untuk tahu, berpikir untuk bersikap, dan berpikir untuk
bertindak atau berbuat.
b) Keterampilan Etos Kerja. Keterampilan dalam mewujudkan
etos kerja yang tinggi dan produktif ditandai dengan memiliki
kemampuan untuk menentukan prioritas, mengembangkan
perencanaan, memetakan hasil pencapaian, terampil
menggunakan perangkat kerja, dan meningkatkan keterampilan
yang sejalan dengan perkembangan teknologi. Di samping itu,
terampil mengembangkan kecakapan yang relevan dengan
kebutuhan hidup, dan selalu menghasilkan mutu produk yang
tinggi. Keterampilan etos kerja akan membentuk karakter yang
relevan dengan disiplin, pantang menyerah, tidak putus asa,
bersih dan sehat, sportif, tangguh, handal, berketetapan hati,
kerja keras, teliti, dan kompetitif.
c) Keterampilan Berkomunikasi. Keterampilan dalam
berkomunikasi ditandai dengan kemampuan bekerja dalam tim
yang bervariasi, berkolaborasi, dan cakap mengembangkan
hubungan interpersonal sehingga selalu dapat menempatkan
diri dalam interaksi yang harmonis. Memiliki kecakapan
komunikasi personal, sosial, dan terampil mengejawantahkan
tanggung jawab. Yang tidak kalah pentingnya adalah terampil
dalam komunikasi interaktif dengan cerdas dan rendah hati.
Keterampilan berkomunikasi akan memperkuat karakter
empati, menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong
royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan
umum dan bangga terhadap produk bangsa sendiri.
d) Keterampilan Teknologi dan Informatika. Keterampilan
dalam memanfaatkan teknologi dan informasi dengan tepat
ditandai dengan kecakapan membangun jaringan kerja yang
harmonis dalam memvisualisasikan informasi, mengembang-
kan hubungan multikultural, bekerja sama dalam ruang lintas
bangsa. Keterampilan teknologi dan informasi akan
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 191
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
memperkuat karakter spasial, kesadaran berbangsa dan
bernegara baik dalam jaringan masyarakat lokal, regional,
maupun global, membuka diri tanpa batas, menyadari
kelemahan untuk merebut peluang persaingan dan keunggulan.
e) Keterampilan Religius. Keterampilan religius menjadi nilai
fondasi bagi semua keterampilan sumber daya manusia
Indonesia yang memiliki falsafah bangsa berdasarkan nilai-
nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bangsa
Indonesia memandang bahwa kecakapan intelektual, digital,
sosial, dan akademik harus didasari dan diarahkan untuk
membentuk insan kamil yang religius.
Keterampilan religius memiliki dampak memperkuat
karakter keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia sebagai mana
amanah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional Indonesia.
Bentuk keterampilan tersebut menandakan bahwa puncaknya
keberhasilan pendidikan bukan pada penguasaan ilmu pengetahuan
semata, melainkan dalam karya nyata peserta didik yang mereka
tunjukkan dalam perilaku sebagai hasil belajar.
Produk hasil belajar dapat mereka tunjukkan dalam bentuk
perbuatan, perkataan, tulisan, karya seni, karya imajinatif, produk
intuitif, seperti rancang bangun, merefleksikan pikiran dalam
bentuk disain, diagram, pola, uraian, dan deskripsi. Upaya yang
perlu dikembangkan untuk mengasah keterampilan itu adalah
melatih dan merefleksikan atau mentransfer keterampilan itu dalam
perbuatan sehari-hari di luar kelas, di dalam kelas, di rumah, dan
dalam kehidupan bermasyarakat. Membangun suasana lingkungan
dan konsisten berlatih untuk mengarahkan diri secara berkelanjutan
adalah kunci keberhasilan. Untuk itu, demi mewujudkan
keterampilan peserta didik Indonesia agar mampu bersaing pada
abad 21, maka pembelajaran perlu disesuaikan dengan merujuk
pada 4 karakter belajar abad 21 yang biasanya dirumuskan dalam
4C yakni:
192 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
1. Communication
Pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dan peserta didik
harus terjadi komunikasi multi arah, terjadi komunikasi timbal
balik antarpendidik, peserta didik, dan antarsesama peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya dalam proses belajar mengajar, sehingga mereka dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui komunikasi dan
pengalaman yang mereka alami sendiri. Hal ini sejalan dengan
filsafat pembelajaran modern yang dikenal dengan filsafat
kontruktivisme.
2. Collaboration
Pada proses pembelajaran yang dilakukan pendidik
hendaknya menciptakan situasi kondusif bagi peserta didik untuk
dapat belajar bersama-sama/berkelompok (team work), sehingga
akan tercipta suasana demokratis, peserta didik dapat belajar
menghargai perbedaan pendapat, menyadari kesalahan yang
mereka buat, serta dapat memupuk rasa tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugasnya. Selain itu, dalam situasi ini peserta didik
akan belajar tentang kerja sama tim, kepemimpinan, ketaatan pada
otoritas, dan fleksibilitas dalam lingkungan kerja. Hal ini akan
mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi dunia kerja
dimasa yang akan datang.
3. Critical Thinking and Problem Solving
Proses pembelajaran hendaknya membuat peserta didik
dapat berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dengan
masalah-masalah kontekstual yang ada dalam kehidupan sehari-
hari. Kedekatan dengan situasi yang riil yang dialami oleh peserta
didik ini akan membuat peserta didik menyadari pentingnya
pembelajaran tersebut sehingga peserta didik akan mengguna-
kan kemampuan yang diperolehnya untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 193
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
4. Creativity and Innovation
Pembelajaran harus menciptakan sebuah kondisi dan
karakter peserta didik agar dapat berkreasi dan berinovasi,
bukannya didikte dan diintimidasi oleh pendidik. Pendidik selalu
hendaknya menjadi fasilitator dalam menampung hasil kreativitas
dan inovasi yang dikembangkan oleh peserta didik.
Bila dicermati model pembelajaran abad 21 di atas dan
dibandingkan dengan model pembelajaran abad 20, nampak terjadi
pergeseran pola aktivitas pembelajaran dari statis menjadi dinamis,
dari pasif menjadi aktif, dan dari keterampilan berpikir tingkat
rendah (Lower Order Thinking Skill/LOTS) menjadi tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skill/HOTS), dari diberi tahu menjadi
mencari tahu. Dengan demikian peserta didik mampu merumuskan
masalah, menganalisis, mencari solusi, kreatif, dan mampu
mentransfer ilmu pengetahuan sebagai solusi hidup keseharian.
Tahu apa, tahu mengapa, tahu bagaimana adalah siklus
penumbuhan pola berpikir HOTS yang perlu dipersiapkan dalam
membangun sumber daya manusia yang berkarakter kuat dan
handal untuk menghadapi tantangan global yang kompetitif.
Komisi pendidikan abad 21 UNESCO telah mere-
komendasikan empat pilar pendidikan dalam menyambut abad baru
ke 21. Rekomendasi badan dunia PBB tersebut menarik untuk
dicermati mengingat sampai saat ini prosesi pendidikan masih
berlangsung dan ke-4 pilar pendidikan dimaksud adalah:
1) Belajar untuk mengetahui (learning to know). Aktivitas
belajar merupakan kegiatan untuk mencari dan mengetahui
sesuatu bermanfaat bagi individu. Berarti belajar itu mencakup
seluruh aktivitas dalam rangka mencari dan menggali ilmu
pengetahuan guna memperluas wawasan pemikiran. Pilar ini
bertolak pada pemberdayaan aspek intelektual (kognitif).
2) Belajar untuk mengerjakan (learning to do). Untuk dapat
mengerjakan sesuatu dengan baik, orang harus memiliki
194 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
keterampilan dan kecakapan dalam hidup. Ilmu pengetahuan
tidak selalu bersifat teoretis namun ada pula yang memerlukan
keterampilan untuk menerapkannya. Kuncinya adalah orang
selalu berusaha untuk berlatih melakukan sesuatu agar mahir
dan terampil.
3) Belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be). Pilar ini
mendorong manusia untuk belajar mengembangkan diri.
Pendidikan yang dijalani harus mampu memperkukuh jati diri
individu sebagai umat beragama, berbangsa dan bernegara
dapat menumbuhkan karakter yang baik pada individu.
4) Belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live
together). Manusia adalah makhluk sosial yang saling mem-
butuhkan satu sama lainnya. Prinsip kerja sama dan gotong
royong menjadi satu aset berharga untuk mengembangkan diri
menjadi pribadi yang mempunyai rasa sosial yang tinggi. Di
sinilah pentingnya pendidikan berwawasan sosial dan
lingkungan.
5) Belajar untuk memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan
akhlak mulia. Pilar yang ini tersirat dalam sistem pendidikan
di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan
bahwa Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembang-
nya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Implementasi dari pilar tersebut diwujudkan secara
langsung dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti, serta mata pelajaran PPKN, dan dalam mata pelajaran lain
sebagai hasil pembelajaran tidak langsung melalui pencapaian KI-1,
yaitu Kompetensi Spiritual). Pilar kelima yang memuat aspek
religius dalam proses pembelajaran ini akan semakin memperkuat
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 195
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan karakter bukan
pendidikan yang bersifat fisik semata, tetapi psikis dan berkaitan
dengan hati. Melalui muatan agama dalam pendidikan karakter
akan membentuk manusia yang berada pada fitrahnya sebagai abdi
Allah. Pendidikan karakter akan menekankan pada pendidikan
psikis dan rohani.
B. Tuntutan Revolusi Industri 4.0
Industri 4.0 merupakan nama trend otomasi dan pertukaran
data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem
siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan komputasi
kognitif. Artinya semua proses produksi ditopang dengan internet.
Berbagai negara di dunia saat ini telah masuk ke dalam era ini,
dimana semua lini kehidupan dipengaruhi oleh internet. Hal ini
mendorong terjadinya percepatan produksi di berbagai sektor,
namun jika tidak mempunyai kesiapan untuk membangunnya justru
akan mengalami hambatan di sektor yang lain.
Informasi dan teknologi memengaruhi aktivitas sekolah
dengan sangat masif. Informasi dan pengetahuan baru menyebar
dengan mudah dan aksesibel bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Pendidikan mengalami disrupsi yang sangat hebat sekali. Peran
guru yang selama ini sebagai satu-satunya penyedia ilmu
pengetahuan sedikit banyak bergeser menjauh darinya. Di masa
mendatang, peran dan kehadiran guru di ruang kelas akan semakin
menantang dan membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi. Era
revolusi industri 4.0 merupakan tantangan berat bagi guru
Indonesia. Mengutip dari Jack Ma dalam pertemuan tahunan World
Economic Forum 2018, pendidikan adalah tantangan besar abad ini.
Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar,
30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar.
Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan
pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan
196 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
sebagaimana saat ini terimplementasi, akan menghasilkan peserta
didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin. Dominasi
pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran harus diubah agar
kelak anak-anak muda Indonesia mampu mengungguli kecerdasan
mesin sekaligus mampu bersikap bijak dalam menggunakan mesin
untuk kemaslahatan. Siapkah guru di Indonesia menghadapi era
revolusi industri 4..0 ketika masih disibukkan oleh beban
penyampaian muatan pengetahuan dan ditambah berbagai tugas
administratif? Saat ini guru merasa terbebani dengan kurikulum
dan beban administratif yang terlalu padat sehingga tidak lagi
memiliki waktu tersisa memberi peluang anak didik menjelajahi
daya-daya kreatif mereka menghasilkan karya-karya orisinal.
Akibatnya, interaksi sosial anak didik terbatasi, daya kreasinya
terbelenggu, dan daya tumbuh budi pekerti luhurnya bantet.
Namun, teknologi berkembang begitu cepat. Tatkala kita
disibukkan dengan revolusi industri 4.0, telah muncul tatanan yang
lebih baru, yaitu Society 5.0. Society 5.0 merupakan jawaban atas
tantangan yang muncul akibat era Revolusi Industri 4.0 yang
dibarengi disrupsi yang ditandai dunia penuh gejolak,
ketidakpastian, kompleksitas dan ambiguitas. Society 5.0 adalah
masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan
permasalahan sosial dengan memanfaatkan inovasi yang lahir di
era Revolusi Industri 4.0 seperti I0T, AI, Big Data dan robot untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Dua hal ini, era revolusi
industri 4/5.0 akan berdampak pada peran pendidikan khususnya
peran pendidiknya.
Jika peran pendidik masih mempertahankan sebagai
penyampai pengetahuan, maka mereka akan kehilangan peran
seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan metode
pembelajarannya. Kondisi tersebut harus diatasi dengan menambah
kompetensi pendidik yang mendukung pengetahuan untuk
eksplorasi dan penciptaan melalui pembelajaran mandiri. Abad ke-
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 197
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
21 ditandai dengan era revolusi industri 4/5.0 sebagai abad
keterbukaan atau abad globalisasi, artinya kehidupan manusia pada
abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang fundamental
yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya.
Dikatakan abad ke-21 adalah abad yang meminta kualitas dalam
segala usaha dan hasil kerja manusia.
Dengan sendirinya abad ke-21 meminta sumber daya
manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga
yang dikelola secara profesional sehingga membuahkan hasil
unggulan. Tuntutan-tuntutan yang serba baru tersebut meminta
berbagai terobosan dalam berpikir, penyusunan konsep, dan
tindakan-tindakan. Dengan kata lain diperlukan suatu paradigma
baru dalam menghadapi tantangan-tantangan yang baru, demikian
kata filsuf Khun. Menurut filsuf Khun apabila tantangan-tantangan
baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigm lama, maka
segala usaha akan menemui kegagalan. Tantangan yang baru
menuntut proses terobosan pemikiran (breakthrough thinking
process) apabila yang diinginkan adalah output yang bermutu yang
dapat bersaing dengan hasil karya dalam dunia yang serba terbuka
(Tilaar, 1998:245). Dalam kontek pembelajaran abad 21,
pembelajaran yang menerapkan kreativitas, berpikir kritis, kerja
sama, keterampilan komunikasi, kemasyarakatan dan keterampilan
karakter, tetap harus dipertahankan bahwa sebagai lembaga
pendidikan peserta didik tetap memerlukan kemampuan teknik.
Pemanfaatan berbagai aktivitas pembelajaran yang mendukung
i4/5.0 merupakan keharusan dengan model resource sharing
dengan siapa pun dan dimana pun, pembelajaran kelas dan lab
dengan augmented dengan bahan virtual, bersifat interaktif,
menantang, serta pembelajaran yang kaya isi bukan sekedar
lengkap.
Kondisi tersebut bertolak belakang dengan implementasi
pendidikan dan pembelajaran saat ini yang dibatasi oleh
198 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
dindingdinding ruang kelas yang tidak memungkinkan anak didik
mengeksplorasi lingkungan pendidikan yang sesungguhnya, ialah
keluarga, masyarakat, dan sekolah. Guru menyelenggarakan
pembelajaran selalu kaya adate (sebagaimana biasanya) dan bukan
kaya kudune (sebagaimana seharusnya), miskin inovasi dan kreasi.
Proses pembelajaran di sekolah tidak lebih merupakan rutinitas
pengulangan dan penyampaian (informatif) muatan pengetahuan
yang tidak mengasah siswa untuk mengembangkan daya cipta, rasa,
karsa, dan karya serta kepedulian sosial.
Guru menyelenggarakan pembelajaran tahun ini masih
seperti tahun-tahun sebelumnya. Dunia pendidikan pada era
revolusi industri berada di masa pengetahuan (knowledge age)
dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa.
Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh penerapan
media dan teknologi digital yang disebut dengan information super
highway (Gates, 1996). Gaya kegiatan pembelajaran pada masa
pengetahuan (knowledge age) harus disesuaikan dengan kebutuhan
pada masa pengetahuan (knowledge age). Bahan pembelajaran
harus memberikan desain yang lebih otentik untuk melalui
tantangan di mana peserta didik dapat berkolaborasi menciptakan
solusi memecahkan masalah pelajaran.
Pemecahan masalah mengarah ke pertanyaan dan mencari
jawaban oleh peserta didik yang kemudian dapat dicari pemecahan
permasalahan dalam konteks pembelajaran menggunakan sumber
daya informasi yang tersedia (Trilling and Hood, 1999: 21).
