MATERI PELENGKAP MODUL (MPM)
NILAI NASIONALISME PANCASILA DALAM
UNGKAPAN TRADISIONAL JAWA BARAT
Untuk Pembelajaran Pelatihan Dasar CPNS Pola Blended
Oleh:
TIM PENGEMBANG BAHAN AJAR NASIONALISME
BPSDM PROVINSI JAWA BARAT
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji Syukur ke hadirat Illahi Robbi penggenggam Keagungan dan
Kesempurnaan di Jagad Raya, pemberi kenikmatan tiada tara, termasuk kenikmatan
menyelesaikan Materi Pengayaan Modul (MPM) Nasionalisme bagi Pelatihan Dasar
(LATSAR) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pola Blended Learning, berjudul “Nilai-Nilai
Nasionalisme Pancasila dalam Ungkapan Tradisional Jawa Barat”. Salawat dan Salam selalu
tercurah pada Habibina Wanabiana Rasulullah Muhammad SAW, juga pada keluarga, para
sahabat, dan para Tabi’in.
Judul tersebut dipilih karena terkait erat dengan materi Nasionalisme Pancasila dan
kompetensi sociocultural yang harus dimiliki oleh seorang PNS. Nasionalisme dianggap
sangat penting dimiliki setiap ASN. Tidak sekedar wawasan, namun dituntut aktualisasinya
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pelayan publik. Diharap mereka akan lebih
mementingkan publik yang dilayaninya, bangsa, dan negara daripada kepentingan sektoral,
golongan, apalagi pribadi. Untuk dapat memberikan pelayanan prima sesuai keinginan dan
kebutuhan masyarakat yang dilayani, tentu akan lebih mudah dilakukan bila PNS
memahami karakteristik dan nilai-nilai budayanya. Selain itu, bagi PNS yang bertugas dan
berasal dari Jawa Barat, tentunya akan lebih mudah menerima materi Nasionalisme
Pancasila, bila digali dari kearifan lokal (local wisdom) nya.
Semoga MPM ini dapat membuka wawasan dan hati, bahwa dasar Negara Pancasila
yang tertepat bagi negara multikultur dan prularis ini. Nasionalisme Pancasila lahir, berakar,
dan tumbuh dari keberagaman suku bangsa. Dengan demikian, tidak ada lagi keraguan
tentang Pancasila, yang ada bagaimana berupaya merevitalisasi untuk mengembalikan
nama baiknya yang tercoreng di masa lalu.
Pada kesempatan ini, perkenankan saya menghaturkan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu terkumpulnya ungkapan tradisional ini. Akhirnya, tidak ada
yang sempurna dalam setiap karya manusia. Hanya Allah, pemilik kesempurnaan. Untuk
manusia, berlaku “ tidak ada gading yang tak retak”. Karenanya, mohon maaf atas
kesalahan dan kekurangan dalam MPM ini. Kritik dan saran perbaikan dinantikan. Semoga
tulisan ini memberi manfaat bagi kita semua.
Cimahi, 8 Pebruari 2021
Penyusun,
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
A. Pendahuluan
B. Butir Butir Pengamalan Pancasila
1. Sila Pertama
2. Sila ke Dua
3. Sila Ke Tiga
4. Sila Ke Empat
5. Sila ke Lima
C. Ungkapan Tradisional dan Kaitannya dengan Butir -Butir Pengamalan
Pancasila
1. Ungkapan Tradisional yang terkait dengan butir-butir Pengamalan
Pancasila Sila 1
1) Dalam Bahasa Sunda
2) Dalam Bahasa Jawa Cirebon
2. Ungkapan Tradisional yang terkait dengan yang terkait dengan
butir-butir Pengamalan Pancasila Sila ke 2
1) Dalam Bahasa Sunda
2) Dalam Bahasa Jawa Cirebon
3. UngkapanTradisional Bahasa Sunda yang terkait dengan yang
terkait dengan butir-butir Pengamalan Pancasila Sila ke 3
4. Ungkapan Tradisional Bahasa Sunda yang terkait dengan yang
terkait dengan butir-butir Pengamalan Pancasila Sila ke 4
5. Ungkapan Tradisional yang terkait dengan yang terkait dengan
butir-butir Pengamalan Pancasila Sila ke 5
1) Dalam Bahasa Sunda
2) Dalam Bahasa Jawa Cirebon
D. Pembahasan
E. Penutup
Daftar Pustaka
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 2
NILAI NILAI NASIONALISME PANCASILA DALAM UNGKAPAN
TRADISIONAL JAWA BARAT
A. Pendahuluan
Pancasila sebagai falsafah negara dan hukum bangsa Indonesia, lahir dan
berkembang di wilayah ini bersumber pada nilai-nilai luhur budaya yang telah dikenal sejak
dahulu kala. Meski secara eksplisit baru dicetuskan pada tanggal 1 Juni 1945, nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam sila-sila Pancasila tersebut telah ada dan lahir bersama
bangsa pendukungnya. Misalnya, Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, kegotongroyongan,
nilai-nilai kesederhanaan, dan lain sebagainya banyak dijumpai dalam kehidupan budaya
Indonesia.
Salah satu bukti bahwa bangsa kita telah sejak dahulu memiliki kebiasaan-kebiasaan
yang mengacu pada pembentukan kepribadian yang baik ini, terekam dalam ungkapan-
ungkapan tradisional, adat istiadat, pepatah, nasehat-nasehat, dan pada naskah –naskah
kuno yang dimiliki oleh hampir seluruh suku bangsa di Indonesia. Untuk memperkuat
keyakinan bahwa Falsafah Pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa ini benar
benar bersumber pada kekayaan batin dan budaya bangsa Indonesia, maka perlu digali
dan diteliti. Hasil penelitian perlu diinventarisasi dan disosialisasikan pada masyarakat luas,
khususnya generasi muda kita agar dapat menjadi pegangan yang kuat dan sebagai koridor
dalam bersikap dan bertingkah laku dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ungkapan tradisional yang berhasil diinventarisasi berasal dari dua bahasa, yakni
Sunda dan Cirebon. Sejumlah 80 ungkapan berbahasa Sunda berhasil dikumpulkan dan 20
ungkapan berbahasa Cirebon. Sistematika penyajian dilakukan dengan mencantumkan
ungkapan tersebut dalam bahasa aslinya, kemudian menerjemahkannya dalam bahasa
Indonesia. Dijelaskan pula mengenai makna atau maksud ungkapan, penggunaannya, dan
kaitannya dengan butir-butir pengamalan sila dalam Pancasila.
B. Butir Butir Pengamalan Pancasila
Sebagai pilar ideologis bangsa dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), setiap sila dalam Pancasila memiliki butir-butir pengamalan yang mengandung isi
dan makna untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila yang berasal dari
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 3
Bahasa Sanskerta ini terdiri atas dua kata, yakni Panca dan Sila. Panca berarti "lima" dan
sila bermakna "prinsip" atau "asas". Maka, Pancasila dapat dimaknai sebagai rumusan dan
pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Untuk dapat menjadi rujukan dalam berperilaku, maka kandungan nilai-nilai
Pancasila harus dikemukakan secara kontekstual. Nilai-nilai luhur Pancasila yang digali dari
dalam kebudayaan bangsa ini dapat berfungsi sebagai jalan keluar dalam menghadapi
segala tantangan (Al Khanif, 2017). Nilai-nilai tersebut terkandung dalam ke lima (5) sila
dalam Pancasila, yaitu: 1) Ketuhanan yang Maha Esa; 2) Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan 5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Menurut P.J. Soewarno (1993) dalam bukunya Pancasila Budaya Bangsa Indonesia,
meskipun ke-5 sila merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, tetapi dalam
pelaksanaannya, dapat ditelusuri perbedaan focus dari masing-masing sila-nya. Walaupun
satu kesatuan, namun terdiri atas lima sila dan masing-masing sila tidak sama azasnya.
Sejak tahun 2003 (berdasarkan Tap MPR no. I/MPR/2003), 36 butir pedoman pengamalan
Pancasila telah diganti menjadi 45 butir Pengamalan sila-sila dalam Pancasila.
Saat sebuah masyarakat bernegara harus memiliki persamaan fikir dan sikapnya
pada negara, maka setiap ego harus mengalah pada prinsip yang telah disepakati bersama
dan menjunjung tinggi prinsip dasar tersebut demi terciptanya rasa aman bermasyarakat
dan tercapainya tujuan bernegara yaitu kemakmuran dan keadilan. Prinsip dasar NKRI
adalah Pancasila yang mengakomodir dan __(harusnya) juga bersifat memaksa__ sebagai
pandangan hidup semua orang yang mengaku Bangsa Indonesia, serta menjadi sifat dasar
bagi semua rakyat Indonesia dalam bermasyarakat. Berikut adalah penjabaran butir-butir
pengamalan Pancasila dari setiap sila-silanya.
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 4
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
2. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10)Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 5
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaran / perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10)Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 6
5. Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10)Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11)Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
C. Ungkapan Tradisional dan Kaitannya dengan Butir -Butir Pengamalan
Pancasila
1. Ungkapan-ungkapan yang terkait dengan butir-butir Pengamalan
Pancasila Sila 1, yakni: Ketuhanan Yang Maha Esa:
1) Dalam Bahasa Sunda
• Dihin pinasti anyar pinanggih (dari dulu ditentukan baru dijumpai). Artinya, segala
sesuatu yang dialami sekarang sesungguhnya telah ditentukan sejak dulu.
