E-Modul
Ciri-Ciri Historiografi
Tradisional, Kolonial, dan
Modern
Kelas
X
Neny Finka Rasmita
CIRI-CIRI HISTORIOGRAFI TRADISIONAL,
KOLONIAL, DAN MODERN
Penyusun:
Neny Finka Rasmita
Editor:
Neny Finka Rasmita
Desain Cover:
Neny Finka Rasmita
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2021
i
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
Kata Pengantar
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahamat serta karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan E-Modul dengan judul “Ciri-Ciri Historiografi Tradisional,
Kolonial, dan Modern” ini. Penyusunan E-Modul ini didasarkan pada standar isi
kurikulum 2013 yang lebih menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatan belajar.
Selain itu, E-Modul ini juga dilengkapi dengan berbagai latihan soal untuk menguji
pemahaman peserta didik terkait materi yang akan dibahas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Nurul Umamah, M.Pd dan Riza
Afita Surya, S.Pd., M.Pd sebagai pembimbing mata kuliah Perencanaan Pembelajaran
Bidang Studi Kelas A. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
E-Modul ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca
untuk perbaikan dalam E-Modul ini. Semoga E-Modul ini memberikan manfaat bagi
para pembaca khususnya bagi peserta didik untuk mempermudah pemahaman terkait
materi historiografi Indonesia.
Lumajang, 9-November 2021
Penulis
ii
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
PETA KONSEP............................................................................................................... iv
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. IDENTITAS MODUL........................................................................................... 1
B. KOMPETENSI DASAR ....................................................................................... 1
C. DESKRIPSI ........................................................................................................... 1
D. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL............................................................... 2
E. MATERI PEMBELAJARAN ............................................................................... 2
KEGIATAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 3
1. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................................... 3
2. URAIAN MATERI ............................................................................................... 3
3. RANGKUMAN................................................................................................... 11
LATIHAN PILIHAN GANDA .................................................................................. 11
SOAL PILIHAN GANDA KOMPLEKS ................................................................... 14
SOAL URAIAN ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20
iii
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
PETA KONSEP
Ciri-ciri Historiografi
Tradisional,
Kolonial, dan
Modern
Definisi Historiografi Perkembangan
Historiografi di
Indonesia
Historiografi Historiografi Historiografi Modern
Tradisional Kolonial
iv
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS MODUL
Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan
Kelas/Semester : X/Ganjil
Judul e-Modul : Ciri-Ciri Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern
B. KOMPETENSI DASAR
3.8 Menganalisis ciri-ciri dari historiografi tradisional, kolonial, dan modern
3.8.1 Menganalisis ciri-ciri dari historiografi tradisional
3.8.2 Menganalisis ciri-ciri dari historiografi kolonial
3.8.3 Menganalisis ciri-ciri dari historiografi modern
C. DESKRIPSI
Modul ini berisi materi terkait bagaimana ciri-ciri historiografi yang ada di
Indonesia mulai dari historiografi tradisional hingga modern dengan judul “CIRI-CIRI
HISTORIOGRAFI TRADISIONAL, KOLONIAL, DAN MODERN”. Modul ini lebih
fokus pada pembahasan tentang ciri-ciri historiografi di Indonesia. dalam materi modul
ini, diharapkan peserta didik dapat mencapai hasil tujuan be;ajar yang diharapkan
seperti dapat mengusai materi dan memahami bagaimana ciri-ciri dari perkembangan
masing-masing historiografi di Indonesia.
Materi ini bermanfaat bagi kehidupan secara umum yaitu dapat ,engembangkan
rasa ingin tahu dan juga berdampak bagi peserta didik agar peserta didik menjadi lebih
giat belajar dan rajin membaca dengan adanya buku serta referensi terkait materi ini.
Perkembangan historiografi atau penulisan di Indonesia dapat mengajarkan peserta
didik menjadi lebih terbuka dalam menerima ilmu pengetahuan.
1
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
D. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi dalam modul ini, peserta
didik disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pahami terlebih dahulu pengantar modul supaya mendapatkan gambaran awal
kerangka modul.
2. Baca dan pahami materi yang terdapat dalam modul ini. Apabila masih terdapat
materi yang belum jelas, peserta didik dapat menanyakan kepada pendidik
(guru).
3. Kerjakan setiap tugas diskusi terhadap materi-materi yang dibahas.
4. Apabila belum menguasai salah satu materi, ulangi kegiatan belajar sebelumnya
atau bertanya pada pendidik (guru).
