ALGAE
(Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)
ALGAE (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)
Oleh Zuhairah Atika, Tiara Rizka Febriza, Olifiyah Finanta
Editor : Zuhairah Atika
Desain Cover : Olifiyah Finanta
Penata Letak : Tiara Rizka Febriza
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penyusunan buku ini dapat terselesaikan. Buku ini berjudul ‘Algae
(Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)’. Adapun buku ini disusun untuk membantu serta
mengedukasi para pembaca terutama mahasiswa untuk memahami dunia alga, terutama pada
kelas Chlorophyta, Rhodophyta, dan Phaeophyta.
Dalam penulisan buku ini tentu saja penulis tidak dapat menyelesaikannya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada pihak – pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini, terutama kepada dosen yang
telah membimbing serta memberi pengarahannya yaitu ibu Salwa Rezeqi , S. pd, M.pd.
sehingga penulis bisa menyelesaikan buku ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa buku ini tentu masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik serta saran yang membangun dari para pembaca sekalian sangat penulis harapkan
dalam penyempurnaan penulisan buku ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
kita semua terutama bagi mahasiswa UNIMED.
Medan, 24 Maret 2021
Penulis
Kelompok 4
|i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
BAB I : CLASS CHLOROPHYTA....................................................................................... 2
1.1 Klasifikasi............................................................................................................... 2
1.2 Ciri – Ciri Chlorophyta ........................................................................................... 4
1.3 Sistem Reproduksi .................................................................................................. 5
1.4 Habitat .................................................................................................................... 6
1.5 Peranan ................................................................................................................... 6
BAB II : CLASS RHODOPHYTA........................................................................................ 8
2.1 Klasifikasi............................................................................................................... 8
2.2 Ciri – Ciri Rhodophyta............................................................................................ 9
2.3 Sistem Reproduksi .................................................................................................. 9
2.4 Habitat .................................................................................................................. 10
2.5 Peranan ................................................................................................................. 10
BAB III : CLASS PHAEOPHYTA ..................................................................................... 11
3.1 Klasifikasi............................................................................................................. 11
3.2 Ciri – Ciri Phaeophyta........................................................................................... 12
3.3 Reproduksi............................................................................................................ 12
3.4 Habitat .................................................................................................................. 13
3.5 Peranan ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15
|ii
Algae merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki tingkat keanekaragaman
yang tinggi. Istilah algae berasal dari bahasa Latin "alga" yang berarti ganggang laut atau
yang lebih populer dengan istilah rumput laut Ilmu yang mempelajari halhal yang berkaitan
dengan algae disebut algologi. Padanan kata untuk algae dalam bahasa Yunani adalah
"phycos", sehingga ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan algae juga disebut
fikologi. Beberapa istilah lain yang biasa digunakan untuk algae, misalnya "pond scums",
"frog spittle", "water mosses", dan "seaweeds" (SHARMA, 1992).
Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ seperti yang
dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan sebagainya. Karena itu alga pernah
digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus (Campbell, 2003).
Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan thalus (uniselular dan
multiselular), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada
juga alga yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel (Sulisetijono, 2009)
Alga atau algae merupakan protista yang bersifat fotoautotrof yang dapat membuat
makanannya sendiri dengan cara fotositentis. Ganggang/Alga memiliki kloroplas dengan
mengandung klorofil atau plastida yang berisi pigmen fotosintetik lainnya. Ganggang (Alga)
dapat dengan mudah ditemukan di air tawar maupun air laut. Ada yang hidup dengan
menempel di suatu tempat atau melayang-layang di air. Ganggang (Alga) merupakan protista
mirip tumbuhan.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 1
BAB I
CLASS CHLOROPHYTA
Alga hijau terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu chorophyta dan charophyta.
Alga hijau atau Chlorophyta sesuai dengan namanya, kelompok dari alga ini berwarna hijau
berasal dari pigmen pada kloroplas. Kloroplas mengandung pigmen yang digunakan untuk
fotosintesis, yaitu klorofil – a dan klorofil – b serta berbagai karotinoid. Alga hijau
menghasilkan dinding sel yang sebagian besar terdiri dari karbonhidrat yang berselulosa.