Tuntutan perubahan mindset manusia abad 21 yang telah
disebutkan di atas menuntut pula suatu perubahan yang sangat
besar dalam pendidikan nasional, yang kita ketahui pendidikan kita
adalah warisan dari sistem pendidikan lama yang isinya menghafal
fakta tanpa makna. Merubah sistem pendidikan Indonesia bukanlah
pekerjaan yang mudah. Sistem pendidikan Indonesia merupakan
salah satu sistem pendidikan terbesar di dunia yang meliputi sekitar
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 199
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
30 juta peserta didik, 200 ribu lembaga pendidikan, dan 4 juta
tenaga pendidik, tersebar dalam area yang hampir seluas benua
Eropa. Namun perubahan ini merupakan sebuah keharusan jika kita
tidak ingin terlindas oleh perubahan zaman global. P21
(Partnership for 21st Century Learning) mengembangkan
framework pembelajaran di abad 21 yang menuntut peserta didik
untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan di
bidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran
dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir (P21, 2015).
Framework ini juga menjelaskan tentang keterampilan,
pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai agar siswa dapat
sukses dalam kehidupan dan pekerjaannya.
C. Guru Profesional Sebagai Komunikator dan Fasilitator
Dalam bahasa Inggris, komunikasi adalah communication,
yang berasal dari kata Communication atau dari kata comunis yang
berarti “sama” atau “sama maknanya”. Dengan kata lain
komunikasi memberi pengertian bersama dengan maksud
mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melakukan yang
diinginkan oleh komunikator. Komunikasi berarti penyampaian
informasi gagasan, pikiran, perasaan, keahlian dari komunikator
kepada komunikan untuk mempengaruhi pikiran komunikan dan
mendapatkan tanggapan balik sebagai feedback bagi komunkator
sehingga komunikator dapat mengukur berhasil atau tidaknya
pesan yang disampaikan kepada komunikan.
Komunikasi mendapatkan tempat strategis dalam dunia
pendidikan. Pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa
dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri dari guru
sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan. Tujuan
pendidikan akan tercapai jika prosesnya komunikatif. Pada
umumnya pembelajaran berlangsung secara berencana di dalam
kelas secara tatap muka (face to face) dan kelompoknya relatif
200 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
kecil. Meskipun komunikasi antara siswa dan guru dalam ruang
kelas itu termasuk komunikasi kelompok, guru sewaktu-waktu
dapat mengubahnya menjadi komunikator. Mengingat pembelajar-
an merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam
upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar, maka
pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai
pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Guru merupakan sumber
utama dalam menentukan kesuksesan belajar siswa. Paham atau
tidaknya siswa tergantung bagaimana guru menjelaskan. Menarik
atau tidaknya pembelajaran juga tergantung guru dalam mendisain
pembelajaran dan mengkondisikan suasana. Guru sebagai
komunikator dituntut mempunyai keterampilan berkomunikasi
yang baik agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan
memberikan kesan yang baik kepada siswa. Untuk itu, seorang
guru harus mengetahui kebutuhan, karakteristik, minat, serta hobbi
peserta didiknya yang menjadi pihak komunikan. Komunikasi dan
performa guru menjadi titik pusat perhatian siswa dalam belajar.
Siswa akan senang belajar jika guru mampu mengemas dan
mendisain komunikasi pembelajaran dengan sebaik-baiknya,
walaupun hakikatnya siswa kurang suka terhadap materi yang
disampaikan guru. Begitu pula sebaliknya, apabila guru tidak peka
dan tidak mampu mengkomunikasikan dengan baik, maka siswa
dipastikan akan kurang berminat untuk belajar walaupun
sebenarnya siswa menyukai terhadap materi pembelajaranya. Di
dalam komunikasi pembelajaran, tatap muka seorang guru
mempunyai peran yang sangat penting di dalam kelas yaitu peran
mengoptimalkan kegiatan belajar. Ada tiga kemampuan esensial
yang harus dimiliki guru agar peran tersebut terealisasi, yaitu
kemampuan merencanakan kegiatan, kemampuan melaksanakan
kegiatan dan kemampuan mengadakan komunikasi. Ketiga
kemampuan ini disebut generic essensial.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 201
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
Ketiga kemampuan ini sama pentingnya, karena setiap guru
tidak hanya mampu merencanakan sesuai rancangan, tetapi harus
terampil melaksanakan kegiatan belajar dan terampil menciptakan
iklim yang komunikatif dalam kegiatan pembelajaran. Iklim
komunikatif yang baik dalam hubungan interpersonal antara guru
dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa
merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses
pembelajaran yang efektif, karena setiap personal diberi
kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan di dalam kelas sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Sehingga timbul situasi sosial
dan emosional yang menyenangkan pada tiap personal, baik guru
maupun siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Dalam menciptakan iklim komunikatif guru
hendaknya memperlakukan siswa sebagai individu yang berbeda-
beda, yang memerlukan pelayanan yang berbeda pula, karena siswa
mempunyai karakteristik yang unik, memiliki kemampuan yang
berbeda, minat yang berbeda, memerlukan kebebasan memilih
yang sesuai dengan dirinya dan merupakan pribadi yang aktif.
Guru sebagai fasilitator memiliki peran memfasilitasi siswa-
siswa untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan
berbagai strategi, metode, media, dan sumber belajar. Dalam proses
pembelajaran siswa sebagai titik sentral, siswa yang lebih aktif,
mencari dan memecah permasalahan belajar, dan guru membantu
kesulitan siswa yang mendapat kendala, kesulitan dalam
memahami, dan memecah permasalahan.
Guru sebagai fasilitator hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegitan belajar anak
didik, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Dalam
hal ini murid tidak dipandang sebagai objek pembelajaran, tetapi ia
adalah subjek pembelajaran itu sendiri, dan bahkan guru harus siap
terbuka untuk mengalami pembelajaran bersama. Agar guru dapat
menjalankan perannya sebagai fasilitator, guru dapat memenuhi
202 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan
kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila:
1. Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap
aktivitas pembelajaran
2. Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis.
3. Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara
penuh pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang
cukup.
4. Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan
dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan daya pikir
siswa.
5. Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa
maupun siswa dengan siswa
Di samping itu, guru seyogyanya dapat memperhatikan
karakteristik-karakteristik siswa yang akan menentukan
keberhasilan belajar siswa, di antaranya:
a) Setiap siswa memiliki pengalaman dan potensi belajar yang
berbeda-beda.
b) Setiap siswa memiliki tendensi untuk menentukan
kehidupannya sendiri.
c) Siswa lebih memberikan perhatian pada hal-hal menarik bagi
dia dan menjadi kebutuhannnya.
d) Apabila diminta menilai kemampuan diri sendiri, biasanya
cenderung akan menilai lebih rendah dari kemampuan
sebenarnya.
e) Siswa lebih menyenangi hal-hal yang bersifat konkret dan
praktis.
f) Siswa lebih suka menerima saran-saran daripada diceramahi.
g) Siswa lebih menyukai pemberian penghargaan (reward)
daripada hukuman (punishment).
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 203
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
Hal yang perlu diperhatikan guru untuk dapat menjadi
seorang fasilitator yang sukses yaitu:
1. Mendengarkan dan tidak mendominasi. Karena siswa
merupakan pelaku utama dalam pembelajaran, maka sebagai
fasilitator guru harus memberi kesempatan agar siswa dapat
aktif. Upaya pengalihan peran dari fasilitator kepada siswa bisa
dilakukan sedikit demi sedikit.
2. Bersikap sabar. Aspek utama pembelajaran adalah proses
belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Jika guru kurang
sabar melihat proses yang kurang lancar lalu mengambil alih
proses itu, maka hal ini sama dengan guru telah merampas
kesempatan belajar siswa.
3. Menghargai dan rendah hati. Guru berupaya menghargai siswa
dengan menunjukkan minat yang sungguh-sungguh pada
pengetahuan dan pengalaman mereka
4. Mau belajar. Seorang guru tidak akan dapat bekerja sama
dengan siswa apabila dia tidak ingin memahami atau belajar
tentang mereka.
5. Bersikap sederajat. Guru perlu mengembangkan sikap
kesederajatan agar bisa diterima sebagai teman atau mitra kerja
oleh siswanya.
6. Bersikap akrab dan melebur. Hubungan dengan siswa
sebaiknya dilakukan dalam suasana akrab, santai, bersifat dari
hati ke hati (interpersonal realtionship), sehingga siswa tidak
merasa kaku dan sungkan dalam berhubungan dengan guru.