E. MATERI PEMBELAJARAN
Ciri-Ciri Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern:
Definisi Historiografi
Perkembangan Historiografi di Indonesia dan karakteristiknya
1. Historiografi Tradisional
2. Historiografi Kolonial
3. Historiografi Modern
2
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah membaca e-Modul ini peserta didik kelas X dapat menganalisis ciri-
ciri historiografi tradisional
2. Setelah membaca e-Modul ini peserta didik kelas X dapat menganalisis ciri-
ciri historiografi kolonial
3. Setelah membaca e-Modul ini peserta didik kelas X dapat menganalisis ciri-
ciri historiografi Modern
2. URAIAN MATERI
2.1 Sub Uraian Materi 1: Definisi Historiografi
Istilah Historiografi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani. Kata
Historiografi terdiri dai dua kata yaitu historia yang berarti “penyelidikan tentang gejala
alam fisik” dan grafein yang berarti “gambaran”, “tulisan”, atau “uraian”. Di Yunani,
istilah dari historia telah dikenal sejak ± 500 SM. Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah dari historia cenderung digunakan untuk penyebutan pengkajian kronologis
mengenai tindakan manusia pada masa lampau.
Sedangkan dalam Bahasa Inggris, istilah yang dikenal yaitu historiography yang
secara umum didefinisikan sebagai a study of historical writing (pengkajian tentang
penulisan sejarah) (Barnes, 1963). Beberapa pengertian lain terkait historiografi,
diantaranya:
a. Menurut Gottschalk (1975: 32), historiografi sebagai bagian akhir dari
prosedur metode sejarah yang diartikan sebagai rekonstruksi imajinatif
masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses
menguji, dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa
lampau.
3
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
b. Historiografi yang diartikan sebagai pengkajian tentang karya-karya
sejarah yang pernah ditulis, atau pengkajian tentang sejarah yang bersifat
suyektif.
2.2 Sub Materi 2: Perkembangan Historiografi di Indonesia
Menurut Ayat Rohaedi, tradisi historiografi dalam bentuknya yang paling awal
yaitu berupa prasasti. Di Indonesia, historiografi dimulai dengan prasasti yang dibuat
oleh penguasa pada awal abad ke 5 M. sejak saat itulah, historiografi di Indonesia
berkembang dalam berbagai bentuk. Akan tetapi, penulisan sejarah di luar prasasti baru
dimulai oleh Mpu Prapanca yang menulis kitab Negarakertagama atau Dasawarnana
pada tahun 1365. Sejak saat itulah, historiografi Indonesia terus mengalami
perkembangan baik dalam hal bentuk, isi, ruag lingkup maupun pendekatannya
sehingga dikenalah kategori-kategori yaitu Historiografi Tradisional, Historiografi
Kolonial, Historiografi Nasional dan Historiografi Modern.
2.2.1 Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional merupakan sebuah penulisan sejarah yang dibuat secara
tradisional. Historiografi tradisional ini lebih menekankan pada sejarah konvensioal
yang selama ini lebih menonjolkan segi-segi prosesual dari suatu peristiwa sejarah dan
tokoh politik serta mengungkapkannya sebagai tulisan deskripsi-naratif (Hakim, 2018:
70). Historiografi tradisional ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Bentuk Mitos
Merupakan historiografi tradisional yang berusaha menggambarkan kenyataan
yang ditangkap berdasarkan emosi dan kepercayaan. Mitos memiliki
karakteristik yaitu adanya ketergantungan yang cukup erat antara manusia
dengan kekuatan ghaib di luar dirinya. Artinya, kemanusiaan itu senantiasa
berada di bawah pengaruh tenaga-tenaga gaib yang bersumber pada kekuatan
tertentu seperti penjuru mata angin, binatang-binatang, planet-planet, pohon,
gunung, dan sebagainnya. Jadi, terdapat kaitan erat anatara dunia manuia dengan
jagat raya yang disebut dengan Kosmis-magis atau theogony. Mitos memegang
peranan yang penting bagi kelangusngan hidup masyarakat, pemegang tradisi
mitos, hingga mitos harus dikenal, diturunkan atau diwariskan kepada
4
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
penerusnya. Mitos memiliki fungsi untuk menjaga keharmonisan hidup dari
segala kemungkinan gangguan dan ancaman dari luar.
b. Bentuk genealogis
Merupakan tulisan sejarah yang menggambarkan hubungan antara satu generasi
dengan generasi selanjutnya atau disebut juga dengan silsilah. Genealogi bisa
memberikan sumbangan untuk menjelaskan suatu kejadian.
c. Bentuk Kronik
Merupakan gambaran sejarah dengan ciri menempatkan peristiwa dalam dimensi
waktu tertentu. Tradisi kronik ini dalam bentuk awal tidak terlepas dari unsur
kosmis magis.
d. Bentuk annals
Marupakan cabang dari bentuk kronik atau gambaran sejarah yang
menempatkan peristiw dalam urutan waktu yang jelas. Annals juga memiliki
perbedaan dengan kronik yaitu tidak lagi menceritakan tentang dewa-dewa yang
berperan dalam kehidypan manusia dan menampakkan adanya presepsi dan
interpretasi penulisnya.