Maknanya, memberi nasehat dan pemahaman bahwa apa yang terjadi adalah
kehendak Allah. Kenikmatan dan kesengsaraan, kebahagiaan dan kemalangan,
semua Allah lah yang menentukan, manusia hanya dapat merencanakan dan
mengupayakan. Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa semua kejadian sudah
tertulis jelas di Lauh Mahfudz yang isi ceritanya menjadi rahasia Allah. Manusia baru
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 7
mengetahuinya setelah terjadi. Lauh Mahfuzh (Arab: )لَ ْوحٍ َم ْح ُفو ٍظadalah kitab
tempat Allah menuliskan segala seluruh skenario/ catatan kejadian di alam semesta.
Lauh Mahfuzh disebut di dalam Al-Qur'an sebanyak 13 kali diantaranya adalah dalam
surah Az-Zukhruf 43: 4, Qaf 50: 4, An-Naml 27: 75 dan lainnya. Ungkapan
tradisional ini menggambarkan sila pertama dengan butir pengamalan Pancasila
yang pertama bahwa Bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa Barat
menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• Indung suku ge moal dibejaan (ibu jari kakipun tidak akan diberi tahu). Artinya
Kerabat dekatpun tidak akan diberi tahu. Maknanya, nasehat agar kita pandai
menyimpan rahasia, apalagi rahasia negara yang membahayakan keamanannya.
Juga rahasia keluarga. Orang hanya dapat menyimpan rahasia apabila ia sudah
benar-benar beriman dan bertaqwa pada Allah, bertangungjawab secara moral pada
Tuhan, Negara, keluarga, dan bangsanya. Ungkapan ini dapat dikatagorikan pada
butir ke enam pengamalan sila pertama, yakni mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• Kudu inget ka bali geusan ngajadi (harus ingat ke tempat-tempat menjadi). Artinya
harus ingat ke tempat dilahirkan, asalnya. Jangan menjadi lupa kacang akan
kulitnya. Maknanya, nasehat agar orang tidak sombong, takabur, dan lupa diri, dan
lupa daratan ketika sudah memperoleh kesuksesan. Karena semua yang diperoleh
adalah atas kehendakNYa dan semata titipanNya. Kapanpun pemilikNya meminta
kembali, dapat sirna dalam sekejap mata. Manusia lahir tanpa membawa apapun,
juga saat berpulangnya hanya berbungkus sehelai kain kafan saja. Dalam ajaran
agama Islam, Sombong merupakan suatu penyakit hati yang mana pengidapnya
merasa bangga dan memandang tinggi atas diri sendiri. Dalam hadist, Nabi
Muhammad SAW bersabda yang artinya; “Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia.” (H. R. Muslim). Dalam hadist lainnya Rasulullah SAW
bersabda, yang artinya, ”Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada
sifat sombong, walaupun hanya seberat biji sawi.” (H. R. Muslim). Allah SWT di
dalam Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 37 menyebutkan, yang artinya; “Dan janganlah
engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong, karena sesungguhnya engkau
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 8
tidak akan dapat menembus bumi, dan engkau tidak akan dapat menyamai setinggi
gunung-gunung.”. Jelas bahwa Allah tidak menyukai sifat sombong. Artinya
sombong itu dilarang dan harus dihindari oleh manusia. agar tidak mendapat murka
Allah SWT. Ungkapan tradisional ini terkait dengan sila pertama butir pengamalan
Pancasila yang pertama dan ke dua, yakni menyatakan dan melaksanakan
kepercayaan serta ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
• Leutik ringkang, gede bugag ( kecil langkah, besar bangkai). Artinya, manusia itu
meski kecil badannya, besar urusan yang ditinggalkannnya bila meninggal. Berbeda
dengan binatang. Maknanya, nasehat pada seluruh manusia agar kita senantiasa
ingat bahwa kita berbeda dengan binatang. Manusia bisa memuliakan diri mereka
melebihi malaikat, dan juga menghinakan diri lebih rendah dari binatang. Ini
disebabkan karena manusia telah di desain Allah dengan tingkat kesempurnaan yang
melebihi dari makhluk manapun dengan akalnya. Manusia harus
mempertangungjawabkan semua laku dan perbuatannya di dunia maupun di
akherat. Manusia juga harus diperlakukan sebagai manusia yang punya hati dan
perasaan, tanpa membedakan status sosialnya sesuai dengan hak azasinya. Manusia
akan mengamalkan hal ini jika dia percaya dan meyakini bahwa Tuhan ada, maha
mengetahui dan Maha Adil. Bila manusia tidak bersikap adil, maka Tuhan yang akan
mengadilinya.
• Mulih ka jati, mulang ka asal ( kembali ke jati, pulang ke asalnya). Artinya, Berasal
dari Tuhan, kembali ke Tuhan. Maknanya, nasehat yang mengingatkan orang agar
senantiasa sadar dan percaya pada Allah yang menciptakan kita dan pada hari akhir
dimana kita akan kembali kehadiratNya dengan pertangungjawaban atas semua
yang kita lakukan semasa hidup.
• Nimu luang timu burang (memperoleh ilmu dari jerat). Artinya, memperoleh ilmu
pengetahuan saat ditimpa kecelakaan. Maknanya, nasehat agar orang tidak mudah
berputus asa saat ditimpa kemalangan, kecelakaan atau musibah. Sebab dalam
setiap kejadian ada manfaat, pelajaran yang dapat dipetik, diambil hikmahnya.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 9
Tuhan Yang Maha Esa tidak akan mencoba manusia diluar kemampuannya.
Karenanya, manusia yang mendapat cobaan, harus sabar dan bangkit kembali.
2) Dalam Bahasa Jawa Cirebon
• Buaya mangap, batang liwat (buaya menganga, bangkai lewat). Artinya,
memperoleh sesuatu yang sanga diharapkan. Maknanya, nasehat bahwa segala
sesuatu berasal dari Tuhan. Karenanya jika memperoleh hal yang sangat
diharapkan, memperoleh keuntungan, harus dapat menguasai diri, jangan berlaku
sombong, takabur, dan meremehkan orang lain. Bersyukur atas karuniaNya, karena
Ia adalah sumber dari segala kenikmatan dan keberhasilan.
• Eling tan pangling, rinasuk jaja tumeheng pati (ingat tanpa ragu, merasuk dada
sampai mati). Artinya, keimanan dan keyakinan yang sangat teguh harus dipegang
sampai mati. Maknanya, nasehat agar orang memiliki keimanan dan keyakinan yang
kuat dan teguh menurut agama dan kepercayaan masing-masing, serta konsisten
mempertahankannya sampai ajal merenggut. Tidak mudah goyah dan tergoda,
namun harus terus berupaya dengan landasan keimanan pada Allah Yang Maha Esa.
• Kedhongana kuncinana, wong mati mangsa wurunga (di gedung terkunci, orang
mati mustahil tidak jadi. Artinya, meski bagaimanapun, setiap orang tidak akan luput
dari kematian. Maknanya, nasehat agar orang harus senantiasa percaya dan taqwa
pada Tuhan sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing dan percaya bahwa
kematian pasti akan datang menghampiri semua orang. Karenanya, kita harus
membekali diri dengan sikap yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama kita,
agar menjadi bekal di hari kemudian setelah kematian menjemput.
• Napsu kadlurung raga katempuan (nafsu terlanjur, badan kena rugi). Artinya, jika
mengumbar nafsu, suatu ketika akan menerima celaka yang fatal. Maknanya,
nasehat agar orang jangan menuruti hawa nafsunya saja, sebab nanti dirinya akan
binasa dan menyesal selama-lamanya. Kita harus dapat mengendalikan diri dan
mampu menahan serta melawan nafsu. Orang yang keras kepala, suka berkelahi,
mudah marah, suka mengejar kenikmatan, loba, rakus, tamak, senang bermaksiat,
maka ia akan hancur binasa oleh kelakuannya sendiri.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 10
• Wong becik ketitik, wong ala kentara ( orang aik terlihat, orang jahat ketahuan).
Artinya, kejelekan seseorang tidak dapat ditutup-tutupi, karena suatu saat akan
terbongkar juga. Maknanya, nasehat agar orang tidak berbuat kejelekan atau
kebutrukan, karena perbuatan itu akan ketahuan juga walaupun disembunyikan. Kita
harus beriman dan bertaqwa kepada Allah yang menciptakan alam semesta beserta
isinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, juga kejahatan yang kita
sembunyikan meski dengan rapi.
• Yen ana angin bolang baling, aja gandulan wit ing kiara tapi gandulan suket
sadagori (jiaka ada angin ribut, jangan berpegang pada pohon kiara, tapi peganglah
rumput sadagori). Artinya, jika terjadi kekacauan masal janganlah berpegang pada
yang besar atau berkuasa, tetapi berpeganglah pada sesuatu yang sering dilupakan
orang, yaitu kebenaran. Maknanya, nasehat agar orang tidak resah dan gelisah bila
terjadi kekacauan, berpeganglah pada kebenaran. Orang yang taqwa dan beriman
pada Allah, hatinya tentram, jiwanya tenang, meski tengah ditimpa musibah.
Dengan mentaati semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya, maka tidak
ada yang perlu dihawatirkan.
2. Ungkapan Tradisional yang terkait dengan butir-butir Pengamalan Pancasila
Sila ke 2 Pancasila: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:
1) Dalam Bahasa Sunda
• Batan kapok anggur gawok ( Bukannya kapok malah cepat tertarik dengan hal yang
mendatangkan keuntungan meski meragukan kehalalannya). Artinya, bukannya
berhenti melakukan hal yang tidak baik, malah semakin menjadi-jadi. Maknanya,
nasehat atau anjuran agar orang insaf, meninggalkan pekerjaan yang tidak baik.