Kelompok alga ini memiliki bentuk yang sangat beranekaragam, tetapi bentuk yang umum
dijumpai adalah seperti benang (filamen) dengan atau tanpa sekat dan berbentuk lembaran
(Suantika dkk, 2007, hlm. 2.53).
1.1 Klasifikasi
Seperti klasifikasi kelompok alga lainnya, klasifikasi alga hijau masih menjadi
perdebatan ahli biologi. Beberapa pakar berpendapat bahwa kelompok Charophuceae masuk
kedalam filum tersendiri dikarenakan ia mempunyai ciri yang sangat berbeda dengan jenis
alga hijau lainnya. Mereka juga berpendapat bahwa anggota Charophuceae berada dalam
tingkatan evolusi yang lebih tinggi daripada jenis alga lainnya. Ada juga yang berpendapat
bahwa perbedaan antara kelompok Charophuceae dan kelompok alga hijau lainnya tak terlalu
nyata, sehingga Charophuceae ditempatkan dalam suatu kelas.
Chapman & Chapman (1975) mengusulkan adanya kelas Prasinophceae berdasarkan
pengamatan mereka menggunakan mikroskop elektron. Prasinophyceae meliputi organisme
yang berflagela 1,2 atau 4 buah. Namun, batasan yang tegas dari Prasinophyceae belum
meyakinkan. Beberapa pakar biologi masih mempertahankan anggota-anggota dari
Prasinophyceae ini sebagai anggota dari ordo Volvocales.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 2
Sehingga, saat ini klasifikasi Alga Hijau yang paling banyak dipakai adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Filum : Chlorophyta
Kelas :
1. Chlorophyceae yang terdiri dari 12 ordo, yaitu Volvocales, Tetrasporales,
Ulotrichales, Ulvales, Schizogoniales, Cladophorales, Oedogoniales, Zygnematales,
Chlorococcales, Siphonales, Siphonacladaes dan Dasycladales.
2. Charophyceae yang terdiri dari satu ordo yaitu Ordo Charales.
Berdasarkan bentuk dan dapat tidaknya bergerak, ganggang hijau menjadi 6
macam genus, yaitu:
1. Alga/ganggang hijau bersel satu tidak bergerak, contoh :
Chlorella sp. berbentuk bulat, hidup di air tawar atau air laut, reproduksi secara
vegetatif dengan membelah diri, banyak digunakan untuk mempelajari fotosintesis.
Cholococcum sp. berbentuk bulat, hidup di air tawar, reproduksi secara vegetatif
dengan membentuk zoospora secara generatif dengan isogami.
2. Alga/ganggang hijau bersel satu dapat bergerak, contoh:
Chlamydomonas sp. berbentuk bulat telur, memiliki dua flagel, kloroplasnya
berbentuk mangkok atau pita mengandung pirenoid dan stigma. Reproduksinya
dengan membelah diri dan konjugasi
Euglena viridis, bentuknya seperti mata, memiliki sebuah flagel, klorofil dan
sigma. Reproduksinya dengan membelah diri. Euglena ada juga
mengelompokkannya ke dalam Protozoa.
3. Alga/ganggang hijau berbentuk koloni tidak bergerak, contoh:
Hydrodictyon sp., koloninya berbentuk jala, banyak ditemukan di air tawar,
reproduksinya secara vegetatif dengan fragmentasi dan secara generatif dengan
konjugasi.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 3
4. Alga/ganggang hijau berbentuk koloni yang bergerak, contoh:
Volvox globator, bentuk koloninya menyerupai bola yang tersusun atas ribuan
volvox yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh benang-benang sitoplasma.
Volvox juga dikelompokan ke dalam Protozoa.
