2 HALAMAN PENGESAHAN Judul Buku Ajar : Konseling Adlerian Mata Kuliah : Konseling Psikoanalisis Kode Mata Kuliah : MKBK6012 Nama Penulis : Rizka Apriani NIP : 201806199204162078 Fakultas : Ilmu Pendidikan Jurusan : Bimbingan dan Konseling Menyetujui …………………….. ………………………….. …………………………..
3 PRAKATA Alhamdulillahirrabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tanpa karunia-Nya, mustahil bahan ajar ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Buku ajar ini diperuntukkan untuk membantu mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling memahami dan mengeksplorasi teori atau konsep konseling adlerian yang nantinya dapat mereka aplikasikan saat praktek konseling. Penulis melihat kebutuhan buku ajar sangat besar oleh mahasiswa Bimbingan dan Konseling, terutama bagi mereka yang mengambil mata kuliah Konseling Psikoanalisis atau Teori Konseling. Penulis menemukan bahwa para mahasiswa kesulitan untuk mengidentifikasi konsep dari konseling berpusat pribadi, hal ini terjadi karena banyaknya sumber yang mereka cari terkait teori-teori konseling dan teori kepribadian, lalu mereka kebingungan untuk memilih dan mengidentifikasi teori atau konsep konseling adlerian yang tepat dan sesuai dengan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dan Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub CPMK). Buku ajar ini terdiri dari 9 bab yang menjadi inti dari buku ajar ini, diantaranya dimulai dari teori konseling adlerian, hakekat konseling adlerian, tahapan dan teknik konseling adlerian, penerapan dalam setting konseling individual dan konseling kelompok, kelebihan dan kelemahan, dan hasil-hasil penelitian. Tujuan buku ajar ini juga agar mahasiswa mampu mengaplikasikan teori konseling adlerian saat praktek lapangan pra sekolah (PLP). Penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang memberikan kesempatan untuk menulis buku ajar konseling adlerian dan membantu dalam mengkritik dan membimbing dalam penyelesaian buku ajar ini. Semoga buku ajar ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa departemen bimbingan dan konseling, selain itu semoga buku ajar ini dapat menginspirasi generasi bangsa dan memajukan pendidikan di Indonesia. Penulis sangat menghargai saran dan kritik yang menyangkut minat pembaca,kesinambungan, dan aspek-aspek lain dari bahan buku ini. Insyaallah buku ajar ini akan terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Malang, Oktober 2023 Rizka Apriani
4 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN 2 PRAKATA 3 DAFTAR ISI 4 BAB I PENDAHULUAN 6 A. Latar Belakang 6 B. Sistematika Buku Ajar 6 C. Evaluasi dan Penilaian 7 BAB II TEORI ADLERIAN 8 A. Biografi Tokoh 8 B. Sejarah Perkembangan 9 C. Landasan Filsafat 10 D. Ringkasan Materi 11 E. Evaluasi 12 F. Daftar Pustaka 12 BAB III KONSEP UTAMA TEORI ADLERIAN 13 A. Hakekat Manusia 13 B. Persepsi Subjektif 13 C. Kesatuan dan Pola Kepribadian 14 D. Minat Sosial 15 E. Gaya Hidup 15 F. Hubungan 16 G. Pribadi yang Sehat dan Bermasalah 18 H. Ringkasan Materi 19 I. Evaluasi 19 J. Daftar Pustaka 19 BAB IV HAKEKAT KONSELING ADLERIAN 20 A. Tujuan Konseling Adlerian 20 B. Kondisi Pengubahan Konseling 20 C. Contoh Kasus dalam Konseling Adlerian 22 D. Ringkasan Materi 23 E. Evaluasi 23 F. Daftar Pustaka 23 BAB V TAHAPAN DAN TEKNIK KONSELING ADLERIAN 24 A. Tahapan Konseling Adlerian 24 B. Teknik-Teknik Konseling Adlerian 26 C. Ringkasan Materi 28
5 D. Evaluasi 28 E. Daftar Pustaka 28 BAB VI KONSELING KELOMPOK ADLERIAN 29 A. Konsep Utama Konseling Kelompok 29 B. Tujuan Konseling Kelompok Adlerian 29 C. Peran dan Fungsi Pemimpin Kelompok 29 D. Peran dan Fungsi Anggota Kelompok 30 E. Tahapan Konseling Kelompok 30 F. Ringkasan Materi 32 G. Evaluasi 33 H. Daftar Pustaka 33 BAB VII PENERAPAN KONSELING ADLERIAN 34 A. Penerapan Konseling Adlerian dalam Setting Individual 34 B. Penerapan Konseling Adlerian dalam Setting Kelompok 34 C. Ringkasan Materi 35 D. Evaluasi 35 E. Daftar Pustaka 35 BAB VIII KELEBIHAN DAN KELEMAHAN 37 A. Kelebihan 38 B. Kelemahan 38 C. Ringkasan Materi 39 D. Evaluasi 40 E. Daftar Pustaka 40 BAB IX HASIL-HASIL PENELITIAN 41 DAFTAR PUSTAKA 48
6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan Adlerian merupakan salah satu pendekatan dalam mata kuliah psikodinamik. Pendekatan ini dikemukakan oleh Adler yang menekankan aspek kesadaran dibandingkan ketidaksadaran perilaku, yang merupakan pusat perkembangan dari kepribadian. Selain itu dalam pendekatan ini berpandangan bahwa manusia selalu dimotivasi oleh social interest yang merupakan sebuah perasaan bahwa ia merupakan bagian dari komunitas, dengan kata lain dapat dikatakan sebagai kebutuhan atau keinginan untuk berkontribusi terhadap masyarakat. Pendekatan Adlerian dikenal sebagai pendekatan socioteleologis, yang mana pendekatan ini berfokus pada kekuatan sosial individu dalam mencapai sebuah tujuan tertentu, dengan pandangan tersebut, individu akan berupaya dalam menetapkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek dalam memotivasi diri, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada perkembangan individu. Buku ajar yang berjudul konseling adlerian ini merupakan salah satu teori yang dipelajari mahasiswa dari mata kuliah konseling psikodinamik. Isi buku ajar ini telah menyesuaikan Standar Capaian Pembelajaran Lulusan (SCPL) pada mata kuliah konseling psikoanalisis, diantaranya adalah (1) mahasiswa mampu merumuskan tujuan, fungsi, prinsip, asas, konteks, pendekatan, dan prosedur, serta merancang layanan bimbingan dan konseling pada jenis dan jenjang pendidikan dengan menggunakan pemikiran logis, kritis, kreatif, sistematis, inovatif, dan komprehensif berdasarkan teori-teori dan hasil analisis kebutuhan; (2) Mampu melaksanakan konseling individu dan kelompok dengan menggunakan pendekatan, prosedur, dan teknik konseling psikoanalisis berdasarkan masalah yang dihadapi oleh sasaran layanan, yang disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi lingkungan sosial budaya. B. Sistematika Buku Ajar Sistematika buku ajar yang digunakan adalah perpaduan antara konsep, identifikasi dan tugas sebagai wujud evaluasi diri. Mata Kuliah ini menekankan ketiga konsep tersebut. Awal proses pembelajaran pada buku ajar ini disajikan konsep atau teori, kemudian mahasiswa diminta untuk menganalisis konsep-konsep konseling adlerian yang sudah didapatkan dari teori dengan cara mengerjakan tugas-tugas di setiap bab. Mahasiswa diharapkan memahami teknik-teknik yang ada pada konseling adlerian, kemudian menganalisis kasus atau permasalahan yang sesuai dengan teori konseling adlerian, yang
7 akhirnya mereka membuat laporan kegiatan. Dosen berperan sebagai fasilitator, mahasiswa aktif membaca, merangkum, bekerja kelompok dan berdiskusi, serta melakukan evaluasi diri sebagai wujud output dari perkuliahan ini. C. Evaluasi dan Penilaian Evaluasi yang digunakan pada buku ajar ini adalah evaluasi proses dan hasil. Evaluasi hasil diperoleh tugas-tugas setiap bab. Selain itu evaluasi proses juga digunakan oleh dosen dalam melihat keaktifan mahasiswa melaksanakan pengamatan aktivitas, konseptualisasi dan diskusi hasil pemecahan masalah yang yang dituangkan dalam bentuk laporan kegiatan. Instrumen evaluasi bukan sekedar menekankan penguasaan konsep melainkan menekankan pada hasil analisis dan evaluasi diri terkait pengembangan diri mahasiswa yang membutuhkan kemampuan menggunakan berbagai konsep yang telah dikuasai. Adapun Kriteria dan bobot nilai hasil belajar mahasiswa yaitu penilaian meliputi semua aspek perkuliahan: partisipasi dalam perkuliahan (bobot 10%), tugas-tugas individu dan kelompok (20%) UTS (30%), dan UAS (40%). Peluang pencapaian menggunakan acuan klasifikasi kualitas A sampai D. Contoh sebagai berikut: 1. Nilai A, apabila mahasiswa: (1) mengikuti program kegiatan sekurang-kurangnya 80%, (2) mengikuti ujian tengah dan (3) akhir semester, (4) menyelesaikan tugas (makalah) dan power point individu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, dan (5) memiliki rekap penilaian penyajian. Kualitas makalah dan power point individu, ujian tengah dan ujian akhir semester, dan rancangan dinilai oleh dosen Pembina. 2. Nilai D,apabila mahasiswa: (1) tidak memenuhi syarat minimal 80%, (2)tidak mengikuti ujian tengah dan akhir semester, (3) tidak menyelesaikan tugas (makalah, power point, rancangan) individu, dan (4) menyerahkan tugas tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
8 BAB II TEORI ADLERIAN A. Biografi Tokoh Alfred Adler (1870-1937) adalah seorang psikolog Austria yang dikenal sebagai pendiri Psikologi Individual, juga dikenal sebagai Psikologi Individualistik atau Individual Psychology yang lahir pada 7 Februari 1870, di Wina, Austria. Ia berasal dari keluarga keturunan Yahudi dan merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Adler memulai pendidikannya di bidang kedokteran dan lulus sebagai dokter. Dia kemudian memperoleh gelar doktor dalam ilmu kedokteran di Universitas Wina pada tahun 1895. Ia awalnya berpraktik sebagai dokter dan menjadi terlibat dalam psikoterapi. Namun, minatnya dalam psikologi terus berkembang. Adler adalah salah satu pendiri Psikologi Individual. Ia mengembangkan teori psikologis yang menekankan pentingnya individu dalam mengejar tujuan hidup mereka dan bagaimana perasaan inferioritas dapat mempengaruhi perilaku manusia. Adler juga menekankan konsep kesadaran sosial dan pengaruh lingkungan sosial dalam perkembangan individu. Konsep-konsep seperti perasaan inferioritas, dorongan untuk kekuasaan dan kesuksesan, dan pemahaman holistik individu merupakan teori Adler yang paling populer. Dia juga memperkenalkan konsep kesadaran sosial, yang mengacu pada bagaimana individu memahami peran mereka dalam masyarakat. Adler menulis buku pertamanya berjudul Health Conditions of Tailors. Ini memberikan pendirian teoritis utama Adler, melihat manusia sebagai keseluruhan, sebagai kesatuan yang berfungsi, reaksi terhadap lingkungan termasuk lingkungan fisik (lebih luas dari konsep insting dari Freud). Pada tahun 1902 Adler menyenangi tulisan Freud yang berjudul Interpretation of Dreams. Freud mengajak Adler untuk bergabung dengan lingkungan Freud. Adler bergabung dengan Freud dengan syarat Freud mendengar juga pandangannya. Pada masa ini Adler melakukan penelitian mengenai reaksi organik dan psikologis konseli penyandang cacat. Adler tidak pernah benar-benar menyetujui pemahaman Freud tentang mimpi, trauma seksual, insting, dan lainnya. Adler meninggalkan lingkungan Freud pada tahun 1991 dengan delapan orang rekan lainnya dan membentuk aliran mereka sendiri. Pada tahun 1912 dia menerbitkan buku The Neurotic Constitution yang merupakan landasan Psikologi Individual. Adler melihat manusia sebagai pencipta dan ciptaan kehidupan mereka sendiri; yaitu, orang mengembangkan gaya hidup yang unik yang merupakan gerakan menuju dan ekspresi
9 dari tujuan yang mereka pilih. Dalam pengertian ini, kita menciptakan diri kita sendiri bukan hanya dibentuk oleh pengalaman masa kecil kita. Karya-karya Penting Adler yang memperkenalkan dan mengembangkan teorinya, termasuk "The Neurotic Constitution" (1912), "The Practice and Theory of Individual Psychology" (1927), dan "Understanding Human Nature" (1927). Karya-karyanya berpengaruh dalam psikologi dan konseling, khususnya dalam pengembangan terapi Adlerian. Pendekatan ini terus digunakan oleh psikoterapis dan konselor dalam membantu individu mencapai pemahaman diri dan mengatasi masalah psikologis. Alfred Adler meninggal pada 28 Mei 1937 di Aberdeen, Skotlandia, saat memberikan kuliah di Universitas Aberdeen. Meskipun ia meninggal pada usia yang relatif muda, warisannya dalam bidang psikologi tetap relevan hingga saat ini.Alfred Adler adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah psikologi dan konseling, dan konsepkonsepnya terus berdampak pada pemahaman manusia dan pengembangan diri. B. Sejarah Perkembangan Alfred Adler memberikan kontribusi yang signifikan terhadap praktik terapi kontemporer. Adler percaya pada sifat sosial manusia, dan dia tertarik bekerja dengan konseli dalam konteks kelompok. Ia mendirikan lebih dari 30 klinik bimbingan anak di mana ia mempelopori demonstrasi langsung dengan mewawancarai anak-anak, orang dewasa, guru, dan orang tua di depan kelompok masyarakat. Beliau merupakan psikiater pertama yang menggunakan metode kelompok secara sistematis di pusat bimbingan anak pada tahun 1920-an di Wina. Praktik pertama Adler, sebagai dokter umum, adalah di sebuah kantor di dekat taman hiburan. Pasiennya sebagian besar terdiri dari para seniman dan artis di taman tersebut, dan Adler terkesan dengan bidang kompetensi mereka masing-masing terlepas dari status sosial mereka dan sejarah hambatan fisik dan emosional masa kecil mereka. Mungkin Adler menyadari dalam mereka akan pentingnya kompensasi yang pernah ia alami ketika tumbuh dewasa. Pada tahun 1902, setelah Adler secara terbuka membela beberapa ide Freud, Freud mengundangnya untuk bergabung sebuah kelompok yang bertemu setiap minggu untuk mendiskusikan ide-ide baru dalam psikologi. Adler hadir dan menjadi anggota kelompok yang aktif dan vokal, terutama menggunakan forum tersebut untuk mengembangkan dan memperdebatkan gagasan-gagasannya yang muncul tentang kondisi manusia.