Pandai mengendalikan diri dan menahan nafsu dari pekerjaan yang tidak bermanfaat
dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Sebagai bangsa yang beradab, kita
harus mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Juga Mengakui persamaan
derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 11
warna kulit dan sebagainya (butir pertama dan ke dua pengamalan sila ke dua
Pancasila).
• Batok bulu eusi madu (Tempurung kelapa berbulu, berisi madu). Artinya: Diluarnya
buruk, di dalamnya bagus. Tampaknya miskin dan bodoh, padahal kaya dan pintar.
Maknanya adalah nasehat atau peringatan agar kita tidak menghina orang yang
buruk rupa atau terlihat miskin, menghargai sesama manusia tidak melalui
penampilannya. Dalam bahasa internasionalnya ”don’t judge a book from it’s cover”.
Hal ini merupakan pengamalan sila ke dua dan butir ke dua Pancasila, yakni
mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Juga merupakan pengamalan sila ke
dua butir empat dan lima, yakni: Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan
tepa selira dan Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
• Bisi aya ti cai ti geusan mandi (Kalau-kalau ada dari air bekas tempat mandi).
Artinya, segala sesuatu harus dipertimbangkan agar pihak lain tidak tersinggung.
Maknanya, nasehat atau anjuran agar orang mempertimbangkan secara matang
segala sesuatu yang akan dilakukan untuk menghindari adanya perpecahan atau
permusuhan yang tidak diinginkan. Ini mencerminkan sikap saling mencintai dan
tenggang rasa sesama manusia. Ini merupakan pengamalan sila ke dua butir empat
dan lima, yakni: Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira dan
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
• Henteu asa jeung jiga (tidak merasa dan seperti). Artinya, karena sudah lama dan
biasa bergaul, tidak merasa kaku lagi dan sudah seperti saudara. Maknanya, nasehat
agar kita suka bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain dalam kesetaraan, tidak
membedakan suku, agama, dan ras. Semua kita adalah sama, sebangsa dan sesama
manusia, saudara, dan memiliki hak untuk diperlakukan sama.
• Kudu boga pikir kadua leutik (harus punya pikiran ke dua kecil). Artinya, harus
memiliki kewaspadaan dan mengaktifkan kepekaan merasa dan harus memiliki
rencana/pikiran lain atau alternatif bila pikiran pertama meleset. Maknanya, nasehat
atau anjuran agar tidak mudah percaya begitu saja pada orang, harus waspada agar
tidak mudah diperdaya dan berfikir untuk mengantisipasinya. Hanya kepada
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 12
Allahkah kita dapat percaya sepenuhnya dan bagaimana kita memaksimalkan akal
pikiran yang dikaruniakanNya untuk kebaikan sesama. Hal ini terkait dengan butir
pengamalan poin empat dan delapan sila kedua, yakni mengembangkan sikap saling
tenggang rasa dan tepa selira dan berani membela kebenaran dan keadilan.
• Manuk hiber ku jangjangna, jalma hirup ku akalnya (Burung terbang dengan
sayapnya, manusia hidup dengan akalnya). Artinya, setiap mahluk hidup telah
dikaruniai cara atau alat untuk melangsungkan kehidupannya. Maknanya, adalah
nasehat agar percaya bahwa Allah telah mengatur semua kehidupan di alam
semesta ini, dan telah mengatur rizkinya masing-masing. Dengan demikian, dalam
mengupayakan rizki tidak perlu dengan berselisih atau berbuat dholim kepada
sesamanya. Manusia harus mencintai sesamanya, tidak saling merugikan , dan tidak
putus asa dalam menjalani kehidupan.
• Ngadeudeul ku congo rambut (menyumbang dengan ujung rambut). Artinya,
sumbangan kecil yang sangat berharga karena disertai keikhlasan. Maknanya,
nasehat agar kita saling tolong menolong sebagai sesama manusia. Meski
kemampuan dan bantuan tidak seberapa, namun ketulusan dan keinginan untuk
selalu menolong sesama hendaknya tertanam dalam diri, hingga dapat menjadi
manusia yang Rahmatan Lilalamin.
• Nyaur kudu diukur, nyabda kudu diunggang (berkata harus di ukur, berkata harus
ditimbang). Artinya, segala perkataan harus dipertimbangkan sebelum diucapkan.
Maknanya, nasehat agar orang senantiasa berpikir dahulu sebelum mengatakan
sesuatu kepada orang lain, mengendalikan diri dalam berkata-kata, apalagi dalam
suatu majelis. Jangan sampai perkataan kita menjatuhkan, mempermalukan, atau
menyakiti hati orang lain.
• Pondok jodo, panjang baraya (pendek jodoh, panjang saudara). Artinya, meskipun
pendek jodoh, hendaknya terus menjadi saudara. Maknanya, nasehat agar pasangan
suami istri yang terpaksa bercerai, agar tetap menjalin persaudaraan, memelihara
hubungan baik dengan kasih mengasihi, dan saling bantu membantu.
• Tiis ceuli, herang mata ( dingin telingan, jernih mata). Artinya, tenang dan damai
karena terlepas dari kesusahan. Maknanya, nasehat atau anjuran agar kita hidup
tenang dan tentram, tidak mudah terpancing emosi, dan dapat melihat persoalan
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 13
dengan mata yang jernih. Anak muda menyebutnya dengan istilah, tidak sensi dan
baperan. Dengan demikian, tidak mudah masuk ke dalam perselisihan diantara
sesama.
• Ulah elmu ajug (jangan ilmu kaki lampu). Artinya, perumpamaan untuk orang yang
hanya bisa menasihati orang lain agar berbuat baik, namun dirinya sendiri atau
anggota keluarganya berbuat keburukan. Maknanya, nasehat agar orang berpegang
teguh dan satu kata antara ucapan, sikap, dan perbuatan. Jangan hanya pandai
menyuruh orang agar berbuat baik tanpa teladan dari dirinya, bahkan ia melakukan
yang sebaliknya dari yang dinasehatkan kepada orang lain. Ing ngarsa sung Tulada
(di depan, meneladani) merupakan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara. Nasehat
yang efektif adalah melalui keteladanan, memberi contoh.
• Ulah gindi pikir belang bayah (jangan buruk pikiran belang paru-paru). Artinya,
jangan buruk hati, jangan punya pikiran buruk pada sesama. Maknanya, nasehat
agar orang jangan berprasangka buruk dan berbuat zholim kepada orang lain,
apalagi suka mencelakakan orang lain, menfitnah dan menjelekkan orang untuk
keuntungan pribadi. Jangan berhianat terhadap kepercayaan orang, harus tenggang
rasa, dan tidak menyakiti sesama.
• Ulah mapay ka puhu leungeun ( jangan menelusuri pangkal tangan). Artinya,
janganlah kesalahan anak membawa buruk pada orang tuanya. Maknanya, nasehat
agar orang senantiasa berbuat dan bertingkah laku baik. Bila tidak demikian, nama
orang tuanya akan terbawa tidak baik juga. Kesalahan anak akan merusak nama
baik orang tuanya. Anak celaka, orang tua terbawa-bawa. Apakah seorang anak
tega mengecewakan orang tua yang membuatnya lahir ke dunia, mendidik dan
membesarkannya dengan penuh kasih sayang?. Karenanya, kita harus senantiasa
menjaga sikap, berlaku baik, menghargai harkat dan martabat orang lain, tidak
sewenang-wenang, menyalahgunakan kekuasaan, merusak, dan mencelakakan
orang lain.
• Ulah nyieun pucuk ti girang ( jangan membuat tunas dari hulu). Artinya, jangan
mencari-cari bibit permusuhan. Maknanya, nasehat agar orang selalu hidup dalam
kedamaian dan ketentraman, tanpa permusuhan dengan siapapun juga. Bergaul
dengan cara yang sehat, jangan berbuat licik dan menzholimi sesama.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 14
• Ulah nyolok mata bunceulik (jangan menusuk mata melotot). Artinya, jangan
menceritakan atau melakukan sesuatu yang mengakibatkan tertinggalnya perasaan
salah seorang atau segolongan yang ada di sana. Maknanya, nasehat atau anjuran
agar orang dalam berbicara dan bertingkah laku harus mengendalikan diri agar
perkataan atau perbuatan tidak menyinggung atau menyakiti orang lain. Agar kita
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan perbuatan yang luhur,
yang mencerminkan suasana kekeluargaan, tenggang rasa, tidak sewenang-wenang
pada orang lain.
2) Dalam Bahasa Jawa Cirebon
• Den Hormat maring pusaka, leluhur, wong atuo, karo guru lan ratu ( harus hormat
pada pusaka, leleuhur, orang tua, juga dengan guru dan pemimpin). Artinya,
pengabdian yang sangat sesuai dengan fitrah maniusia sendiri, kedisiplinan, dan
ketaatan. Maknanya, nasehat agar orang taat, patuh disiplin, dan penuh
pengabdian yang sesuai dengan fitrahnya. Keluhuran manusia ditentukan oleh
kemampuannya mengendalikan akal budi dan naluri secara seimbang dan selaras.
Selain itu, manusia dituntut untuk lebih berkemampuan dalam kehidupan mental
dan fisiknya, daya kreasi, keterampilanm kepemimpinan, idealisme, patriotisme,
kepribadian, keluhuran budi pekerti, dalam menunaikan tugas dan tanggungjawab
sesuai dengan kapasitas dan fitrahnya sebagai manusia.