7. Tidak berusaha menceramahi. Siswa memiliki pengalaman,
pendirian, dan keyakinan tersendiri. Oleh karena itu, guru tidak
perlu menunjukkan diri sebagai orang yang serba tahu, tetapi
berusaha untuk saling berbagai pengalaman dengan siswanya,
sehingga diperoleh pemahaman yang kaya di antara keduanya.
204 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
8. Berwibawa. Meskipun pembelajaran harus berlangsung dalam
suasana yang akrab dan santai, seorang fasilitator sebaiknya
tetap dapat menunjukkan kesungguhan di dalam bekerja
dengan siswanya, sehingga siswa akan tetap menghargainya.
9. Tidak memihak dan mengkritik. Di tengah kelompok siswa
seringkali terjadi pertentangan pendapat. Dalam hal ini,
diupayakan guru bersikap netral dan berusaha memfasilitasi
komunikasi di antara pihak-pihak yang berbeda pendapat,
untuk mencari kesepakatan dan jalan keluarnya.
10. Bersikap terbuka. Biasanya siswa akan lebih terbuka apabila
telah tumbuh kepercayaan kepada guru yang bersangkutan.
Oleh karena itu, guru juga jangan segan untuk berterus terang
bila merasa kurang mengetahui sesuatu, agar siswa memahami
bahwa semua orang selalu masih perlu belajar.
11. Bersikap positif. Guru mengajak siswa untuk mamahami
keadaan dirinya dengan menonjolkan potensi-potensi yang ada,
bukan sebaliknya mengeluhkan keburukan-keburukannya.
Perlu diingat, potensi terbesar setiap siswa adalah kemauan
dari manusianya sendiri untuk merubah keadaan.
Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan
bersungguh-sungguh berkaitan dengan penyampaian materi di
kelas yang menampilkan kesan tentang penguasaan materi yang
menyenangkan. Karena sesuatu yang energik, antusias, dan
bersemangat memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru
yang seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi
dinamis, mempertinggi komunikasi antarguru dengan siswa,
menarik perhatian siswa dan menolong penerimaan materi
pelajaran.
Kemampuan guru untuk mengelola interaksi siswa dalam
kegiatan pembelajaran berhubungan dengan komunikasi antara
siswa, usaha guru dalam menangani kesulitan siswa dan siswa yang
mengganggu serta mempertahankan tingkah laku siswa yang baik.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 205
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
Agar semua siswa dapat berpartisipasi dan berinteraksi secara
optimal, guru mengelola interaksi tidak hanya searah saja yaitu dari
guru ke siswa atau dua arah dari guru ke siswa dan sebaliknya,
melainkan diupayakan adanya interaksi multi arah yaitu dari guru
ke siswa, dari siswa ke guru dan dari siswa ke siswa. Jadi semua
kemampuan guru di atas mengarah pada penciptaan iklim
komunikatif yang merupakan wahana atau sarana bagi tercapainya
tujuan pembelajaran yang optimal.
D. Karakteristik Teknologi Digital
Guru profesional yang ditandai dengan empat macam
kompetensi (paedagogik, kepribadian, sosial dan profesi) seperti
disebutkan di atas kembali dipertanyakan. Yakni apakah kriteria
kompetensi masih memadai, atau sudah tidak memadai, sehingga
perlu ada penyelesaian. Dilihat dari waktu kriteria dirumuskan,
pada kompetensi pedagogik sudah termasuk penggunaan teknologi
pembelajaran; dan pada kompetensi sosial telah dimasukkan
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.
Namun, kriteria kompetensi pedagogik dan sosial masih
perlu ditingkatkan karena beberapa alasan. Pertama, jangka waktu
sembilan tahun adalah pada tahun 2008 ketika Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 sampai sekarang untuk melihat
perkembangan teknologi digital cukup panjang, karena perluasan
dan perluasan inovasi teknologi digital di setiap tahun selalu
mengalami perkembangan yang luar biasa. Seseorang yang
hidupnya selalu mengikuti perkembangan teknologi digital tidak
akan pernah berhenti untuk memberikan waktu, pikiran dan dana
untuk menahan, mencari dan memburunya, karena tanpa itu,
kelengkapan sarana dan prasarana hidupnya akan terasa kurang,
dan psikologi sosialnya akan terasa terganggu, ia merasa dirinya
sebagai orang yang kurang up to date. Selanjutnya, meskipun
206 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
kriteria guru profesional di atas sudah bernuansa teknologi digital,
yaitu menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional serta pemanfaatan teknologi pembelajaran, kriteria
tersebut belum secara eksplisit menyebutkan teknologi digital.
Teknologi secara harfiah berarti ilmu teknik. Ini adalah
aplikasi sintesis sains atau sciencies alami dengan teknik. Sains
adalah hasil penelitian empiris dalam bentuk pengamatan dan
eksperimen yang dirumuskan dengan bantuan pikiran. Padahal
teknologi adalah penerapan atau metode penerapan ilmu
pengetahuan dalam realitas kehidupan melalui eksperimen dan
kegiatan percontohan selama bertahun-tahun. Dengan demikian
teknologi adalah hasil dari isolasi kesan. Penelitian model seperti
biaya membutuhkan ketekunan, waktu, dan biaya tinggi. Oleh
karena itu yang akan menguasai perkembangan teknologi adalah
bangsa dengan etika kerja ulama yang tinggi dan anggaran yang
besar. Itu sebabnya, negara-negara yang melahirkan dan
mengembangkan teknologi adalah negara maju. Amerika, Jepang,
Korea, Finlandia, dan Cina, misalnya, adalah salah satu negara
yang menghasilkan berbagai teknologi digital yang sangat dinamis,
karena negara-negara ini selain memiliki modal, juga memiliki etos
kerja modal dan ketekunan di atas rata-rata negara lain.
Teknologi adalah buatan manusia, tetapi ketika teknologi
lahir ia memiliki sifat, karakter, kepribadian, identitas atau
karakternya sendiri. Ciri-ciri ini awalnya dilahirkan dan melekat
oleh manusia pada teknologi. Dengan kata lain, teknologi ini
sebagian merupakan hasil dari alasan manusia. Sebagai hasil dari
alasan pikiran manusia seharusnya teknologi tunduk pada
kedilaharan manusia. Tapi pada kenyataannya itu tidak terjadi.
Teknologi memiliki sifat, karakter, kepribadian, identitas, atau
karakter tersendiri. Jika seseorang ingin memanfaatkan teknologi,
ia harus mengikuti sifat, karakter, kepribadian, identitas, atau
karakternya sendiri. Tanpa ingin mengikuti sifat, karakter,
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 207
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
kepribadian, identitas atau karakter, maka manusia tidak akan dapat
memanfaatkan teknologi tersebut. Oleh karena itu masyarakat yang
ingin memanfaatkan teknologi, terlebih dahulu harus diperkenalkan
dan digunakan teknologinya, melalui kegiatan pelatihan, magang,
belajar dengan melakukan, dan sebagainya.
Teknologi memiliki karakter dan budaya tersendiri.
Cangkul, misalnya, adalah teknologi tradisional yang sangat
sederhana. Tetapi ketika seseorang akan menggunakannya dia
harus mengikuti logikanya, seperti bagaimana memegangnya,
bagaimana mengayunkannya, posisi orang yang menggunakannya,
arah yang ditujukan untuk dan sebagainya. Tanpa ingin mengikuti
logikanya, cangkul yang dibuatnya akan menjadi “senjata makan
tuan”. Ini tidak akan menghasilkan tanah yang tersebar, melainkan
kaki yang runtuh. Begitu juga teknologi digital, meskipun buatan
manusia, tetapi memiliki logika tersendiri. Orang yang
menggunakannya harus mengikuti logika itu. Di antara logika
teknologi digital adalah:
1. Sistemik. Artinya, itu dirancang dalam sistem yang canggih,
keadaan di mana satu bagian dan yang lain saling terhubung
dan berurutan. Satu sistem akan melakukan dan berfungsi
sebagaimana mestinya, jika satu sistem adalah sistem lain yaitu
patner yang prasyarat sudah ada. Karena sistem selalu up to
date, maka seseorang yang akan menggunakannya harus terus
memperbarui kemampuan untuk memahami perkembangan
sistem. Sebagai sistem, teknologi digital tidak berubah seperti
anggota tubuh manusia yang saling berhubungan satu sama
lain. Ketika ada bagian anggota badan yang terluka, maka
perasaan itu tidak hanya bagian dari anggota yang terkena,
tetapi seluruh tubuh merasakannya. Oleh karena itu, jika salah
satu elemen rusak, terutama pada elemen dasar, maka
teknologi digital tidak akan dapat bekerja, atau akan mati. Jika
dalam tubuh manusia, komponen yang paling penting adalah
208 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
jantung, maka dalam teknologi digital adalah chip, jika chip
dicabut, maka teknologi digital akan berhenti bekerja. Agar
seseorang dapat menggunakan teknologi digital dengan benar,
ia harus mempelajari sistem, sebagaimana diatur dalam buku
manual yang dikeluarkan oleh perusahaan atau industri yang
mengeluarkan teknologi digital tersebut.
