Bahasa Indonesia
kelas 9
CMEROIDTUALPTEENKDSEKYLAITNMIAPUMELMUNYARGARNNALIJAIAAHNTR,AI,,S:.SSP..DPP.DD..
SMP Negeri 20
Bandung
BAHANA AJAR
Satuan Pendidikan : SMPN 20 Bandung
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX/I
Materi Pokok : Unsur Pembangun Cerita Pendek
Alokasi Waktu : 6 JP (2 kali pertemuan )
A. Kompetensi Inti
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5 Mengidentifikasi unsur 3.5.1 Menentukan unsur intrinsik cerita pendek (alur, tokoh,
pembangun karya sastra tema, dan pesan) dalam teks cerita pendek yang dibaca
dalam teks cerita pendek atau didengar
yang dibaca atau didengar 3.5.2 Mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen (alur, tokoh,
tema, dan pesan) dalam teks cerita pendek yang dibaca
atau didengar
3.5.3 Menentukan unsur ekstrinsik cerita pendek (nilai moral,
nilai sosial, dan nilai budaya)
3.5.4 Mengidentifikasi unsur ekstrinsik cerita pendek (nilai
moral, nilai sosial, nilai budaya)
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur 4.5.1. Mengidentifikasi unsur intrinsik (alur, tokoh, tema, dan
pembangun karya sastra pesan) dalam teks cerita pendek dengan bukti yang
dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar
mendukung dari cerita 4.5.2 Mengidentifikasi unsur ekstrinsik (nilai moral, nilai
pendek yang dibaca atau sosial, nilai budaya) dalam teks cerita pendek dengan
didengar bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca
atau didengar.
4.5.3 Menyimpulkan unsur intrinsik (alur, tokoh tema, dan
pesan) dalam teks cerita pendek dengan bukti yang
mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar
4.5.4 Menyimpulkan unsur ekstrinsik (nilai moral, nilai sosial
nilai budaya) dalam teks cerita pendek dengan bukti
yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau
didengar.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah kegiatan tanya jawab, peserta didik mampu menentukan unsur intrinsik (alur, tokoh, tema,
dan pesan) dalam teks cerita pendek yang dibaca atau didengar dengan tepat dan teliti.
2. Setelah kegiatan tanya jawab, peserta didik mampu mengidentifikasi unsur intrinsik (alur, tokoh,
tema, dan pesan) dalam cerita pendek yang dibaca atau didengar dengan teliti dan terperinci.
3. Setelah kegiatan tanya jawab, peserta didik mampu menentukan unsur ekstrinsik (nilai moral, nilai
sosial, nilai budaya) dalam teks cerita pendek yang dibaca atau didengar dengan tepat dan teliti.
4. Setelah kegiatan tanya jawab, peserta didik mampu mengidentifikasi unsur ekstrinsik (nilai moral,
nilai sosial, nilai budaya) dalam cerita pendek yang dibaca atau didengar dengan teliti dan terperinci.
5. Setelah kegiatan berdiskusi, peserta didik mampu mengidentifikasi unsur intrinsik (alur, tokoh, tema,
dan pesan) dalam teks cerita pendek dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca
atau didengar dengan tepat dan teliti.
6. Setelah kegiatan berdiskusi, peserta didik mampu mengidentifikasi unsur ekstrinsik (nilai moral, nilai
sosial, nilai budaya) dalam teks cerita pendek dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang
dibaca atau didengar dengan tepat dan teliti.
7. Setelah kegiatan berdiskusi, peserta didik mampu menyimpulkan unsur intrinsik (alur, tokoh, tema,
dan pesan) dalam teks cerita pendek dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca
atau didengar dengan tepat dan teliti.
8. Setelah kegiatan berdiskusi, peserta didik mampu menyimpulkan unsur ekstrinsik (nilai moral, nilai
sosial, nilai budaya) dalam teks cerita pendek dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang
dibaca atau didengar dengan tepat dan teliti.
MENGIDENTIFIKASI UNSUR PEMBANGUN KARYA SASTRA DALAM TEKS
CERITA PENDEK
Apa itu Semua orang suka cerita, mendengarkan cerita, atau menceritakan cerita.
cerita Peserta didik dianjurkan untuk memilih cerita yang akan dibacanya. Cerita
pendek ? fiksi bermutu dapat memperkaya jiwa dan menambah wawasan. Kali ini
kalian akan mempelajari cerita pendek yang didalamnya terdapat unsur
intrinsik dan ekstrinsik, kemudian kalian akan menyimpulkan usur – unsur
tersebut disertai dengan bukti pada teks.
