The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

A. Faktor-Faktor Manusia Dalam Penelitian
B. Objek Penelitian

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sherlyputriryandina520, 2022-05-26 07:28:16

PERSIAPAN PENELITIAN

A. Faktor-Faktor Manusia Dalam Penelitian
B. Objek Penelitian

Keywords: Ebook,Penelitian,Bahasa Indonesia

Persiapan Penelitian

Mata Kuliah : Metode Penelitian BI
Dosen Pengampu : Yulia Adiningsih, M.Pd.

Disusun oleh : Kelompok 4

Novita Amalia Supriadi
Sherly Putri Ryandina

Ketika kita akan melakukan penelitian, terlebih dahulu kita
sebagai peneliti harus mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian. Mulai dari membuat
perencanaan, merencanakan kerja sama dan memahami
macam-macam etika penelitian. Menurut Margono,
(2010:100) Rancangan Atau persiapan adalah alur kegiatan
peneliti dalam memecahkan masalah. Disusun secara matang
dan cermat sehingga nantinya akan sangat membantu
peneliti maupun orang yang membaca hasil penelitiannya
dalam memahami masalah serta cara mengatasinya.

A. Faktor-Faktor Manusia Dalam Penelitian

Penelitian Bahasa mengandalkan manusia sebagai alat pengumpul data
dalam berhubungan dengan manusia lain yang disebut dengan informan
Bahasa. Oleh Karena itu, seorang peneliti harus memahami betul faktor-
faktor manusia yang dapat mengganggu kelancaran peneltian yang
dilakukan sehingga suatu penelitian itu dapat dilakukan dengan baik.
DarI sisi si peneliti itu sendiri jelas sekali bahwa dia harus dibekali dengan
pengetahuan dan latihan-latihan dalam bidang fonetik artikulatoris,
metode linguistik fonologi agar dia mampu memerikan data Bahasa lisan
di lapangan.
Seorang peneliti harus juga memunyai pengetahuan tatabahasa Bahasa-
bahasa yang ada di dunia dan pengetahuan tentang leksikon. Jelas sekali
semua ini akan membantu mereka dalam bekerja di lapangan. Semakin
banyak dia mengetahui keanekaragaman struktur Bahasa dan bagaimana
menangani keanekaragaman struktur tersebut, akan semakin berhasil dia
dalam meneliti Bahasa yang ditelitinya.

Sebelum terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data, akan lebih baik
kalau peneliti dibekali terlebih dahulu dengan pelatihan intensif wawancara
untuk memperoleh data dan Teknik analisis linguistik. Latihan-latihan ini
perlu dilakukan agar para peneliti tidak merasa canggung dalam menghadapi
informan untuk memperoleh data. Berbagai teknik wawancara untuk
pengumpulan data Bahasa harus mereka kuasai dengan baik.

Persiapan lainya adalah bahwa para peneliti harus mencari informasi tentang
penelitian-penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian
yang akan di daerah juga memahami kebudayaan masyarakat yang akan

ditelitinya, termasuk istilah-istilah spesifik yang ada di daerah itu.

Kalau penelitian itu menangani penelitian structural,
penelitian itu tidak harus dilakukan ditempat penutur
bermukim. bila peneliti hendak menangani lebih dari
pemerian struktural, maka peneliti harus bergaul dengan
masyarakat pengguna Bahasa itu sendiri. Dengan kata lain,
peneliti harus melakukan penelitian di tempat penutur itu
bermukim.

Hal ini disebabkan karena akan memudahkan bagi peneliti
mengumpulkan korpus yang relevan secara kebudayan dan
tepat secara linguistik. Disamping itu, peneliti juga bisa
mendapatkan fenomena kebahasaan yang penting, seperti
gaya Bahasa, ragam kosakata, dan sebagainya.

Dari segi masyarakat yang akan ditelitinya, peneliti harus tau bahwa
sikap masyarakat terhadap orang dari luar itu berbeda. Ada yang
ramah dan ada yang penuh curiga mereka menganggap pendatang
dari luar itu sebagai ancaman. Hal ini terjadi karna ketidak
sanggupan masyarakat itu memahami tujuan penelitian Bahasa,
dimana seorang peneliti datang, mengajukan pertanyaan.
Masyarakat selalu mencurigai gerak gerik perilaku peneliti.