2. Ini netral. Pada dasarnya setiap teknologi atau teknologi digital
netral. Ini tidak baik atau buruk dengan sendirinya, tetapi
sangat tergantung pada manusia yang merencanakan dan
menggunakannya. Jika orang yang merancangnya memasuki
sistem, program, program, atau menu yang buruk, seperti
gambar, video atau film, atau tindakan kekerasan, maka
teknologi menjadi kotor, dan orang yang menggunakannya
akan terpengaruh, misalnya dia didorong untuk melakukan
perbuatan buruk seperti itu, seperti melakukan pesta seks, pesta
minum, tindakan kriminal, dan lain-lain. Di sisi lain, jika orang
yang merancangnya termasuk sistem, program, atau menu
yang baik, seperti menu bacaan atau bacaan Al-Qur'an, bacaan
do'a, taushiyah, kegiatan sosial keagamaan dan gambar yang
membangkitkan spiritualitas, maka orang yang mengguna-
kannya akan didorong untuk melakukan hal-hal baik. Dengan
karakter teknologi digital tersebut, penggunaan teknologi
digital tergantung pada manusia yang merancang dan
menggunakannya. Dalam hal ini, memberikan wawasan yang
benar dan komprehensif tentang teknologi digital, serta
landasan moral dan etika berdasarkan nilai-nilai agama,
budaya, tradisi, dan kearifan lokal, nasional dan internasional
perlu dimiliki oleh semua orang yang menggunakannya.
3. Dibatasi. Meskipun teknologi digital telah menjadi semakin
canggih dan telah mampu melayani kebutuhan manusia
terutama dalam membangun komunikasi dan bertukar
informasi, masih terbatas. Dia tidak bisa melakukannya sendiri,
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 209
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
tidak dapat mendefinisikan dirinya sendiri, dia tidak memiliki
perasaan, keinginan, dan kehendak atas dirinya sendiri. Oleh
karena itu, sehebat teknologi digital, ia tidak dapat sepenuhnya
menggantikan peran manusia. Teknologi dalam bentuk apa pun
tidak akan bertanggung jawab; tanggung jawab yang diminta
adalah orang yang menggunakannya.
Seperti disebutkan di atas, bahwa sebagai salah satu
persyaratan guru profesional di era digital, adalah guru yang selain
memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
profesional seperti yang disebutkan di atas, juga harus memiliki
wawasan, minat, kepedulian, kepekaan, kesukaan, serta kemampu-
an dan keterampilan dalam menggunakannya. Penggunaan
teknologi digital sangat penting, karena beberapa pertimbangan
adalah sebagai berikut.
a) Bahwa kualitas pendidikan di Indonesia, akan jauh tertinggal
dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara lain. Di
antara alasan penundaan ini adalah karena rendahnya kualitas
energi guru, dan di antara alasan rendahnya kualitas guru
dalam hal wawasan, minat, kepedulian, kepekaan, kesukaan,
serta kemampuan serta keterampilan dalam menggunakan
teknologi. Beberapa negara, seperti Mynmar, Singapura,
Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, Thailand, Malaysia.
Pada tahun 2003, atau 14 tahun yang lalu, Myanmar telah
menetapkan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi
sebagai bagian dari 10 item kebijakan tentang pendidikan dasar.
Sementara itu di tingkat perguruan tinggi terdapat 36 program
yang difokuskan pada 6 daerah, yaitu pengembangan sumber
daya manusia, penggunaan teknologi, penelitian, masyarakat
pembelajaran seumur hidup, peningkatan kualitas pendidikan
dan pelestarian nilai-nilai dan identitas kebangsaan. Demikian
pula Singapura, sejak 1997 telah berangkat untuk membawa
bangsanya menjadi bangsa yang berpikir dan memiliki warga
210 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
negara yang siap dan mampu berkontribusi pada pembangunan
dan kesejahteraan Singapura. Untuk itu komunikasi dan
teknologi informasi, dengan penekanan pada komputer, tidak
lagi di radio dan TV, banyak digunakan untuk mengembang-
kan kemampuan komunikasi dan pembelajaran mandiri.
Program berbasis komputer telah digunakan di sekolah untuk
mempersiapkan siswa menghadapi tantangan abad ke-21
(Arief S. Sadiman: 85 dan 88).
b) Bahwa teknologi digital memiliki berbagai fungsi yang relevan
untuk diintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar.
Sudarno Sudirdjo dan Eveline Siregar dalam Mozaik
Technology Education (2004:9-12), misalnya menyebutkan 8
fungsi teknologi pembelajaran termasuk digital yaitu: (1)
memberikan pengetahuan tentang tujuan pembelajaran; (2)
memotivasi siswa; (3) menyajikan informasi; (4) merangsang
diskusi, (5) kegiatan mahasiswa langsung; (6) melakukan
latihan dan pengulangan, (7) memperkuat pembelajaran, dan (8)
memberikan pengalaman yang disimulasikan. Sementara itu
Damian Ryan dalam Understanding Digital Marketing
(1997:151) mengatakan: Media sosial adalah istilah payung
untuk perangkat lunak berbasis web dan servixe yang
memungkinkan digunakan untuk datang bersama-sama secara
online dan bertukar, berdiskusi, berkomunikasi dan
berpartisipasi dalam segala bentuk interaksi sosial. Kamera
interaksi itu mencakup teks, audio, gambar, video, dan media
lainnya, secara individual atau dalam kobansi apa pun. Ini
dapat terlibat generasi konten nw, rekomendasi dan berbagi
konten yang ada; meninjau dan memberi peringkat produk,
sevices dan merek yang membahas topik ht hari itu; mengejar
habbies, internet, dan hasrat, berbagi pengalaman dan
keahlian. Bahkan hampir semua hal, hukum itu didistribusikan
dan dibagikan melalui memilih saluran dalam permainan yang
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 211
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
adil. Ini berarti: Media sosial adalah istilah berbasis web
berdasarkan perangkat lunak dan layanan yang memungkinkan
pengguna untuk berkumpul secara online dan bertukar
informasi, diskusi, komunikasi dan keterlibatan dalam berbagai
bentuk yang ditemukan dalam interaksi sosial. Interaksi
semacam itu dapat mendorong penggunaan bahan bacaan,
pendengaran, fantasi, vedio dan media lainnya, secara individu
atau dalam kombinasi. Teknologi juga dapat menjangkau
konten baru, saran, dan umpan balik untuk bertukar informasi,
menilai dan memesan ulang produk, layanan, dan delegasi,
membahas berbagai topik harian, meningkatkan gema, daya
tarik dan gairah, bertukar pengalaman dan keahlian. Bahkan,
semua hal ini dapat dibagikan dan dibagikan melalui jaringan
teknologi digital sebagai game yang adil.
c) Bahwa teknologi digital adalah proses revolusioner yang tidak
akan pernah harus berlangsung. Alvin Toffler misalnya
memecah belah masyarakat ke dalam masyarakat pertanian,
masyarakat industri (industrial sociey) dan masyarakat
informasi (masyarakat informatical). Komunitas agraris
ditandai dengan gaya hidup berorientasi masa lalu, kurangnya
rasa hormat terhadap waktu, bekerja tanpa rencana,
menghadapi komunikasi, langkah-langkah kekayaan di darat
dan ternak, dan menggunakan teknologi sederhana yang dapat
bersepeda kembali dengan alam dengan cepat. Sementara
komunitas industri, ditandai dengan gaya hidup berorientasi
masa depan, sangat menghargai waktu, bekerja dengan
komunikasi jarak jauh, langkah-langkah kekayaan pada
penguasaan mesin industri, dan menggunakan teknologi
canggih yang sulit untuk direkasi. Sementara itu, komunitas
informasi, selain ditandai dengan karakteristik masyarakat
industri juga ditandai dengan penggunaan penerima teknologi,
penyimpanan, pengolahan dan pengirim data yang canggih
212 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
(komputer dan laptop, dan sekarang teknologi digital yang
dapat berperan di luar kemampuan komputer dan laptop dalam
berbagai aspek. Dunia pendidikan di Indonesia saat ini
tampaknya melayani ketiga model masyarakat. Melayani
model masyarakat angraris lebih mudah daripada menghadapi
masyarakat industri, dan menghadapi masyarakat informasi
lebih sulit daripada menghadapi masyarakat industri.
