The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ayamsambalgoang, 2022-09-24 12:16:24

283-61-1417-3-10-20180402

283-61-1417-3-10-20180402

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

PENERAPAN METODE ENAM TOPI BERPIKIR DE BONO
DALAM PEMBELAJARAN BERDISKUSI

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 13 Bandung
Tahun Ajaran 2009/2010)

Ratna Rizky Wulandari
Universitas Pendidikan Indonesia
Email: ratnarizkyw@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampua siswa dalam; (1) berdiskusi sebelum diberi
metode enam topi berpikir De Bono di kelas eksperimen dan sebelum diberi metode diskusi
kelompok di kelas kontrol, (2) berdiskusi setelah diberi metode enam topi berpikir di kelas
eksperimen dan setelah diberi metode diskusi kelompok di kelas kontrol, dan (3) untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam berdiskusi
yang diberi metode enam topi berpikir De Bono di kelas eksperimen dengan yang diberi metode
diskusi kelompok di kelas kontrol. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan
metode kuasi eksperimen. Dengan populasi seluruh siswa XI SMK Negeri 13 Bandung tahun
ajaran 2009/2010, dengan sampel kelas eksperimen siswa kelas IX AK 5 dan sampel kelas kontrol
siswa kelas IX AK 3. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara kelas yang diberi metode Enam topi berpikir (kelas eksperimen) dengan kelas yang diberi
metode diskusi kelompok (kelas kontrol). Hal ini dapat dilihat dari uji t yang dilakukan pada data
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan mengambil taraf signifikansi (α) sebesar 0,05
diperoleh bahwa nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 disebabkan 0,000 < 0,05, maka H0
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas ekperimen
yang menggunakan metode enam topi berpikir De Bono dengan kelas kontrol yang memakai
metode diskusi kelompok. Dari perolehan angka tersebut dapat disimpulkan metode enam topi
berpikir mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam berdiskusi.

Kata Kunci: Enam topi berpikir, topi berpikir, De Bono, dan berdiskusi

Abstract

This study aims to determine the student ability; (1) consulted before the given method of six hats
thinking De Bono in the experimental class and the prior given group discussion method in the
control class, (2) a discussion after the given method of six hats thinking in the experimental class
and after being given a group discussion method in the control class, and ( 3) to determine
whether there is a significant difference between the ability of students in a discussion by the six
hats method of thinking De Bono in the experimental class by group discussion method in the
control class. This research is using a quasi-experimental methods. With the entire student
population XI SMK Negeri 13 Bandung 2009/2010 academic year, with samples of the
experimental class students of class IX AK 5 and grade control sample class IX students AK 3. The
results of this study prove that there is a significant difference between the classes by the method
Six hats think (experimental class) with classes by group discussion method (control group). It can
be seen from the t test performed on the data posttest experimental class and control class by
taking a significance level (α) of 0.05 was obtained that the value of significance (2-tailed) of
0.000 because 0.000 <0.05, then H0 is rejected. This shows that there are significant differences
between the experimental class using the six thinking hats De Bono with control class that uses

61

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

group discussion method. From these figures we can conclude the acquisition of the six hats
method of thinking can improve students' speaking skills in discussions.