10 Adler menerbitkan Organ Inferiority and Its Psychical Compensation pada tahun 1907, yang menguraikan proses kompensasi dan kompensasi berlebih berdasarkan prinsip-prinsip evolusi Darwin. Pada tahun-tahun berikutnya tahun berikutnya, meskipun ia menjadi presiden International Psycho-Analytic Society, Adler secara terbuka tidak setuju dengan pandangan Freud tentang pentingnya Oedipus Complex dan arti penting dari mimpi, dan pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang digerakkan yang digerakkan oleh keinginan konstruksi energi yang tidak jelas. Pada tahun 1911, Adler memberikan beberapa ceramah secara terbuka mengkritik penekanan Freud pada seksualitas sebagai dasar perkembangan kepribadian. Adler meninggalkan lingkaran Freud dengan sekelompok kolega termasuk Carl Furtmuller dan membentuk sekolahnya sendiri, Society for Free Psychoanalytic Research. Meskipun keduanya bertukar duri verbal di berbagai publikasi, Freud dan Adler tidak pernah bertemu lagi setelah berpisah. Adler menamai proses teoritisnya "Individual Psychology", sebuah istilah yang mengacu pada keyakinan pada kepribadian yang tidak dapat dipisahkan. Pada tahun 1912, Adler menerbitkan bukunya, The Neurotic Constitution, yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-prinsip inti dari pendekatannya dan menunjukkan bahwa Adler telah menyusun pandangan yang orisinil dan komprehensif tentang kesehatan sehat dan perilaku yang tidak sehat. Bersama dengan Furtmuller, pada tahun 1914 ia menyusun Journal for Individual Psychology yang masih beredar hingga saat ini. Selama Perang Dunia I, Adler bertugas sebagai petugas medis di front Rusia. Selalu menekankan pentingnya interaksi sosial dan keterikatan, perang sangat sulit bagi Adler. Dihadapkan dengan dampak perang yang menghancurkan pada tentara, dan kemudian melihat dampak buruknya terhadap anak-anak, Adler berfokus pada pengintegrasian minat sosial, perasaan sosial, perasaan sebagai bagian dari komunitas, ke dalam kerangka teorinya. Untuk memajukan ide ini, pada tahun 1918, Adler mendirikan beberapa klinik bimbingan anak di Wina dan mulai menarik dan melatih profesional lainnya untuk mengembangkan program-program lain di seluruh dunia. C. Landasan Filsafat Berbeda dengan Freud yang berusaha mengembangkan teori yang sesuai dengan model medis pada zamannya, Adler mengembangkan teori berdasarkan filsafat. Bagian berikut merinci landasan filosofis utama Psikologi Individu. Tanggung jawab dan kreativitas. Salah satu prinsip paling dasar dari psikologi Adlerian adalah gagasan bahwa
11 orang bertanggung jawab atas perilaku, pikiran, dan perasaan mereka. Orang memilih perilaku yang mereka yakini akan memberikan mereka rasa memiliki dan signifikansi. Seseorang dapat memilih untuk berperilaku yang berguna, yaitu dengan minat sosial, atau tidak efektif, yaitu dengan mementingkan diri sendiri, menghindari tugas-tugas kehidupan. Berpaling dari tanggung jawab adalah pilihan aktif untuk bertindak lebih rendah, menyerah, dan pilihan ini memiliki konsekuensi alami. Adler menekankan kesatuan kepribadian, berpendapat bahwa manusia hanya dapat dipahami sebagai makhluk yang terintegrasi dan lengkap. Pandangan ini juga mendukung sifat perilaku yang memiliki tujuan, menekankan bahwa dari mana kita berasal tidaklah sepenting ke mana kita berusaha untuk pergi. Adler memandang manusia sebagai pencipta sekaligus ciptaan kehidupan mereka sendiri; yaitu, orang mengembangkan gaya hidup unik yang merupakan gerakan menuju sekaligus ekspresi tujuan yang mereka pilih. Dalam hal ini, kita menciptakan diri kita sendiri dan bukan sekadar dibentuk oleh pengalaman masa kecil kita Pandangan Adlerian tentang tanggung jawab bukanlah upaya untuk menyalahkan, melainkan untuk mendidik kembali dan mendorong perubahan. Poin-poin ini memiliki implikasi penting bagi konselor Konselor Adlerian. Pertama, seorang konseli dapat memilih untuk datang ke kelompok yang dimandatkan, meskipun dia tidak mau, jika tidak datang berarti dia harus masuk penjara. Pernyataan kedua mencatat bahwa kehidupan memang menghadirkan batasan-batasan yang tidak dapat dipilih oleh seseorang, seperti warna rambut, orang tua, dan terjadinya peristiwa traumatis. Namun, persepsi dan interpretasi kita terhadap batas-batas tersebut selalu berada dalam kendali kita. Orang dapat memilih respons ketika mereka tidak dapat mengendalikan stimulus. D. Ringkasan Materi Alfred Adler menciptakan suatu bentuk terapi yang menekankan sifat sosial manusia. Menentang pandangan Freud yang negatif dan deterministik, Adler berfokus pada bagaimana setiap individu berjuang dari rasa rendah diri menuju rasa superioritas pribadi. Keluarga memainkan peran penting dalam perkembangan karena merupakan tempat pelatihan sosial untuk anak yang sedang tumbuh. Saat anak berinteraksi dengan lingkungan, sebuah rencana hidup terbentuk yang memandu anak dengan cara-cara untuk menjadi signifikan di dunia. Meskipun Adler memandang semua perilaku sebagai tujuan, ia membedakan perilaku sehat dan tidak sehat berdasarkan apakah tujuan yang mendasari tindakan tersebut adalah untuk berkontribusi pada masyarakat (kepentingan sosial) atau
12 sosial) atau hanya karena alasan egois. Konsep keputusasaan sebagai maladjustment konsisten dengan pandangan positif Adler tentang kemanusiaan; ia menggambarkan bagaimana orang yang tidak dapat menyesuaikan diri telah kehilangan keberanian untuk menghadapi tugas-tugas kehidupan dengan cara yang berguna dan bertanggung jawab secara sosial. cara-cara yang bermanfaat dan bertanggung jawab. Dengan demikian, teori perubahan menekankan pada tantangan terhadap kesalahan-kesalahan dasar, logika yang salah, dan strategi konseli dan mendorong mereka untuk menemukan cara-cara baru untuk memenuhi tujuan-tujuan mereka melalui metode-metode yang menarik secara sosial. E. Evaluasi 1. Menurut Anda, apa yang paling menarik dari kehidupan Alfred Adler? Apa alasannya? 2. Mengapa Alfred Adler menentang teori Freud? 3. Bagaimana pandangan Adler terhadap manusia? F. Daftar Pustaka Adler, A. (2013). The practice and theory of individual psychology (Vol. 133). Routledge. Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (8th Ed.). USA: Thomson Brooks/Cole. Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling (8th Ed.). USA: Brooks/Cole. Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2004). Theoretical Models of Counseling and Psychotherapy. New York: Brunner-Routledge.
13 BAB III PERKEMBANGAN PERILAKU A. Hakekat Manusia Teori Adler dimulai dengan pertimbangan perasaan rendah diri, yang ia lihat sebagai kondisi normal semua orang dan sebagai sumber segala perjuangan manusia. Daripada dianggap sebagai tanda kelemahan atau kelainan, perasaan rendah diri dapat menjadi sumber kreativitas. Mereka memotivasi kita untuk berjuang mencapai penguasaan, kesuksesan (superioritas), dan penyelesaian. Kita terdorong untuk mengatasi rasa rendah diri dan berusaha mencapai tingkat pembangunan yang semakin tinggi. Adler percaya bahwa individu tersebut mulai membentuk pendekatan untuk hidup di suatu tempat dalam 6 tahun pertama kehidupan. Dari perspektif Adlerian, perilaku manusia tidak ditentukan semata-mata oleh faktor keturunan dan lingkungan. Adler menegaskan bahwa genetika dan keturunan tidak sepenting apa yang kita pilih untuk lakukan dengan kemampuan dan keterbatasan yang kita miliki. Meskipun Adlerian menolak pendirian deterministik Freud, mereka tidak pergi ke ekstrim lain dan mempertahankan bahwa individu dapat menjadi apapun yang mereka inginkan. Adlerian menyadari bahwa kondisi biologis dan lingkungan membatasi kemampuan kita untuk memilih dan menciptakan. Adlerian menempatkan fokus pada mendidik kembali individu dan membentuk kembali masyarakat. Adler adalah cikal bakal pendekatan subyektif terhadap psikologi yang berfokus pada faktor penentu perilaku internal seperti nilai, kepercayaan, sikap, tujuan, minat, dan persepsi individu tentang realitas. Dia adalah pelopor pendekatan yang holistik, sosial, berorientasi pada tujuan, sistemik, dan humanistik. Adler juga merupakan terapis sistemik pertama, karena ia berpendapat bahwa sangat penting untuk memahami orang-orang dalam sistem di mana mereka hidup. B. Persepsi Subjektif Konsep persepsi subjektif dalam konteks Adlerian atau Psikologi Individual merujuk pada cara individu mengalami dan mempersepsikan dunia mereka secara pribadi. Ini mencakup cara individu memahami diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar, termasuk persepsi, pikiran, perasaan, nilai-nilai, dan keyakinan konseli. Persepsi subjektif merupakan bagian integral dari pandangan Adlerian terhadap psikologi individu dan pembentukan kepribadian.