Ada masyarakat yang bangga bahwa mereka dipelajari, namun
sebaliknya ada masyarakat yang tidak karna merasa takut akan
terungkapnya mentalitas yang mungkin akan dianggap udik. Oleh
karena itu peneliti harus memperhatikan dirinya sebagai pribadi
yang tidak berbahaya terhadap budaya masyarakat setempat. Ini
berarti bahwa peneliti harus menyesuaikan diri dengan keadaan
yang berlaku dan dapat menyumbangkan sesuatu untuk
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, peneliti harus memainkan
peranan yang diterima masyarakat.

Peneliti harus memperhitungkan adanya berbagai kekuasaan
yang bersifat politis dalam masyarakat, karena di Salah suatu
kelompok masyarakat tentu ada pimpinan formal dan
informal, pimpinan masyarakat secara umum dan pimpinan
kelompok-kelompok masyarakat. Oleh karena itu peneliti
harus memperhatikan bahwa dia tidak memihak pada suatu
kelompok, dapat dipercaya, simpatik, berpakaian secara wajar
dan sederhana. Untuk ini dia bisa saja memberikan pelayanan
yang tidak dipunyai oleh masyarakat tersebut. Samarin (1966)
menyatakan bahwa penelitian lapangan merupakan
pengalaman yang sulit, baru dan berat.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian bahasa adalah bahasa yang digunakan oleh
masyarakat penutur bahasa. Secara garis besar objek penelitian itu
berupa bahasa lisan dan bahasa tulis.

Bahasa sebagai objek penelitian yang dijelaskan oleh teori bahasa atau
linguistik memiliki beberapa aspek, seperti fonem, morfem, kata, frase,
klausa, kalimat, wacana, teks, pengguna, kegunaan, makna, konteks,
dan lain-lain.

Dalam penelitian bahasa, supaya hasil penelitian diakui keabsahannya,
salah satu syaratnya yaitu penggunaan data yang valid baik dalam
tataran langue maupun parole. Data dalam penelitian bahasa yaitu
bahasa itu sendiri, baik bahasa lisan maupun tulisan.

1. Bahasa Lisan

Semua bahasa di dunia pasti mempunyai bahasa lisan, kecuali bahasa
yang sudah mati, seperti bahasa Latin. Bahasa yang sudah mati
maksudnya di sini adalah bahasa yang penuturnya sudah punah tetapi
bahasa itu tetap dipakai untuk hal-hal tertentu. Bahasa Latin pada saat ini
penutur aslinya sudah tidak ada lagi tetapi bahasa itu tetap dipakai untuk
kegiatan keilmuan.

Bahasa lisan adalah objek penelitian utama dalam penelitian bahasa.
Untuk melakukan penelitian, seorang peneliti harus mengumpulkan data
di lapangan. Oleh karena itu jenis penelitian ini lazim disebut sebagai
penelitian lapangan (field research), yang tentu saja sikap peneliti sangat
berbeda dengan penelitian di dalam kelas.

Penelitian lapangan dapat pula dibedakan atas dua jenis,
yaitu :

• Penelitian huluan, adalah penelitian dasar atau langkah awal
untuk meneliti suatu bahasa yang pertama kali di teliti hal ini
bertujuan untuk mengetahui struktur bahasa yang diteliti.

• Penelitian hiliran, merupakan kelanjutan dari penelitian
huluan karena peneliti harus mengetahui terlebih dahulu
struktur bahasa yang diteliti untuk dapat mengumpulkan
data.

2. Bahasa tulis

Bahasa tulis muncul sebagai usaha manusia untuk
memindahkan sistem bahasa lisan ke atas kertas. Sistem
bahasa tulis bahasa-bahasa di dunia ini berbeda -beda,
tergantung interpretasi ahli bahasanya untuk memindahkan
sistem bahasa lisan ke bentuk tulis.