Keywords: Six thinking hats, caps thinking, De Bono, and discussion

I. PENDAHULUAN kan kata-kata tersebut dan akhirnya
Komunikasi erat kaitannya dapat berbahasa. Hal ini menandakan
bahwa berbicara merupakan keteram-
dengan keterampilan berbicara karena pilan yang mudah dilakukan dan kete-
setiap individu yang melakukan ujaran rampilan yang penting untuk dikuasai.
mempunyai maksud tertentu untuk Albert dalam Tarigan (2008:28-29)
dipahami oleh lawan bicara sehingga menyatakan “Kemampuan berbicara
pesan yang dimaksud dapat tersam- secara aktif merupakan suatu unaur
paikan. Dalam sistem ini, individu saling penting terhadap keberhasilan kita
bertukar pendapat, gagasan, perasaan, dalam semua bidang kehidupan.”
dan keinginan dengan bantuan lambang
yang disebut dengan “Kata”. Kata inilah Faktanya, berbicara merupakan
yang menjadi kekuatan sebuah kalimat hal yang sulit untuk dilakukan terutama
efektif dalam berbicara. Hal tersebut ketika mengemukakan gagasan dan ber-
dapat memudahkan komunikasi yang bicara di depan umum. Kesulitan ber-
terjadi antarindividu sehingga pesan bicara tersebut dapat dilihat dari siswa
yang dimaksud dapat tersampaikan. yang tidak berani mengemukakan gaga-
Oleh karena itu, untuk menuangkan sannya dalam pembelajaran berbicara di
gagasan dalam berkomunikasi diper- sekolah. Contohnya pada saat pembe-
lukan keterampilan berbicara yang baik. lajaran berdiskusi di sekolah, masih
banyak siswa yang memilih untuk men-
Di samping keterampilan me- dengarkan daripada mengemukakan ga-
nyimak, membaca, dan menulis, kete- gasannya. Padahal, pembelajaran berdis-
rampilan berbicara merupakan salah satu kusi merupakan sarana untuk belajar
aspek keterampilan berbahasa. Keteram- mengeluarkan gagasan, menanggapi ga-
pilan berbahasa tersebut tidak bisa gasan secara kritis dan mempertahankan
dipisahkan antara satu dengan yang gagasan sendiri dengan argumentasi
lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat secara logis dan dapat dipertang-
Tarigan (2008:1) bahwa “Setiap kete- gungjawabkan. Terdapat beberapa faktor
rampilan itu erat sekali kaitannya deng- yang menjadikan siswa sulit menge-
an tiga keterampilan lainnya de-ngan mukakan gagasan pada saat berdiskusi.
cara yang beraneka ragam”. Contoh Pertama, karena belum adanya kebe-
keterkaitan tersebut dapat dilihat dari ranian dan rasa percaya diri yang
keterampilan berbicara yang didahului tumbuh pada diri setiap siswa, kedua
oleh keterampilan menyimak. Tarigan karena siswa merasa takut salah ketika
(2008:3) menyatakan “Berbicara ada- mengemukakan pendapat di depan
lah suatu keterampilan berbahasa yang umum, dan ketiga karena siswa merasa
berkembang pada kehidupan anak yang bingung ketika mengemukakan penda-
hanya didahului oleh keterampilan me- patnya.
nyimak dan pada masa tersebutlah ke-
mampuan berbicara atau berujar dipela- Untuk menanggulangi masalah
jari.” Pada awalnya, manusia belajar ini, dibutuhkan metode yang dapat
berbicara berdasarkan lambang bunyi membantu siswa untuk mengemukakan
yang disimaknya, kemudian mengucap- pendapatnya dengan baik. Salah satu

62

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

metode pembelajaran yang dapat me- atau kelompok orang dengan tujuan
rangsang siswa untuk mengemukakan
pendapatnya dari berbagai sudut pan- tertentu.
dang, yaitu metode enam topi berpikir
De Bono. B. Diskusi Kelompok Sebagai Sarana
Latihan Berbicara
Berdasarkan latar belakang di
atas, tulisan ini menguraikan bagaimana Diskusi berasal dari bahasa latin
kemampuan siswa dalam pembelajaran distcutere, yang berarti “Membeberkan
berdiskusi sebelum dan sesudah diberi masalah”. Dalam Kamus Besar Bahasa
metode enam topi berpikir De Bono di Indonesia (KBBI) pengertian diskusi
kelas eksperimen, sebelum dan sesudah adalah “Pertemuan ilmiah untuk bertu-
diberi metode diskusi kelompok di kelas kar pikiran mengenai suatu masalah”.
kontrol. Bagaimana perbedaan signi- Kosasih (2009:78) mengartikan diskusi
fikan antara kemampuan siswa tersebut. sebagai “Bentuk bertukar pikiran untuk
membicarakan suatu masalah.” Hendri-
II. KAJIAN TEORETIS kus (1991:96) mengartikan diskusi
A. Hakikat Berbicara berarti “Memberikan jawaban atas perta-
nyaan atau pembicaraan serius tentang
Berbicara merupakan hal yang suatu masalah objektif.” Tarigan
tidak bisa ditinggalkan oleh manusia (2008:40) mengartikan diskusi adalah
karena tujuan utama dari berbicara ada- “Suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas
lah untuk berkomunikasi. Berbicara me- koordinatif yang mengandung langkah-
rupakan keterampilan yang langsung
berhubungan dengan objek yang dituju langkah da-sar tertentu yang harus
untuk menyampaikan pesan yang di- dipatuhi oleh seluruh kelompok.” Menu-
maksud. Berbicara menurut Tarigan rut Widyamartaya (1980:20) diskusi
(2008:16) adalah “Suatu kemampuan ada-lah “Bercakap-cakap membicarakan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, suatu hal, suatu masalah, dan mencari
mengatakan, serta menyampaikan piki- jalan keluar atau pemecahannya.”
ran, gagasan, dan perasaan.” Lebih sedangkan diskusi menurut Suhendar
lanjut lagi Tarigan mengatakan bahwa dan Supinah (1992-:107) adalah “Proses
berbicara merupakan suatu bentuk peri-
laku manusia yang memanfaatkan faktor pelibatan dua atau lebih individu yang
fisik, psikologis, neorologis, semantik, berinteraksi secara verbal dan saling
dan linguistik sedemikian ekstesif secara berhadapan muka, mengenai tujuan atau
luas sehingga dapat di-anggap sebagai saran tertentu melalui cara tukar menu-
alat manusia yang paling penting bagi
kontrol sosial”. kar informasi, pengelolaan sendiri, atau
pemecahan masalah”. Dari pengertian
Dari beberapa pendapat tersebut tersebut dapat disimpulkan bahwa disku-
dapat disimpulkan bahwa pada haki- si merupakan sebuah metode untuk me-
katnya berbicara adalah suatu keteram-
pilan dalam berbahasa yang meng- mecahkan masalah secara lisan dengan
gunakan lisan dan membutuhkan keca- cara bertukar pikiran dalam sebuah
kapan dalam mengekspresikan pikiran, kelompok.
gagasan yang ada pada otaknya untuk
menyampaikan pesan kepada seseorang Diskusi ini merupakan salah