14 Beberapa poin kunci terkait persepsi subjektif dalam konteks Adlerian melibatkan: 1. Pentingnya Pengalaman Pribadi Adler menekankan pentingnya pengalaman pribadi dalam membentuk kepribadian seseorang. Bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberi makna pada pengalaman mereka secara pribadi dapat mempengaruhi pola-pola perilaku dan pandangan hidup. 2. Pemahaman Diri dan Orang Lain Persepsi subjektif mencakup cara individu memahami diri mereka sendiri, termasuk pemahaman tentang perasaan inferioritas, tujuan-tujuan hidup, dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana individu memandang orang lain juga memainkan peran penting dalam pembentukan hubungan sosial. 3. Kesadaran Sosial Konsep kesadaran sosial dalam Adlerian Psychology mencakup bagaimana individu menyadari peran mereka dalam masyarakat. Persepsi subjektif terkait dengan kesadaran individu terhadap hubungan mereka dengan orang lain dan bagaimana hubungan tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. 4. Pandangan Holistik Adlerian Psychology melihat individu secara holistik, mempertimbangkan aspek fisik, mental, emosional, dan sosial. Persepsi subjektif membantu membentuk pandangan holistik ini, menggambarkan bagaimana individu melihat diri mereka dalam konteks yang lebih luas. 5. Perubahan Subjektif Seiring Waktu Persepsi subjektif seseorang tidak statis; mereka dapat berubah seiring waktu sebagai hasil dari pengalaman hidup, pembelajaran, dan pertumbuhan pribadi. Perubahan subjektif ini dapat mempengaruhi cara individu berinteraksi dengan dunia. Konselor yang melakukan praktik konseling Adlerian perlu memahami dan bekerja dengan persepsi subjektif konseli. Kegiatan ini melibatkan mendengarkan dengan empati, merespons secara individual terhadap pengalaman konseli, dan membantu mereka mengembangkan pemahaman diri yang lebih dalam untuk mencapai perubahan positif. C. Kesatuan dan Pola Kepribadian Pendekatan teoritis Adler diberi nama “Individual Psychology”(dari bahasa Latin ‘individuum’ artinya tidak dapat dibagi) karena ia ingin menghindari pembagian reduksionis Freud seperti ego, id, dan superego. Bagi Adler, psikologi individu berarti tak
15 terpisahkan psikologi. Adler menekankan kesatuan dan ketidakterpisahan manusia dan menekankan pemahaman manusia seutuhnya dalam konteks kehidupan. Hal ini berarti bahwa seluruh dimensi seseorang merupakan komponen yang saling berhubungan, dan bagaimana semua komponen tersebut disatukan oleh pergerakan individu menuju suatu tujuan hidup. Adler menekankan bahwa kepribadian manusia menjadi satu kesatuan melalui pengembangan tujuan hidup. Pikiran, perasaan, keyakinan, keyakinan, sikap, karakter, dan tindakan seseorang merupakan ekspresi keunikannya, dan semuanya mencerminkan rencana hidup yang memungkinkan pergerakan menuju tujuan hidup yang dipilih sendiri. Implikasi dari hal ini pandangan holistik tentang kepribadian adalah bahwa konseli adalah bagian integral dari sistem sosial. Ada lebih banyak penekanan pada hubungan interpersonal daripada psikodinamik internal individu. D. Minat Sosial Minat sosial mengacu pada kesadaran individu sebagai bagian dari komunitas manusia dan sikap individu dalam menghadapi dunia sosial. Tindakan perasaan komunitas seseorang, dan ini melibatkan kepedulian terhadap orang lain seperti halnya terhadap diri sendiri. Meskipun Adler menganggap minat sosial sebagai sesuatu yang bawaan, ia juga percaya bahwa minat sosial harus dipelajari, dikembangkan, dan digunakan. Adler menyamakan minat sosial dengan rasa identifikasi dan empati terhadap orang lain: “melihat dengan mata orang lain, mendengar dengan telinga orang lain, merasakan dengan hati orang lain. Bagi Adlerian, minat sosial adalah indikator utama kesehatan mental. Mereka yang mempunyai kepentingan sosial cenderung mengarahkan usahanya ke arah kehidupan yang sehat dan bermanfaat secara sosial. Ketika minat sosial berkembang, perasaan rendah diri dan keterasingan berkurang. Orang mengekspresikan kepentingan sosial melalui aktivitas bersama, kerja sama, partisipasi dalam kebaikan bersama, dan saling menghormati. E. Gaya Hidup Peralihan dari inferioritas yang dirasakan ke nilai superior yang diinginkan menghasilkan pengembangan tujuan hidup, yang pada gilirannya menyatukan kepribadian dan keyakinan serta asumsi inti individu. Keyakinan dan asumsi inti ini memandu pergerakan setiap orang dalam menjalani kehidupan dan mengatur realitasnya, memberi makna pada peristiwa-peristiwa kehidupan. Adler menyebut gerakan hidup ini
16 sebagai “gaya hidup” individu. Sinonim dari istilah ini mencakup “rencana hidup”, “gaya hidup”, “strategi hidup”, dan “peta jalan hidup”. Gaya hidup sering kali digambarkan sebagai persepsi kita mengenai diri sendiri, orang lain, dan dunia, mencakup cara kita berpikir, bertindak, merasakan, memandang, dan hidup. Adler melihat individu sebagai aktor, pencipta, dan seniman. Meskipun peristiwa-peristiwa di lingkungan mempengaruhi perkembangan kepribadian, peristiwaperistiwa tersebut bukanlah penyebab menjadi apa seseorang; sebaliknya, interpretasi kita terhadap peristiwa-peristiwa inilah yang membentuk kepribadian. Penafsiran yang salah dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam logika pribadi kita, yang akan sangat mempengaruhi perilaku saat ini. Begitu kita menyadari pola dan kelangsungan hidup kita, kita berada dalam posisi untuk mengubah asumsi yang salah tersebut dan membuat perubahan mendasar. Kita dapat mengubah pengalaman masa kecil dan secara sadar menciptakan gaya hidup baru. F. Hubungan Pendekatan Adlerian memiliki keunikan dalam memberikan perhatian khusus pada hubungan antar saudara kandung dan posisi lahir psikologis dalam keluarga seseorang. Adler mengidentifikasi lima posisi psikologis, atau sudut pandang, yang menjadi acuan anak-anak dalam memandang kehidupan: tertua, kedua dari dua, menengah, termuda, dan satu-satunya. urutan kelahiran bukanlah sebuah konsep deterministik tetapi meningkatkan kemungkinan individu untuk memiliki serangkaian pengalaman tertentu. Urutan kelahiran sebenarnya kurang penting dibandingkan interpretasi individu, atau posisi psikologis tempat anak dalam keluarga. Misalnya, anak kedua (dari empat anak) mungkin mengalami keluarga dari posisi psikologis anak bungsu jika ada jeda 10 tahun sebelum anak bungsu berikutnya lahir. Dan anak ketiga mungkin memiliki pengalaman sebagai anak bungsu selama 10 tahun pertama kehidupannya. Karena penganut Adler memandang sebagian besar masalah manusia bersifat sosial, mereka menekankan hubungan dalam keluarga sebagai sistem sosial kita yang paling awal dan mungkin paling berpengaruh. Adler mengamati bahwa banyak orang bertanya-tanya mengapa anak-anak dalam keluarga yang sama seringkali memiliki perbedaan yang sangat jauh, dan ia menunjukkan bahwa adalah suatu kesalahan jika berasumsi bahwa anak-anak dari keluarga yang sama terbentuk di lingkungan yang sama. Meskipun saudara kandung memiliki aspek yang sama dalam konstelasi keluarga, situasi psikologis setiap anak berbeda dengan anak lainnya karena urutan kelahiran. Uraian pengaruh
17 urutan kelahiran berikut ini berdasarkan Ansbacher dan Ansbacher (1964), Dreikurs (1953), dan Adler (1931/1958) yang tercantum dalam buku Corey G (2012).. 1. Anak tertua umumnya mendapat banyak perhatian, dan selama dia menjadi anak tunggal, dia biasanya dimanjakan sebagai pusat perhatian. Dia cenderung dapat diandalkan dan pekerja keras serta berusaha untuk terus maju. Namun, ketika saudara laki-laki atau perempuan baru muncul, dia mendapati dirinya digulingkan dari posisi favoritnya. Dia tidak lagi unik atau istimewa. Dia mungkin langsung percaya bahwa pendatang baru (atau penyusup) akan merampas cintanya yang biasa dia terima. Seringkali, dia menegaskan kembali posisinya dengan menjadi anak teladan, memerintah anak-anak yang lebih kecil, dan menunjukkan dorongan berprestasi yang tinggi. 2. Anak kedua hanya dua yang berada pada posisi berbeda. Sejak ia lahir, ia membagi perhatiannya dengan anak lain. Tipikal anak kedua berperilaku seolah-olah dia sedang berlomba dan umumnya selalu bersemangat setiap saat. Seolah-olah anak kedua ini sedang dilatih untuk mengungguli kakak laki-laki atau perempuannya. Perjuangan kompetitif antara dua anak mempengaruhi jalan hidup mereka selanjutnya. Anak yang lebih kecil mengembangkan kemampuan untuk menemukan titik lemah anak yang lebih tua dan mulai mendapatkan pujian dari orang tua dan guru dengan mencapai keberhasilan ketika kakaknya gagal. Jika salah satu berbakat dalam bidang tertentu, yang lain berusaha untuk mendapatkan pengakuan dengan mengembangkan kemampuan lain. Anak kedua seringkali bertolak belakang dengan anak sulung. 3. Anak tengah sering terasa terjepit. Anak ini mungkin menjadi yakin akan ketidakadilan hidup dan merasa ditipu. Orang ini mungkin mengambil sikap “kasihan aku” dan bisa menjadi anak bermasalah. Namun, khususnya dalam keluarga yang bercirikan konflik, anak tengah bisa menjadi penghubung dan pembawa damai, orang yang menyatukan segala sesuatunya. Jika ada empat anak dalam satu keluarga, anak kedua akan sering merasa seperti anak tengah dan anak ketiga akan lebih santai, lebih sosial, dan mungkin sejajar dengan anak pertama. 4. Anak bungsu selalu menjadi bayi dalam keluarga dan cenderung menjadi orang yang paling dimanjakan. Karena dimanja atau dimanjakan, ia mungkin mengembangkan ketidakberdayaan menjadi suatu bentuk seni dan menjadi ahli dalam menempatkan orang lain untuk melayaninya. Anak bungsu cenderung menempuh jalannya sendiri, seringkali berkembang dengan cara yang belum pernah dicoba oleh anggota keluarga lainnya dan mungkin lebih unggul dari semua orang.