Kehadiran ketiga model masyarakat ini, akan mengubah
paradigma yang mendasari berbagai komponen pendidikan.
Konsep belajar mengajar di masyarakat informasi bukan lagi
dengan cara transfer of knowedge atau transfer of skill,
melainkan lebih menekankan pada langkah, motivasi, jembatan,
memfasilitasi, sehingga siswa didorong untuk melakukan
berbagai kegiatan agar mendapatkan pengetahuan yang
diinginkan yang selanjutnya diberikan penguatan, pengayaan,
atau peningkatan oleh guru. Demikian pula paradigma yang
mendasari konsep kurikulum dan silabus, sumber daya bahan
ajar, lingkungan dan evaluasi pendidikan juga mengalami
perubahan, dan semua harus berbasis sesuai keadaan
masyarakat. Jika guru terbiasa menjalankan kerja profesional-
nya dengan paradigma pendidikan berbasis masyarakat dan
industri, maka saat ini, guru harus menjalankan pekerjaan
profesionalnya dengan paradigma pendidikan berbasis
informasi digital. Mengubah paradigma dari industri ke
industri, dan dari industri menjadi informasi, bukanlah
pekerjaan yang mudah karena selain membutuhkan perubahan
sikap mental, pola pikir, pola pikir, paradigma, juga
membutuhkan infrastruktur, biaya dan sebagainya. Dalam
konteks ini, guru harus siap untuk berani keluar dari kebiasaan
lama (out of the box).
d) Bahwa dilihat dari fungsionalitasnya, teknologi digital selain
dapat bekerja lebih cepat, juga dapat menjangkau wilayah yang
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 213
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
lebih cepat. Dengan menggunakan teknologi digital, batas-
batas kawasan tidak lagi menjadi hambatan. Batas-batas
wilayah meskipun fisik tetap ada, tetapi fungsinya tidak lagi
tanpa batas. Dalam kaitannya dengan ini persis apa yang
dikatakan..... sebagai berikut: Karena teknologi baru menjadi
umum hingga avilable lebih cepat, alat ini memiliki bocomr
bahkan lebih dari elemen penting dalam strategi. Tidak ada
yang tinggal kepemilikan untuk waktu yang lama. Dan tidak
ada gulungan yang dimainkan dapat menguasai setiap hal.
Dengan demikian beroperasi secara global berarti oportunitas
dengan panter dan pada gilirannya berarti penyebaran
teknologi yang lebih sia-sia. (Karena teknologi baru umumnya
memberikan lebih banyak akselerasi, waktu menjadi elemen
paling penting dalam menentukan strategi. Tidak ada tempat
menginap yang dapat disediakan untuk semua waktu. Tidak
ada pemain yang bisa menjadi guru untuk segala hal. Dengan
demikian, implementasi secara global berarti bekerja sama
dengan mitra dan sudah pada tahap penyebaran teknologi
berikutnya. Dalam rangka menyeimbangkan pendidikan yang
merupakan salah satu program penting pemerintah, karena
merupakan amanat UU Dasar 1945, maka penggunaan
teknologi digital menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia yang
ditandai dengan karakter pulaunya, yang jaraknya satu jarak,
sulit untuk menempuh perjalanan darat. Permasalahan daerah
terkait pemerataan pendidikan akan diatasi dengan pemanfaat-
an teknologi digital. Oleh karena itu, berbagai sarana prasarana
dan prasarana yang memungkinkan jaringan teknologi digital
dapat ditularkan, seperti jaringan listrik, tiang pemancar,
jaringan kabel dan lainnya harus disiapkan. Beberapa daerah
terpencil, seperti Indonesia Timur, Kalimantan, Sulawesi dan
lainnya perlu dibantu dengan penyediaan fasilitas presana dan
214 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
infrastruktur tersebut dalam timeframe tertentu dan dilaksana-
kan secara terencana.
e) Saat ini sumber pembelajaran semakin variatif, baik dari segi
materi, jenis maupun bentuk. Sumber belajar seperti itu tidak
mungkin lagi dikuasai oleh seseorang yang waktunya, energi,
dan lain-lain terbatas. Sumber dan pelajar kini tersebar di
berbagai media, seperti google, face book, you tobe, email,
faximile, sms, vido call dan sebagainya. Pengembangan sumber
daya pembelajaran tersebut telah mengubah paradigma
pembelajaran dari manual atau tatap muka ke digital dan
terjadi saling menyambung. Terkait hal ini, menarik apa yang
dikatakan Damain Ryan: Situs web media sosial telah
diperluas secara luas untuk memperluas jangkauan mereka
untuk mendukung interaksi antara orang-orang, membuat,
bertukar dan berbagi pendapat, menyusun dan diskusi tentang
infertilitas relatif dalam masyarakat. Konten semacam itu
mungkin berhubungan dengan situs web lain, artikel baru atau
posting blog, fotografi, audio, video, pertanyaan yang
diterapkan oleh pengguna, apa pun yang sebenarnya dapat
dibagikan melalui formulir digital.
f) Bahwa penggunaan teknologi digital dalam bentuk online
misalnya sudah masuk ke dalam kegiatan sosial, ekonomi,
politik, budaya dan sebagainya. Time drive dan pembentukan
opini publik yang biasanya dilakukan dengan cara kampanye
tatap muka dengan kelompok target misalnya dapat diganti
melalui blog, website, web, facebook, apa yang sudah terserah
dan sebagainya. Semakin mempengaruhi masyarakat untuk
membeli layanan atau produk berupa makanan, minuman,
pakaian, peralatan kosmetik, peralatan teknologi, dan lain-lain
sudah bisa dilakukan melalui teknologi digital berupa online.
Seseorang yang membutuhkan layanan antarjemput dengan
kendaraan roda dua roda empat, kereta api, pesawat terbang,
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 215
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
dan lainnya dapat dipesan melalui jaringan online. Sikap dan
budaya masyarakat yang akrab atau akrab dengan teknologi
digital dalam bentuk online adalah momentum yang tepat
untuk diuntungkan.
Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa
kondisi objektif dan ide-ide inovatif dan akseleratif di bidang
pendidikan berbasis teknologi digital, maka tidak bersedia seorang
guru profesional harus menguasai teknologi digital dan meng-
gunakannya dalam kegiatan pembelajaran.
E. Inovasi dan Kreativitas sebagai Tuntutan Utama
Pendidikan Era Revolusi Industri
Ada banyak hal yang bergeser seiring dengan perkembang-
an zaman, terutama di era digital. Seiring perkembangan di era
digital, teknologi semakin canggih dan bisa dibilang semakin
memudahkan hidup. Tilik saja betapa mudahnya informasi diakses
oleh anak-anak dan generasi muda masa kini. Jika dulu informasi
didapatkan dari media konvensional seperti koran dan televisi,
kini kids zaman now bisa bahkan mengaksesnya hanya dari
genggaman tangan, alias smartphone.
Informasi tersebut tentunya tak hanya hiburan, tapi juga
ilmu yang berguna untuk pendidikan. Anak bisa belajar iptek
dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif lewat
teknologi. Tak lagi hanya duduk menyimak guru yang mengajar di
depan kelas. Inilah mengapa sudah saatnya kita memikirkan
kembali bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya terjadi di
dalam dunia pendidikan kita untuk memasuki era digital saat ini.
Sepertinya proses pembelajaran yang konvensional atau tradisional
yang ada saat ini sudah saatnya harus diubah. Tentunya karena
mengingat bahwa kita tidak ingin anak-anak usia sekolah saat ini
lebih banyak belajar dari dunia digital yang mereka temui setiap
216 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
saat dibanding dengan pembelajaran di dalam kelas yang sesuai
dengan kebutuhannya.