satu sarana untuk meningkatkan kemam-
puan berbicara karena orang-orang yang
terlibat dalam sebuah diskusi akan
mengungkapkan pendapatnya masing-
masing. Dalam situasi ini, perbedaan

pendapat akan terjadi karena masing-

63

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

masing mempunyai keinginan untuk me- dari satu ‘jalur’ atau ‘sudut’ yang tetap
nyelesaikan masalah yang sedang diba- untuk menghindari kerancuan. Apabila
has. Pada saat itulah kemampuan berbi- seseorang berpikir pada jurusan yang
cara akan tergali. Selain itu juga, wawa- sama maka hasil pemikirannya pun akan
san yang dimiliki oleh orang yang menjadi lebih optimal.
sedang berdiskusi akan terlihat. Hal ini
sependapat dengan John Stuart dalam Dalam metode ini terdapat
Tarigan (2008:40) mengatakan bahwa: berbagai warna yang dijadikan topi un-
“Satu-satunya cara, tempat dimana ma- tuk berpikir. Setiap warna mewakili satu
nusia dapat mengemukakan beberapa jenis kegiatan berpikir. Warna-Warna
pendekatan untuk mengetahui kese- tersebut antara lain putih, merah, hitam,
luruhan pokok pembicaraan adalah de- kuning, hijau, dan biru. Untuk menge-
ngan jalan mengetahui segala hal yang tahui bagaimana cara kerja dari setiap
dikatakan oleh orang-orang yang mem- topi itu, akan dipaparkan di bawah ini.
punyai pendapat-pendapat yang berbe- 1) Topi Putih
da.”
Topi putih melambangkan ber-
Pernyataan di atas dapat disi- pikir secara netral dan objektif, bukan
mpulkan bahwa berdiskusi meru-pakan argumen atau usul. Fokus topi putih
cara yang tepat untuk mengetahui sebe- adalah informasi yang ada. Hal-hal yang
rapa besar kemampuan berbicara yang mencakup topi putih antara lain a) Infor-
dimiliki seseorang karena dengan perbe- masi apa yang dimiliki? b) Informasi
daan pendapat tersebut dapat terlihat apa yang tidak ada? c) Bagaimana cara
kemampuan dalam menguasai topik memperoleh informasi yang dibutuh-
yang sedang dibahas. kan?
2) Topi Merah
C. Metode Enam Topi Berikir De
Bono Topi merah melambangkan pe-
rasaan, intuisi, dan emosi. Topi merah
Edward De Bono seorang pakar dapat dikatakan sebagai lawan dari topi
terkemuka dalam mengajarkan ketera- putih. Tujuan topi merah adalah mem-
mpilan berpikir dan penggagas konsep beri kesempatan kepada peserta untuk
berpikir lateral kemudian mengem- mengeluarkan perasaan sehingga pera-
bangkan teknik-teknik formal tersebut saan tersebut dapat menjadi bagian dari
menjadi teknik kreatif. Dalam bukunya keputusan yang akan diambil. Hal-hal
yang berjudul “Revolusi Berpikir” yang berkaitan dengan perasaan bia-
(2007) pada tahun 1993 meng- sanya merupakan perasaan pembenaran,
gambarkan metode berpikir kreatif yaitu situasi saat ini, dan keragu-raguan.
metode Enam Topi Berpikir. Dalam 3) Topi Hitam
buku ini, De Bono memusatkan pemikir
untuk berpikir dalam satu jalur atau Topi hitam adalah dasar dalam
dapat disebut berpikir paralel. Dalam berpikir kritis. Berpikir kritis adalah
artikelnya Hidayat (2008) mengatakan berpikir dengan menilai baik dan buruk..
bahwa berpikir paralel berarti “Mengon- Beberapa contoh pertanyaan yang dapat
disikan agar orang-orang yang bekerja digunakan pada saat menggunakan topi
dalam tim bisa berpikir ke arah yang hitam adalah sebagai berikut: a) Apakah
sama, dengan ‘jalur’ berpikir yang ini benar? b) Apakah ini cocok? c) Apa-
sama”. Berpikir paralel merupakan kah ini akan berhasil? d) Apa resikonya
berpikir yang mengaharuskan berpikir dan apa masalahnya?
4) Topi Kuning