18 5. Anak tunggal mempunyai masalah sendiri. Meskipun ia memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan anak tertua (misalnya, dorongan berprestasi yang tinggi), ia mungkin tidak belajar untuk berbagi atau bekerja sama dengan anak-anak lain. Dia akan belajar menghadapi orang dewasa dengan baik, karena merekalah yang membentuk dunia kekeluargaannya yang asli. Seringkali, anak tunggal dimanjakan oleh orang tuanya dan menjadi terikat pada salah satu atau kedua orang tuanya. Dia mungkin ingin menjadi pusat perhatian sepanjang waktu, dan jika posisinya ditantang, dia akan merasa itu tidak adil. Urutan kelahiran dan interpretasi posisi seseorang dalam keluarga sangat berkaitan dengan cara orang dewasa berinteraksi di dunia. Individu memperoleh gaya tertentu dalam berhubungan dengan orang lain di masa kanak-kanak dan membentuk gambaran pasti tentang diri mereka sendiri yang mereka bawa ke dalam interaksi orang dewasa. Dalam terapi Adlerian, bekerja dengan dinamika keluarga, khususnya hubungan antar saudara kandung, mengambil peran kunci, namun Adlerian tidak secara dogmatis mengadopsi deskripsi urutan kelahiran. Penting untuk menghindari stereotip pada individu, namun tren kepribadian tertentu yang dimulai pada masa kanak-kanak sebagai akibat dari persaingan saudara kandung dapat mempengaruhi individu sepanjang hidup. G. Pribadi yang Sehat dan Bermasalah Pada dasarnya keabnormalan kepribadian seseorang disebabkan oleh inferiority feeling yang tidak ditanggulangi dengan baik atau dibesar-besarkan serta berlangsung secara tidak wajar dan akan menimbulkan bibit ketidakwajaran atau ketidaknormalan, apalagi dibarengi dengan kecacatan fisik dan mental, perlakuan orang tua yang tidak wajar dan anak yang ditelantarkan. Susunan dalam keluarga juga dapat memperkuat perasaan rendah diri pada diri anak. Anak sulung yang diberi yang banyak sampai anak kedua lahir memiliki kemungkinan menjadi ditelantarkan dan merasa dirinya tidak aman. Anak bungsu cenderung menjadi manja dan takut bersaing dengan kakaknya. Anak tunggal dimanjakan oleh orang tuanya dan kemungkinan akan menghabiskan sisa hidupnya dengan usaha memperoleh kembali kedudukan yang menyenangkan. Kekacauan psikologis dan kekacauan perilaku dapat dianggap sebagai jalan hidup yang salah, atau terbentuknya asumsi yang salah. Hal ini dapat mencakup gaya hidup yang salah, tujuan keberhasilan yang keliru, dan minat sosial yang kurang berkembang. Penganut adler berpendirian bahwa konseli bukan menderita suatu penyakit, melainkan
19 karena suatu “kegagalan” dalam memecahkan masalah hidup dan dalam melaksanakan tugasnya yang dibangun oleh kehidupannya. H. Ringkasan Materi Teori Adler dimulai dengan pertimbangan perasaan rendah diri, yang ia lihat sebagai kondisi normal semua orang dan sebagai sumber segala perjuangan manusia. Adler percaya bahwa individu tersebut mulai membentuk pendekatan untuk hidup di suatu tempat dalam 6 tahun pertama kehidupan. Konsep persepsi subjektif dalam konteks Adlerian atau Psikologi Individual merujuk pada cara individu mengalami dan mempersepsikan dunia mereka secara pribadi. Adler menekankan bahwa kepribadian manusia menjadi satu kesatuan melalui pengembangan tujuan hidup. Minat sosial mengacu pada kesadaran individu sebagai bagian dari komunitas manusia dan sikap individu dalam menghadapi dunia sosial. Pendekatan Adlerian memberikan perhatian khusus pada hubungan antar saudara kandung dan posisi lahir psikologis dalam keluarga seseorang. Pada dasarnya keabnormalan kepribadian seseorang disebabkan oleh inferiority feeling yang tidak ditanggulangi dengan baik atau dibesar-besarkan serta berlangsung secara tidak wajar dan akan menimbulkan bibit ketidakwajaran atau ketidaknormalan, apalagi dibarengi dengan kecacatan fisik dan mental, perlakuan orang tua yang tidak wajar dan anak yang ditelantarkan. I. Evaluasi 1. Apa yang dimaksud dengan "perasaan inferioritas" dalam konteks Psikologi Individual Adlerian, dan bagaimana perasaan ini mempengaruhi perilaku manusia? 2. Bagaimana konselor Adlerian dapat membantu klien mengidentifikasi dan merinci tujuan hidup mereka? 3. Bagaimana konsep kesadaran sosial dapat membantu klien memahami peran mereka dalam masyarakat dan lingkungan sosial? J. Daftar Pustaka Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (8th Ed.). USA: Thomson Brooks/Cole. Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling (8th Ed.). USA: Brooks/Cole. Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2004). Theoretical Models of Counseling and Psychotherapy. New York: Brunner-Routledge. Mosak, H., & Maniacci, M. (2013). Primer of Adlerian psychology: The analytic behavioural cognitive psychology of Alfred Adler. Routledge.
20 BAB IV HAKIKAT KONSELING ADLERIAN A. Tujuan Konseling Adlerian Tujuan utama terapi adalah untuk mengembangkan rasa memiliki konseli dan membantu penerapan perilaku dan proses yang bercirikan perasaan komunitas dan minat sosial. Hal ini dicapai dengan meningkatkan kesadaran diri konseli dan menantang serta memodifikasi premis fundamental, tujuan hidup, dan konsep dasar mereka 1. Membentuk dan memelihara hubungan empati antara konseli dengan konselor yang didasarkan atas saling mempercayai dan menghargai di mana konseli merasa dipahami dan diterima oleh konselor. 2. Memberikan suatu iklim terapeutik dimana konselor dapat memahami keyakinankeyakinan dan perasaan-perasaan dasarnya mengenai diri sendiri dan memahami, mengapa keyakinan itu salah. 3. Membantu konseli mengembangkan wawasan mengenai tujuan-tujuannya keliru dan perilakunya yang cenderung merugikan dirinya melalui proses konfrontasi dan penafsiran. 4. Membantu konseli menemukan pilihan-pilihan dan mendorongnya membuat pilihan. B. Kondisi Pengubahan Konseling Kondisi pengubahan dalam proses konseling Adlerian merujuk pada perubahan yang terjadi pada konseli seiring waktu sebagai hasil dari interaksi dengan konselor dan penerapan konsep-konsep Adlerian. Berikut adalah beberapa kondisi pengubahan dalam proses konseling Adlerian: 1 Pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri Salah satu kondisi pengubahan yang diharapkan adalah bahwa konseli mengalami pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri. Melalui eksplorasi perasaan inferioritas, tujuan-tujuan hidup, dan pola-pola perilaku, konseli dapat mengembangkan wawasan yang lebih baik tentang motivasi dan orientasi hidup mereka. 2 Perubahan dalam cara memandang tantangan dan hambatan Konseling Adlerian bertujuan untuk membantu konseli mengubah cara mereka memandang tantangan dan hambatan. Konseli dapat mengembangkan pemahaman bahwa tantangan hidup dapat diatasi, dan hambatan dapat diubah menjadi peluang untuk pertumbuhan dan pembelajaran.
21 3 Peningkatan diri yang positif Proses konseling diharapkan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan citra diri dan pandangan positif tentang diri sendiri. Konseli mungkin mulai melihat kekuatan mereka sendiri, mencapai tujuan-tujuan kecil, dan merasa lebih percaya diri dalam mengatasi hidup sehari-hari. 4 Pengembangan tujuan hidup yang lebih kuat dan bermanfaat Melalui konseling Adlerian, konseli diharapkan dapat mengidentifikasi dan mengembangkan tujuan hidup yang lebih jelas dan bermanfaat. Ini dapat mencakup merinci langkah-langkah konkrit untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. 5 Peningkatan hubungan sosial dan interpersonal Kondisi pengubahan yang diharapkan termasuk peningkatan dalam kemampuan berkomunikasi, membangun hubungan sosial yang sehat, dan berkontribusi pada lingkungan sosial dengan cara yang positif. Konseli dapat mengalami perubahan dalam cara mereka berinteraksi dengan orang lain. 6 Mengatasi perasaan inferioritas secara konstruktif Konseling Adlerian bertujuan membantu konseli mengatasi perasaan inferioritas dengan cara yang konstruktif. Konseli dapat memahami bahwa perasaan inferioritas dapat menjadi dorongan untuk pertumbuhan dan pencapaian, bukan hambatan yang tak teratasi. 7 Peningkatan kemandirian dan tanggung jawab Kondisi pengubahan yang diinginkan melibatkan peningkatan kemandirian dan tanggung jawab. Konseli dapat mengembangkan kemampuan untuk mengambil tanggung jawab atas kehidupan mereka, membuat keputusan yang lebih baik, dan mengelola hidup secara mandiri. 8 Perubahan pola perilaku yang merugikan Proses konseling diharapkan dapat membantu konseli mengidentifikasi dan mengubah pola perilaku yang merugikan diri sendiri. Ini mungkin mencakup pengembangan strategi coping yang lebih sehat dan pembentukan kebiasaan positif. Kondisi pengubahan dalam konseling Adlerian mencerminkan evolusi positif individu menuju pemahaman diri yang lebih baik, keseimbangan, dan mencapai tujuan hidup yang lebih memuaskan. Proses ini berfokus pada memungkinkan konseli untuk menjadi pribadi yang lebih sehat dan mandiri.
22 C. Contoh Kasus dalam Konseling Adlerian Kasus: Kecemasan Sosial Deskripsi Kasus: Seorang individu, misalnya, bernama Alex, mengalami kecemasan sosial yang signifikan. Dia merasa sangat cemas dan tidak nyaman ketika harus berbicara di depan umum atau berinteraksi dengan orang-orang dalam situasi sosial. Cara Penanganan dengan Konseling Adlerian 1. Wawancara Kolaboratif: Konselor akan mulai dengan wawancara kolaboratif, mendengarkan Alex dengan empati untuk memahami pengalaman dan perasaannya terkait kecemasan sosial. 2. Analisis Keluarga: Konselor akan mencari tahu apakah ada faktor-faktor dalam keluarga Alex yang mungkin telah mempengaruhi perkembangan kecemasan sosialnya. Mungkin ada pola-pola dalam keluarganya yang berperan dalam perkembangan masalah. 3. Penyadaran Tujuan Hidup: Konselor akan membantu Alex mengidentifikasi tujuantujuan hidupnya dan bagaimana kecemasan sosial ini mungkin menghalangi dia dalam mencapai tujuannya. Misalnya, jika salah satu tujuan Alex adalah maju dalam karirnya, kecemasan sosialnya dapat menghambatnya dalam berbicara di depan publik. 4. Pemberian Tugas: Konselor dapat memberikan tugas praktis kepada Alex untuk menghadapi ketakutan sosialnya. Ini mungkin mencakup tugas-tugas kecil seperti berbicara di depan sekelompok kecil teman atau keluarga terlebih dahulu. 5. Reorientasi Positif: Konselor akan membantu Alex merancang perubahan positif dalam perilaku dan pemikiran, seperti mengganti pikiran negatifnya dengan pemikiran positif, membangun rasa percaya diri, dan mengatasi kecemasan. 6. Role Playing: Konselor dapat menggunakan teknik drama kehidupan di mana Alex memainkan peran dalam situasi sosial tertentu untuk mendapatkan wawasan tentang cara mengatasi kecemasan. 7. Pemberian Dukungan: Konselor akan memberikan dukungan emosional kepada Alex selama proses konseling dan membantunya merasa didengar dan dimengerti. Selama sesi konseling Adlerian, konselor akan bekerja sama dengan Alex untuk mengatasi kecemasan sosialnya, memahami akar perasaan inferioritas yang mungkin terkait dengan masalah ini, dan membantu Alex mencapai tujuan hidupnya yang lebih besar. Pendekatan ini memberikan perhatian khusus pada pemahaman individu dalam
23 konteks kehidupan mereka dan bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial mereka. D. Ringkasan Materi Tujuan konseling Adlerian adalah untuk meningkatkan rasa memiliki konseli dan membantu penerapan perilaku dan proses yang bercirikan perasaan komunitas dan minat sosial. Ini dicapai dengan meningkatkan kesadaran diri konseli dan menantang dan mengubah keyakinan dasar, tujuan hidup, dan gagasan dasar mereka. Kondisi pengubahan dalam konseling Adlerian adalah istilah yang mengacu pada perubahan yang dialami oleh konseli seiring waktu sebagai akibat dari interaksi mereka dengan konselor dan penerapan konsep-konsep Adlerian. Kondisi pengubahan ini menunjukkan kemajuan yang positif bagi konseli yang bertujuan untuk mencapai pemahaman diri yang lebih baik, keseimbangan, dan tujuan hidup yang lebih memuaskan. E. Evaluasi 1. Apa yang menjadi hal mendasar dalam penyusunan tujuan selama proses konseling Adlerian? 2. Apakah Anda memiliki pemahaman yang jelas tentang tujuan-tujuan hidup Anda, atau apakah Anda merasa bingung atau tidak pasti? 3. Menurut Anda, bagaimana perasaan inferioritas bisa berubah menjadi motivasi selama konseling? F. Daftar Pustaka Adler, A. (2013). The practice and theory of individual psychology (Vol. 133). Routledge. Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (8th Ed.). USA: Thomson Brooks/Cole. Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling (8th Ed.). USA: Brooks/Cole. Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2004). Theoretical Models of Counseling and Psychotherapy. New York: Brunner-Routledge. Sweeney, T. J. (2009). Adlerian counseling and psychotherapy: A practitioner's approach. Taylor & Francis.