5. Alga/ganggang hijau berbentuk filamen (benang), contoh:
Spirogyra sp. (benang tidak bercabang, inti tunggal, kloroplas berbentuk pita
tersusun spiral, pirenoid banyak).
Oedogonium sp. (filamen tidak bercabang, kloroplas berbentuk jala, pirenoid
banyak, inti satu besar).
6. Alga/ganggang hijau berbentuk thalus (lembaran), contoh :
Ulva lactua (selada laut), bentuknya lembaran seperti daun dan hidup di laut
menempel pada batu, dapat dimakan. Reproduksinya secara vegetatif dengan
membentuk zoospora dan secara generatif dengan isogami.
Chara sp., bentuknya seperti tumbuhan tinggi, memiliki batang-batang dan cabang
yang beruas-ruas, hidup di air tawar. Reproduksinya secara vegetatif dengan
fragmentasi dan secara generatif dengan pertemuan sel telur yang dihasilkan oleh
oogonium dan sel sperma yang dihasilkan oleh anteridium.
1.2 Ciri – Ciri Chlorophyta
Adapun ciri – ciri Chlorophyta ialah sebagai berikut :
1. Tubuhnya mengandung klorofil dan bewarna hijau. Sel mengandung kloroplas yang
berisi klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil.
2. Inti sel bersifat eukariotik karena inti sel telah memiliki membran.
3. Telah memiliki dinding sel yang tersusun atas selulosa.
4. Hidup melayang-layang di air tawar atau air laut dan berperan sebagai plankton sebagai
sumber makanan organisme akuatik.
5. Ada yang uniseluler (bersel satu) dan ada pula yang multiseluler (bersel banyak)
sederhana.
6. Bersifat autotorof, karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis.
7. Ada yang hidup soliter (sendiri), berkoloni (berkelompok) dan ada juga yang
membentuk simbiosis dengan organisme lain. Salah satu contoh simbiosis mutualisme
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 4
yang terkenal adalah simbiosis antara Chlorophyta dan Fungi (jamur)
membentuk Lichenes (lumut kerak).
8. Bentuk tubuh bervariasi, ada yang bulat, berbentuk filamentus (bentuk benang),
lembaran dan ada yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi.
9. Bentuk kloroplas bermacam-macam, ada yang seperti mangkung, spiral, bintang, jala
dan ada pula yang seperti busa.
10. Memiliki pirenoid sebagai tempat penyimpanan hasil fotosintesis berupa amilum dan
lemak.
11. Selain kloroplas, organel sel yang dimiliki Chlorophyta antara lain badan golgi,
mitokondria dan retikulum endoplasma (RE).
12. Memiliki stigma (bintik mata merah) bagi ganggang hijau yang motil (bergerak).
Stigma ini berfungsi untuk menuntun ganggang ke arah cahaya sehingga fotosintesis
dapat terjadi.
13. Memiliki satu atau dua flagella yang ukurannya sama panjang bagi ganggang hijau
yang motil.
14. Memiliki vakuola kontraktil sebagai alat osmoregulasi untuk mengatur tekanan
osmosis.
15. Memiliki bentuk tubuh tetap.
16. Memiliki habitat di air tawar, laut, tanah-tanah yang basah, namun ada pula di tempat
yang kering. 90% Chlorophyta hidup di air tawar dan 10% hidup di laut sebagai
plankton atau bentos, di tanah dan menempel pada organisme lain.
1.3 Sistem Reproduksi
Chlorophyta dapat berkembang biak secara aseksual (vegetatif) dan juga seksual
(generatif).
1. Reproduksi Secara Aseksual (Vegetatif)
Pembentukan zoospora (spora kembara). Spora ini memiliki 4 bulu, vakuola
kontraktil, kebanyakan memiliki 1 bintik mata (stigma), dan dapat bergerak dengan
berenang karena mempunyai flagela.
Pembelahan biner. Alga hijau yang berkembang biak dengan pembelahan biner,
biasanya dilakukan oleh alga yang bersel satu (uniseluler).
