan proangan Banten Shu. Bogor Shu meliputi Bogor ken, Sukabumi ken, Cianjur ken. Sementara Bogor sendiri mempunyai pemerintahan kota (Bogor Shi), demikian juga Sukabumi (Sukabumi Shi). C.Kehidupan politik 1.Pemulihan keamanan dan ketertiban Sampai ke penghujung 1942, menciptakan dengan segera stabilitas keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. 2.Gerakan tiga A Cakupan kegiatan gerakan ini luas sekali sebab hampir di segala bidang kehidupan kehidupan masyarakat tidak luput dari perhatiannya. Jadi, cakupan kegiatannya tidak hanya soal politik, tetapi ekonomi juga, sosial dan budaya. D.Kehidupan ekonomi 1.Koperasi
Melalui koperasi pemerintah dapat meneruk kekayaan rakyat dan memang maksud inilah yang terselubung meskipun ada usaha-usaha koperasi untuk membantu rakyat. 2.Pertanian Di Bogor Shu, tampak jelas usaha membangun persawahan, huma, dan ladang yang menghasilkan padi lebih ditingkatkan dari pada perkebunan-perkebunan seperti masa sebelumnya. E.Kehidupan sosial budaya Di Bogor Shu, sekolah-sekolah mulai dari tingkat rendah, menengah seperti MULO SMP sekarang, Sekolah Menengah Pertanian dan sekolah-sekolah yang sejenis baru dibuka pada 26 Maret 1942. F.Bidang Militer 1.Badan Pemuda Asia Raya Tugasnya membantu dalam hal pekerjaan umum, seperti memperbaiki jalanjalan dan lapangan olahraga. 2.Seinendan dan Keibodan Seinendan dibentuk untuk menambah cadangan armada perang, sementara Keibodan untuk menjadi pembantu polisi. 3.Heiho Heiho pada dasarnya adalah pembantu prajurit atau tantara Jepang 4.Peta Peta (Pembela tanah air), Satuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia pada masa pendudukannya. Masa Tengah (1944) A.Struktur pemerintahan 1.Tonarigumi Tonarigumi digunakan sebagai alat pemerintah Jepang untuk menguras sumbersumber ekonomi rakyat Indonesia. 2.Bogor Shu Sangi Kai Ini merupakan alat pemerintah Jepang dalan usaha memperoleh dukungan sebesar-besarnya dari penduduk, itulah sebabnya mereka yang duduk dalam badan ini adalah orang-orang yang berpengaruh didaerahnya. B,Kehidupan politik 1.Bogor Shu Hokokai (Himpunan kebaktian rakyat Bogor Shu) Susunan pengurus besar Bogor Shu Hokokai telah dibuat meliputi Bogor Shi, Bogor Ken, Sukabumi Shi, Sukabumi Ken dan Cianjur Ken. 2.Jawa Sentotai (Benteng perjuangan Jawa) Pada 10 juni 1944 dibentuk Benteng Perjuangan Jawa(Jawa Sentotai), badan ini lahir dari hasil siding ke III Chuo Sangi Kai, yaitu suatu badan yang dapat mempersatukan seluruh penduduk untuk Bersama-sama menggiatkan usaha dalam mencapai kemenangan akhir. 3.Fujinkai (Perkumpulan kaum wanita) Kaum Wanita, baik tua maupun muda, di Bogor juga tidak luput dari perhatian untuk menjadi bagian yang mendukung program-program pemerintah Jepang. 4.Janji kemerdekaan Indonesia
Pada 7 September 1944, dalam siding istimewa Teikoku Gikai (Parlemen Jepang) ke-85 di Tokyo, perdana Menteri Koiso (pengganti Perdana Menteri Tojo) mengumumkan pendirian pemerintah di kemaharajaan Jepang. C.Kehidupan ekonomi Pada masa tengah ini Jepang membuat 2 kebijakan terhadap bidang ekonomi diantaranya : 1.Memperbesar produksi pertanian 2.Gerakan koperasi dan menabung D.Bidang militer 1.Badan pembantu prajurit BPP Bogor Shu diketuai oleh dr.Marzuki Mahdi, BPP berkegiatan mengumpulkan barang-barang kebutuhan sehari-hari, pakaian dan juga berupa hiburan. 2.Seinendan dan Keibodan Pada 1944, pengerahan pemuda di Bogor Shu untuk masuk ke dalam wadah Seinendan dan Keibodan ditingkatkan. Sampai Maret pendaftaran pemuda-pemuda yang berumur 17 sampai 30 tahun masih terus diadakan. 3.Tentara Pembela Tanah Air (PETA) Organisasi militer yang dibentuk oleh pemerintah militer pendudukan Jepang di Indonesia yang didirikan pada bulan Oktober 1943. 4.Barisan Pelopor Pada September 1944 diumumkan pembentukan Barisan Pelopor Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai Suishintai). Dibentuk sebagai pasukan gerak cepat untuk memenuhi panggilan perang dan merupakan usaha mempercepat dan memperluas kegiatan Jawa Hokokai dalam masyarakat. 