• Wong asih ora kurang pangalem, wong sengit ora kurang panyacad (orang yang
disayang tidak kurang pujian, orang dibenci tidak kurang celaan). Artinya, kepada
orang yang sedang disayangi selalu ada jalan untuk menumpahkan kasih sayang,
dan kepada orang yang dibenci tidak kurang jalan untuk menumpahkan celaan.
Maknanya, nasehat agar orang ingat bahwa orang seharusnya realistis, bersikap
obyektif, tidak subyektif. Jangan karena orang yang dikasihi, selalu disanjung dan
dipuja meskipun perilakunya buruk, sedang orang yang dibenci selalu dicela,
meskipun dia berkelakuan baik. Juga nasehat, agar tidak menjadi orang yang
dibenci, maka kita harus senantiasa berbuat baik kepada orang lain, tidak menyakiti,
menyayangi orang lain, tidak melanggar norma hukum di masyarakat, bertenggang
rasa, dan menghargai sesama.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 15
• Yen ana perkara ajang dheng buka (bila ada perkara jangan dibuka). Artinya, jika
kita mengetahui kejelekan orang lain, hal itu jangan disebarluaskan. Maknanya,
nasehat agar orang mencintai sesama manusia dan tidak sewenang-wenang
terhadap orang lain yang kejelekannya telah kita ketahui. Agar kita memelihara
kerukunan dan kedamaian sesama manusia didasari saling mencintai dan
menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
3. Ungkapan Tradisional Bahasa Sunda yang terkait dengan butir-butir
Pengamalan Pancasila Sila ke 3, Persatuan Indonesia:
• Bengkung ngariung, Bongkok ngaronyok (Bengkok berkumpul, bungkuk berkumpul
berdekat-dekatan). Artinya, bersama dalam suka dan duka. Maknanya, nasehat dan
himbauan agar hidup rukun bersama, seia sekata, senasib sepenanggungan, duduk
sama rendah dan berdiri sama tingggi. Hal ini sangat terkait dengan nilai dalam butir
pertama pengamalan Pancasila, yakni mampu menempatkan persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan dan butir ke 6, yakni
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, juga terkait
dengan sila ke 2 dan ke 5.
• Geura mageuhan Cangcut Tali Wanda ( cepatlah mengencangkan cangcut tali
tampang). Artinya, Siap untuk berjuang. Maknanya, nasehat atau anjuran agar
orang senantiasa siap siaga untuk berjuang. Bila dahulu kita berjuang melawan
penjajahan kolonialisme, kini kita berjuang untuk mengisi kemerdekaan,
meningkatkan taraf kehidupan, melawan kemiskinan, keterbelakangan, dan
kebodohan, berjuang membangun bangsa.
• Henteu gedag bulu salambar ( tidak berdiri bulu selembarpun). Artinya, tidak gentar
sedikitpun menghadapi musuh). Maknanya anjuran atau nasehat bahwa kita harus
berjiwa patriot, memiliki semangat juang yang tangguh, pantang mundur, maju tak
gentar dalam membasmi segala bentuk ketidakbenaran dan ketidakadilan.
• Ilang Along margahina katinggang pangpung dilebok maung, rambutna salambar,
getihna satetes, ambekanana sadami, agamana drigamana nyerenkeun
(Kekurangannya sebab hina tertimpa ranting, dimakan harimau, rambutnya
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 16
selembar, darahnya setitik, nafasnya sekali bernafas, agamanya drigamanya,
menyerahkan). Artinya, menyerahkan segala-galanya. Maknanya, nasehat agar
orang tidak menyombongkan diri, rendah hati, tidak mempertontonkan kelebihan,
menahan nafsu untuk dipuji, menyatakan dengan hati dan penuh perasaan, bukan
sekedar basa basi.
• Jawadah tuntung biritna sacarana-sacarana ( dodol hangus pinggulnya secaranya-
secaranya). Artinya, setiap bangsa memiliki suatu cara dan kebiasaan masing-
masing. Maknanya, nasehat atau anjuran agar orang mengetahui bahwa setiap
bangsa memiliki cara dan kebiasaannya masing-masing dan agar orang menghargai
serta menghormati cara dan kebiasaan bangsa lain meski berbeda dengan
bangsanya.
• Kaciwit kulit kabawa daging (tercubit kulit terbawa daging). Artinya, turut prihatin
atas musibah yang menimpa famili. Maknanya, nasehat bahwa jiga anggota
keluarga, tetangga, sesuku, sebangsa terkena musibah, kita turut merasakan
kesedihan dan prihatin, serta harus berupaya membantu menghilangkan kesedihan
atau musibah tersebut.
• Kawas gula jeung peueut ( seperti gula dengan nira). Artinya, sayang menyayangi
dan kasih mengasihi, tidak pernah berselisih. Maknanya, nasehat agar orang
senantiasa hidup rukun, seia sekata, saling kasih dan sayang. Satu tujuan dalam
perbuatan dan sehaluan dalam tindakan, yakni menegakkan persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Rasa saling menyayangi dan mengasihi
ini seperti dicontohkan Rasulullah, Muhammad SAW dan menjadi sifat Sang
Pencipta, yakni Pengasih dan Penyayang (Ar-Rahman Ar-Rahim).
• Kudu bisa lolondokan (harus bisa seperti bunglon) . Artinya dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan perkembangan jaman. Maknanya, nasehat agar orang dapat
beradaptasi dengan kebiasaan yang berlaku di tempat dimana kita tinggal. Pepatah
yang sama adalah ” dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”
• Kudu silih asih, silih asah, jeung silih asuh (harus saling kasih, saling memberitahu,
dan saling menjaga). Maknanya, nasehat agar kita hidup dalam suasana saling
mengasihi, saling memandaikan dan mengingatkan, dan saling mengasuh, menjaga,
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 17
dan membimbing, diantara sesama kita sebagai manusia dan warga sebangsa. Kita
harus hidup dalam kedamaian dan kekeluargaan.
• Kudu tungkul ka jukut, tanggah ka sadapan ( harus menundukkan kepala ke rumput,
menengadah ke pohon yang disadap). Artinya, mengerjakan satu macam pekerjaan
dengan bersungguh-sungguh, tidak tertarik oleh pekerjaan atau hal lainnya.
Maknanya, nasehat agar orang senantiasa bersungguh-sungguh, serius, konsentrasi
pada saat mengerjakan satu jenis pekerjaan, tidak tertarik pada pekerjaan lain yang
akan memecahkan konsentrasinya, sampai pekerjaan tersebut tuntas, selesai
dikerjakan.
• Lain palid ku cikiih, lain datang ku cileuncang (bukan hanyut oleh air seni, bukan
datang oleh air hujan). Artinya, bukan orang asing di tempat sendiri. Maknanya
adalah, nasehat agar orang tidak merasa asing di tempatnya sendiri, namun
merasakan adanya persatuan sebagai bangsa yang mendiami tempat dengan
keragaman budaya, suku dan bahasa. Bhineka Tunggal Ika. Karenanya harus
memiliki sikap mementingkan persatuan dan kesatuan.
• Muncang labuh ka puhu, kebo mulih pakandangan (kemiri jatuh ke pangkal pohon,
kerbau pulang ke kandangnya). Artinya, pulang ke kampung halaman sendiri dari
pengembaraan. Maknanya, nasehat agar orang senantiasa ingat ketanah airnya dan
mau kembali ke rumahnya. Sama dengan pepatah hujan emas di negeri orang,
masih lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Agar kita mencintai dan tidak
melupakan tanah air kita sendiri, handai tolan dan keluarga kita sendiri.
• Sacangreud pageuh sagolek pangkek ( sekali ikat dua ujung tali kokoh sekali
menggunakan bambu pengikat padi yang telah kering/ satu kali ikat kuat, satu kali
pegang kuat). Artinya, teguh memegang janji, tidak pernah melanggar janji.
Maknanya, nasehat agar orang senantiasa memegang teguh janjinya. Orang yang
beriman dan bertaqwa tidak akan mengingkari janjinya. Demikian pula dengan janji
atau Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta).
Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa
Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Sumpah pemuda ini merupakan satu tonggak
utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai
kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya NKRI.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 18
• Titip diri sangsang badan ( titip diri menyangkutkan badan). Artinya, harus dapat
menitipkan diri, atau menyuesuaikan diri. Maknanya, pesan atau anjuran agar orang
dapat menyesuaikan diri dimanapun ia berada. Menyesuaikan dengan lingkungan
dan budaya, serta kebiasaan orang-orang dimana ia tinggal. Penyesuaian bukan
berarti kita mengubah prinsip atau pegangan hidup, namun dalam arti menghargai
budaya orang disekitar tempat tinggal kita.
• Ulah asa gede gunung pananggeuhan ( jangan merasa besar gunung penyandaran).
Artinya, jangan mengandalkan suatu kekuatan pada orang lain. Maknanya, nasehat
agar orang tidak terlalu mengandalkan sesuatu pada orang lain, percaya pada
kekuatan sendiri dan tidak bergantung pada kekuatan orang lain atau bersembunyi
dengan backing orang yang berkuasa dan memiliki kekuatan.
• Ulah leunggeuh cau beleum ( Jangan mulai pisang bakar). Artinya, jangan memulai
sesuatu yang baru bila yang lama belum terpahami. Maknanya, nasehat agar orang
mulai suatu pekerjaan yang telah betul-betul dipahami. Dengan demikian hasilnya
akan memuaskan.
• Ulah ngadu-ngadu raja wisuna (jangan mengadu-ngadu raja angkara murka).