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 5
Fragmentasi. Ganggang hijau yang perkembangbiakannya secara fragmentasi
dilakukan oleh alga berbentuk benang atau yang berkoloni.
2. Reproduksi Secara Seksual (Generatif)
Anisogami. Selain secara aseksual, alga hijau dapat pula berkembang biak secara
seksual (generatif), yaitu dengan anisogami. Gamet jantan selalu bergerak bebas
yang sangat menyerupai zoospora, sedangan gamet betina kadang-kadang tidak
dapat bergerak, jadi merupakan suatu oogonium. Setelah terjadi perkawinan, akan
menghasilkan suatu zigot yang selanjutnya akan tumbuh menjadi alga yang baru.
Konjugasi. Selain itu, ada pula ganggang hijau yang reproduksi generatifnya
berlangsung dengan cara konjugasi, yaitu perpaduan dua gamet yang membentuk
zigospora. Zigospora ini tidak memiliki alat gerak, sehingga tidak dapat berpindah
tempat.
1.4 Habitat
Lebih dari 7.000 spesies chlorophyta telah di indentifikasi. Keebanyakan hidup di
perairan tawar, namun banyak juga spesies yang hidup di laut dan di daratan. Chlorophyta
yang paing sederhana adalah organisme uniseuler seperti Chlamydomonas, yang menterupai
gamet yang lebih kompleks. Berbagai spesies chlorophiyta uniseluler hidup sebagai plankton
atau mendiami tanah lembab. Beberapa spesies hidup simbiotik didalam eukariot lain,
menyumbangkan sebagian produk fotosintesisnya sebagai asupan makanan inang. Beberapa
chlorophyta bahkan telah beradaptasi dengan salah satu habitat yang tak terduga : salju.
Sebagai contoh Chlamydomanas nivalis dapat membentuk ledakan alga di glester dan padang
salju yang berketinggian jauh diatas permukaan laut, tempat pigmen merahnya menghasilkan
efek yang disebut ‘salju semangka’ (watermelon snow).
1.5 Peranan
1. Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, species chlorella (karena chlorelinnya
banyak mengandung vitamin E.
2. Sebagai protein sel tunggal, species chlorella.
3. Sebagai bahan makanan yaitu sayuran, Volvox.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 6
4. Sebagai plankton, merupakan salah satu komponen penting dalam rantai makanan air
tawar.
5. Produsen oleh ekosistem air.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 7
BAB II
CLASS RHODOPHYTA
Rhodophyta hanya mempunyai satu kelas yaitu Rhodophyceae dengan anak kelas
Bangiophycidae dan Florideophycidae. Kedua anak kelas dibedakan berdasarkan pada
kelompok (Sulisetijono, 2009).
Umumnya alga merah berukuran kecil, memiliki pigmen-pigmen kromatofor yang
terdiri dari klorofil dengan santofil, karotena, fikoeritrin dan fikosianin. Sekelompok
tumbuhan ini ada yang disebut koralin yang dapat menyerap zat kapur dari air laut dan
strukturnya menjadi sangat keras. Biasanya koralin dapat dijumpai pada terumbu karang dan
membentuk kerak merah muda pada batu karang dan batu cadas (Suantika dkk, 2007. hlm.
2.50).
2.1 Klasifikasi
Regnum : Protista
Divisi : Rhodophycophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Spesies : Gracilaria sp
Beberapa contoh dari Rhodophyta antara lain :
1. Eucheuma spinosum, banyak dibudidayakan karena menghasilkan agar, banyak terdapat
di perairan Indonesia.
2. Chondrus crispus, juga dibudidayakan yang dikenal sebagai rumput laut.
3. Gelidium coulteri dan Gracilaria sp., sebagai bahan pembuatan agar-agar banyak
terdapat di perairan negara yang agak dingin.
4. Carolina sp. merupakan anggota Rhodophyta (ganggang merah) yang tubuhnya dilapisi
oleh kalsium karbonat.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 8
5. Dasya, Batracnospermum, Scinaiafurcellata, Porphyra perforata,
Polysphonia, Halosaccion glandiforme, Bossea orbigniana, dan sebagainya.