24 BAB V TAHAPAN DAN TEKNIK KONSELING ADLERIAN A. Tahapan Konseling Adlerian Konseling Adlerian dilakukan melalui 4 (empat) tahap utama yaitu: 1. Membentuk dan memelihara hubungan konseling 2. Jelajahi dinamika psikologis yang terjadi pada konseli (penilaian) 3. Mendorong pengembangan pemahaman diri (wawasan terhadap tujuan) 4. Reorientasi dan reedukasi Tahap 1 Membentuk dan memelihara hubungan konseling Praktisi Adlerian bekerja secara kolaboratif dengan konseli, dan hubungan ini didasarkan pada rasa ketertarikan yang tumbuh menjadi kepedulian, keterlibatan, dan persahabatan. Kemajuan terapeutik hanya mungkin terjadi bila ada keselarasan tujuan yang jelas antara terapis dan konseli. Proses konseling, agar efektif, harus menangani masalahmasalah pribadi yang dianggap penting oleh konseli dan bersedia untuk dieksplorasi dan diubah. Penganut Adler lebih memperhatikan pengalaman subjektif konseli dibandingkan dengan penggunaan teknik. Selama fase awal konseling, terapis berupaya memahami identitas konseli dan pengalaman dunianya. Teknik disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing konseli dan mungkin termasuk menghadiri dan mendengarkan dengan empati, mengikuti pengalaman subjektif konseli sedekat mungkin, mengidentifikasi dan memperjelas tujuan, dan menyarankan firasat awal tentang tujuan dalam gejala, tindakan, dan interaksi konseli. Konselor Adlerian umumnya aktif, terutama pada sesi awal. Adlerian berupaya memahami pesan verbal dan nonverbal konseli; mereka ingin mengakses pola inti dalam kehidupan konseli. Jika konseli merasa sangat dipahami dan diterima, konseli cenderung fokus pada apa yang diinginkannya dari terapi dan dengan demikian menetapkan tujuan. Pada tahap ini fungsi konselor adalah memberikan sudut pandang luas yang pada akhirnya akan membantu konseli memandang dunianya secara berbeda. Tahap 2 Analisis dinamika psikologis dan penilaian Konselor melakukan analisis untuk memahami gaya hidup konseli dan mengamati bagaimana gaya hidup itu mempengaruhi perilaku konseli. Konselor dapat memulai dengan menjajaki bagaimana konseli hidup dalam menjalankan kehidupan sosial seharihari pada saat ini, bagaimana perasaan mereka sendiri dan bagaimana status sosialnya.
25 Tujuan tahap ini adalah untuk mengarahkan konseli supaya dapat keluar dari kekeliruannya sendiri dengan selalu memberikan syarat untuk keberhasilannya. Eksplorasi dinamika psikologis dapat dilakukan oleh wawancara objektif yang berupaya menemukan informasi tentang (a) bagaimana permasalahan dalam kehidupan konseli bermula; (b) segala peristiwa yang memicu; (c) riwayat kesehatan, termasuk pengobatan saat ini dan masa lalu; (d) sejarah sosial; (e) alasan konseli memilih terapi saat ini; (f) kemampuan seseorang dalam menghadapi tugas-tugas kehidupan; dan (g) penilaian gaya hidup. Berdasarkan pendekatan wawancara yang dikembangkan oleh Adler dan Dreikurs, penilaian gaya hidup dimulai dengan penyelidikan konstelasi keluarga dan riwayat masa kanak-kanak seseorang (Powers & Griffith, 2012a; Shulman & Mosak, 1988). Konselor juga menafsirkan ingatan awal seseorang, berusaha memahami makna yang dilekatkan pada pengalaman hidup. Mereka beroperasi dengan asumsi bahwa penafsiran yang dikembangkan orang tentang diri mereka sendiri, orang lain, dunia, dan kehidupanlah yang mengatur apa yang mereka lakukan. Penilaian gaya hidup berusaha untuk mengembangkan narasi holistik tentang kehidupan seseorang, untuk memahami cara orang tersebut mengatasi tugas-tugas kehidupan, dan untuk mengungkap interpretasi dan logika pribadi yang terlibat dalam upaya mengatasi hal tersebut. Proses penilaian mengeksplorasi bagaimana gaya hidupnya tidak sejalan dengan tujuan yang dinyatakannya, yaitu menginginkan koneksi. Tahap 3 Mendorong pengembangan pemahaman diri (wawasan terhadap tujuan) Selama tahap ketiga ini, terapis Adlerian menafsirkan temuan penilaian sebagai jalan untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan diri. Ketika Adlerian berbicara tentang wawasan, yang mereka maksud adalah pemahaman tentang motivasi yang bekerja dalam kehidupan konseli. Pemahaman diri hanya mungkin terjadi ketika maksud dan tujuan perilaku yang tersembunyi disadarkan. Adlerian menganggap wawasan sebagai bentuk kesadaran khusus yang memfasilitasi pemahaman bermakna dalam hubungan terapeutik dan bertindak sebagai landasan perubahan. Wawasan tanpa tindakan tidaklah cukup. Wawasan adalah sarana untuk mencapai tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri. Orang dapat membuat perubahan yang cepat dan signifikan tanpa banyak wawasan. Pengungkapan dan interpretasi yang tepat waktu merupakan teknik yang memudahkan proses memperoleh wawasan.penafsiran berkaitan dengan motif mendasar konseli untuk berperilaku seperti yang mereka lakukan di sini dan saat ini. Pengungkapan dan penafsiran Adlerian berkaitan dengan penciptaan kesadaran akan arah hidup seseorang, tujuan dan
26 tujuan seseorang, logika pribadi seseorang dan cara kerjanya, serta perilaku seseorang saat ini. Tahap 4 Reorientasi dan Reedukasi Tahap keempat berfokus pada kegiatan untuk membantu konseli membuat pilihan baru (reorientasi) dan memberikan pendidikan ulang kepada konseli (reedukasi). Tahap ini mendorong konseli menemukan perspektif baru yang lebih fungsional serta ditantang untuk mengembangkan keberanian mengambil risiko dan berbuat hal baru dalam kehidupannya. Penganut Adler percaya bahwa keputusasaan adalah kondisi dasar yang menghalangi seseorang untuk berfungsi, dan mereka memandang dorongan sebagai penawarnya. Sebagai bagian dari proses dorongan, Adlerian menggunakan berbagai teknik relasional, kognitif, perilaku, emosional, dan pengalaman untuk membantu konseli mengidentifikasi dan menantang kognisi yang merugikan diri sendiri, menghasilkan alternatif persepsi, dan memanfaatkan aset, kekuatan, dan sumber daya. Reorientasi dan reedukasi memfokuskan konseli supaya mencari cara untuk mengubah orientasi gaya hidup mereka ke sisi kehidupan yang bermanfaat, sehingga meningkatkan perasaan komunitas dan minat sosial. Sisi berguna mencakup rasa memiliki dan dihargai, memiliki ketertarikan pada orang lain dan kesejahteraan mereka, keberanian, penerimaan ketidaksempurnaan, percaya diri, rasa humor, kemauan untuk berkontribusi, dan keramahan yang ramah. B. Teknik-Teknik Konseling Adlerian 1) Menyatakan Kembali (Restatement) Ketika konseli menjadi tidak yakin dan ragu dalam menyampaikan sesuatu konselor dapat membantu konseli mengeksplorasi dirinya menggunakan teknik menyatakan kembali dengan cara mengulang pernyataan konseli. Contohnya “saya tidak menyukai....”, lalu konselor mengulang kembali dengan “kamu tidak menyukai.....” 2) Penilaian (Assessment) Meneliti aspek-aspek seperti konstelasi keluarga, urutan kelahiran, masalah hubungan, ingatan awal, dan mimpi merupakan beberapa pendekatan penilaian yang digunakan. Semua elemen ini memberikan wawasan tentang tujuan, sasaran, dan gaya hidup setiap individu. Penyelidikan psikologis dengan menggunakan salah satu metode ini dapat memberikan wawasan tentang bagaimana konseli memahami diri mereka sendiri, dunia, kehidupan, serta keyakinan yang mungkin terkait dengan penilaian ini. 3) Penafsiran
27 Penafsiran adalah teknik yang memfasilitasi proses memperoleh wawasan tentang gaya hidup seseorang. Interpretasi berkaitan dengan motif mendasar anggota dalam berperilaku seperti yang mereka lakukan di sini dan saat ini. Interpretasi tidak pernah dipaksakan pada konseli; mereka disajikan secara tentatif dalam bentuk hipotesis: “Mungkinkah itu _______?” “Saya punya firasat yang ingin saya sampaikan kepada Anda.” “Menurut saya _______.” “Mungkin _______.” “Saya mendapatkan kesan bahwa _______.” 4) Gaya Bertanya Socrates Teknik ini sangatlah penting dikarenakan seperti layaknya Socrates yang mencetus lahirnya ide-ide baru, Adlerian konselor melahirkan ide-ide baru dalam hal pendekatan terhadap hidup konseli. Gaya bertanya Socrates memiliki karakteristik seperti berikut ini. ● Memberi konseli gambaran atau ringkasan dari setiap pertanyaannya. ● Gayanya lembut, sopan, diplomatis, dan sangat ramah ● Pada tahapan awal konselor dapat mengumpulkan informasi, menjelaskan makna, dan mengembangkan perasaan konseli. ● Pada tahap pertengahan, pertanyaan yang diajukan berupaya menggali tujuan bawah sadar, alasan pribadi, dan emosi yang lebih dalam ● Pada tahap akhir konseling hal ini mungkin berdampak pada arah baru untuk dievaluasi. ● Memberikan tanggung jawab terhadap pilihan dan kesimpulan bagi konseli. 5) Bermain Peran (Role Playing) Konseli mungkin melewatkan beberapa peristiwa penting akibat masalah dengan orang tua atau kelompok sosial. Tujuan dari bermain peran adalah untuk mengatasi hal ini. Metode ini digunakan dalam setting kelompok pada tahap pertengahan untuk memberikan konseli kesempatan mempraktikkan perilaku mereka di bawah pengawasan konselor. Anggota kelompok yang lain mendukung proses pemulihan konseli dengan berperan sebagai keluarga atau anggota lingkungan sosial lainnya. Selain itu, dengan mendukung pertumbuhan pribadi teman satu grupnya, anggota kelompok dapat mengembangkan sikap sosial yang lebih baik. C. Ringkasan Materi Konseling Adlerian dilakukan melalui 4 (empat) tahap utama yaitu: 1) Membentuk dan memelihara hubungan konseling; 2) Jelajahi dinamika psikologis yang terjadi pada konseli (penilaian); 3) Mendorong pengembangan pemahaman diri (wawasan terhadap tujuan); 4) Reorientasi dan reedukasi. Teknik konseling Adlerian mencakup teknik 1)
28 Menyatakan Kembali (Restatement); 2) Penilaian (Assessment); 3) Penafsiran; 4) Gaya Bertanya Socrates; 5) Bermain Peran (Role Playing). D. Evaluasi 1. Bagaimana konselor Adlerian dapat membantu klien mengidentifikasi dan mengartikulasikan tujuan hidup mereka pada tahap awal sesi konseling? 2. Mengapa pemahaman perasaan inferioritas dianggap kunci dalam tahap eksplorasi dan penilaian dalam konseling Adlerian? 3. Bagaimana konselor dapat memilih dan menyesuaikan teknik konseling Adlerian sesuai dengan kebutuhan unik klien mereka? E. Daftar Pustaka Bitter, J.R., Sonstegard, M.A., & Pelonis, P. (2004). Adlerian Group Counseling and Therapy: Step-by-Step (1st ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9780203492949 Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (8th Ed.). USA: Thomson Brooks/Cole. Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling (8th Ed.). USA: Brooks/Cole. Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2004). Theoretical Models of Counseling and Psychotherapy. New York: Brunner-Routledge. Mosak, H., & Maniacci, M. (2013). Primer of Adlerian psychology: The analytic behavioural cognitive psychology of Alfred Adler. Routledge. Nurihsan, A. J. (2021). Teori dan Praktik Konseling. Bandung: Refika Sweeney, T. J. (2009). Adlerian counseling and psychotherapy: A practitioner's approach. Taylor & Francis.