64

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

Warna kuning melambangkan artikel Hidayat (2008) yang berjudul
sinar matahari dan optimisme. Dengan “Six Thinking Hats, Enam Topi Pemikir
menggunakan topi kuning, peserta dis- “ adalah sebagai berikut.
kusi dapat mencari mencari nilai, 1) Menciptakan kesamaan kondisi pe-
manfaat, dan alasan suatu fungsi.
Dengan kata lain, menggunakan topi mikiran, sehingga tercipta ‘bahasa
kuning berarti berpikir positif tentang pemikiran’ yang sama, mengopti-
sesuatu. Contoh pertanyaan yang diung- malkan kerja otak, dan fokus.
kapkan pada saat memakai topi kuning 2) Diversity, keragaman pemikiran ba-
antara lain: a) Apa manfaatnya? b) Me- nyak orang akan menghasilkan pe-
ngapa ini pasti berhasil? mikiran lebih baik.
3) Membantu anggota tim untuk ber-
5) Topi Hijau pikir tanpa dipengaruhi karak-
Topi Hijau mencerminkan per- ternya. Dengan menggunakan meto-
de ini seseorang yang berpikir akan
tumbuhan, energi dan kehidupan. To-pi sulit untuk menghadirkan karakter-
hijau adalah topi produktif, generatif, nya karena setiap orang yang meng-
kreatif, dan inovatif. Manfaat untuk topi gunakan metode ini sudah mem-
hijau antara lain eksplorasi, usul dan punyai jalur berpikir yang sudah
saran, alternatf, ide-de baru, provokasi, ditentukan oleh warna topi.
aksi dan energi 4) Menghilangkan “Ego” masing-ma-
sing orang. Setiap orang yang ber-
6) Topi Biru pikir, akan memikirkan suatu ma-
Topi biru adalah pandangan me- salah secara objektif. “Ego” yang
ada akan terhapus karena setiap
nyeluruh yang mengontrol proses. Topi orang akan berpikir dengan jalur
biru mencakup hal-hal sebagai berikut. berpikir metode ini.
a) Di mana posisi kita sekarang? b) Apa 5) Mengurangi perdebatan. Metode ini
langkah selanjutnya? c) Simpulan d) merupakan metode yang mempu-
Pengamatan dan komentar (De Bono, nyai aturan main yang jelas. Ketua
2007:95-117). kelompok mempunyai wewenang
untuk mengatur waktu dalam ber-
D. Keuntungan Memakai Metode pikir untuk mengungkapkan penda-
Enam Topi Berpikir De Bono patnya, sehingga setiap orang fokus
terhadap pendapatnya masing-ma-
Metode enam topi beripikr De sing.
Bono ini memiliki banyak keuntungan 6) Memaksa kita mengoptimalkan ma-
karena metode ini diciptakan untuk ber- sing-masing otak karena setiap
pikir dalam satu jalur pemikiran yang orang menggunakan topi yang ber-
bermanfaat untuk metode memecahkan beda-beda.
masalah. Metode ini bukan metode yang
memaksa seseorang untuk berpikir de- E. Langkah-langkah Menggunakan
ngan berbagai warna, tetapi metode ini Metode Enam Topi Beripikr De Bono
menawarkan pemikiran dengan satu je-
nis berpikir pada satu saat agar panda- Dalam memakai metode enam
ngan seseorang tersebut terhadap suatu topi beripikr De Bono terdapat dua cara
masalah dapat disikapi dalam frame untuk menggunakannya, antara lain
berpikir yang sama. Keuntungan meto- penggunaan sesuai dengan kebutuhan
de enam topi beripikr De Bono dalam sesaat dan penggunaan yang sistematis.