2.2 Ciri – Ciri Rhodophyta
Adapun ciri dari Rhodophyta antara lain :
1. Inti sel bersifat eukariotik karena inti sel telah memiliki membran.
2. Sebagian besar multiseluler (bersel banyak).
3. Umumnya makroskopis (dapat dilihat dengan kasat mata) dengan panjang dapat
mencapai 1 meter.
4. Satu-satunya alga yang tidak memiliki fase berflagel dalam siklus hidupnya.
5. Bersifat autotorof, karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis.
6. Kloroplas mengandung pirenoid untuk menyimpan hasil fotosintesis.
7. Cadangan makanan disimpan dalam bentuk tepung fluoride (sejenis karbohidrat),
floridosid (senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak. Floridosid akan
bewarna kemerah-merahan jika ditambah dengan iodium.
8. Bentuk talus berupa helaian atau berbentuk seperti pohon.
9. Talus bewarna merah sampai ungu tetapi ada juga yang pirang atau kemerah-merahan.
10. Tubuhnya diselimuti kalsium karbonat (CaCO3).
11. Dinding sel terdiri atas komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah dalam
tersusun dari myofibril, sedangkan sel sebelah luar tersusun dari zat lendir.
12. Memiliki pigmen klorofil a dan b, karotenoid, fikosianin (biru) dan pigmen dominan
fikoeritrin (merah).
2.3 Sistem Reproduksi
Ganggang merah dapat bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dan secara seksual
(generatif).
1. Perkembangbiakan aseksual dengan membentuk aplanospora, yaitu spora nonmotil
(tidak bergerak) dan berasal dari talus ganggang yang diploid. Selanjutnya, spora
tersebut akan tumbuh menjadi ganggang merah baru. Pada Rhodophyta,
perkembangbiakan aseksual secara fragmentasi jarang terjadi.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 9
2. Perkembangbiakan seksual (generatif) terjadi secara oogami, dan pada beberapa jenis
mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Reproduksi secara generatif dilakukan
dengan peleburan antara gamet jantan yang tidak memiliki alat gerak (spermatium) dan
ovum. Gamet jantan tersebut dibentuk dalam spermatangium, sedangkan gamet betina
dibentuk dalam karpogonium. Zigot hasil pembuahan selanjutnya akan tumbuh menjadi
ganggang merah yag diploid.
2.4 Habitat
Rhodophyta sebagian besar hidup di laut, terutama dalam lapisan-lapisan air yang
dalam, yang hanya dicapai oleh cahaya gelombang pendek. Hidupnya sebagai bentos,
melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pelekat atau cakram pelekat. Hanya
beberapa jenis saja yang hidup di air tawar, ada juga yang hidup di atas tanah atau di dalam
tanah (ini hanya bentuk yang uniseluler). Jenis-jenis yang ada di laut jumlahnya banyak
sekali dan melimpah di laut tropis. Banyak juga yang mengandung kalsium. Mereka dapat
hidup seperti epifit pada alga yang lainnya, dapat juga hidup pada hewan laut (epozoik)
(Sulisetijono, 2000 ; Tjitrosoepomo, 1998).
2.5 Peranan
Peranan Rhodophyta antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik, misalnya
eucheuma spinosum , selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau memadatkan media
pertumbuhan bakteri.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 10
BAB III
CLASS PHAEOPHYTA
Dalam kromatofora phaeophyta terkandung klorofil a, karotin, dan sentofil, terutama
fikosantin yang menutupi warna lainnya dan yang menyebabkan ganggang itu kelihatan
warna pirang. Alga cokelat merupakan tumbuhan laut dan hanya sebagian kecil saja yang
hidup di air tawar, memiliki ukuran terbesar bila dibandingkan dengan kelompok rumput laut
lain dan bentuknya beragam. Alga cokelat ini terdiri dari klorofil yang ditutupi oleh pigmen
kuning dan cokelat yaitu santofil, karotin, dan fukosantin (Suantika dkk, 2007, hlm. 2.52)
3.1 Klasifikasi
Regnum : Protista
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum
Phaeophyta dapat dibedakan menjadi :
1. Laminaria, memiliki batang, daunnya berbentuk lembaran, mengandung yodium dan
asam alginat.