Fungsi Historiografi Tradisional
Historiografi Tradisional memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut:
a. Fungsi sosial-psikologis
Untuk memperkuat kedudukan kekuasaan dinasti yang sedang memerintah, atau
kekuasaan seorang bupati. Raja atau bupati menempati posisi sentral di wilayah
kekuasaannya (kerajaan atau kabupaten) sehingga historiografi tradisional,
menempatkan mereka sebagai tokoh utama. Hal ini mencerminkan pandangan
raja sentris, istana sentris, atau kabupaten sentris, sedangkan lengkungan spesial
yang terbatas pada wilayah kerajaan atau kabupaten menunjukkan visi
regiosentris (Kartodirdjo., 1981: 17-18).
b. Fungsi Edukatif (Pendidikan)
5
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
Historiografi tradisional disusun, agar generasi kemudian dapat mengenali masa
lampaunya. Fungsi ini sama dengan fingsi historiografi modern (kritis) (Ibid.).
Biasanya si pengarang mengemukakan tujuan menulis karyanya, pada bagian
pendahuluan atau pada bagian penutup. Hal ini dapat ditemukan misalnya dalam
Babad Raden Adipati Aria Martanagara (Lubis, 1990).
c. Fungsi Magis
Secara khusus, historiografi tradisional Jawa, dimaksudkan untuk memperoleh
sakti atau kekuatan gaib, seorang pujangga yang bertugas menulis babad, pada
hakekatnya melakukan pekerjaan magi-sastra yang artinya, dengan menuliskan
kisah rajanya, ia memberikan tambahan kekuatan gaib kepada raja; yang
„memesan‟ karyanya.
d. Fungsi Sebagai Pusaka
Naskah-naskah yang dianggap memiliki kekuatan gaib, biasanya disimpan
sebagai jimat atau barang pusaka. Di Kesultanan Cirebon misalnya ada naskah-
naskah yang tidak boleh dibuka/dibaca karena dianggap sebagai pusaka yang
sangat keramat; oleh keturunan Sultan Cirebon. Sejarah Banten dan Sejarah
Jakarta disimpan oleh masyarakat tertentu sebagai pusaka (Kartodirdjo.,
1982:19).
Historiografi tradisional selain berisi rekaman peristiwa sejarah, juga
mengandung unsur-unsur mitos, legenda, dongeng, dan sebagainya sehingga dapat
dikatakan bahwa dalam historiografi tradisional kebenaran historis bercampur dengan
kebenaran mitos. Historiografi tradisional menurut A. Teeuw sering pula disebut
sebagai karya sastra-sejarah, karena memiliki sifat ganda sebagai karya sastra dan
sebagai karya sejarah (Teeuw, 1974).
Untuk dapat menilai sejauh mana historiografi tradisional itu dapat dipergunakan
sebagai sumber sejarah, perlu dianalisis:
a. Latar belakang lingkungan tempat karya tersebut ditulis.
b. Unsur-unsur apa yang dipergunakan untuk menulis karya tersebut.
c. Pengaruh budaya mana yang tampak dalam susunannya.
6
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
d. Latar belakang kehidupan penulisnya.
Ciri-Ciri Historiografi Tradisional
Adapun ciri-ciri dari historiografi tradisional adalah sebagai berikut. 1) Religio
sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga istana),
maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris. 2)
Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum
bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat
riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari
kehidupan rakyat. 3) Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-
hal yang gaib. 4) Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan yang nyata.
Contoh Historiografi Tradisional
Di Jawa Barat:
a) Carita : Carita Parahyangan (1518), Carita Purwaka Caruban Nagari (abad ke–
18)
b) Sajarah : Sajarah Sukapura, Sajarah Bopati, Sajarah Bandung, Sajarah Galuh,
Sajarah Cikandul.
c) Wawacan : Wawacan Sajarah Galuh
d) Babad : Babad Limbangan, Babad Sumedang, Babad R.A.A. Martanagara,
Babad Padjadjaran/Babad Pakuan
Di Jawa Tengah/Timur:
a) Babad : Babad Tanah Jawi, Babad Pasir, Babad Sengkala, Babad Demak, Babad
Pajang, Babad Majapahit, Babad Mataram.
b) Serat : Serat Kanda
Di Sumatera :
a) Hikayat : Hikayat Aceh, Hikayat Riau, Hikayat Negeri Palembang
b) Sejarah : Sejarah Melayu, Sejarah Raja-Raja Riau.
c) Silsilah : silsilah Minangkabau, Silsilah Raja-Raja Jambi, Silsilah Raja-Raja
Aceh.
7
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
d) Tambo : Tambo Minangkabau
e) Syair : Syair Perang Aceh, Syair Perang Siak, Syair Kampung Karam.