65

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

1. Penggunaan sesuai dengan kebu- Yang kedua adalah penggunaan topi
tuhan sesaat. hitam untuk melakukan penilaian.
Penggunaan sesuai kebutuhan d. Topi hitam selalu digunakan untuk
penilaian terakhir terhadap suatu
sesaat ini merupakan hal yang paling ide. Penilaian terakhir ini selalu
umum terjadi. Suatu saat salah satu topi harus diikuti oleh topi merah. Tu-
dapat digunakan untuk mengganti topi juannya adalah agar pemikir dan
lainnya. Di sini orang dapat menya- peserta lain mengetahui bagaimana
rankan penggantian topi sesuai dengan perasaannya tentang ide itu setelah
kebutuhan pemecahan masalah yang menilainya.
ada. Topi yang disarankan mungkin e. Jika ada perasaan tertentu yang kuat
hanya akan dipakai selama dua atau tiga tentang sesuatu subjek, pakailah topi
menit saja, selanjutnya pemikir dapat merah untuk mengeluarkan pera-
menggantinya sesuai dengan kebutuhan. saan-perasaan itu.
Topi itu memberi jalan untuk mengganti f. Jika tidak ada perasaan-perasaan
alur pemikiran. yang mengganggu, segera gunakan
2. Penggunaan yang sistematis topi putih untuk mengumpulkan
informasi. Setelah topi putih, guna-
Dalam situasi ini, urutan peng- kan topi hijau untuk memunculkan
gunaan topi berpikir sudah diatur sebe- berbagai alternatif. Kemudian, tim-
lumnya dan pemikir menjalaninya sesuai bang alternatif itu dengan menggu-
dengan urutan. Hal ini dilakukan apa- nakan topi kuning, diikuti oleh topi
bila ada kebutuhan untuk membahas hitam. Lalu, pilih satu alternatif dan
suatu subjek secara cepat dan efektif. pertimbangkan alternatif itu dengan
Urutan itu ditentukan dengan meng- topi hitam, kemudian topi merah
gunakan topi biru yang merancang (De Bono, 2007:121).
program tentang masalah yang menjadi
subjek. Metode ini juga bermanfaat apa- De Bono (2007:122) mengata-
bila ada pertengkaran atau ketidak- kan “Perbedaan utama urutan-urutan di
sepahaman antara individu terhadap satu atas adalah perbedaan antar dua situasi
hal dan individu-individu itu tidak yaitu mencari ide dan bereaksi terhadap
menggunakan cara berpikir yang benar. satu ide”.
Penggunaan yang berurutan ini dapat
ditentukan sendiri dengan aturan sebagai III. METODE PENELITIAN
berikut. Metode penelitian yang diguna-
a. Setiap topi dapat digunakan lebih
kan dalam penelitian ini adalah metode
dari satu kali. eksperimen. “Metode eksperimen me-
b. Umumnya yang terbaik adalah rupakan metode penelitian yang menguji
hipotesis berbentuk hubungan sebab aki-
menggunakan topi kuning sebelum bat melalui pemanipulasian variabel in-
menggunakan topi hitam karena dependen (misal treatment, stimulus,
sulit bersikap poitif setelah bersikap kondisi) dan menguji perubahan yang
penuh kritik. diakibatkan oleh pemanipulasian tadi”
c. Topi hitam digunakan dengan dua (Subana, 2001:95). Eksperimen yang
cara. Yang pertama adalah untuk akan digunakan dalam penelitian ini
menunjukkan kelemahan suatu ide. adalah eksperimen semu atau biasa dise-
Dengan demikian, topi ini harus but dengan eksperimen kuasi. Eksperi-
diikuti oleh topi hijau, yang bertugas men kuasi ini muncul karena penelitian
mencari cara mengatasi kelemahan.