Bahasa tulis yang tertua dan dikenal, seperti bahasa mesir
kuno, cenderung membuat gambar sesuai dengan wujud
objek yang akan disampaikan. Jadi untuk menuliskan
‘orang’ dibuat tulisan lebih tepatnya gambar seperti orang
atau ciri-ciri utama yang bisa di bedakan antara orang dan
bukan orang.

Menurut Crane et al (1981), dalam sistem komunikasimanusia dikenal ada
tiga sistem bahasa tulis, yaitu logografik, sillabik, dan alfabetik.

a). Logografik (Logographic Writing)
Logografik adalah system bahasa tulis di mana satu symbol mewakili satu
makna. Sistem bahasa tulis seperti ini dapat kita lihat pada bahasa China.
Dalam bahasa China simbol イ, メ, dan エ masing-masingnya berarti “laki-
laki”, “perempuan” dan “gunung”.

Logografik dapat ditemukan pada kebanyakan sistim bahasa tulis bahasa-
bahasa lain didunia. Angka 1, 2, 3 ….. dan seterusnya misalnya adalah
logografik yang dipakai oleh puluhan bahasa-bahasa di dunia. Lambang-
lambang matematika seperti +, -, x, :, =, %, $, dsb. Juga merupakan
logografik.

b) Silabik (Syllabic Writing)

Silabik adalah sistim bahasa tulis di mana satu simbol mewakili satu suku
kata (syllable). Contoh bahasa yang menggunakan sistim suku kata
dalam sistim tulisnya ini adalah bahasa Jepang dengan tulisan kana.
Sistim bahasa tulis Jepang mempunyai dua sistim, yaitu hiragana dan
katakana. Dalam bahasa Jepang, suku kata terdiri dari satu bunyi vokal
atau gabungan satu bunyi vokal dan satu bunyi konsonan. Misalnya,
hiragana dapat dilihat seperti contoh berikut:

-a -ma -ka ケ pada contoh di atas bahwa tidak ada indikasi pada simbol-
simbol di atas yang menyatakan bahwa vokal yang sama muncul pada
masing-masing suku kata. Suku kata itu masing-masingnya berbeda,
oleh karena itu dituliskan dengan cara yang berbeda.

c) Alfabet (Alphabetic Writing)

Alfabet adalah sistim bahasa tulis di mana satu simbol melambangkan
satu bunyi. Sistem bahasa ini lah yang di gunakan dalam bahasa
Indonesia dan bahasa-bahasa lainnya di dunia yang menggunakan abjad
alfabet sebagai dasar tata tulisnya.

Namun untuk bahasa-bahasa tertentu tidak persis diaplikasikan sama,
seperti bahasa Inggris. Oleh karena itu diperlukan satu system lagi, yaitu
sistim fonetik. Sistim ini betul-betul konsisten menyatakan satu simbol
menyatakan satu bunyi.

Meskipun sudah dinyatakan bahwa ada tiga system bahasa tulis bahasa-
bahasa di dunia, tetapi kebanyakan bahasa menggunakan sistim campuran
(mix writing).

Bahasa Indonesia, misalnya, mau tidak mau
menggunakan simbol angka dan lambang matematika
lainnya untuk menyatakan jumlah dan harga. Demikian
juga bahasa Inggris dan bahasa internasional lainnya.

Topik penelitian yang bisa dilakukan untuk bahasa tulis
ini biasanya tercakup dalam kajian analisis wacana
(discourse analysis). Kajian tentang alat kohesi dan
koherensi, merupakan topik yang lazim di bahas dalam
penelitian bahasa tulis ini.

DAFTAR PUSTAKA

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Buku metode penelitian bahasa bagian A-B halaman 37-43
http://lib.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1139&catid=70&Itemi
d=314&lang=en#:~:text=Bahasa%20sebagai%20objek%20penelitian%20yang,konteks%2C%2
0dan%20lain%2Dlain.

https://www.slideshare.net/UJANGKETUL/objek-penelitian-bahasa

「THNAKS」


Click to View FlipBook Version