The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by fikaroxy, 2022-01-15 11:26:40

3. Eritropoiesis

3. Eritropoiesis

Eritropoiesis

Zulfikar Ali Hasan S.ST.,M.Kes

Tujuan Pembelajaran

1. Mengetahui tentang defenisi eritropoiesis
2. Mengetahui mekanisme eritropoiesis
3. Mengetahui tahap perkembangan eritroid
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi eritropoiesis

01

Defenisi
Eritropoiesis

“Eritropoiesis merupakan proses pembentukan
eritrosit, yang dimulai dari sel HSC hingga

terbentuknya sel matang yang beredar di darah
tepi yaitu eritrosit ”

—Eritropoiesis

02

Mekanisme
Eritropoiesis



Tahap pematangan sel induk menjadi eritrosit menunjukkan
adanya beberapa perubahan sel, diantaranya :
1. Diameter eritrosit semakin berkurang.
2. Diameter inti eritrosit semakin berkurang
3. Sitoplasma memiliki sifat basofilik yang semakin lama

semakin berkurang
4. Kandungan hemoglobin pada sel ditandai dengan warna

pink/salmon
5. Rasio inti sel dan sitoplasma semakin berkurang
6. Warna inti sel mengalami perubahan dari merah

keunguan menjadi biru gelap.
7. Kromatin inti makin menjadi kasar, menggumpal dan

padat.
8. Anak inti (nucleolus) makin lama makin menghilang
9. Inti sel semakin memadat dan keluar sel
10. Adanya perubahan kandungan isi sel selama proses

pematangan (jumlah ribosom RNA semakin berkurang).

Retikulosit masih mengandung sedikit RNA ribosomal. Sedikit lebih besar dari
eritrosit matang dan menghabiskan waktu 1-2 hari dalam sumsum tulang dan
juga beredar dalam darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matang, saat

RNA hilang seluruhnya.

03

Tahap

Perkembangan

Eritroid

PRONORMOBLAST
Proerythroblast
Rubriblast

Cytoplasm Nucleolus

Golgi
Nucleus

Pronormoblast SIZE: 12 to 20 μm
NUCLEUS: Bulat atau oval

Nucleoli: 1 to 2
Chromatin: berwarna merah ungu dan

halus
CYTOPLASM: biru khas (basofilik)

karena adanya ribosom
N:C RATIO: 8:1

REFERENCE INTERVAL:
Bone Marrow: 1%

Peripheral Blood: 0%

BASOPHILIC NORMOBLAST
Basophilic Erythroblast
Prorubricyte

Cytoplasm

Nucleus

Basophilic normoblast SIZE: 10 to 15 μm
NUCLEUS: bulat atau oval

Nucleoli: 0 to 1
Chromatin: padat dan menggumpal

berwarna ungu tua
CYTOPLASM: biru tua, masih
mengandung banyak organel,
termasuk ribosom dan sejumlah
mRNA (sudah terjadi sintesis

hemoglobin)
N:C RATIO: 6:1
REFERENCE INTERVAL:
Bone Marrow: 1% to 4%
Peripheral Blood: 0%

POLYCHROMATIC NORMOBLAST
Polychromatic Erythroblast
Rubricyte

Cytoplasm

Nucleus

Polychromatic normoblast. The blue color SIZE: 10 to 12 μm
of the cytoplasm is becoming gray-blue as NUCLEUS: Bulat

hemoglobin is Nucleoli: None
produced. Chromatin: Quite condensed
CYTOPLASM: biru abu-abu(pink
karena ada hemoglobin dan biru

karena masih ada mRNA)
N:C RATIO: 4:1

REFERENCE INTERVAL:
Bone Marrow: 10% to 20%

Peripheral Blood: 0%

ORTHOCHROMIC NORMOBLAST
Orthochromic Erythroblast
Metarubricyte

Cytoplasm

Nucleus

Orthochromic normoblast. The gray-blue SIZE: 8 to 10 μm
color of the cytoplasm is becoming NUCLEUS: Round
salmon as more
hemoglobin is produced. Nucleoli: 0
Chromatin: padat / kompak (piknotik)
CYTOPLASM: More pink or salmon
than blue (produksi hemoglobin yang

lebih banyak) sisa ribosom masih
memberikan warna kebiruan
N:C RATIO: 0.5:1
REFERENCE INTERVAL:
Bone Marrow: 5% to 10%
Peripheral Blood: 0%

POLYCHROMATIC ERYTHROCYTE
Diffusely Basophilic Erythrocyte

Reticulocyte

Scanning electron micrograph of
polychromatic erythrocyte (5000). Note that the
reticulocyte is a very deformable cell, giving it a “lumpy”
appearance by scanning electron microscopy.