66

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

terhadap ilmu sosial secara umum dan sebelum perlakuan atau biasa disebut
bidang bahasa secara khusus tidak rea- pretest (O1). Pretest ini dilakukan di
listis apabila hanya dibatasi pada ranca- kelas eksperimen maupun kelas kontrol
ngan kebenaran eksperimental. Pene- untuk mengukur kemampuan awal sis-
litian bahasa dihadapkan berbagai per- wa. Kedua tes yang dilakukan setelah
soalan yang sangat rumit, seperti sikap perlakuan atau biasa disebut posttest
manusia, pembelajaran bahasa, dan (O2). Posttest ini dilakukan setelah
sikap bahasa yang sewaktu-waktu dapat perlakuan (X) dengan metode enam topi
berubah. Penggunaan metode ekspermen beripikr De Bono yang diterapkan di
kuasi dalam penelitian ini disesuaikan kelas eksperimen sedangkan perlakuan
dengan tujuan penelitian, yaitu menguji di kelas kontrol dilakukan dengan me-
penerapan metode enam topi beripikr De makai metode diskusi kelompok.
Bono dalam pembelajaran berdiskusi.
Metode eksperimen yang penulis guna- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
kan adalah nonequivalent control group Untuk menerapkan metode
design. Metode ini hampir sama dengan
pretest posttest control group design, enam topi berpikir ini guru menyediakan
hanya saja pada metode ini kelas replika topi yang terbuat dari kertas lipat
eksperimen dan kelas kontrol tidak di- berwarna hitam, merah, kuning, hijau,
pilih secara random melainkan dengan biru, dan putih. Siswa dibagi dalam tiga
kriteria tertentu. Model ini membutukan kelompok diskusi untuk membahas
dua kelas dalam penelitiannya, satu ke- tema-tema yang berbeda. Setiap kelom-
las eksperimen dan satu kelas kontrol pok memiliki satu orang ketua yang
sebagai pembanding penelitian. Tabel akan memandu anggotanya menentukan
desainya adalah sebagai berikut: urutan topi mana saja yang akan dipakai
dalam berdiskusi. Setelah itu setiap ke-
Tabel 1 lompok memaparkan hasil diskusi di
Pola Penelitian dalam kelompoknya di depan kelas.
Siswa lain menyimak dan menanggapi
E O1 X O2 hasil diskusi tersebut.

K 03 O4 Penilaian dilakukan dengan cara
merekam semua aktivitas diskusi yang
(Sugiyono, 2008:116) selanjutnya ditranskrip ke dalam bentuk
E = Kelompok Eksperimen tulisan. Penilaian tersebut didasarkan pa-
K = Kelompok kontrol da aspek kualitas gagasan, kuantitas isi
O1 = Pretest, tes yang dilakukan gagsan, kuantitas berpendapat, santun
dalam berbahasa, hubungan isi dengan
sebelum eksperimen topik, toleransi dalam berpendapat, dan
O2 = Posttest, tes yang dilakukan kelancaran berbicara.

setelah eksperimen Berdasarkan hasil penghitungan
X = Perlakuan yang diperoleh, dapat diketahui rata-rata
nilai pretest siswa di kelas eksperimen
Desain di atas menggambarkan sebesar 55,8 dan rata-rata nilai pretest
bahwa tes yang digunakan dalam pene- siswa di kelas kontrol sebesar 55,29.
litian ini dilakukan sebanyak dua kali Data tersebut menunjukkan bahwa tidak
pada kelas eksperimen (E) maupun kelas ada perbedaan yang berarti pada
kontrol (K). Pertama tes yang dilakukan kemampuan awal siswa di kelas
eksperimen maupun kelas kontrol atau