29 BAB VI KONSELING KELOMPOK ADLERIAN A. Konsep Utama Konseling Kelompok Konseling kelompok Adlerian yakni proses konseling yang dilaksanakan secara berkelompok dengan menerapkan teknik-teknik konseling Adler. Dalam Corey (2009) dijelaskan bahwa Adlerian percaya bahwa permasalahan individu pada dasarnya bersifat sosial. Ini diasumsikan bahwa kelompok dapat menjadi agen perubahan karena mampu menyediakan konteks sosial di mana para anggotanya dapat mengembangkan rasa memiliki, keterhubungan sosial, dan komunitas sehingga permasalahan sosial dan emosional dapat dilawan secara efektif. Carlson, Watts, dan Maniacci (2006) mengidentifikasi esensi dari kelompok yang mana menyediakan keamanan bagi individu untuk dapat belajar bagaimana bertindak dalam kehidupan, dan anggotanya juga bisa saling memahami dan menerima perbedaan pikiran serta perasaan. Konseling kelompok Adlerian terfokus pada pemahaman pola perilaku yang ditunjukkan anggota kelompok untuk berubah sehingga menggunakan dinamika kelompok untuk membantu konseli dalam menyadari kekuatan, kelemahan, dan menemukan cara untuk mengatasi permasalahannya. Kelebihan dari format kelompok yakni setiap anggota akan mendapat tanggapan balik dari anggota lainnya dan adanya dukungan sosial dari anggota kelompok. B. Tujuan Konseling Kelompok Adlerian Tujuan utama dari konseling kelompok Adlerian menurut Corey (2012) adalah (1) membangun hubungan terapeutik yang baik antara konselor dan anggota kelompok (2) menyediakan hubungan yang mendukung bagi konseli; (3) membantu konseli dalam menyelesaikan masalahnya melalui dinamika kelompok dengan fokus pada pertumbuhan dan tindakannya yang berorientasi pada pengalaman sosial; (4) memberikan wawasan dan pengetahuan baru untuk konseli. C. Peran dan Fungsi Pemimpin Kelompok Pemimpin kelompok Adlerian mendorong hubungan yang terbuka dan setara antara anggotanya yang merupakan dasar dari pendekatan Adlerian terhadap kelompok. Pemimpin kelompok berfungsi sebagai model bagi para anggota, yang sering belajar lebih banyak dari apa yang dilakukan oleh para pemimpin dalam kelompok daripada apa
30 yang mereka katakan. Sejumlah atribut pribadi yang spesifik sangat penting bagi konselor kelompok Adlerian dan merupakan prasyarat untuk memenuhi peran dan fungsi mereka secara efektif dalam kelompok. Beberapa karakteristik ini termasuk kehadiran, kepercayaan diri, menunjukkan keberanian untuk menjadi tidak sempurna, kesediaan untuk mengambil risiko, penerimaan, kepedulian, kesediaan untuk menjadi model, semangat kolaboratif, rasa humor, mendengarkan tujuan dan motif, dan keyakinan akan manfaat proses kelompok. Untuk hasil yang optimal, konselor wajib memahami identitas, keyakinan, dan perasaan mereka sendiri. Mereka juga harus menyadari kondisi dasar yang penting untuk pertumbuhan anggota kelompok (Sonstegard & Bitter, 2004). Konselor sebagai pemimpin konseling kelompok Adlerian memiliki peran untuk menjaga proses kelompok (Corey, 2012). Praktisi kelompok memiliki tugas untuk menciptakan struktur yang mendorong interaksi terbuka, keterlibatan, penerimaan yang tidak menghakimi, konfrontasi, dan komitmen. Konselor kelompok Adlerian cenderung cukup aktif, terutama selama sesi kelompok awal. Mereka menyediakan struktur untuk sesi dengan membantu anggota untuk menentukan tujuan pribadi, melakukan penilaian psikologis individu dalam kelompok, menawarkan interpretasi, dan memandu penilaian kelompok. D. Peran dan Fungsi Anggota Kelompok Fungsi dari anggota kelompok yakni menjadikan konselor sebagai model dalam untuk kemudian bisa memformulasikan detail rencana pengubahan perilaku mereka sehingga mendapat apa yang dikehendaki. Sementara perannya sebagai anggota kelompok yakni menjaga hubungannya dengan anggota kelompok lain di mana menganggap semua anggota kelompok sederajat dimana tak ada pihak berkedudukan lebih tinggi atau rendah yang didasari kerjasama, kepercayaan, saling menghormati, kerahasiaan, dan keselarasan tujuan. Selain itu, anggota kelompok perlu terlibat aktif dalam berpendapat sehingga tujuan kelompok dapat dicapai. E. Tahapan Konseling Kelompok Menurut Corey (2012) terdapat 4 tahapan dari konseling kelompok Adlerian. 1. Membangun dan menjaga hubungan kohesif dengan anggota kelompok Adapun tahap pertama membangun hubungan teraupetik yang didasarkan pada kerjasama, kolaborasi, kesetaraan, dan rasa saling menghormati. Adlerian menegaskan bahwa membangun dan mempertahankan hubungan terapeutik yang
31 kuat pada tahap awal konseling akan mengarahkan pada keberhasilan tahapan lainnya (Watts & Eckstein, 2009). Anggota kelompok didorong terlibat aktif karena bertanggung jawab atas keterlibatannya sendiri dalam kelompok. Proses menciptakan hubungan terapeutik ini mendukung pengembangan tugas bersama dimana pemimpin maupun anggota perlu bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. 2. Eksplorasi dinamika individu anggota kelompok melalui asesmen dan analisis Tujuan dari tahapan ini terdiri dari dua, yakni memahami gaya hidup konseli dan mengobservasi mengenai bagaimana gaya hidup tersebut mempengaruhi perilakunya dalam menjalankan kehidupan (Mosak & Maniacci, 2011). Analisis gaya hidup merupakan proses berkelanjutan yang dapat membantu konselor dan anggota kelompok mengembangkan rencana konseling. Di tahap ini perlu menghimpun informasi mengenai kehidupan anggota dalam konteks sosial dan budaya seperti bagaimana peran dan fungsi anggota dalam pekerjaannya atau kehidupan sehari-harinya, dan bagaimana perasaan mereka serta statusnya. Teknik yang digunakan perlu untuk menganalisis berbagai aspek seperti anggota keluarga, urutan kelahiran, mimpi, dan lain sebagainya, Selama tahap asesmen dan analisis, tugas utama konselor sebagai pemimpin kelompok adalah mengintegrasikan dan meringkas data dari observasi gaya hidup lalu menginterpretasikan bagaimana pemahaman yang salah dan anggapan pribadi dapat mempengaruhi konseli. 3. Membangun kesadaran dan wawasan anggota kelompok Dalam kelompok, kesadaran ditingkatkan melalui umpan balik dan dukungan dari anggota lain yang mungkin lebih penting daripada apa yang dikatakan oleh pemimpin kelompok. Tahapan ini juga berkaitan dengan anggota kelompok yang membantu satu sama lain untuk memahami alasan tindakannya. Dalam tahap ini konselor dapat menggunakan teknik penafsiran. Anggota kelompok diajak untuk membuat penafsiran mereka sendiri dengan tujuan agar didapatkan pemahaman psikologis lebih mendalam mengenai diri mereka sendiri. Tujuannya adalah agar anggota kelompok untuk memperoleh kesadaran yang lebih dalam tentang peran mereka sendiri dalam menciptakan masalah, cara-cara yang mereka gunakan untuk mempertahankan masalah tersebut, dan apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki situasi. 4. Reorientasi dan reedukasi
32 Tahap reorientasi dan re edukasi terdiri dari pemimpin dan anggota kelompok yang bekerja sama dalam mengatasi keyakinan yang salah mengenai diri, kehidupan, dan orang lain. Selama tahap ini, para anggota menerapkan wawasan ke dalam tindakan, membuat pilihan-pilihan baru yang lebih konsisten dengan tujuan yang mereka inginkan (Carlson & Englar-Carlson, 2008), Anggota kelompok didorong untuk mengambil tindakan berdasarkan apa yang telah mereka pelajari dari partisipasi kelompok dimana mereka telah mengenali konsep diri yang salah atau tujuan keliru yang mereka kejar. Tindakan yang dimaksud berupa pembuatan keputusan dan tujuan yang telah diubah dan mereka harus bersedia menyusun tugas untuk diri mereka sendiri. Komitmen juga diperlukan dalam mengaktualisasikan wawasan menjadi perbuatan nyata F. Ringkasan Materi ➢ Konseling kelompok Adlerian adalah proses konseling yang memanfaatkan dinamika kelompok dengan menerapkan teknik-teknik konseling Adler untuk membantu anggota kelompok dalam menyadari kekuatan, kelemahan, dan menemukan cara untuk mengatasi permasalahannya. ➢ Tujuan utama dari konseling kelompok Adlerian adalah (1) membangun hubungan terapeutik yang baik antara konselor dan konseli; (2) menyediakan hubungan yang mendukung bagi konseli; (3) membantu konseli dalam menyelesaikan masalahnya melalui dinamika kelompok dengan fokus pada pertumbuhan dan tindakannya yang berorientasi pada pengalaman sosial; (4) memberikan wawasan dan pengetahuan baru untuk konseli ➢ Peran pemimpin kelompok yakni menjaga proses kelompok, sedangkan fungsinya yakni sebagai model bagi para anggota. ➢ Peran anggota kelompok yakni menjaga hubungan dengan anggota kelompok lainnya dan terlibat aktif dalam proses konseling, sedangkan fungsinya yakni menjadikan konselor sebagai model untuk memformulasikan detail rencana pengubahan. ➢ Tahapan konseling kelompok Adlerian ada 4, yaitu (1) Membangun dan menjaga hubungan kohesif dengan anggota kelompok; (2) Eksplorasi dinamika individu anggota kelompok melalui asesmen dan analisis; (3) Membangun kesadaran dan wawasan anggota kelompok; dan (4) Reorientasi dan reedukasi.