Pengertian cerita pendek menurut para ahli
Sumardjo dan Saini
Cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa saja
terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek dan
singkat.
Menurut KBBI
Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan
mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang
diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah
kesan dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita
pendek tersebut.
Hendy
Cerpen ialah suatu karangan yang berkisah pendek yang mengandung kisahan
tungal.
H. B. Jassin
Menurut pendapat H. B. Jassin, cerpen ialah sebuah cerita yang singkat yang
harus memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian, serta
penyelesaian.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah bentukprosa naratif fiktif.
Cerpen cenderung padat dibanding karya fiksi lainnya. Biasanya cepen memiliki tidak lebih dari 10.000 kata.
Sumber: http://gopengertian.blogspot.com/2015/09/pengertian-cerpen-ciri-ciri-struktur-unsur-intrinsik-unsur-
ekstrinsik.html#ixzz5wXUar7Fd
Setelah kalian mengetahui dan menelaah pengertian cerita pendek, kalian dapat mengetahui ciri –
ciri dari cerita pendek tersebut. Untuk mengetahuinya, berikut disajikan ciri – ciri cerita pendek.
Ada beberapa ciri-ciri cerpen yang harus dipahami agar kita dapat membedakannya dengan karya tulis
lainnya, diantaranya adalah:
1. Memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.
2. Memiliki proporsi penulisan yang lebih singkat dibandingkan dengan Novel.
3. Kebanyakan mempunyai isi cerita yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
4. Tidak mencerminkan semua kisah tokohnya. Karena dalam cerpen yang dikisahkan hanyalah intinya
saja.
5. Tokoh yang diceritakan dalam cerpen mengalami sebuah konflik sampai pada tahap penyelesaiannya.
6. Pemilihan katanya sederhana sehingga memudahkan para pembaca untuk memahaminya.
7. Bersifat Fiktif.
8. Menceritakan satu kejadian saja dan menggunakan alur cerita tunggal dan lurus.
9. Membacanya tidak membutuhkan waktu yang lama.
10. Memberikan pesan dan kesan yang sangat mendalam sehingga pembaca akan ikut merasakan kesan dari
cerita tersebut.
Unsur Unsur
Intrinsik Ekstrinsik
Tema Nilai Moral
Alur Nilai Sosial
Tokoh dan Nilai
Penokohan Budaya
Amanat Nilai Agama
A. Unsur intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Unsur
intrinsik cerpen terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut pandang
dan amanat.
1. Tema
Dalam sebuah cerpen tema merupakan ruh atau nyawa dari setiap karya cerpen. Dengan kata lain
tema merupakan ide atau gagasan dasar yang melatarbelakangi keseluruhan cerita yang ada dari
cerpen. Tema memiliki sifat umum dan general yang dapat diambil dari lingkungan sekitar,
permasalahan yang ada di masyarakat, kisah pribadi pengarang sendiri, pendidikan, sejarah,
perjuangan romansa, persahabatan dan lain-lain.
2. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara logis. Urutan peristiwa berdasarkan hukum
sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskna mengapa
hal ini terjadi. Kahadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa
disebut juga susunan cerita atau jalan cerita.
Biasanya memiliki tahapan
a. Perkenalan
b. Munculnya konflik
c. Mulai memuncak
d. Klimaks
e. Pemecahan masalah
f. Penyelesaian
Ada tiga jenis alur dalam rangkaian peristiwa, yaitu:
1) Pengarang menyusun peristiwa – peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai
penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju.
2) Pengarang dapat memulaianya dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah,
kemudian menengok kembali pada peristiwa – peristiwa yang mendahuluinya. Peristiwa yang
demikian disebut alur mundur.
3) Alur campuran yaitu pengarang menceritakan banyak tokoh utama dan masalah yang
diceritakan, sehingga cerita yang satu belum selesai kembali ke awal untuk menceritakan tokoh
yang lain.
3. Amanat
Amanat yaitu pesan atau nilai moral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca baik
secara eksplisit (tersurat) maupun implisit (tersirat). Amanat juga menyangkut bagaimana pembaca
memahami dan meresapi karya sastra yang dibaca.