67

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

dalam kata lain, kemampuan awal siswa eksperimen berasal dari populasi yang
di kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal, sedangkan
sama. pada kelas kontrol sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Hal
Untuk mengetahui kemampuan ini dapat terlihat dari nilai signifikansi >
akhir siswa setelah diberi metode enam 0,05, karena 0,062 > 0,05 dapat
topi berpikir De Bono pada kelas disimpulkan bahwa sampel di kelas kon-
eksperimen dan metode diskusi kelom- trol pada nilai pretest ini berasal dari
pok pada kelas kontrol, selanjutnya populasi yang berdistribusi normal.
siswa tersebut mengikuti posttest. Ber-
dasarkan perhitungan tersebut didapat- Selanjutnya, karena data kedua
kan rata-rata kedua kelas mengalami kelas tidak sama, ada yang berdistribusi
peningkatan dibandingkan pretest. Rata- normal dan ada data yang tidak berdis-
rata kelas eksperimen berubah menjadi tribusi normal, maka langkah selan-
78,4 dan kelas kontrol berubah menjadi jutnya adalah menguji kesamaan dua
65,95. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata memakai uji Kolmogorov-
rata-rata kelas yang diberi metode enam Smirnov dengan mengambil taraf
topi berpikir De Bono lebih besar dari signifikansi (α) sebesar 0,05. Dari hasil
nilai rata-rata kelas yang diberi metode penghitungan tersebut didapatkan nilai
diskusi kelompok. 0,854. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan rata-rata skor pretest
Setelah mengetahui rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol
baik pretest maupun posttest di kelas karena 0,854 > 0,05.
eksperimen dan kelas kontrol, kemudian
diadakan uji antar penimbang (ANA- Untuk mengetahui normalitas
VA). Hal ini dilakukan untuk meng- data posttest, dilakukan hal yang sama
hindari subjektifitas yang tinggi antar seperti uji normalitas pada data pretest.
penilai satu dan penilai lainnya. Dari Hasil penghitungan uji normalitas data
hasil penghitungan tersebut didapatkan posttest di kelas eksperimen kelas
nilai reliabilitas antar penimbang untuk kontrol menunjukkan sampel berasal
data nilai pretest dan posttest di kelas dari populasi yang berdistribusi normal.
eksperimen secara berturut-turut adalah Hal ini dapat dilihat dari nilai signi-
0,94 dan 0,81. Berdasarkan tabel Guil- fikansi kelas eksperimen dan kontrol
ford, koefisien reliabilitas antar-penim- berturut-turut sebesar 0,2 dan 0,104.
bang untuk nilai seperti itu termasuk Nilai 0,2 > 0,05 dan 0,104 > 0,05.
dalam korelasi sangat tinggi. Untuk uji
reliabilitas antarpenimbang di kelas Hal yang dilakukan selanjutnya
kontrol didapatkan nilai pretest dan adalah uji homogenitas nilai posttest. Uji
posttest 0,93 dan 0,79. Berdasarkan ini dilakukan untuk mengetahui apakah
tabel Guilford, koefisien reliabilitas an- masing-masing data yang diperoleh dari
tarpenimbang untuk nilai seperti itu kedua kelas sampel memiliki varians po-
termasuk dalam korelasi sangat tinggi pulasi yang sama atau berbeda, dengan
dan tinggi. mengambil taraf signifikansi 0,05. Dari
penghitungan dengan menggunakan uji
Hasil perhitungan normalitas One Way Anova didapat nilai signifi-
menunjukkan bahwa data pretest pada kansi 0,000, karena 0,000 < 0.05 maka
kelas eksperimen pada nilai pretest tidak dapat disimpulkan bahwa ketiga varian
berdistribusi normal karena nilai signi- berbeda.
fikansi < 0.05, karena 0,04 < 0,05 dapat
disimpulkan bahwa sampel pada kelas Setelah mengetahui nilai signifi-
kansi pada uji homogenitas, hal yang

68

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

selanjutnya dilakukan adalah uji t. Uji t ini pun sekaligus menjawab bahwa
ini merupakan pembuktian dari hipotesis metode enam topi berpikir De Bono
yang ada pada penelitian ini, apakah dapat meningkatkan keterampilan berbi-
terdapat perbedaan yang signifikan an- cara siswa pada saat berdiskusi.
tara kelas yang diberi metode enam topi
berpikir De Bono dengan kelas yang DAFTAR PUSTAKA
tidak diberi metode enam topi berpikir
De Bono. Dari hasil penghitungan uji t Akdon. (2007). Modul aplikasi statistika
ini didapatkan nilai signifikansi 0,000, dalam pendidikan. Bandung:
karena 0,000 < 0,005 maka H0 ditolak. Program Megister Pendidikan
Hal ini dapat disimpulkan bahwa Dasar Universitas Pendidikan
terdapat perbedaan yang signifikan an- Indonesia.
tara kelas yang diberi metode enam topi
berpikir De Bono dengan kelas yang Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian
tidak diberi metode enam topi berpikir suatu pendekatan praktik. Jakar-
De Bono. ta: Rineka Cipta.