Pendidikan konvensional masih lebih menekankan kepada
mengingat/menghapalkan, memperoleh informasi hanya dari satu
arah atau mengaplikasikan prosedur sederhana yang kemudian
tidak membuat mereka mahir dalam berpikir kritis terhadap
permasalahan yang dihadapi. Di dalam pendidikan konvensional
yang bisa kita sebut sebagai periode pendidikan menjelang era
digital, guru masih lebih banyak berperan sebagai sumber dan
penyampai informasi bagi peserta didiknya. Selain itu, karakteristik
materinya masih dibatasi dengan sumber-sumber baku yang
terbatas dan peserta didik masih hanya sebagai penerima informasi.
Guru masih memiliki otoritas penuh terhadap proses
pembelajaran dan menekankan kepada pengetahuan yang wajib
dikuasai untuk kemudian diujikan dalam ulangan dan ujian akhir.
Dengan kata lain proses belajar yang terjadi masih cenderung pasif
dan peserta didik masih berperan sangat kecil dalam proses belajar
mengajar. Tidak ada tempat bagi peserta didik untuk berinovasi dan
berkreasi dalam pembelajaran di dalam kelas.
Menghadapi era digital saat ini, sudah saatnya kita
mengubah paradigma proses pembelajaran di dalam kelas menjadi
suatu proses yang penuh dengan pengalaman, memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berkolaborasi dengan
gurunya, dengan temannya untuk membangun dan mengorganisasi
pengetahuan, melibatkan diri dalam penelitian, belajar menulis dan
menganalisis serta mampu mengkomunikasikan apa yang mereka
alami sebagai suatu pemikiran baru sebagai wujud pengalaman
sesuai dengan usia mereka.
Di dalam era digital orang dapat belajar menggunakan
berbagai cara dan berbagai sumber, dan ini merupakan tantangan
bagi guru untuk menemukan pendekatan yang mana yang akan
dipakai dalam membantu peserta didiknya untuk belajar secara
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 217
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
efektif. Guru di era digital perlu memahami bagaimana cara peserta
didiknya belajar dan mencarikan yang terbaik di antara berbagai
pilihan tersebut. Dengan kata lain selama guru belum memahami
bagaimana kemampuan, kebutuhan dan kekuatan masing-masing
individu peserta didiknya dalam mempelajari sesuatu akan sulit
bagi guru menentukan metode belajar dan mengajar yang akan
berdampak positif kepada peserta didiknya.
Dengan kondisi tersebut di atas, sudah saatnya kita
memikirkan kembali bagaimana metode belajar mengajar yang
dapat digunakan dalam menghadapi era digital saat ini.
Pembelajaran kreatif merupakan salah satu metode yang dapat
dikembangkan dalam mewujudkan tuntutan era digital pendidikan
saat ini di antara banyak pilihan lainnya. Ide metode pembelajaan
kreatif sendiri memiliki dua makna, pembelajaran kreatif dan
membelajarkan kreatif. Perbedaan kedua hal ini adalah,
pembelajaran kreatif lebih melibatkan peranan guru dalam
membuat proses pembelajaran di dalam kelas menjadi menarik bagi
peserta didik, lebih efektif dan menggunakan pendekatan imajinatif.
Sebaliknya kalau membelajarkan kreatif lebih menekankan
kemampuan guru dalam mengidentifikasi kekuatan kreativitas
peserta didiknya, memperkuat daya kreatifnya dan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mewujudkannya.
Pendekatan proses pembelajaran kreatif akan sangat
beragam jika diterapkan dalam dunia pendidikan kita, mengingat
demografi dan kondisi daerah masing-masing. Dan juga harus
disesuaikan dengan usia anak sekolahnya, tentu saja kreatif bagi
anak SD akan berbeda dengan anak usia SMP atau SMA bahkan
SMK sekalipun. Di sinilah seorang guru di masing-masing jenjang
pendidikan dapat menyesuaikan metode pembelajaran kreatif atau
membelajarkan kreatif yang diterapkannya.
Sekarang, bagaimanakah sistem pendidikan yang kita
bangun di dalam menghadapi era digital tersebut? Apakah sudah
218 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
mengarah kepada pembelajaran kreatif? Apakah sudah siap guru
kita dalam mengimplementasikan pembelajaran kreatif? Menjawab
tantangan era digital tersebut, sebenarnya kebijakan pemerintah
dalam penerapan Kurikulum 2013 telah memberikan peluang bagi
guru kita untuk melakukan pembelajaran kreatif atau bahkan
membelajarkan kreatif bagi peserta didiknya. Nah, coba sekarang
kita cermati apa saja yang ada dalam Kurikulum 2013.
Model pembelajaran di dalam kurikulum 2013 yang antara
lain terdiri dari; inquiry based learning, discovery based learning,
project based learning, dan problem based learning, sebenarnya
telah memberikan peluang dan pedoman untuk guru dapat
melakukan pembelajaran kreatif di dalam kelasnya. Kemudian jika
dicermati dari metode pembelajaran yang disarankan dalam
Kurikulum 2013 antara lain diskusi, eksperimen, demonstrasi dan
simulasi, maka juga telah memberikan kesempatan kepada peserta
didiknya untuk kreatif.
Jika kemudian kedua hal ini, baik model maupun metode
pembelajaran dilaksanakan di dalam proses pembelajaran di dalam
kelas, maka kemungkinan penguasaan ranah kompetensi yang
dituntut ada dalam diri peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan akan
dapat tercapai dan ini merupakan wujud dari pembelajaran kreatif
yang nyata dari proses tersebut.
Proses pembelajaran kreatif ini kemudian harus diukur
dengan menggunakan penilaian otentik seperti yang diharapkan
dalam Kurikulum 2013, karena diharapkan guru dapat mengetahui
dengan pasti bagaimana kekuatan dan kemampuan peserta didiknya
secara individu, untuk selanjutnya dilakukan pengembangan dan
peningkatan sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.
Masih banyak hal lain lagi yang dapat menunjukkan kepada
kita bahwa Kurikulum 2013 telah mengarah kepada pembelajaran
kreatif dalam menuju era digital saat ini. Jika kita lihat dari sisi
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 219
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
kesiapan guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013, sejak
beberapa tahun yang lalu pemerintah telah melaksanakan banyak
sekali program pelatihan Kurikulum 2013 bagi guru dan pemangku
kepentingan di sekolah. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan
Kurikulum 2013 baik yang dilaksanakan secara langsung oleh
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan maupun oleh
Unit Pelaksana Teknis dalam hal ini P4TK di seluruh Indonesia
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang konsep,
karakteristik dan pemahaman perangkat dan pedoman tentang
bagaimana mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada satuan
pendidikan. Meskipun belum semua guru dapat terakomodasi
mengikuti pelatihan ini, namun intinya adalah pemerintah juga
telah berusaha membantu guru dalam menghadapi „pembelajaran
zaman now‟ yang dituntut oleh era digital saat ini.
Selanjutnya yang diharapkan adalah bagaimana guru dapat
memperkaya dirinya dengan metode atau model pembelajaran
kreatif secara mandiri atau melalui kelompok-kelompok kerja guru
yang ada pada daerah masing-masing. Yang perlu menjadi
perhatian bagi guru adalah karena akses yang digunakan guru
dalam mencari informasi sebagai bahan pembelajaran sama saja
dengan akses yang digunakan oleh peserta didiknya, jadi jangan
sampai guru tertinggal dari peserta didiknya.
Jadi kesimpulannya, jika kita kaitkan tuntutan era digital
dengan sistem pendidikan kita saat ini, maka Kurikulum 2013
merupakan jalan keluar dan dapat dijadikan pedoman bagi guru dan
peserta didik kita dalam mewujudkan pendidikan abad 21 atau
„Pendidikan Zaman Now‟.
220 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
DAFTAR PUSTAKA
Widayati, D.T., dkk. 2010. Pedoman Umum Pembelajaran
Berbasis Riset. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Ngongo, V. L., Hidayat, T., & Wiyanto, W. 2019, July. Pendidikan
di Era Digital. In Prosiding Seminar Nasional Program
Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.
Suciati, S. (2018). Pengembangan Kreativitas Inovatif melalui
Pembelajaran Digital. Jurnal Pendidikan, 19 (2), 145-154.
Surahman, E. 2019. Integrated Mobile Learning Sistem (Imoles)
sebagai Upaya Mewujudkan Masyarakat Pebelajar Unggul
Era Digital. JINOTEP (Jurnal Inovasi dan Teknologi
Pembelajaran) Kajian dan Riset dalam Teknologi
Pembelajaran, 5(2), 50-56.