4. Latar
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan.
a. Latar tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Berhubungan dengan “dimana”
b. Latar waktu
Latar waktu berhubungan dnegan “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan.
c. Latar suasana
Latar suasana berkaitan dengan suasana dalam cerita tersebut. Suasana yang digambarkan
dalam cerita tersebut berhubungan dengan “bagaimana”
5. Tokoh atau penokohan
Tokoh atau penokohan adalah salah satu bagian yang wajib ada dalam sebuah cerpen. Namun, yang
perlu diketahui adalah tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang berbeda dalam sebuah
penulisan cerpen. Tokoh merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita tersebut.
Sedangkan penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita. Watak
yang diberikan dapat digambarkan dalam sebuah ucapan, pemikiran dan pandangan dalam melihat
suatu masalah.
Ada 3 jenis tokoh yang digambarkan dalam cerpen, antara lain:
a. Protagonis yaitu tokoh yang yang menjadi aktor atau pemeran utama dan mempunyai sifat
yang baik.
b. Antagonis yaitu tokoh ini juga menjadi pemeran utama yang menjadi lawan daripada tokoh
protagonis. Tokoh antagonis memiliki watak yang negatif seperti: iri, dengki, sombong, angkuh,
congkak dan lain-lain.
c. Tritagonis yaitu tokoh ini adalah tokoh penengah dari protagonis dan antara antagonis. Tokoh
ini biasanya memiliki sifat yang arif dan bijaksana.
Penggambaran karakter tokoh adalah sebagai berikut:
a. Analitik yaitu sebuah metode penyampaian oleh penulis mengenai sifat atau watak tokoh
dengan cara memaparkan secara langsung. Seperti: keras kepala, penakut, pemberani, pemalu
dan lain sebagainya (secara langsung).
b. Dramatik yaitu sebuah metode penyampaian sifat tokoh secara tersirat. Biasanya disampaikan
melalui tingkah laku si tokoh dalam cerita. (secara tidak langsung).
6. Sudut pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Sudut pandang yang biasa
digunakan dalam cerita adalah:
a. Sudut pandang orang pertama
Pengarang sebagai tokoh utama cerita. (ditandai dengan kata ganti “aku” atau “saya”)
b. Sudut pandang orang ketiga
Pengarang sebagai pencerita. Pengarang hanya menceritakan suatu kejadian yang dialami
seorang tokoh yang bukan dirinya. Pengarang berada di luar cerita. (ditandai dengan kata ganti
“ia”, “dia”, atau “nama orang”)
c. Sudut pandang campuran
Sudut pandang yang memosisikan pengarang sebagai O1 atau O3. Suatu saat pengarang
menceritakan dirinya kemudian disaat lain dia menceritakan tokoh lain.
Suatu saat pengarang sebagai tokoh utama kemudian disaat lain pengarang mengungkapkan
kejadian yang dialami tokoh lain selain dirinya. Saat menceritakan tokoh lain pengarang bisa
dalam satu latar cerita maupun di luar cerita. Kata ganti yang digunakan “aku” dan “dia”
d. Sudut pandang serba tahu
Sudut pandang ini menempatkan pengarang bisa saja sebagai O1,O3, maupun sudut pandang
campuran. Hal terpenting dalam sudut pandnag ini adalah pengarang bertindak sebagai pencipta
segalanya. Ia tahu segalanya. Ia bisa menciptakan efek yang diinginkan.
7. Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya kepada publik.
Baik itu penggunaan majasnya, diksi dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya.
Gaya bahasa sering kali dianggap sama dengan majas, padahal tidak demikian. Pemakaian majas
adalah cara untuk melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain. Dengan
demikian, majas merupakan bagian dari gaya bahasa. Kemampuan penulis mempergunakan gaya
bahasa yang cermat dapat menghidupkan cerita.
Itulah unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen. Tetapi, yang akan dibahas pada kegiatan pembelajaran ini
adalah unsur tema, tokoh – penokohan, alur/plot, pesan/amanat.
B. Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya satra, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan karya sastra. Walaupun demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap
totalitas bangun cerita yang dihasilkannya.
Nilai agama adalah nilai yang berhubungan dengan ajaran- ajaran agama
seperti hubungan antara manusia dengan tuhannya.
Nilai moral adalah nilai yang berkaitan dengan etika perilaku, kesopanan
dalam masyarakat.
Nilai sosial yaitu nilai yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan
manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Nilai budaya yaitu nilai yang berhubungan dengan adat kebiasaan suatu
masyarakat atau adat istiadat masyarakat tertentu.