Artinyua, jangan suka mengadudombakan orang sehingga mereka berselisih.
Maknanya, nasehat agar orang menjauhi sifat dan perbuatan menghasut dan
mengadudombakan orang agar berselisih karena hal ini akan menghambat
pembangunan dan akan memecahbelah persatuan dan kesatuan.
• Ulah ngukur baju sasereg awak (jangan mengukur baju secukup badan sendiri).
Artinya, jangan mempertimbangkan sesuatu hanya untuk kepentingan pribadi.
Maknanya, nasehat agar orang tidak mengutamakan kepentingan sendiri dan tidak
peduli pada kepentingan orang lain, namun kepentingan bersama, bangsa, negara,
dan agama lah yang harus diutamakan.
4. Ungkapan Tradisional Bahasa Sunda yang terkait dengan butir-butir
Pengamalan Pancasila Sila ke 4 Pancasila, yakni: Kerakyatan yang Dipimpin
oleh hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan
• Kudu leuleus jeujeur liat tali ( Harus halus tangkai kail, keras tali). Artinya, segala
perbuatan/keputusan harus melalui pemikiran yang masak dan mantap, serta sangat
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 19
adil. Maknanya, nasehat agar kita senantiasa bersikap adil, berpikiran dan
berwawasan luas, dan berkeputusan lugas dan tegas.
• Kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balarea (harus
menghadap ke hukum, menunjang ke negara, bersepakat ke orang banyak).
Artinya, harus menjunjung tinggi hukum, membela negara, dan berpihak kepada
rakyat. Maknanya, nasehat agar setiap warganegara memiliki kewajiban dan
tanggung jawab untuk menunjang hukum dan pemerintahan. Selain itu, dalam
memutuskan sesuatu hendaknya berdasarkan kehendak rakyat hingga tercapai
keputusan atas musyafarah atau mufakat.
• Ngeduk Cikur kudu mihatur, nokel jahe kudu micarek, ngagedak kudu bewara
(menggali kencur harus minta izin, mencokel jahe harus minta persetujuan,
menggoyahkan harus memberitakan). Artinya, setiap perbuatan atau kegiatan harus
dilandasi persetujuan bersama. Maknanya, nasehat atau anjuran agar orang tidak
seenaknya sendiri, tidak mengutamakan kepentingan pribadi, harus meminta
persetujuan orang-orang terkait.
• Nu lain kudu dilainkeun, nu enya kudu dienyakeun, nu ulah kudu diulahkeun (yang
bukan harus dubukankan, yang benar harus dibenarkan, dan yang jangan harus
dijangankan). Artinya, Segala sesuatu harus berdasarkan kenyataannya. Maknanya,
nasehat agar orang senantiasa melandasi perbuatan dan perkataannya dengan
kenyataan sesungguhnya, hidup dalam kejujuran demi kepentingan bersama.
• Taraje nanggeuh duklang tinande ( tangga bersandar sangku kayu siap dipakai).
Artinya, siap sedia menjalankan perintah. Maknanya, nasehat atau anjuran agar
orang senantiasa siap sedia menjalankan perintah yang diberikan kepadanya, agar
orang disiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
• Ulah gasik nampi, gancang narima (jangan terburu-buru menerima cepat
menerima). Artinya, jangan cepat menerima sesuatu yang baru. Maknanya, nasehat
agar orang berhati-hati dan waspada, tidak terburu –buru menerima hal baru,
namun memikirkan baik buruknya, manfaat mudaratnya, serta kesesuaiannya
dengan budaya bangsa kita. Juga agar kita bersikap teguh , memiliki pendirian, dan
tidak mudah terpengaruh oleh sesuatu yang baru, yang belum tentu baik dan
bermanfaat.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 20
• Ulah muragkeun duwegan ti luhur (jangan menjatuhkan kelapa muda dari atas).
Artinya, jangan menghambur-hamburkan rezeki hasil jerih payah. Maknanya,
nasehat agar orang tidak memiliki sikap boros dan mewah dalam hidupnya. Juga
agar orang mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sesuai dengan
kapasitasnya. Bertanggung jawab kepada sesuatu yang dihasilkannnya, dan
mementingkan bangsa, negara, dan agamanya.
• Ulah ngaliarkeun taleus ateul (jangan meliarkan tales gatal) . Artinya, jangan
menyebarkan perkara atau rahasia yang dapat memancing keresahan dan tidak
mengenakkan semua pihak. Maknanya, adalah nasehat agar kita tidak berbuat hal
yang dapat mengganggu ketentraman masyarakat sehingga menimbulkan
keresahan. Seperti menyebarkan kejadian aktual yang kebenaran akan kejadiannya
belum dapat dipercaya, atau dilebih-lebihkan. Bila ada ketidakberesan
dimusyawarahkan secara internal untuk dicarikan solusinya, tidak untuk
disebarluaskan.
• Ulah pa luhur-luhur diuk (Jangan saling meninggikan duduk). Artinya, jangan
berebut kekuasaan atau jabatan. Maknanya, nasehat agar orang tidak berebut
memperoleh kekuasaan dengan menghalalkan cara karena merasa dirinya mampu
dan berhak. Apalagi kemudian disertai dengan niat mengeruk keuntungan dari
kekeuasaan yang akan didudukinya tersebut.
5. Ungkapan Tradisional yang terkait dengan butir-butir Pengamalan Pancasila
Sila ke 5 Pancasila, yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia:
1) Dalam Bahasa Sunda
• Asa mobok manggih gorowong (merasa membuat lubang menemukan lubang yang
terbuka lebar). Artinya: orang yang sedang mencari jalan untuk kebaikan, ada orang
lain yang menolongnya. Makna yang terkandung didalamnya adalah memberi
nasehat atau semangat kepada mereka yang suka berupaya demi kebaikan atau
kepentingan orang banyak, pasti dimudahkan jalannya dan selalu akan ada orang
yang menolong. Ungkapan tersebut mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan, memikirkan orang lain dan kegotongroyongan.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 21
• Asa potong lengeun katuhu ( Merasa patah tangan kanan). Artinya: kehilangan
orang yang sangat baik bekerjanya, yang selalu membantu pekerjaan sehari-hari.
Makna ungkapan adalah nasehat atau ungkapan betapa beratnya bila kita
kehilangan orang yang membantu pekerjaan kita dengan cara kerja yang baik.
Karenanya, kita harus menghargai hasil karya orang yang membantu kita.
• Hambur bacot, murah congcot ( Boros mulut, murah nasi berbentuk kukusan).
Artinya, Banyak cakap, cerewer, dan sering memarahi, namun murah hati, suka
memberikan makanan. Maknanya adalah perumpamaan bagi orang yang cerewet,
suka memarahi namun berhati baik dan suka menolong siapa saja. Cerewet dan
kemarahannya adalah demi kebaikan.
• Kudu bisa ka bala ka bale (harus dapat ke yang kotor ke balai). Artinya, harus bisa
mengerjakan pekerjaan yang kasar maupun yang halus , harus pandai bergaul
dengan orang dari golongan manapun. Maknanya, nasehat agar orang harus dapat
bekerja di belakang meja maupun pekerjaan kasar yang menggunakan tenaga fisik.
Selain itu dapat pula bermakna agar orang pandai bergaul dengan sesama manusia
tanpa membeda-bedakannya (suku, keturunan, agama, kepercayaan, kedudukan
sosial, warna kulit, golongan mayoritas atau minoritas, dlsb). Kita harus saling
menghormati, menghargai, mencintai , dan bertenggang rasa.
• Kudu bisa mihapekeun maneh (harus dapat menitipkan diri). Artinya, harus baik
tingkah laku dan bahasa agar orang lain senang dan sayang. Maknanya, nasehat
atau anjuran agar orang beritingkah laku dan berbudi bahasa yang baik agar
disayang dan disukai orang, dimanapun berada.
• Kudu Hade gogog, hade tagog (harus baik menyalak baik perangai). Artinya, harus
baik budi bahasa dan tingkah laku. Maknanya. Adalah nasehat agar senantiasa
memperlihatkan perangai yang ramah dan kelakuan yang sopan. Tidak banyak
bicara tapi kata-katanya baik, menarik, halus , dan sopan, tidak menyinggung orang
lain.
• Kudu paheuyeuk-heuyeuk leungeun, ulah pagirang-girang tampian (harus saling
berpegangan tangan, jangan saling berlomba). Artinya, harus saling bahu membahu,
jangan saling berlomba. Maknanya, nasehat agar kita dapat berempati, ikut
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 22
merasakan perasaan orang lain yang tengah menderita, atau kekurangan, dan dapat
menolongnya. Tidak mementingkan diri sendiri , tanpa peduli kesusahan orang lain.
• Kudu rubuh-rubuh gedang (harus rubuh-rubuh pepaya). Artinya, harus hidup besatu
dan bergotongroyong dalam kekeluargaan. Maknanya, nasehat agar kita sebagai
warga sebangsa, harus senantiasa hidup dalam kesatuan, kegotongroyongan, dan
kekeluargaan, harus pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita
berada.
• Meber-meber totopong heureut (melebar-lebarkan ikat kepala sempit). Artinya,
memanfaatkan rezeki yang sedikit hingga mencukupi kebutuhan. Maknanya, nasehat
agar kita dapat memanfaatkan rezeki yang kita terima dengan baik, dengan efektif
dan efisien, tanpa menghambur-hamburkannya dan tidak bergaya hidup mewah,
meski mampu.