33 G. Evaluasi 1. Bagaimana bisa kelompok dalam konseling Adlerian disebut sebagai agen perubahan yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan konseli? Jelaskan! 2. Apa yang harus dilakukan konselor selaku pemimpin kelompok apabila anggota kelompok mengalami kesulitan dalam melakukan penafsiran terhadap diri mereka? 3. Dalam tahap reorientasi dan re edukasi, apa saja yang diperlukan untuk membantu mempertahankan komitmen yang kuat oleh konseli agar dapat mengaktualisasikan wawasan menjadi tindakan nyata? H. Daftar Pustaka Carlson, J., Watts, R. E., & Maniacci, M. (2006). Adlerian therapy: Theory and practice. Washington, DC: American Psychological Association Carlson, J. D., & Englar-Carlson, M. (2008). Adlerian therapy. In J. Frew & M. Spiegler (Eds.), Contemporary psychotherapies for a diverse world. New York: Lahaska Press. Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (8th Ed.). USA: Thomson Brooks/Cole. Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling (8th Ed.). USA: Brooks/Cole. Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2004). Theoretical Models of Counseling and Psychotherapy. New York: Brunner-Routledge. Mosak, H. H., & Maniacci, M. P. (2011). Adlerian psychotherapy. In R. J. Corsini & D. Wedding (Eds.), Current psychotherapies (9th ed.). Belmont, CA: Brooks/Cole, Cengage Learning. Sonstegard, M. A., & Bitter, J. R. (with Pelonis, P.). (2004). Adlerian group counseling and therapy: Step-by-step. New York: Brunner-Routledge (Taylor & Francis). Watts, R. E., & Eckstein, D. (2009). Individual Psychology. In American Counseling Association (Ed.), The ACA encyclopedia of counseling (hlm. 281–283). Alexandria, VA: American Counseling Association.
34 BAB VII PENERAPAN KONSELING ADLERIAN A. Penerapan Konseling Adlerian dalam Setting Individual Konseling Adlerian baik secara konsep, teknik, dan tahapan dapat diterapkan secara individual untuk mengatasi berbagai bidang kehidupan karena didasarkan pada model pertumbuhan. Contohnya bimbingan pada anak, konseling orang tua dan anak, konseling pasangan, konseling keluarga, konseling anak/remaja/dewasa, konflik budaya, dan konseling rehabilitasi. Menurut Corey, Prinsip Adlerian ini telah diterapkan secara meluas pada program penyalahgunaan zat, masalah sosial untuk menangani kemiskinan dan kejahatan, masalah lansia, sistem sekolah, agama, dan bisnis. Penerapan konseling Adlerian dalam setting individu dapat diamati pada penelitian Agustriyana & Rani (2018) dimana terdapat peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat 3 orang siswa berusia antara 12-14 tahun setelah diberikan layanan konseling individual Adlerian. Idris & Hadi (2020) juga menerapkan konseling Adlerian kepada kakak beradik dengan sibling rivalry, hasilnya kedua saudara yang dimaksud menyadari kekeliruan dalam tindakan mereka dan berusaha memperbaiki hubungan satu sama lain. B. Penerapan Konseling Adlerian dalam Setting Kelompok Penerapan konseling Adlerian secara kelompok didasarkan pada premis bahwa suatu masalah sebagian besar sifatnya sosial sehingga dengan adanya situasi kelompok akan dapat menyediakan konteks sosial yang menjadi akar permasalahan tersebut. Konseling kelompok Adlerian dapat lebih unggul daripada setting individu karena konseli akan mendapatkan dukungan secara sosial dari anggota kelompok lain yang senasib dan mendapatkan umpan balik dari anggota lainnya. Namun ini juga menjadi keterbatasan dimana pemimpin kelompok dapat mengalami kesulitan dalam memahami gaya hidup masing-masing anggota dan menunjukkan pada mereka bagaimana pengalaman dapat mempengaruhi mereka saat ini. Bidang permasalahan yang dapat ditangani melalui konseling kelompok Adlerian juga beragam seperti konseling individu dan khasnya berkaitan dengan gaya hidup. Contoh penerapannya dilakukan oleh Rahima, Neviyarni, & Daharnis (2015) di mana rasa rendah diri siswa obesitas dapat menurun setelah mengikuti konseling kelompok Adlerian. Penelitian serupa juga dilakukan Amalia & Naqiyah (2017) dimana
35 menunjukkan bahwa penyesuaian diri siswa dapat meningkat setelah menerapkan konseling kelompok Adlerian. Contoh lainnya yaitu Husnia, Masril, & Silvianetri (2023) yang membuktikan bahwa terjadi peningkatan harga diri siswa sesudah diberikan layanan konseling kelompok pendekatan Adlerian. C. Ringkasan Materi ➢ Penerapan konseling Adlerian pada setting individu dapat diterapkan secara meluas melalui bimbingan pada anak, konseling orang tua dan anak, konseling pasangan, konseling keluarga, konseling anak/remaja/dewasa, konflik budaya, dan konseling rehabilitasi. ➢ Penerapan konseling Adlerian pada setting kelompok untuk mengatasi permasalahan yang sama dapat lebih unggul daripada setting individu karena konseli akan mendapatkan dukungan secara sosial dari anggota kelompok lain yang senasib dan mendapatkan umpan balik dari anggota lainnya. Namun juga memiliki keterbatasan dimana pemimpin kelompok dapat mengalami kesulitan dalam memahami gaya hidup masing-masing anggota dan menunjukkan pada mereka bagaimana pengalaman dapat mempengaruhi mereka saat ini. D. Evaluasi 1. Bagaimana upaya Anda untuk menentukan apakah lebih baik digunakan pendekatan konseling Adlerian pada setting individu atau kelompok? 2. Apabila Anda dihadapkan dengan kesulitan memahami gaya hidup anggota kelompok dalam proses konseling kelompok Adlerian, hal apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya? E. Daftar Pustaka Agustriyana, N. A. & Rani A. P. (2018). Keefektifan Adlerian Play Counseling Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa di Sekolah Inklusi. Jurnal Konseling Komprehensif: Kajian Teori dan Praktik Bimbingan dan Konseling, 5 (2). Amalia, R. W., & Naqiyah, N. (2017). Penerapan Konseling Kelompok Pendekatan Adlerian Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa di Lingkungan Sekolah Kelas X MIPA 2 di SMAN 1 Sooko Mojokerto. Jurnal BK UNESA, 7(2). Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (8th Ed.). USA: Thomson Brooks/Cole.
36 Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling (8th Ed.). USA: Brooks/Cole. Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2004). Theoretical Models of Counseling and Psychotherapy. New York: Brunner-Routledge. Idris, M. S. & Hadi, P. (2020). Sibling Rivalry and Its Management (A Case Study of a Family in Makassar). Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling, 6(2). Husnia, H., Masril, & Sivianetri. (2023). Efektivitas Konseling Kelompok Pendekatan Adlerian Untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa di MAS TI Candung. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 5(1). Rahima, R., Neviyarni, & Daharnis. (2015). Penerapan Konseling Kelompok Adlerian Untuk Mengurangi Rasa Rendah Diri Siswa Obesitas. KONSELOR, 4(1).
37 BAB VIII KELEBIHAN DAN KELEMAHAN A. Kelebihan Kelebihan dari konseling Adlerian menurut Corey antara lain: 1. Pendekatan Holistik. Konseling Adlerian menekankan pada pentingnya memahami individu dalam konteks lingkungan sosialnya, dengan mempertimbangkan hubungan, komunitas, dan budayanya. Perspektif holistik ini juga memungkinkan adanya pemahaman komprehensif tentang perilaku manusia. 2. Fokus pada pengalaman subjektif. Konseling Adlerian menghargai pengalaman dan persepsi subjektif individu di mana ini memainkan peran penting dalam membentuk perilaku dan keputusan mereka. Penekanan pada pengalaman subjektif ini dapat meningkatkan empati dan pemahaman dalam lingkungan terapeutik. 3. Pemberdayaan dan tanggung jawab pribadi. Konseling Adlerian menekankan pada tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwa individu memiliki kekuatan untuk membuat perubahan positif dalam kehidupannya. Fokus inilah yang mendorong individu untuk berperan aktif dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadinya. 4. Mendorong minat sosial. Konsep kepentingan sosial yang mengacu pada kepedulian seseorang terhadap kesejahteraan orang lain dan kesediaannya untuk berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya konseling Adlerian bertujuan untuk meningkatkan rasa memiliki dan hubungan individu dengan orang lain. 5. Penekanan pada penetapan tujuan. Konseling ini menitikberatkan pada pentingnya menetapkan tujuan yang bermakna dan berupaya mencapainya. Fokusnya pada perilaku yang diarahkan pada tujuan membantu individu memperoleh kejelasan mengenai pemikiran/pendapat mereka dan mengembangkan strategi untuk mengatasi hambatan. 6. Fleksibilitas dan individualisasi. Konseling Adlerian mengakui keunikan setiap individu dan menggunakan pendekatan yang fleksibel di mana bisa disesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan spesifik orang yang mencari bantuan. Individualisasi ini memungkinkan adanya intervensi dan strategi yang dipersonalisasi.
38 7. Perspektif berbasis kekuatan. Fokusnya yakni pada kekuatan dan kemampuan yang ada pada diri individu, bukan hanya pada kelemahan atau patologi mereka. Melalui hal ini, pendekatan Adlerian menumbuhkan lingkungan terapeutik yang positif dan penuh harapan. 8. Inklusi urutan kelahiran. Dalam konseling Adlerian hal yang menjadi perhatian salah satunya yakni anggapan urutan kelahiran sebagai faktor berpengaruh pada perkembangan kepribadian dan perilaku. Aspek ini memberi wawasan mengenai dinamika hubungan keluarga dan menawarkan kerangka pemahaman dampak urutan kelahiran terhadap kehidupan individu. 9. Praktis dan dapat diterapkan. Konseling Adlerian menawarkan konsep dan teknik yang praktis di mana bisa diterapkan dalam berbagai lingkungan seperti konseling, pendidikan, keluarga, pengasuhan anak, rehabilitasi, dan lainnya. Penekanannya pada tanggung jawab pribadi dan penetapan tujuan sebagai solusi yang efisien untuk pertumbuhan pribadi dan pemecahan masalah. 10. Penekanan pada kesetaraan sosial. Konseling Adlerian menekankan pada kesetaraan sosial dan pentingnya mengatasi ketidakadilan sosial. Hal ini mengakui adanya dampak faktor sosial terhadap kesejahteraan individu dan bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil. B. Kelemahan Kelemahan dari konseling Adlerian menurut Corey antara lain: 1. Kurangnya bukti empiris. Beberapa ahli menyampaikan bahwa konseling dengan pendekatan Adlerian tidak memiliki landasan empiris yang kuat dan konsep serta tekniknya belum cukup didukung penelitian ilmiah. Kritik ini cukup menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas dan validitasnya. 2. Subjektivitas dan interpretasi. Dalam konseling Adlerian sangat bergantung pada interpretasi atau penafsiran subjektif dari pengalaman dan perilaku individu. Subjektivitas ini dapat menimbulkan bias dan variasi dalam penerapan teori dalam praktik. 3. Terbatasnya fokus pada keragaman budaya. Meskipun terdapat pengakuan pengaruh faktor sosial terhadap individu, namun pendekatan ini tidak cukup mengatasi keragaman budaya dan pengalaman unik kelompok marginal. Keterbatasan ini dapat menghambat penerapannya dalam konteks multikultural.