Setelah mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok peserta didik dapat menyimpulkan unsur-
unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari teks cerita pendek yang dibaca atau
didengar. Maka sekarang kalian harus membuat simpulan mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik disertai
dengan bukti yang mendukung dari teks cerita pendek.
Berikut disajikan contoh cerpen, bacalah dengan saksama!
Gadis Pemulung Masuk Televisi
(Oleh Gola Gong)
Tubuh Aini membentur kayu pos ronda. Dia tidak bisa ke mana-mana lagi. Kata ayahnya, dia harus hati-hati
jika berhadapan dengan orang yang tidak dikenal. Aini duduk di pos ronda. Karung teronggok di tiang. Dia
menyeka keningnya.
Punggung tangannya basah. Ini hari panas sekali. Mungkin pertanda akan hujan. Dia baru sekitar satu jam
mengelilingi perumahan, mencari-cari rongsokan. Karungnya baru terisi seperempat. Di bak sampah
tikungan jalan kompl
eks, dia hanya memperoleh beberapa botol minuman plastik. Di bak sampah rumah nomor 9, hanya ada dua
botol plastik minuman ukuran besar.
Kerongkongannya kering. Yang dia bayangkan adalah air es. Tapi dia sedang puasa. Sudah seminggu puasa
berjalan, tubuhnya terasa lemah. Setiap sahur, tiada yang bisa dimakannya selain air teh dan ubi rebus. Sekali
pernah ayahnya membawa pulang seliter beras. Dengan garam dan daun singkong, dia dan adiknya
merasakan sahur yang nikmat sekali. Setelah BBM naik, harga-harga di pasar berlipat-lipat jadinya. Ayahnya
hanya penyapu jalanan. Tak mampu berbuat banyak. Aini hanya meminta pada ayah mereka agar sekolah
didahulukan.
Biar makan sekali sehari ditambah puasa Senin Kamis, urusan sekolah tetap dinomorsatukan. Aini termasuk
murid yang cerdas di sekolahnya, sehingga pihak sekolah meringankan segala biaya tambahan.
Sebuah mobil sedan tiba-tiba berhenti di depannya. Kaca jendelanya turun. Aini tersenyum kepada para
penumpangnya, dua wanita cantik-cantik. Hmm, pasti tubuhnya harum. Aini membayangkan dirinya secantik
mereka. Tapi, wajahnya jelek. Kulitnya hitam terbakar matahari. Rambutnya kemerahan.
"Halo!" kata yang di sebelah pengemudi.
"Ya, Kak?"
"Kamu, sini!" si pengemudi melambaikan tangannya.
Aini dengan kikuk mendekati mobil. "Kakak manggil saya?"
"Iya."
"Namamu siapa?" tanya yang menyetir.
"Aini."
"Sekolahnya kelas berapa?"
"Kelas lima…"
"Ikut Kakak, yuk?"
Aini mundur beberapa langkah.
Pintu mobil terbuka. Perempuan cantik itu tersenyum. Aini semakin mundur ke pos ronda. Tangan kanannya
meraih ujung karung.
"Jangan takut, Ain…"
"Kakak nggak bermaksud jahat, kok!" teriak si pengemudi.
"Kakak mau apa?" Aini melihat ke sekeliling. Siang terik seperti ini, orang- orang memilih berlindung di
rumah. Dia tidak bisa meminta pertolongan jika terjadi sesuatu yang buruk padanya.
"Ngobrolnya jangan di sini…."
"Ayo, ikut sama Kakak."
"Ain nggak mau. Ain mau pulang."
"Ain, Kakak mohon maaf kalau sudah membuat Ain takut…"
"Ros! Udah, tinggalin aja. Kita cari yang lain."
"Sebentar, Sus!"
Aini memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri.
"Aini! Tunggu!"
"Apa gue bilang! Cari yang lain aja!"
Aini tidak berpikir apa-apa lagi. Terus berlari. Lari. Karung di tangannya memberatkannya. Tapi, dia tidak
mungkin membuang karungnya, karena di dalamnya bisa digantikan dengan beberapa lembar ribuan. Tadi
dia berjanji pada Latifah akan membeli telor untuk menu hari ini.