Yusnaini, Y., & Slamet, S. 2019, March. Era Revolusi Industri 4.0:
Tantangan dan peluang dalam Upaya Meningkatkan
Literasi Pendidikan. In Prosiding Seminar Nasional
Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang (Vol.
12, No. 01).
Amir, M.Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based
Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 221
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
Agboola, A. & Tsai, K. C. 2012. “Bring Character Education into
Classroom” dalam European Journal of Educational
Research, 1(2), 163-170
Kusuma, Ade, “E-learning dalam Pembelajaran” dalam Lentera
Pendidikan, Volume 12, No. 1, (Juni 2011), h. 35-51
Arianto, Dwi Agung Nugroho dan Mahfudlah Fajri “Penerapan
Elearning dalam Program Pembelajaran di Program
Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang”dalamJurnal
Seruni FTI UNSA (Volume 1, 2012), h. 502-510
Ardi, Rahkman. 2019. Memahami Kognisi Sosial Individu dalam
Era Revolusi Industri 4.0. Dalam Seminar Nasional Riset
Multidisiplin (SNRM) III, Jakarta, 26 April 2019.
Achmad, Z. A., dan Ida, R. 2018. Etnografi Virtual Sebagai Teknik
Pengumpulan Data dan Metode Penelitian. The Journal of
Society & Media, 2(2), 130.
https://doi.org/10.26740/jsm.v2n2.p130-145
Anjar Purba Asmara. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis Audi Visual Tentang Pembuatan Koloid. Jurnal
Ilmiah Didaktika. Vol. 15, No. 2
Asis Saefuddin. Ika Berdiati. 2016, Pembelajaran Efektif. Bandung.
Cet, Ke III. PT.Rosda Karya.
Asnawir dan Basyiruddin Usman. 2013. Media Pendidikan. Jakarta:
PT. Ciputat Press.
Kusnandar Ade. 2020. Pengembangan Model Pembelajaran
Inovatif Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Tik)
sesuai Kurikulum 2013. Jurnal Teknologi Pendidikan. Issn:
2622-4283.
M. Ramli. 2012, Media dan Teknologi Pembelajaran.
Banjarmasin: Antasari Pers.
222 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
Gio Mohamad Johan dan Suyanto. 2010. Masyarakat Era Digital
dan Pendidikan: Antara Peluang dan Tantangan. STKIP
Bina Bangsa Getsempena. Banda Aceh.
Guy Berger, Dkk. 2015. Media dalam Menunjang Pembangunan
Berkelanjutan dan Budaya Damai. Prosiding Unesco Office
Jakarta
Haryanto. 2015. Pemanfaatan Media Sosial sebagai Media
Komunikasi Pustakawan Homogen dalam Rangka
Pemanfaatan Bersama Koleksi Antar-Perguruan Tinggi.
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
Mark A. Edwards, Fintan Clear; School of Business and
Management, Brunel University Uxbridge, Middlesex, UB8
3PH, United Kingdom; Supporting the Collaborative
Learning of Practical Skills with Computer-Mediated
Communications Technology, Educational Technology &
Society 4(1) 2001, ISSN 1436-4522,
(http://ed.gov/database/ERIC)
Al-Tabany, T.I.B. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif dan Kontekstual. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Ahmad, Zaiha dan Ismail, Isma Zuriyya. 2013. Utilization of
Hybrid Learning in Accomplishing Learning Satisfaction as
Perceived by University Student International Journal of e-
Education, e-Business, eManagement and e-Learning, Vol.
3, No. 2,
Al-Tabany, T.I.B. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif dan Kontekstual. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Yaumi, M. 2014. Integrating Social Media to Promote Student-
Centered Learning at Islamic Higher Education of Eastern
Indonesia. Johor Bahru: Ibnu Sina Institute and UTM.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 223
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
Yaumi, M. 2015. Model Pengembangan Media dan Teknologi
Pembelajaran: Suatu Pengantar. Makassar: Alauddin
University Press.
Yaumi, M. 2017. Belajar dan Mengajar dengan Media dan
Teknologi Pembelajaran. Watampone, Sulawesi Selatan:
Penerbit Syahadah.
Yaumi, M., & Damopolii, M. 2015. Model Integrasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh.
In Scientific ForumFaculty of Education Department of
Science Education (FIP-JIP) and The International Seminar
(Vol. 6, pp. 738–749). Gorontalo: FIP-JIP In Corporation
With State University of Gorontalo.
Yaumi, M., Damopolii, M., & S.Sirate, S. F. 2016. Modul
Teknologi Pendidikan: Integrasi Pembelajaran Blended
dalam Mata Kuliah Umum dan Matematika. Makassar:
LP2M UIN Alauddin
Aloysia, E., & Chia, F. 2017. Perancangan Brand Aktivasi dan
Media Promosi untuk Aplikasi Undangan Pernikahan
“Ourstories.” Jurnal VCD, 6(2), 32–46.
Hakim, A.B., 2016. Efektivitas Penggunaan E-Learning Moodle,
Google Classroom Dan Edmodo. I-STATEMENT:
Information Sistem and Technology Management (e-
Journal), 2(1).
Muhammad, S., 2014. Efektivitas Pembelajaran Media E-Learning
Berbasis Web dan Konvensional Terhadap Tingkat
Keberhasilan Belajar Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Bina Darma Palembang).
SNASTIKOM 2014, 1.
224 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.
TENTANG PENULIS
ALWI HILIR, S.Kom., M.Pd.,
lahir di Ngali, Bima, NTB jenjang
pendidikan dasar ia tempuh SDN INPRES
LIDO dan di MADRASAH
TSANAWIYAH NGALI. Kemudian
jenjang sekolah menengahnya di SMKN2
WOHA BIMA, kemudian melanjutkan
studi strata satu di UNIVERSITAS MH
THAMRIN JAKARTA Fakultas
Komputer dengan Program Studi Teknik
Informatika. Kemudian melanjutkan
kuliah pascasarjana di UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI.
Dengan mengambil Program Studi Magister Pendidikan Agama
Islam. Setelah yudisium ia dan rekan-rekannya mendirikan THE
INTERNATIONAL RESEARCH EDUCATION FOUNDATION,
salah satu lembaga riset inovasi pendidikan Indonesia. Secara
umum, lembaga penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
berbagai strategi inovasi dalam sistem pendidikan nasional.
Berkarir sebagai akademisi di institusi pendidikan tentu
dapat menjadi salah satu pilihan. Selain itu dengan menjadi
akademisi, akan memiliki banyak kesempatan untuk mengembang-
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 225
Peranan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran
kan diri. Di tengah upaya pengembangan lembaga yang ia pimpin,
ia juga aktif menulis artikel di media-media nasional POTRET
NTB, METROMINI, WARTA NTB, OPINI INDONESIA,
DOMPU BICARA, BARAKNEWS, ISTANA.ID, KOBAR KSB,
MEDIA LITERASI NASIONAL, BOGORNEWS, INDONESIA
EXPRES, PELOPOR NTB, MANDALIKAPOST, WARTA NTB,
SUARA RINJANINEWS, MATARAMNEWS. Dan salah satu
karya yang pernah di erbitkan seperti buku yang ber-ISBN
(international standard book number) BOOKCHAPTER THE
CORONA COVID-19 2020, KUAT MELAWAN CORONA 2020,
INTERNASIONAL BOOKCHAPTER DIGITAL LEARNING
2021. BOOKCHAPTER INOVASI PEMBELAJARAN ABAD
DIGITAL 2021. PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2021. ARAH BARU POLITIK
PENDIDIKAN NASIONAL 2021. Ia di percaya menjadi
narasumber di beberapa kegiatan seminar nasioal tentang
pengembangan dan inovasi pendidikan nasional dan pernah tampil
beberapa kali menjadi presenter di:
INTERNATIONAL CONFERENCE ON DIGITAL
TRANSFORMATION IN HIGHER EDUCATION NAROTAMA
UNIVERSITY, 2020
INTERNATIONAL CONFERENCE ON MANAGEMENT,
BUSINESS, APLLIED SCIENCE, ENGINEERING AND
SUSTAINABILITY DEVELOPMENT, 2020
INTERNATIONAL CONFERENCE ON THE INFLUENCE OF
CURRENT EDUCATION GLOBALIZATION AND FUTURE
EDUCATION TRENDS, 2021
226 Alwi Hilir, S.Kom., M.Pd.