2. Macrocystis, menghasilkan yodium dan asam alginat yang berfungsi sebagai bahan
industri.
3. Sargasum, daunnya berbentuk lembaran, di antara batang dan tangkainya terdapat
gelembung udara.
4. Fucus, bentuk daun berupa lembaran dan pada bagian tepi daun terdapat gelembung.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 11
3.2 Ciri – Ciri Phaeophyta
Adapun ciri dari phaeophyta ialah :
1. Inti sel bersifat eukariotik karena inti sel telah memiliki membran.
2. Multiseluler (bersel banyak).
3. Berbentuk lembaran, bahkan ada yang menyerupai tumbuhan tinggi (Plantae) karena
memiliki bagian menyerupai akar, batang, dan daun.
4. Memiliki gelembung-gelembung udara yang berfungsi sebagai pelampung.
5. Memiliki ukuran talus mikroskopis sampai makroskopis.
6. Memiliki pigmen klorofil a, klorofil c, violaxantin, b-karotin, diadinoxantin, serta
xantofil yang jumlahnya dominan.
7. Berbentuk filamen bercabang, tidak bercabang dan ada juga yang tegak.
8. Bersifat autotorof, karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis.
9. Memiliki kloroplas tunggal berbentuk seperti benang ada pula yang berbentuk cakram
(discoid).
10. Kloroplas mengandung pirenois untuk menyimpan cadangan makanan.
11. Cadangan makanan yang disimpan berupa laminarin.
12. Memiliki dinding sel.
13. Pada dinding sel dan ruang intersel terdapat algi (asam alginate), bagian dalam dinding
sel tersusun oleh lapisan selulosa.
14. Memiliki jaringan untuk transportasi seperti tumbuhan tingkat tinggi.
15. Hampir semua jenis Phaeophyta memiliki habitat di laut terutama di daerah yang dingin,
yaitu hidup di batu-batuan di dasar perairan sedalam 1,5 – 5 meter dari permukaan air.
16. Semua Phaeophyta hidup berkoloni dengan bentuk bervariasi dari yang sederhana hingga
yang berbentuk besar (lebih dari 30 meter) dengan organisasi sel yang rumit.
3.3 Reproduksi
Perkembangbiakan pada Phaeophyta dilakukan secara aseksual (vegetatif) dan seksual
(generatif).
1. Reproduksi aseksual alga cokelat dilakukan dengan fragmentasi dan pembentukan
spora (aplanospora dan zoospora). Zoospora yang dihasilkan memiliki flagel yang tidak
sama panjang dan terletak di bagian lateral (sisi atau pinggir).
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 12
2. Sedangkan perkembangbiakan seksual dilakukan dengan isogami, anisogami,
atau oogami. Fucus vesiculosis adalah salah satu contoh alga cokelat yang berkembang
biak secara oogami. Ada cara reproduksi generatif/seksual ganggang cokelat yang mirip
dengan tumbuhan tingkat tinggi, yaitu ujung-ujung lembaran talusnya yang fertil
membentuk suatu badan yang mengandung alat pembiak disebut reseptakel.
Di dalam reseptakel ini terdapat konseptakel yang mengandung anteridium yang
menghasilkan sel kelamin jantan berupa spermatozoid dan oogonium yang menghasilkan
sel telur (ovum) dan benang-benang mandul yang disebut parafisis. Anteridium berupa
sel-sel berbentuk corong yang muncul dari dasar dan tepi konseptakel, oogonium berupa
badan yang duduk di atas tangkai.