• Mending kendor ngagembol, tinimbang gancang pincang (lebih baik kendur
membawa beban dari pada cepat pincang). Artinya, lebih baik lambat dengan hasil
banyak, daripada cepat dengan hasil sedikit). Maknanya, nasehat agar orang
senantiasa berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam melakukan suatu pekerjaan
atau perbuatan hingga memperoleh hasil yang baik dan memuaskan, bukan
sebaliknya.
• Mending waleh manan leweh ( lebih baik berterus terang daripada menangis).
Artinya, lebih baik berupaya, daripada berputus asa. Maknanya, nasehat agar kita
suka bekerja keras, ihtiar, berupaya, berjuang dengan akal sehat dan tidak mudah
berputus asa dan menyerah, apalagi sebelum berupaya. Saat gagalpun, kita harus
bersemangat untuk mencobanya lagi dan berprinsip bahwa kegagalan hanyalah
kesuksesan yang tertunda.
• Moal nukang ka burang, moal nonggong ka rombongan, nyanghareup mah ka kolot,
ka lalakon (tidak akan membelakangi perangkap, tidak akan memunggungi
rombongan, menghadap itu ke orang tua, ke tokoh cerita). Artinya, tidak akan
meninggalkan sesuatu yang berharga, sesuatu yang telah ada. Maknanya, memberi
nasehat agar kita tidak meninggalkan sesuatu yang berharga, yang telah kita miliki
sebagai warisan nenek moyang. Bahkan kita harus memelihara nilai dan
melestarikannya.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 23
• Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu ngakal mual ngakeul, mun teu ngarah moal
ngarih ( bila tidak mengerjakan apapun tidak akan mengunyah, bila tidak berupaya
tidak akan mengaduk nasi, bila tidak memiliki sasaran tidak memasak nasi). Artinya,
bila malas berusaha, tidak akan punya rezeki (tidak bisa makan). Maknanya, nasehat
agar kita senantiasa bekerja keras, berupaya mencari rezeki untuk menghidupi diri
dan keluarga. Tidak bermalas-malasan, agar dapat hidup layak dan menunaikan
kewajiban kita sebagai bangsa.
• Nyuhunkeun bobot pengayon timbang (memohon berat timbangan pertimbangan
timbangan). Artinya, memohon pertimbangan yang seadil-adilnya, maknanya,
nasehat agar orang yang telah melakukan kesalahan segera mohon maaaf dan
berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dan bagi pihak yang diminta
pertimbangan hendaknya memberikan keadilan secara proposional.
• Ulah benggkung bekas nyalahan (jangan bengkok keluar menyalahi). Artinya,
tingkah laku harus selamanya baik dan benar, jangan menyimpang. Maknanya,
nasehat agar orang senantiasa berpendirian teguh dalam kebaikan dan kebenaran,
tidak mudah terpengaruh dan lupa diri oleh kedudukan dan jabatan, harta dan
tahta, sehingga menjadi sombong dan tidak mau kenal lagi dengan handai taulan
dan teman-teman semasa susah.
• Ulah beunghar memeh boga (jangan kaya sebelum memiliki harta). Artinya, jangan
berlaku dan berbuat seperti orang kaya, padahal kenyataannya belum memiliki
kekayaan. Maknanya, nasehat atau anjuran agar orang tau diri, tidak memiliki
keinginan dan kemauan yang tidak seimbang dengan kemampuan diri sendiri.
Keseimbangan dalam segala hal perlu dijaga, tidak besar pasak dari tiang agar
dianggap ataqu terlihat sebagai orang kaya. Juga nasehat agar kita hidup
sederhana, tidak berlebihan, atau berfoya-foya, sementara orang lain hidup dalam
kemelaratan atau kemiskinan.
• Ulah biwir nyiru rombengan (jangan bibir seperti tampah sobek-sobek). Artinya,
jangan segala diceritakan meskipun hal yang tidak pantas terdengar oleh orang lain.
Maknanya, nasehat atau anjuran agar orang berhati-hati dalam bicara, apalagi
dihadapan banyak orang. Seperti ungkapan ” berjalan pelihara kaki, berkata
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 24
pelihara lidah”. Jangan ikut membicarakan kejelekan atau rahasia orang lain yang
belum tentu kebenarannya.
• Ulah cacag nangkaeun (Jangan dicincang seperti nangka). Artinya, jangan menunda
pekerjaan yang belum terselesaikan. Maknanya, nasehat atau anjuran agar orang
harus selalu menyelesaikan pekerjaannya sampai tuntas, harus memiliki tanggung
jawab terhadap pekerjaannya , tidak lalai dan setengah-setengah dalam
melaksanakan tugas.
• Ulah kawas cai dina daun taleus (jangan seperti air di daun talas). Artinya, jangan
membuang-buang sesuatu yang berharga. Maknanya, nasehat atau anjuran agar
orang senantiasa memelihara dengan baik miliknya yang berharga dan bersyukur
serta bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang diterimanya. Karena apabila
tidak menjaganya, miliknya akan lenyap tak berbekas, seperti air di daun talas.
• Ulah kawas seneu jeung injuk (jangan seperti api dengan ijuk). Artinya, jangan
cepat berselisih bila berdekatan. Maknanya, nasehat agar orang pandai
mengendalikan diri dari nafsu-nafsu negatif yang dapat merusak hubungan dengan
orang lain, menimbulkan permusuhan dan perselisihan. Harus senantiasa diciptakan
suasana keakraban, saling mencintai, menghargai, berlaku setia dan jujur dalam
keluarga maupun masyarakat dilingkungannya.
• Ulah marebutkeun balung tanpa eusi (jangan memperebutkan tulang tanpa isi) atau
memperebutkan pepesan kosong. Artinya, jangan memperebutkan perkara yang
tidak ada guna atau faedahnya. Maknanya, nasehat agar orang jangan bertikai
hanya karena mempersoalkan sesuatu yang tidak ada gunanya sama sekali. Hanya
akan menghabiskan waktu dan tenaga saja, yang sebenarnya dapat dimanfaatkan
untuk membuat karya-karya kreatif dan inovatif yang bermanfaat, mewujudkan
suasana kerukunan sosial.
• Ulah nendeun piheleut, ulah nunda picela ( jangan menyimpan jarak, jangan
menyimpan cela). Artinya, jangan mengajak orang lain untuk melakukan kejelekan
dan permusuhan. Maknanya, nasehat agar orang senantiasa hidup rukun dan damai
daalam kebaikan, memiliki tenggang rasa dan menghargai, serta menghormati orang
lain, dan berupaya untuk tidak mengganggu ketentraman orang lain.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 25
• Ulah ngeok memeh dipacok (jangan teriak sebelum dipatuk). Artinya, bila
menghadapi pekerjaan sulit jangan mengeluh sebelum berupaya mencobanya.
Maknanya, nasehat agar orang tidak mudah putus asa dalam melakukan suatu
pekerjaan. Seberat apapun pekerjaan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh,
bersemangat, dan penuh tanggung jawab, maka Allah pasti akan membantu.
• Ulah ninggalkeun hayam dudutaneun ( jangan meninggalkan ayam yang belum
dicabuti bulunya). Artinya, jangan meninggalkan pekerjaan yang belum selesai.
Maknanya, nasehat agar orang senantiasa menuntaskan pekerjaannya. Berjalan
sampai ke batas, berlayar sampai ke pulau, demikian ungkapan dengan makna yang
serupa. Kita harus memiliki tanggungjawab dalam menjalankan tugas sampai tuntas,
suka bekerja keras untuk meningkatkan prestasi kerja, dan hendaknya jangan
memberikan pekerjaan kepada mereka yang bukan ahlinya.
• Ulah nyaliksik ka buuk leutik (jangan mencari kutu ke rambut kecil). Artinya, jangan
mencari keuntungan dari rakyat kecil. Maknanya, nasehat agar orang mencintai
rakyat kecil dan tidak melakukan pemerasan dan pembebanan terhadap mereka.
Apalagi bila kita menjadi seorang pemimpin, yang harus dipikirkan dan diperbuat
adalah menciptakan kesejahteraan bagi mereka.
• Ulah papadon los ka kolong ( jangan berpesan lepas ke kolong). Artinya, jangan
berjanji jika tidak bisa menepati. Maknanya, nasehat agar orang senantiasa
menepati janji yang diucapkannya dan memiliki pendirian yang tetap, karena janji
adalah kewajiban yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
• Ulah poho ka purwadaksina ( jangan lupa pada timur selatan). Artinya, jangan
berubah adat kebiasaan karena kaya atau pangkat. Maknanya, nasehat agar orang
tidak berubah sikap dan lakunya karena kekayaan atau kedudukannya. Walaupun
menjadi kaya raya dan menduduki jabatan tinggi, jangan lalu berubah perangai,
menjadi sombong dan angkuh, sewenang-wenang, seenaknya sendiri. Hendaknya
bersyukur pada Allah, karena apa yang kita terima semua berasal dariNya dan
dapat diambil lagi olehNya.
• Ulah pupulur memeh mantun (jangan minta upah sebelum berpantun). Artinya,
jangan minta upah sebelum bekerja. Maknanya, nasehat agar orang tidak
mendahulukan kepentingan pribadinya, agar menyeimbangkan antara hak dan
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 26
kewajibannya, selesaikan dahulu pekerjaan barulah meminta bayaran atas
pekerjaannya.