Polychromatic erythrocyte SIZE: 8 to 8.5 μm
NUCLEUS: Absent
NOTE: When stained with supravital
stain (e.g., new methylene blue), Nucleoli: NA
polychromatic erythrocytes appear as Chromatin: NA
reticulocytes (contain precipitated CYTOPLASM: Color is slightly more
ribosomal material; blue/purple than the mature
erythrocyte, ada sisa RNA yang
digambarkan dengan berwarna
kebiruan pada pewarnaan NMB
N:C RATIO: NA
REFERENCE INTERVAL:
Bone Marrow: 1%
Peripheral Blood: 0.5% to 2.0%

ERYTHROCYTE

Erythrocyte. The mature erythrocyte has SIZE: 7 to 8 μm
lost the blue-gray color and is salmon colored NUCLEUS: Absent

as Nucleoli: NA
hemoglobinization is complete. Chromatin: NA
CYTOPLASM: pink dengan bagian
tengah sel tampak berwarna pucat
(central pallor) sekitar 1/3 diameter sel
N:C RATIO: NA
REFERENCE INTERVAL:
Bone Marrow: NA
Peripheral Blood: Predominant cell

type
Sel ini aktif dalam sirkulasi darah

selama 120 hari

Pronormoblast Basophilic Polychromatic
normoblast normoblast

Erythrocyte Polychromatic Orthochromic
erythrocyte normoblast

Selain perubahan pada bentuk dan inti sel, dalam
proses pematangan eritrosit juga terdapat pembentukan
hemoglobin (Hb) yang merupakan komponen utama
eritrosit. Pembentukan Hb didalam sitoplasma sel terjadi
bersamaan dengan proses pembentukan DNA di inti sel.
Hb diproduksi didalam bakal sel eritrosit di sumsum
tulang dan mengisi 95% volume sel eritrosit.

04

Faktor yang

mempengaruhi

Eritropoiesis

Perkembangan eritrosit dipengaruhi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah hormon

eritropoietin dan berbagai sitokin maupun faktor
pertumbuhan (growth faktor).

HSC dan early multipotent progenitor (MPP) akan
mengalami proses perkembangan dibawah pengaruh
SCF (Stem Cell Factor), FLT3 (Fms-Like Tyrosine Kinase 3

Ligand), TPO (Trombopoietin)

CMP (Common Myeloid Progenitor) dan MkEP
(Progenitor Megakaryosit Eritrosit), BFU-E (Burst
Forming Unit Eritrosit, CFU-E (Coloni Forming Unit

Eritrosit)

EPO Eritropoietin adalah suatu
substansi yang diproduksi
terutama oleh ginjal (Lahir)
dan hati (Janin).
Eritropoietin adalah hormone
glikoprotein yang berfungsi
merangsang eritropoiesis

Hormon EPO merupakan faktor yang
sangat berpengaruh dalam eritropoiesis.
Eritropoietin akan disekresikan, jika
oksigen pada jaringan tubuh berkurang,
dan menstimulasi sumsum tulang untuk
memproduksi eritrosit.

“Faktor lain yang berpengaruh pada proses eritropoiesis adalah nutrisi
yang mendukung proses pembentukan eritrosit, yaitu Zat besi (Fe) untuk

pembentukan Heme, Vitamin B12 dan asam folat untuk sintesis DNA
pada eritrosit, Vitamin C sebagai zat reduktor untuk mereduksi Fe3+
menjadi Fe2+, Cupri (Cu) sebagai katalis pada reaksi oksidasi Fe2+
menjadi Fe3+, Kobalt (Co) menstimulasi pelepasan EPO dari ginjal. Jenis

hormon lain yang berpengaruh pada proses eritropoiesis adalah
glukokortikoid yang berfungsi menstimulasi sumsum tulang untuk

produksi eritrosit.”

Thank You


Click to View FlipBook Version