Jika spermatozoid dapat membuahi sel telur akan terbentuklah zigot. Zigot lalu
membentuk dinding selulosa dan pektin yang tebal, kemudian melekat pada suatu
substrat seperti bebatuan, selanjutnya tumbuh menjadi individu baru yang kromosom
tubuhnya diploid.
3.4 Habitat
Phaeophyta bersifat multiseluler dan sebagian besar hidup dilaut. Phaeophyta banyak
ditemukan di sepanjang pesisir bersuhu sedang, ketika air terasa dingin. Banyak spesies yang
disebut ‘rumput laut’ merupakan alga coklat (beberapa jenis spesies multiseluler yang
berukuran besar dari alga merah dan hijau juga disebut rumput laut). Phaeophyta yang
mendiami zona intertidal harus mengatasi air yang di aduk – aduk oleh ombak dan angin ,
bersama dengan surutnya air yang memaparkan alga pada udara yang kering dan pancaran
sinar matahari yang terik. Adaptasi yang unik memungkinkan rumput laut ini untuk sintas.
3.5 Peranan
1. Alginate memiliki afinitas (daya ikat) yang tinggi terhadap logam berat dan unsur-unsur
radioaktif. Oleh karena alginat tidak dapat dicerna, maka konsumsi alginat sangat
membantu membersihkan polusi logam berat dan unsur radioaktif yang masuk ke
dalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 13
2. Sargassum sp. telah dimanfaatkan sebagai antikolesterol (Herpandi, 2005), biofuel
(Lenstra et al., 2011), biofertilizer (Erulan et al., 2009), antibakteri (Devi et al., 2012),
antitumor (Zandi et al., 2010), antikanker, antifouling, antivirus, dan krim kosmetik
(Kadi, 2008).
3. Sebagai penstabil yang dapat memberikan kelembutan pada kulit dan tekstur es krim
serta mencegah terbentuknya kristal yang kasar(Rasyid, 2003).
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 14
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2008. Biology (Eight Edition). Pearson Education Inc. Biologi (Edisi
kedelapan, jilid 2). Wulandari, Daming Tyas. 2012. Penerbit Erlangga : Jakarta,
Indonesia.
Lee, Robert Edward. 2008. Phycology (Fourth Edition). Cambridge University Press :
United States of America, New York.
Sahoo , Dinabandhu. 2015. The Algae World. Springer Dordrecht Heidelberg : New York
London
Ghazali, mursal, hijjatul husna, sukiman. 2018. Diversitas dan Karakteristik Alga Merah
(rhodophyta) Pada Akar Mangrove di Teluk Serewe Kabupaten Lombok Timur.
Jurnal Biologi Tropis. Program Studi Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Mataram. 8 (1) : 80 – 90.
Setiari, Nintya dan Yulita Nurchayati. 2009. Eksplorasi Kandungan Klorofil pada beberapa
Sayuran Hijau sebagai Alternatif Bahan Dasar Food Supplement. Jurnal Bioma.
Lab.Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Undip. 11 (1) : 6
– 10.
Meriam, Watung Preisy Meicy, Rene Charles Kepel, Lawrence J.L. Lumingas. 2016.
Inventarisasi Makroalga Di Perairan Pesisir Pulau Mantehage Kecamatan Wori,
Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. JurnalIlmiahPlatax. Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Sam Ratulangi Manado. 4 (2) : 84 – 108.
Tampanguma , Biondi , dkk. 2017. Identifikasi Jenis Alga Koralin Di Pulau Salawati,
Waigeo Barat Kepulauan Raja Ampat Dan Pantai Malalayang Kota Manado.
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado. 1 (1) : 9 – 12.
JumadilAwal, Hammado Tantu, Eka Pratiwi Tenriawaru. 2014. Identifikasi Alga (Algae)
Sebagai Bioindikatortingkat Pencemaran Di Sungai Lamasikabupaten Luwu.
Jurnal Dinamika. Program StudiBiologi, Fakultas SAINS Universitas Cokroaminoto
Palopo. 5 (2) : 21 – 34.
Algae (Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeophyta)| 15