• Ulah puraga tamba kadengda (jangan pekerjaan obat dihukum). Artinya, jangan
asal saja daripada tidak. Maknanya, nasehat agar orang dalam mengerjakan sesuatu
jangan asal dikerjakan saja, namun kerjakanlah dengan bersungguh-sungguh hingga
memperoleh hasil yang memuaskan. Jangan asal kerja, asal belajar, asal hidup,
namun tekuni, bersungguh-sungguh, memiliki tujuan yang jelas, target yang
terukur, dan seterusnya.
2) Dalam Bahasa Jawa Cirebon
• Aja pupuran salising benjut ( jangan bedakan sesudah benjol ). Artinya, waspadalah
terhadap sesuatu sebelum mendapat bahaya. Makna nya, nasehat agar orang
senantiasa berhati-hati, waspada, dalam mengerjakan atau menghargai sesuatu,
karena serupa dengan ungkapan ”sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak
berguna”. Bila ingin berhasil bekerja keraslah, bersungguh-sungguh, sejujur-
jujurnya, tidak mudah tergoda. Karena penyesalan selalu datang belakangan, dan
tidak ada gunanya.
• Ana deleng den deleng, ana rungu den rungu ( ada yang dilihat, lihatlah ada yang
didengar, dengarlah). Artinya, jika ada sesuatu lihatlah dan dengarlah dengan patuh,
namun jangan dilihat dan didengar dengan tujuan jelek. Maknanya, nasehat atau
anjuran agar orang tidak memanfaatkan dengan tujuan buruk apa yang dilihat dan
didengarnya. Namun digunakan untuk tujuan yang baik, diapresiasi, dihargai.
Jangan mudah mencela atau mengkritisi apa yang dilihat dan didengarnya.
• Canting jali geburnang ning segara kidul mangsa sira bakal keluwen ( Gayung
dicidukkan ke laut selatan mustahil kamu akan kelebihan). Artinya, merencanakan
sesuatu itu harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Maknanya, nasehat
agar orang mampu mengendalikan diri dalam keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan dengan lingkungan dan alam sekitarnya, tidak merugikan orang lain.
Harus menyadari antara kemampuan yang kita miliki dengan apa yang ingin kita
capai. Jangan seperti ”pungguk merindukan bulan”.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 27
• Gajah jerum tannedhasi, kuntul menglayang anesdhasi (gajah duduk tidak
berkesan, burung kuntul melayang mengesankan). Artinya, kemegahan yang besar
percuma saja bila tidak dimanfaatkan, namun sesuatu yang kecil akan berharga bila
dimanfaatkan. Maknanya, memberikan nasehat dan anjuran agar orang dapat
memanfaatkan sesuatu yang kecil atau sedikit untuk mewujudkan sesuatu yang
lebih berharga. Dengan berupaya maksimal, kerja keras, maka sesuatu yang kecil
akan menjadi berharga.
• Kelakone ilmu iku kanthi laku (Bergunanya ilmu itu sampai dengan perbuatan).
Artinya, terkuasainya suatu ilmu disamping menguasai teori dan prakteknya, juga
harus sampai pada filosofinya dan pengamalannya. Maknanya adalah, nasehat agar
orang dalam mempelajari ilmu harus betul-belul terkuasai, dimiliki, menyatu dalam
diri, dan diamalkan. Karena ilmu yang tidak diamalkan, ibarat pohon tiada berbuah.
Jangan seperti ungkapan pepatah serupa ”berburu kepadang datar, mendapat rusa
belang kaki. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi”, menjadi sia-sia
apabila tanggung, tidak tuntas. Padahal sebagai generasi penerus kita memiliki
posisi strategis dalam meneruskan perjuangan mencapai cita-cita masyarakat yang
adil dan makmur.
• Pager cangkem durung tinemtu ( pagar mulut belum pasti). Artinya, janganlah
menilai seseorang hanya dari pembicaraannya, tapi hayatilah isi hatinya. Maknanya,
nasehat agar orang berhati-hati terhadap pembicaraan orang lain, sebab belum
tentu apa yang dibicarakan sesuai dengan isi hatinya. Dalam menilai orang, bukan
dari pandainya ia berkata-kata, bermanis-manis mulut, melainkan satunya antara
kata dan perbuatan. Karenanya, kita harus waspada dan berhati-hati dalam
pergaulan, terutama dengan orang yang kata-katanya baik, tetapi memiliki maksud
lain untuk kepentingan pribadinya.
• Pager doyong apa gebruge (pagar miring kapan saja bisa roboh). Artinya, jangan
bersifat masa bodoh atau bagaimana nanti, namun harus berfikir nanti bagaimana.
Maknanya, nasehat atau ajaran bagi orang dalam menghadapi masa depan itu harus
direncanakan dengan matang agar memperoleh masa depan yang lebih baik dari
sekarang , jangan bagaimana nanti saja tanpa pemikiran dan upaya. Masa depan diri
dan keluarga adalah tanggungjawab kita sepenuhnya. Upaya sekarang akan
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 28
menentukan bagaimana masa depan kita nantinya. Tiada kemajuan dan
kebahagiaan tanpa pengorbanan.
• Sakunang araning geni, sadom araning baraja (sebesar kunang-kunang dinamakan
api, seujung jarum dinamakan api). Artinya, sekecil-kecilnya api akan tetap
berbahaya (rakyat kecil jangan diremehkan, jangan dianggap tidak bisa apa-apa).
Maknanya, nasehat agar orang harus senantiasa waspada, tidak meremehkan soal
yang dianggap kecil sekalipun. Apalagi bagi pemimpin agar senantiasa
memperhatikan dan memperjuangkan rakyat kecil yang sering dianggap bodoh,
tidak tahu apa-apa. Padahal rakyat itu memiliki hak dan kewajiban.
• Yen ana rezeki ajang dhengtampik ( jika ada rejeki jangan ditolak). Artinya,
terimalah setiap rejeki, baik banyak maupun sedikit, janganlah menyepelekannya.
Maknanya, nasehat agar orang tidak menolak pemberian orang, baik berharga
maupun tidak, karena penolakan dapat menyakiti pemberinya. Rezeki sekecil apapun
adalah karunia Yang Maha Kuasa.
• Yen kepengen dadi wong kudu ngaji rasa (bila ingin jadi orang harus mengkaji rasa).
Artinya, jika memarahi orang harus menimbang perasaan orang lain dan perasaa diri
sendiri. Maknanya, nasehat agar orang bertenggang rasa dalam segala tindakan
sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain. Menjatuhkan hukuman pada
orang perlu pertimbangan moral yang tingggi, perasaan yang halus, dan integritas
tinggi.
D. Pembahasan
Dari paparan di atas, nampak adanya ikatan erat yang sulit untuk dapat dipisahkan
antara sila satu dengan sila-sila lainnya. Sila-sila dalam Pancasila terintegrasi, sehingga
agak sulit untuk mengelompokkannya karena tidak berdiri sendiri, selalu terkait satu sama
lainnya. Dengan demikian, pertimbangan pengelompokan yang diambil didasarkan pada
hal dominan dari ungkapan tradisional tersebut.
Dalam konteks kekinian, eksistensi Pancasila sempat diragukan kebenarannya
sebagai dasar negara oleh beberapa pihak. Keraguan ini dipicu oleh Kekuasaan Orde Baru
yang menjadikan Pancasila sebagai alat legitimasi kekuasaannya. Elit kekuasaan Orde Baru
menafsirkan nilai-nilai Pancasila dalam kerangka politis melalui implementasi P4 (Pedoman
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 29
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Bagi Orde Baru, P4 itu ibarat kitab suci yang
harus sesuai dengan kebijakan dan tindakan setiap individu. Pancasila semasa 32 tahun
Orde Baru, sering dianggap menjelma menjadi teror untuk mereka yang membangkang
atau beroposisi pada penguasa. Dengan dalih sebagai pengancam Pancasila, mereka harus
diamankan. Dalam konteks ini, pemerintah Orde Baru melakukan dominasi dan hegemoni
atas pemaknaan Pancasila. Pancasila terkesan dijadikan alat untuk mengekalkan
kekuasaan.
Dampak lanjutan dari pemanfaatan falsafah negara sebagai alat kepentingan
penguasa di era Orde Baru, membuat Pancasila justru semakin dilupakan banyak orang.
Pancasila dianggap hanya jargon omong kosong. Pancasila yang pada dasarnya identik
dengan identitas nasional, justru dilecehkan dan dipertanyakan eksistensi dan
kredibilitasnya. Impian orang tentang Pancasila menjadi sangat negatif. Tentu saja hal hal
pemikiran dan pemahaman negatif tersebut harus dibenahi, direvitalisasi, dikembalikan
kepada makna luhur yang sesungguhnya, dimurnikan kembali. Keraguan akan pemaknaan
Pancasila ini dapat diminimalisir dengan pembuktian bahwa Pancasila lahir dan berakar dari
beragam tradisi budaya yang ada di Tanah Air kita.
Menurut buku Glossarium Sekitar Pancasila (1981), kata Pancasila yang berasal dari
kata ”Panca” (lima) dan ” Sila” (dasar) pertama kali dijumpai berpadanan dengan kata
”krama” (tingkah laku) yang mengandung pengertian ”ajaran moral”. Dalam naskah kuna
”Kekawin Sutasoma” karangan Mpu Tantular, seorang pujangga keraton Majapahit (abad
ke 14 Masehi), pada bab IV, nyanyian 3. Arti keseluruhannya adalah ” lima dasar tingkah
laku” atau ”Perintah Kesusilaan yang lima”, isinya adalah sebagai berikut:
• Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa)
• Tidak boleh mencuri (asteya)
• Tidak boleh berjiwa dengki (indriya nigraha)
• Tidak boleh berbohong (amrsawada)
• Tidak boleh mabuk minuman keras (dama).