5.Barisan Hizbullah Merupakan badan otonom yang berada di bawah perintah Masyumi yang dibentuk pada akhir 1944. Anggotanya terdiri atas para pemuda dari madrasah dan pesantren Islam. Masa Akhir (1945) A.Struktur pemerintahan Masa akhir pemerintahan pendudukan Jepang di Bogor Shu ditandai dengan beberapa pergantian pimpinan dalam pemerintahan baik ditingkat atas maupun tingkat bawah. B.Kehidupan politik Gerakan hidup baru Jawa Hokokai, dalam bidang politik pada masa akhir ini, pemerintah pendudukan Jepang meningkatkan agar “semangat kebaktian rakyat Jawa” dapat meresap benar. C.Kehidupan ekonomi Pada masa akhir Jepang melakukan 2 Cara terhadap kehidupan ekonomi, diantaranya adalah : 1.Memperluas hasil bumi 2.Gerakan menabung D.Bidang militer Pada masa akhir ini, wadah-wadah, seperti Barisan Pelopor, Seinendan, dan Keibodan, semakin ditingkatkan melalui Latihan-latihan. Pada 10 April 1945 di Bogor dilangsungkan pembukaan Latihan kemiliteran bagi anggota Barisan Pelopor
(Suishintai) selama satu bulan dan dipimpin oleh Togashi. Sebanyak 350 orang kepala suku (butaicho) terpilih dari seluruh Bogor Shu. Pelaksanaan Latihan dipimpin oleh perwira-perwira tantara Peta. Sementara itu, pada 15 Maret telah lulus sebanyak 170 orang komandan pleton (Shotaicho) Barisan Pelopor dari Cianjur dan Sukabumi. Mereka ditugaskan memegang pusat pimpinan di daerah-daerah sehingga dalam waktu singkat banyak pemduduk mendapat Latihan kemiliteran. E.Lahirnya Republik Indonesia di Bogor Shu Berita proklamasi kemerdekaan yang diucapkan Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 ternyata tidak segera diketahui oleh rakyat Bogor Shu. Kemudian, berita proklamasi dikumandangkan dari Bandung untuk pertama kalinya melalui corong RRI oleh Sam Amir karena disana pemuda dapat merebut kantor berita Jepang “Domei”. Pada 4 September 1945, bekas prajurit Peta dan orang-orang terkemuka dari tiap son berkumpul dalam upacara pelantikan Badan Penolong Keluarga Korban Perang dan Badan Keamanan Rakyat. Upacara pelantikan tersebut dipimpin oleh dr. Marzuki ni menq Mahdi. Suriajanegara sebagai pelindung badan tersebut memberi penjelasan tentang arti proklamasi, Indonesia merdeka, dan kemudian bagaimana mengisi kemerdekaan itu sendiri. Tidak lama setelah itu, para bekas sho nancho Peta Bogor Ken dipimpin oleh Bunawan dengan ke Rusmiputro mengadakan rapat kilat. Rapat tersebut menghasilkan suatu rencana untuk mengadakan penerangan tentang BKR ke tiap- tiap kecamatan. Begitulah sampai September 1945 terlihat kegiatan para pemimpin nasional daerah Bogor dengan dibantu penduduk membenahi pemerintahan yang baru lahir Republik Indonesia dengan segala konsekuensinya, yaitu kemungkinan adanya rongrongan terhadap proklamasi itu sendiri, baik dari dalam maupun luar. BIOGRAFI PENULIS Susanto Zuhdi Tempat, Tanggal Lahir : Banyumas, 4 April 1953 Pekerjaan : Sejarawan Kewarganegaraan : Indonesia Ahli : Sejarah Maritim, Nasionalisme https://images.app.goo.gl/9NLZTcuVCikCwkZE8 Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M. Hum. Lahir 4 April 1953 di Banyumas adalah seorang sejarawan Indonesia yang ahli dalam bidang sejarah maritim. Ia merupakan guru besar di Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia,
Beliau mengajar baik di program sarjana maupun pascasarjana ilmu sejarah, Selain itu beliau juga guru besar Universitas Pertahanan Indonesia. Pendidikan Zuhdi menyelesaikan sarjana dalan bidang sejarah dari Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, pada tahun 1979. Ia kemudian melanjutkan studi magister dalam program ganda (sandwich program) di Universitas Indonesia dan Universitas Amsterdam pada 1988 hingga 1991. Tesis magisternya berjudul “Perkembangan Pelabuhan dan Kota Cilacap, 1830-1942”. Zuhdi kemudian melanjutkan program doktoral di Universitas Indonesia dengan disertasi yang berfokus pada sejarah Buton abad