V. SIMPULAN De Dono, Edward. (2007). Revolusi
Berdasarkan keseluruhan anali- berpikir. Bandung: KAIFA.

sis yang telah dibahas baik data kuan- Depotter, Bobbi. 2007. Quantum lear-
titatif maupun data kualitatif maka ning. Bandung: Kaifa.
diperoleh simpulan akhir, yaitu Kemam-
puan awal siswa dalam berdiskusi baik Direktorat akademik UPI. 2010.
di kelas eksperimen yang menggunakan Panduan program latihan profe-
metode enam topi berpikir maupun kelas si (plp). Bandung; direktorat
kontrol yang menggunakan metode akademik UPI.
diskusi kelompok mempunyai kesama-
an. Kemampuan akhir siswa setelah Haryonosuyono.blogspot.com/2007/03/.l
diberi perlakuan di kelas eksperimen aporan-mengikuti-festival-of-
maupun kontrol meningkat dibanding- thinker-kedua-di-abu-dhabi-21-
kan pada saat pretest. Hal ini mem- 24oktober.
buktikan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan keterampilan berbicara Hendrikus, Dori. (1991). Retorika
siswa di kelas eksperimen maupun kelas Terampil berpidato, berdiskusi,
kontrol. Akan tetapi, rata-rata nilai kelas berargumentasi, dan bernegoi-
eksperimen yang memakai metode enam sasi. Yogyakarta: KANISIUS.
topi berpikir De Bono lebih besar
dibandingkan dengan kelas kontrol yang http/luqmanbaehaqi.blogspot.com/2008/
hanya diberi metode diskusi kelompok. 03/.topi-ajaib.html.topi-ajaib.
Setelah dilakukan perhitungan uji nor- Senin, 10 Maret.
malitas dan uji homegenitas bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan an- Iskandarwassid & Suhendar. (2008).
tara kemampuan berdiskusi siswa yang Strategi pembelajaran bahasa.
diberi metode enam topi berpikir De Bandung: ROSDA.
Bono di kelas eksperimen dengan ke-
mampuan siswa yang diberi metode Kosasih, E. (2008). Terampil berbicara
diskusi kelompok di kelas kontrol. Hal di depan umum. Jakarta: Nobel

Machfoedz. Mahmud. (2005). Rapat dan
persentasi lisan yang efektif.
Yogyakarta: ANDI.

Margono,S. 2004. Metodologi penelitian
pendidikan. Jakarta: Rineka Cip-
ta

69

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

Nurgyantoro, Burhan. (2001). Penilaian karya ilmiah. Bandung: Tidak
diterbitkan.
dalam pengajaran bahasa dan Widyamartaya. (1980). Kreatif
berwicara.Yogyakarta:
sastra. Yogyakarta: BPFE Yog- KANISIUS.

yakarta.

Syamsudin dan Damaianti, Vismaia.

2007. Metodologi pendidikan

bahasa. Bandung: Rosda.

Pratama, Reza. 2006. Penerapan model

futsal dalam pembelajaran ber-

bicara pada siswa kelas 1 sma

kartika 2 bandung.Skripsi UPI.

Tidak diterbitkan.

Priyatno, D. (2008). Mandiri belajar

spps untuk analisis data dan uji

statistik. Yogyakarta: Media

com

Rakhmat, Jalaludin. (2001). Retorika

modern pendekatan praktis.

Bandung: PT. Remaja Rosda-

karya.

Saptiah, Siti. 2008. Penerapan metode

de bono dalam pembelajaran

bahasa di taman kanak-kanak

(studi kasus di tk ummul

mukminin soreang).Skripsi Upi.

Tidak Diterbitkan.

Nurfatia, Elis. (2009). Pembelajaran

berbicara dengan menggunakan
teknik “hembusan angin ken-

cang” (studi kuasi eksperimen

pada siswa x sma kartika sili-

wangi 3 bandung tahun ajaran

2008/2009). Skripsi Upi, Tidak

diterbitkan.

Subana dan Sudrajat.(2001). Dasar-

dasar penelitian ilimiah. Ban-

dung: Pustaka Setia

Sudjana, (1992). Metoda statistika.

Bandung: TARSITO.

Suhendar & Supinah. (1992).

Pengajaran dan ujian

keterampilan menyimak dan

keterampilan berbicara.

Bandung: Pionir Jaya

Universitas Pendidikan Indonesia.

(2009). Pedoman penulisan

70


Click to View FlipBook Version