Aini terus menggenjot tenaganya. Sesekali dia menoleh. Mobil sedan itu mengikutinya. Dia bingung, harus
meminta tolong pada siapa. Dadanya turun-naik. Napasnya tersengal-sengal. Dia menoleh lagi. Mobil sedan
itu hanya beberapa meter di belakangnya. Dia mengumpulkan tenaga lagi. Napasnya sudah berada di ujung
tenggorokan, tersengal-sengal. Dia membelok ke jalan tanah, yang hanya bisa dilewati becak. Terus
membelok ke arah persawahan. Dia yakin, mobil itu tidak akan
mengejarnya lagi. Dia berhenti. Menarik napas. Betul, mobil sedan itu tidak mengikutinya lagi.
Aini bernapas lega. Dia melompati selokan dan meniti pematang sawah. Rumahnya di perkampungan di
seberang sungai irigasi.
Aini baru saja membongkar isi karungnya di halaman belakang rumah ketika terdengar Latifah berteriak
memanggil namanya, "Kak Aiiin!" Aini bergegas menumpuk botol-botol plastik di antara tumpukan
rongsokan lain, yang digundukkan di bawah pohon pisang. "Maafkan Kakak, Ipah. Kakak
belum sempat menjual botol-botol plastik ini ke Pak Kasman. Menu buka puasa dengan telor dadar hanya
ada di dalam khayalan," batin Aini. Ia sendiri menelan air liurnya, membayangkan lezatnya berbuka puasa
dengan lauk telor dadar.
"Assalamualaikum…"
Aini kaget. Dia berdiri mematung.
"Kamu masih puasa, Ain?"
Aini mengangguk.
"Tadi capek lari, kan?"
Aini mengangguk malu. Dia melihat Latifah asyik membongkar oleh-oleh. Dia melihat ada baju baru, sepatu
baru, kue kaleng, dan beberapa susu kaleng.
"Kok, Kakak tahu rumah Ain di sini?"
"Ternyata kamu top banget di kampung ini. Nanya di ujung kampung aja,
semua udah pada tau."
"Iya, kamu top abis!"
"Kakak ini, siapa?"
"Oh, iya. Kakak belum ngenalin, ya!" wanita cantik itu tertawa. "Kakak Rosa!
"Saya Susi!"
"Kami dari rumah produksi…"
"Ng... apa itu?"
"Kami yang bikin acara televisi reality show…"
"Kami nggak punya televisi, Kak…"
Rosa bingung, melirik kepada temannya.
"Nggak apa-apa," Susi mengambil alih pembicaraan ketika melihat Rosa sudah kehabisan cara. "Gini, Ain.
Kamu, adikmu, dan ayahmu, mau kami masukkan ke televisi. Nanti kalian tidur di hotel, rumahmu kami
bangun lagi biar bagus. Nanti kalian terkenal, karena masuk televisi. Gimana?"
Aini merasa kepalanya membesar, diisi oleh segala macam hal. Dia tidak pernah menonton acara itu. Tapi, di
sekolah sering mendengar cerita teman-temannya bahwa banyak orang miskin yang kaya mendadak setelah
masuk televisi. Di dalam hatinya, dia ingin sekali jadi orang kaya. Dia ingin keluar dari kemiskinan. Apakah
Allah mengabulkan doa-doanya selama ini? Bukankah ini bulan puasa, bulan paling makbul untuk berdoa?
"Mau, mau! Ipah mau masuk televisi, Kak!"
***
Ain menangis tiada henti ketika melihat dirinya, ayahnya, dan Ipah ada di televisi. Setiap gerak-gerik mereka
direkam oleh televisi. Kehidupan mereka sebagai orang miskin yang berubah jadi orang kaya mendadak
ditampilkan di televisi. Ayahnya yang penyapu jalanan, dirinya yang menjadi pemulung sepulang sekolah,
dan adiknya yang tidak sekolah, tidur di hotel berbintang, makan di restoran mewah, dan belanja pakaian di
mal. Uang jutaan rupiah di tangan mereka.
Rumah mereka yang jelek tiba-tiba jadi warna-warni. Perabotan mahal dan modern mengisi rumah mereka.
Televisi, kulkas, kipas angin, VCD player, dispenser, kipas angin, dan magic jar!
Malam ini Aini sedang duduk di ruang tengah rumahnya. Kini ada sofa menghiasi ruang tengah rumahnya.
Ipah dipangku ayahnya. Adiknya kini bisa masuk sekolah di kelas satu. Puluhan orang memenuhi ruang
tengah rumahnya. Ada yang duduk di sofa, tapi ada juga yang tidur-tiduran di karpet.
Beberapa belas orang berdiri di jendela. Supaya tidak gerah, kipas angin terus dihidupkan. Mereka semua
sedang menonton televisi, di mana Aini, Ipah, dan ayah mereka menjadi pemeran utama. Semua orang
berdecak kagum.