ke-17-18. Ia mendapat gelar doktor bidang sejarah pada tahun 1999. Karir akademik Ketika menempuh Pendidikan doktoral, zuhdi juga menjabat sebagai pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (kini disebut manajer kemahasiswaan). Jabatan ini dipangku sejak 1996 hingga 1999. Ia kemudian menjadi sekretaris badan pertimbangan dan pengembangan Fakultas Sastra UI pada tahun 2000 hingga 2001. Setelah menjadi pengajar dan memegang jabatan fungsional pada almamaternya, Zuhdi diangkat sebagai guru besar bidang sejarah pada tahun 2005. Selain menjabat di UI, ia juga sempat menjadi ketua Lembaga pengembangan Pendidikan dan penjaminan mutu Universitas Pertahanan Indonesia pada tahun 2013 hingga 2015. Ia juga menjadi staf pengajar di Universitas tersebut. Karir dalam pemerintahan Pada tahun 2001, Zuhdi diangkat sebagai Direktur Sejarah pada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (jabatan ini kini berada di dalam lingkungan kementerian Pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi). Ia menjabat hingga tahun 2006. Zuhdi kemudian ditunjuk sebagai staf ahli Menteri pertahanan Republik Indonesia bidang politik (2011-2013). Karya buku
Sumber poto : • https://komunitasbambu.id/wp-content/uploads/2019/04/BZJ-depan.jpg • https://images.app.goo.gl/dtrkHd82angAaJKu6 • https://www.bukukita.com/Sejarah-dan-Budaya/SejarahIndonesia/156256-Sejarah-Buton-yang-Terabaikan:-Lau-Rope-LabuWana.html • https://images.app.goo.gl/NtEnejiz5XCH9eSh9 • https://www.bukukita.com/Hukum-dan-Undang-undang/SosialPolitik/150155-Integrasi-Bangsa-Dalam-Bingkai-Keindonesiaan.html Karya jurnal • Penelitian Strategi Resolusi Konflik Sosial di Indonesia (Studi Kasus: Madiun dan Ponorogo Jawa Timur, 2015) • The Character of Maritime Nation in Facing the Global Challenge: A Historical Perspective Penghargaan Penghargaan Dharma Pertahanan dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (dianugerahkan pada 17 Agustus 2014). Latar belakang penulisan buku Buku ini mulanya ditulis sebagai skripsi S-1 Universitas Indonesia pada tahun 1979. Saat itu studi sejarah zaman Jepang masih belum berkembang dan sangat awal. Beberapa mahasiswa jurusan sejarah Universitas Indonesia yang ada dibawah bimbingan Prof,Dr. Nugroho Notosusanto mulai mencoba hal baru, yaitu menulis skripsi dengan mengambil salah satu Shu di Jawa pada zaman Jepang, seperti Yogyakarta, Cirebon, dab Priangan. Untuk menilai karya sejarah yang ditulis puluhan tahun lalu, kita harus melihatnya dalam perkembangan kajian pada saat itu, tanpa mengevaluasi dengan standar terkini. Penulisan sejjarah zaman Jepang memang sudah ada sebelum skripsi ini (1979), tetapi umumnya berorientasi pada politik makro atau nasional, khususnya berfokus pada masalah kemerdekaan. Namun, para mahasiswa Universitas Indonesia saat itu justru mulai menggali sejarah lokal dan memperhatikan masalah sosial yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, mereka layak disebut sebagai perintis sejarah daerah dan sejarah mikro. Inilah yang mendorong penelitian selanjutnya. Sifat penelitian yang dilakukan oleh penulis, pertama adalah penelitian Pustaka, dimana penulis menggunakan sumber-sumber bacaan berupa buku-buku dan surat kabar yang terbit pada masa pendudukan dan kedua penelitian lapangan berupa wawancara, dimana dengan wawancara penulis berharap memperoleh keterangan-keterangan dari orang-orang yang hidup pada masa itu dan mempunyai peranan tertentu sehingga sedikit banyak dapat mendukung tulisan ini. Gaya penulisan dalam buku Gaya penulisan dalam buku ini menurut saya sangat terstruktur dan objektif, dengan fokus pada penyajian fakta dan peristiwa dengan akurat dan jelas, disajikan secara keseluruhan dengan alur maju dimana kita bisa dengan mudah memahami peristiwa, kebijakan-kebijakan dan keadaan pada masa pendudukan Jepang di Bogor dengan terurut dan detail. Sumber : Bogor Zaman Jepang (1942-1945) Susanto Zuhdi, Depok:Komunitas Bambu, 2017.