39 4. Penekanan berlebihan pada urutan kelahiran. Adlerian terlalu menekankan urutan kelahiran sebagai faktor penentu perkembangan kepribadian. Fokus sempit ini mungkin dapat mengabaikan pengaruh signifikan lainnya terhadap kehidupan individu. 5. Kurangnya perhatian pada proses bawah sadar. Konseling Adlerian tidak memberi banyak perhatian pada proses bawah sadar dan peran bawah sadar seperti teori psikoanalitik lainnya. 6. Penekanan terbatas pada psikopatologi. Konseling Adlerian lebih berfokus pada pemahaman dan peningkatan fungsi yang sehat daripada secara khusus membahas psikopatologi. Penekanan terbatas ini mungkin tidak cukup untuk individu dengan gangguan kesehatan mental yang parah. 7. Potensi menyalahkan individu. Penekanan pada tanggung jawab prbadi mungkin secara tidak sengaja mengarah pada menyalahkan individu atas kesulitan atau tantangan yang mereka hadapi. Perspektif ini mungkin mengabaikan faktor-faktor sistemik dan pengaruh masyarakat terhadap kehidupan individu. 8. Kompleksitas teori. Konseling Adlerian mencakup berbagai konsep dan teknik yang mungkin sulit untuk dipahami dan diterapkan secara efektif. Kompleksitasnya mungkin dapat membuat konseling ini kurang mudah diakses dan praktis bagi sebagian konselor dan konseli. 9. Intervensi berbasis bukti yang terbatas. Meskipun menawarkan alat dan teknik praktis, tidak adanya dasar bukti kuat untuk intervensi spesifiknya menjadi keterbatasan yang menimbulkan kekhawatiran. Utamanya mengenai efektivitas dan kredibilitas praktik terapeutiknya. 10. Inkonsistensi dalam penerapan. Konseling Adlerian rentan terhadap penerapan yang tidak konsisten karena fleksibilitas dan individualisasinya. Hal ini ini mungkin menyulitkan penetapan pendekatan standar dan evaluasi efektivitasnya secara konsisten. C. Ringkasan Materi ⮚ Kelebihan konseling Adlerian yaitu (1) Pendekatan Holistik; (2) Fokus pada pengalaman subjektif; (3) Pemberdayaan dan tanggung jawab pribadi; (4) Mendorong minat sosial; (5) Penekanan pada penetapan tujuan; (6) Fleksibilitas dan individualisasi; (7) Perspektif
40 berbasis kekuatan; (8) Inklusi urutan kelahiran; (9) Praktis dan dapat diterapkan; (10) Penekanan pada kesetaraan sosial. ⮚ Kelemahan konseling Adlerian yaitu (1) Kurangnya bukti empiris; (2) Subjektivitas dan interpretasi; (3) Terbatasnya fokus pada keragaman budaya; (4) Penekanan berlebihan pada urutan kelahiran; (5) Kurangnya perhatian pada proses bawah sadar; (6) Penekanan terbatas pada psikopatologi; (7) Potensi menyalahkan individu; (8) Kompleksitas teori; (9) Intervensi berbasis bukti yang terbatas; (10) Inkonsistensi dalam penerapan. D. Evaluasi 1. Apa solusi Anda untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan dari konseling Adlerian? 2. Salah satu kelebihan dari konseling Adlerian ialah perspektif berbasis kekuatan di mana menumbuhkan lingkungan terapeutik yang positif dan penuh harapan. Jelaskan beserta contoh dari kelebihan tersebut! E. Daftar Pustaka Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (8th Ed.). USA: Thomson Brooks/Cole. Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling (8th Ed.). USA: Brooks/Cole. Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2004). Theoretical Models of Counseling and Psychotherapy. New York: Brunner-Routledge.
41 BAB IX HASIL-HASIL PENELITIAN No Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian 1. Raja Rahima, Neviyarni & Daharnis dalam sebuah penelitian berjudul “Penerapan Konseling Kelompok Adlerian Untuk Mengurangi Rasa Rendah Diri Siswa Obesitas” yang dilakukan pada tahun 2015. Untuk mengetahui (1) gambaran rasa rendah diri siswa obesitas sebelum (pretest) dan setelah diberikan konseling kelompok Adlerian (posttest); (2) menguji efektifitas konseling kelompok Adlerian untuk mengurangi rasa rendah diri siswa obesitas. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah preeksperimen dengan The One Group Pre-test Post-test Design. Pemilihan subjek dengan teknik nonrandom sampling, dengan metode purposive sampling dimana sebanyak 12 siswa obesitas di SMPI Khaira Ummah Padang yang hasil pretest-nya menunjukkan rasa rendah diri dengan kategori tinggi dan sedang. (1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi rasa rendah diri siswa obesitas sebelum dan sesudah diberikan perlakuan konseling kelompok Adlerian. Rasa rendah diri siswa obesitas mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan konseling kelompok Adlerian; (2) Konseling kelompok Adlerian
42 Instrumen penelitian menggunakan skala Likert. efektif untuk mengurangi rasa rendah diri siswa obesitas. 2. R. Aj Rizky Wulan Amalia dan Dr, Najlatun Naqiyah sebagai peneliti dalam penelitian berjudul “Penerapan Konseling Kelompok Pendekatan Adlerian Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa di Lingkungan Sekolah Kelas X MIPA 2 di SMAN 1 Sooko Mojokerto” pada tahun 2017. Untuk menguji penggunaan konseling kelompok pendekatan Adlerian dalam meningkatkan penyesuaian diri di lingkungan sekolah kelas X MIPA 2 di SMAN 1 Sooko Mojokerto. Penelitian ini menggunakan desain One Group Pretest – Posttest Desain. Observasi dilakukan sebanyak 2 kali yakni sebelum diberikannya perlakuan dan sesudah diberikannya perlakuan. Penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik dengan uji tanda (sign test). Sampelnya 5 siswa dengan hasil angket masuk kategori rendah diri yang tinggi. Kenaikan hasil pre-test dan post-test yang menunjukkan semua subjek penelitian mengalami peningkatan penyesuaian diri. 3. Nur Astuti Agustriyana dan Untuk mengetahui Subjek penelitian 3 Adanya peningkatan
43 Ariesza Puspita Rani sebagai peneliti dalam penelitian berjudul “Keefektifan Adlerian Play Counseling Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa di Sekolah Inklusi” pada tahun 2018. keefektifan Adlerian Play Counseling dalam meningkatkan kemampuan mengemukaka n pendapat siswa siswa berusia antara 12-14 tahun. Pengumpulan data melalui metode observasi dengan satuan ukur frekuensi. Penelitian ini menggunakan single-case experimental design dengan format perlakuan ABA withdrawal dengan pola multiple baseline across subject. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis visual inspection untuk melihat perubahan dan membandingkan efektivitas perlakuan. kemampuan mengemukaka n pendapat. Setelah diberikan perlakuan, subjek siswa sudah melakukan kontak sosial yang baik berupa kontak sosial verbal. Kontak verbal diantaranya bicara dengan suara lebih keras dan melihat orang yang diajak berkomunikasi dan berdiskusi saat proses pembelajaran berlangsung. 4. Muhammad Said 1. Untuk Penelitian ini 1. Bentuk
44 Idris dan Purwaka Hadi sebagai peneliti dalam penelitian berjudul “Sibling Rivalry and Its Management (A Case Study of a Family in Makassar)” pada tahun 2020. mengetahui gambaran perilaku sibling rivalry dalam lingkungan keluarga. 2. Untuk mengetahui faktor penyebab sibling rivalry. 3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari sibling rivalry. 4. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam mengatasi perilaku sibling rivalry. 5. Untuk mengetahui pendekatan yang sesuai dalam mengatasi menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Tahapannya yakni diagnosis, prognosis, memberi perlakuan, evaluasi atau tindak lanjut. Untuk mengecek validitas data, dilakukan perpanjangan durasi pengamatan dan berakhir pada proses triangulasi. Adapun instrumen pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi. sibling rivalry yang dilakukan oleh subjek ditandai dengan adanya perilaku agresif. 2. Penyebab sibling rivalry karena adanya perasaan cemburu. 3. Dampak yang ditimbulkan berupa perasaan benci dan dendam. 4. Pemberian hukuman merupakan upaya yang dilakukan bagi orang tua subjek untuk mengatasi perilaku sibling rivalry. 5. Pendekatan yang digunakan
45 sibling rivalry dalam lingkungan keluarga. dalam mengatasi masalah sibling rivalry yaitu pendekatan Adler dimana kedua saudara yang mampu menyadari kekeliruan dalam tindakan mereka dan berusaha memperbaiki hubungan satu sama lain. 5. Hulva Husnia, Masril, dan Silvianetri sebagai peneliti dalam penelitian berjudul “Efektivitas Konseling Kelompok Pendekatan Adlerian Untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa di MAS TI Candung” pada tahun 2023. Untuk mengetahui efektivitas konseling kelompok dengan pendekatan Adlerian untuk meningkatkan harga diri siswa. Penelitian ini merupakan penelitian PreExperiment dengan bentuk desain The OneGroup Pre-Test Post-Test. Jumlah sampel 7 orang dengan teknik pengumpulan data melalui skala harga diri. Penganalisisan data Adanya perbedaan harga diri sebelum dan sesudah diberikan layanan konseling kelompok pendekatan Adlerian. Kesimpulannya konseling kelompok pendekatan Adlerian
46 menggunakan uji t paired dan uji N-Gain. efektif dalam meningkatkan harga diri siswi di MAS TI Candung. 6. Raja Rahima, Neviyarni & Daharnis dalam sebuah penelitian berjudul “Penerapan Konseling Kelompok Adlerian Untuk Mengurangi Rasa Rendah Diri Siswa Obesitas” yang dilakukan pada tahun 2015. Untuk mengetahui (1) gambaran rasa rendah diri siswa obesitas sebelum (pretest) dan setelah diberikan konseling kelompok Adlerian (posttest); (2) menguji efektifitas konseling kelompok Adlerian untuk mengurangi rasa rendah diri siswa obesitas. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah preeksperimen dengan The One Group Pre-test Post-test Design. Pemilihan subjek dengan teknik nonrandom sampling, dengan metode purposive sampling dimana sebanyak 12 siswa obesitas di SMPI Khaira Ummah Padang yang hasil pretes-nya menunjukkan rasa rendah diri dengan kategori tinggi dan sedang. (1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi rasa rendah diri siswa obesitas sebelum dan sesudah diberikan perlakuan konseling kelompok Adlerian. Rasa rendah diri siswa obesitas mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan konseling kelompok Adlerian; (2) Konseling kelompok Adlerian
47 Instrumen penelitian menggunakan skala Likert. efektif untuk mengurangi rasa rendah diri siswa obesitas.
48 DAFTAR PUSTAKA Agustriyana, N. A. & Rani A. P. (2018). Keefektifan Adlerian Play Counseling Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa di Sekolah Inklusi. Jurnal Konseling Komprehensif: Kajian Teori dan Praktik Bimbingan dan Konseling, 5 (2). Amalia, R. W., & Naqiyah, N. (2017). Penerapan Konseling Kelompok Pendekatan Adlerian Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa di Lingkungan Sekolah Kelas X MIPA 2 di SMAN 1 Sooko Mojokerto. Jurnal BK UNESA, 7(2). Carlson, J., Watts, R. E., & Maniacci, M. (2006). Adlerian therapy: Theory and practice. Washington, DC: American Psychological Association Carlson, J. D., & Englar-Carlson, M. (2008). Adlerian therapy. In J. Frew & M. Spiegler (Eds.), Contemporary psychotherapies for a diverse world. New York: Lahaska Press. Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (8th Ed.). USA: Thomson Brooks/Cole. Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling (8th Ed.). USA: Brooks/Cole. Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2004). Theoretical Models of Counseling and Psychotherapy. New York: Brunner-Routledge. Idris, M. S. & Hadi, P. (2020). Sibling Rivalry and Its Management (A Case Study of a Family in Makassar). Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling, 6(2). Husnia, H., Masril, & Sivianetri. (2023). Efektivitas Konseling Kelompok Pendekatan Adlerian Untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa di MAS TI Candung. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 5(1). Rahima, R., Neviyarni, & Daharnis. (2015). Penerapan Konseling Kelompok Adlerian Untuk Mengurangi Rasa Rendah Diri Siswa Obesitas. KONSELOR, 4(1). Mosak, H. H., & Maniacci, M. P. (2011). Adlerian psychotherapy. In R. J. Corsini & D. Wedding (Eds.), Current psychotherapies (9th ed.). Belmont, CA: Brooks/Cole, Cengage Learning. Sonstegard, M. A., & Bitter, J. R. (with Pelonis, P.). (2004). Adlerian group counseling and therapy: Step-by-step. New York: Brunner-Routledge (Taylor & Francis). Watts, R. E., & Eckstein, D. (2009). Individual Psychology. In American Counseling Association (Ed.), The ACA encyclopedia of counseling (hlm. 281–283). Alexandria, VA: American Counseling Association.