Semua orang dengan rakus menikmati makanan dan minuman. Semakin malam, tamu-tamu tidak berkurang,
tapi terus bertambah. Bahkan ketika tayangan televisi sudah usai, orang-orang belum mau beranjak dari
rumah Aini. Sampai Aini tertidur di kursi dan Ipah tertidur di pangkuan ayahnya, semua orang belum mau
beranjak.
Kini Aini berangkat ke sekolah dengan perasaan lain. Dia tidak lagi berjalan kaki. Tapi bersepeda. Di
sepanjang perjalanan ke sekolah, berkali-kali dia dicegat orang-orang. Gadis pemulung itu tiba-tiba merasa
aneh. Kenapa kini semua orang mengenalnya? Bahkan Pak Camat, yang tidak pernah dikenalnya, berhenti di
tengah jalan hanya untuk bercakap-cakap dengannya. Kemudian Pak Bupati di kotanya. Akibatnya, dia
terlambat di sekolah.
Tapi, semua orang di sekolahnya menyambutnya bak pahlawan. Hari itu tidak ada kegiatan belajar. Semua
orang bekumpul di lapangan basket, mengadakan upacara kehormatan bagi Aini. Kepala sekolah dan guru-
guru merasa bangga, karena Aini sudah masuk televisi. Sekolah mereka jadi terkenal ke seluruh penjuru
Indonesia berkat Aini.
Aini dipanggil maju ke depan. Teman-temannya menyaksikan, bagaimana kepala sekolah menyematkan
tanda jasa di dadanya."Semua orang harus mencontoh Aini. Walaupun miskin, dia tetap bersabar. Inilah
berkah. Akhirnya, Allah mengabulkan doa-doanya. Kini Aini jadi orang
kaya seperti kita. Berkat televisi, hidupnya berubah 360 derajat!" Pak Kepala Sekolah berpidato. Setelah usai,
dia berbisik di telinga Aini, "Setelah upacara, kamu datang ke ruangan Bapak, ya!"
Aini mengikuti perintah Pak Kepsek. Di ruangan Pak Kepsek berkumpul juga bendahara sekolah. Aini duduk
menunduk."Aini... ini ada surat dari sekolah. Berikan pada ayahmu, ya," kata bendahara sekolah. Di rumah,
Aini memberikan surat itu pada ayahnya. Tiba-tiba saja ayahnya berteriak kaget, "Dari mana kita harus
membayar ini?"
Aini mengambil surat itu. Ternyata isinya, Aini harus membayar tunggakan iuran sekolah selama ini. Ia juga
diharuskan membayar segala macam pungutan sekolah. Yang paling parah, Aini harus membayar uang
bangunan sekolah, yang akan ditingkatkan kualitas fisiknya menjadi dua lantai. Masing-masing murid kena
beban tiga juta rupiah. Sedangkan Aini mendapat uang dari televisi sebesar tiga juta rupiah.
"Uangnya sudah habis untuk orang-orang kampung. Mereka setiap hari datang ke sini. Meminta makan,
rokok, dan sebagainya. Bapak jadi pusing!"
"Kita jual lagi aja barang-barangnya, Pak," usul Aini. "Aini pingin sekolah.
Aini pingin jadi dokter…"
Ayahnya mengangguk pasrah.
"Tapi, boneka Barbie Ipah nggak dijual, kan?"
Aini menggeleng dan memeluk adiknya. Dia berencana akan keliling kompleks mencari barang rongsokan
lagi.
TAMAT
Setelah kalian membaca unsur pembangun karya sastra
dalam cerita pendek, kerjakan LKPD 1 di buku tulis lalu kirimkan foto
tugasnya ke SIM!
Sumber Belajar
1. Azim, Nanang.2019.http//www.mikirbae.com. Mengenal dan Memahami Surat. (7 Agustus 2019)
2. http://gopengertian.blogspot.com/2015/09/pengertian-cerpen-ciri-ciri-struktur-unsur-intrinsik-unsur-
ekstrinsik.html#ixzz5wXUar7Fd.
3. Trianto, Agus. 2018. Bahasa Indonesia Buku Guru SMP/MTs Kelas IX. Jakarta:Pusat Kurikulum dan
perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
4. Trianto, Agus. 2018. Bahasa Indonesia Buku Siswa SMP/MTs Kelas IX. Jakarta:Pusat Kurikulum dan
perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.