Kata ”Pancasila ” inilah yang kemudian digunakan lagi oleh pemimpin bangsa kita saat
membicarakan ” Asas dan Dasar Negara Indonesia Merdeka” pada tahun 1945, yakni untuk
memberi nama pidato Ir. Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945. Sukarno manamakan lima
asas atau dasar dari pidatonya dengan nama ”Panca Sila” atas petunjuk seorang ahli
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 30
bahasa. Pengertiannyapun menjadi lima ”asas dan dasar Negara Indonesia Merdeka”.
Sebagai Dasar Negara, Pancasila termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945 dengan
rumusan yang kita kenal saat ini. Meskipun dengan pengertian yang berbeda dan
disesuaikan dengan kondisi masa kini, penjelasan tersebut menunjukkan bahwa ”Panca
Sila” benar benar berasal dan berakar pada budaya tradisi leluhur bangsa kita, dengan
esensi yang sama, yakni ”ajaran moral”.
Tidak ada kerajaan seinspiratif Majapahit, yang membantu kita menemukan jati diri
sebagai bangsa (Kompas, 4 Januari 2009). Seperti diberitakan di harian nasional Kompas,
Majapahit merupakan kerajaan besar masa lalu yang wilayahnya terlacak dari Timor sampai
ke Semenanjung Tanah Melayu, seperti Tumasik (Singapura sekarang). Sejarah
membuktikan bahwa wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari
berbagai suku, adat dan bahasa. Namun sekali lagi perlu kita ingat, walapun Indonesia
berbeda-beda, tetapi Indonesia tetap satu.
Tidak hanya Pancasila, semboyan negara Bhineka Tunggal Ika pun diambil dari
karya sastra yang sama di era Majapahit, yakni kitab Sutasoma karya Mpu Tantular.
Demikian pula halnya dengan bendera kebangsaan kita, Sang Saka Merah Putih pun sering
disebut-sebut diilhami oleh panji-panji gula kelapa dari majapahit yang memiliki warna
merah (seperti gula jawa) dan putih (seperti daging kelapa). Gagasan Wawasan Nusantara
pun (dan kata nusantara itu sendiri) yang menjadi landasan konsep Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) juga diambil dari Majapahit. Wawasan nusantara ini merupakan
sebuah sudut pandang dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan bentuk geografis,
berdasarkan pedoman Pancasila dan UUD 1945, yang lebih mengutamakan kesatuan
wilayah, dan menghargai tentang kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional. Menurut
Sumarsono, wawasan nusantara merupakan nilai yang menjiwai segenap peraturan
perundang-undangan, yang berlaku pada setiap strata di seluruh wilayah negara. Peraturan
tersebut menggambarkan sikap, perilaku, paham dan semangat nasionalisme kebangsaan
yang tinggi dan menjadi identitas jati diri bangsa Indonesia.
Sejarawan MC Ricklefts dalam bukunya, a History of Modern Indonesia Since C 1200
(Stanforfd University Press, 2001) menyebutkan memori akan kebesaran Majapahit hidup
terus di Indonesia dan dianggap telah memunculkan gagasan awal tentang batas-batas
politik yang digunakan RI saat ini (Kompas,2009). Mengenali wawasan nusantara dari
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 31
kejayaan masa lalu tentu sangat bermanfaat untuk meningkatkan jiwa nasionalisme
Indonesia.
Kebudayaan sendiri didefinisikan Taylor (1871) sebagai ”keseluruhan kompleks yang
memuat pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan, dan segala
kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Clyde
Kluckhhon mengartikan kebudayaan sebagai :” keseluruhan cara hidup suatu rakyat
sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya” (Oetojo Oesman,
1993:144). Gordon Clide (1951:35) mendefinisikan Kebudayaan sebagai suatu cara
adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Ciri suatu tekanan lingkungan yang spesifik
berperan sebagai pemicu timbulnya perubahan kebudayaan.
Sementara David L. Clarke (1968:124) menguraikan sistem budaya sebagai
kumpulan sejumlah sub sistem: sosial, ekonomi, dan lingkungan alam yang keseluruhannya
diintegrasikan oleh putaran arus bolak balik. Kebudayaan adalah sistem yang saling terkait
dengan lingkungan sehingga bentuk kebudayaan dan ekologi budaya adalah dua sisi yang
memiliki nilai sama dan masing-masing saling terkait mengatur satu sama lain. Manusia
memanfaatkan lingkungan dengan cara mengelola, membudidayakan, memelihara,
maupun merusaknya demi kehidupannya. Ada lebih dari 160 definisi mengenai
kebudayaan, definisi yang digunakan tentunya dapat dipilih sesuai dengan konteks hal
yang menjadi topik pembicaraan.
Ungkapan tradisional yang merupakan bagian kecil dari kebudayaan ini, baik Sunda
maupun Jawa-Cirebon memiliki estetika bunyi, mengandung unsur puitis dan kekuatan
bunyi dalam kata-katanya, hingga mudah diingat dan tidak mudah berubah. Penciptanya
memiliki kearifan dan kecerdasan yang luar biasa. Hal ini nampak dari perumpamanan,
pilihan kata yang digunakan, dan pesan-pesan atau nasehat yang terkandung di dalam
ungkapan –ungkapan tersebut adalah kearifan lokal yang tidak biasa. Bermakna tinggi dan
mengandung nilai-nilai moral yang terkait dan terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Memeberi contoh-contoh yang baik agar diikuti dan contoh yang buruk agar dihindari dan
dijauhi.
Alvin Tofler dalam bukunya ” Third Wave” atau gelombang ke Tiga memberi kiat
untuk dapat tetap bertahan dan tidak hanyut dalam gelombang modernisasi yang
berdampak bagi beragam krisis moral adalah dengan tetap memiliki ”warna” kita. Artinya,
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 32
kita harus tetap memiliki sikap, berpegang pada akar normatif yang berlaku di negara kita,
mempertahankan nilai-nilai luhur tradisi (kearifan lokal) kita. Pembangunan di segala
bidang berdampak pada hal yang tidak terelakkan, yakni pergeseran nilai sistem sosial.
Pembangunan yang seyogyanya termasuk pula membangun manusia seutuhnya, menjadi
seperti makan buah simalakama, dimakan mati bapa, tidak dimakan mati ibu. Salah satu
solusinya adalah dengan menggali nilai-nilai kearifan lokal, menginventarisasikan, dan
mensosialisasikannya pada generasi penerus. Nilai-nilai budaya yang tinggi yang
terkandung dalam ungkapan tradisional perlu diselamatkan, dijaga kelestariannya, serta
ditransformasikan, disublimasikan pada generasi berikutnya.
Penggalian ungkapan tradisional ini juga dapat memberikan informasi yang berharga
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
E. Penutup
Ungkapan-ungkapan tradisional yang telah dikemukakan di atas, mengungkapkan
latar belakang sosiokultural masyarakat serta membuktikan bahwa ada kaitan erat antara
butir-butir sila-sila dalam Pancasila dengan budaya tradisional Jawa Barat (Sunda dan
Cirebon). Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila benar-benar ada dan dimiliki
oleh budaya bangsa.
Dengan demikian prasangka-prasangka buruk tentang Pancasila yang senantiasa
ada, dapat berubah menjadi keyakinan bahwa Pancasila adalah yang paling cocok sebagai
dasar Negara kita yang multi kultur dan plularis ini. Tinggal kini masalahnya bagaimana
nilai-nilai ini disosialisasikan kepada generasi muda bangsa melalui pendidikan formal, non
formal, masyarakat dan keluarga, utamanya terhadap CPNS sebagai generasi pemegang
tongkat estafet bangsa. Tiga fungsi ASN, yakni: sebagai pelaksana Kebijakan, pelayanan
publik dan perekat pemersatu bangsa, bila dilaksanakan secara professional akan
meneruskan dan menjaga keberlangsungan NKRI dengan Pancasila sebagai Dasar Negara
sesuai dengan Cita- Cita UUD 1945.
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 33
DAFTAR PUSTAKA
Al Khanif (2017) Pancasila dalam Pusaran Globalisasi
Dahono Fitrianto (2009). Bayang-Bayang Sebuah Kejayaan. Artikel Kompas, Minggu,4
Januari 2009.
Kompas (2009). Situs Majapahit, Kembalikan Trowulan. Artikel Kompas, Minggu,4 Januari
2009.
David L. Clarke (1968). Analitycal Archaeology. London: Methuen&Co
Depatremen Pendidikan dan kebudayaan(1984). Ungkapan Tradisional __Yang berkaitan
dengan Sila-sila Dalam Pancasila __Daerah Jawa Barat. Bandung: Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah
Iswara N Raditya - 9 Oktober 2020, Isi Butir-Butir Pengamalan Pancasila Lengkap Sila 1
Sampai 5
Gordon Clide (1951). Piecing together the past the interpretation of archaeological
data. New York: F A Prager.
Ki Utomo Darmadi (1996). Negara Pancasila Tidak mengenal Sistem Hukuman Kolektif.
Jakarta: Masyarakat Indonesia Untuk Kemanusiaan.
Laboratotium Pancasila IKIP Malang, (1981). Glossarium Sekitar Pancasila.
Surabaya: Usaha Nasional.
Oetojo Oesman dan Alfian,dkk.(1993) Pancasila Sebagai Ideologi__Dalam Berbagai Bidang
kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat
Tap MPR no. I/MPR/2003
Yuni/MPM Nasionalisme/LATSAR CPNS Page 34