Di Kalimantan/Sulawesi:
b) Kronik : Kronik Banjarmasin, Kronik Kutai, Kronik Wajo
c) Lontara : Lontarak Bilang.
2.2.2 Historiografi Kolonial
Setelah kedatangan orang-orang Belanda di Indonesia (tahun 1596), penulisan
sejarah Indonesia lebih merupakan sejarah kompeni (VOC) atau sejarah “Nederlanders
buitengaats” atau “Geschiedenis der Nederlanden buiten Europa” (sejarah orang
Belanda di luar Eropa) yang umumnya ditulis di Nederland bagi kepentingan bangsa
Belanda (Kartodirdjo, t.t.).
Historiografi kolonial mempunyai visi (pandangan) Neerlandosentris khususnya
atau Eropasentris pada umumnya, artinya orang-orang Belanda (Eropa) yang memegang
peran utama dalam sejarah yang mereka tulis, sedangkan orang pribumi baru disebut
bila ada kaitan/ hubungannya dengan kepentingan mereka.
Historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang membahas masalah
penjajahan Belanda atas Bangsa Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-
orang Belanda dan banyak di antara penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia.
Sumber-sumber yang dipergunakan berasal dari arsip negara di negeri Belanda dan di
Jakarta (Batavia); pada umumnya tidak menggunakan atau mengabaikan sumber-
sumber Indonesia. Sesuai dengan namanya, yaitu historiografi kolonial, maka
sebenarnya kuranglah tepat bila disebut penulisan sejarah Indonesia. Lebih tepat disebut
sejarah Bangsa Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Fokus pembicaraan dalam
historiografi ini adalah bangsa Belanda, bukanlah kehidupan rakyat atau kiprah bangsa
Indonesia di masa penjajahan Belanda.
Ciri-ciri hitoriografi kolonial:
a) Bersifat Eropa sentris atau Belanda sentris
8
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
b) Lebih membahas tentang aktivitas Bangsa Belanda, pemerintah kolonial,
aktivitas para pegawai kompeni seluk beluk kegiatan para gubernur jenderal
dalam menjalankan tugasnya di tanah jajahan.
c) Aktivitas rakyat tanah jajahan (rakyat Indonesia) diabaikan
Beberapa karya historiografi kompeni antara lain :
a) Oud en Nieuw Oost-Indien, yang ditulis oleh F.Valentijn (1666-1727); Buku
yang merupakan ensiklopedi Hindia Belanda dari masa kompeni ini (terdiri dari
delapan jilid folio), merupakan kompilasi dari pengumuman-pengumuman,
dokumen-dokumen, kenang-kenangan pribadi yang diambil dari reserve-rhalen.
b) Beschrijvinge der Oost-Indische Compagnie yang ditulis oleh Pieter Van Dam,
administratur VOC di Belanda (De Graaf, 1971:9-10). Suatu loncatan dalam
historiografi kolonial yang membuang visi Neerlando-sentrisme yaitu dengan
ditulisnya History of Java (dua jilid) oleh Thomas Stamford Raffles, Letnan
Gubernur Inggris di Nusantara (1811-1816). J. K. J. de Jonge (1828-1879)
menulis Opkomst van het Nederlandsch Gezag in Oost-Indie (10 jilid). Karya ini
sering dianggap sebagai historiografi kolonial yang resmi.
2.2.3 Historiografi Modern
Historiografi modern ada setelah historiografi nasional, sekitar tahun 1957 yang
dianggap sebagai titik tolak kesadaran sejarah baru. Diresmikannya pada waktu
terselenggaranya Seminar Sejarah Nasional Indonesia yang pertama di Yogyakarta.
Kemudian diadakannya lagi seminar Sejarah Nasional ke dua tahun 1970 juga di
Yogyakarta. Dalam seminar pertama tersebut membahas mengenai fisafat sejarah
nasional, periodisasi sejarah Indonesia, dan pendidikan sejarah. Itu semua dianggap
sangat penting dalam sejarah.
Dalam periodesasi sejarah menginginkan para penulis sejarah mengenai
Indonesia berpindah aliran dari Europa centrisme berpindah ke sejarah Asia sentries.
Dengan adanya keinginan seperti itu maka para sejarawan berusaha untuk
menghilangkan aliran Europa centrisme dari bentuk tulisannya. Tidak hanya itu,
terhadap penulisan sejarah pemerintah pun mengusahakan untuk penerbitan arsip yang
dikerjakan oleh arsip nasional. Setelah terselenggaranya seminar pertama, maka
diadakannya seminar ke dua tahun 1970 di Yogyakarta. Banyak perubahan yang terjadi
9
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
pada tahun-tahun setelah 1970 tidak saja dalam arti pemikiran tentang bagaimana
seharusnya sejarah ditulis, tetapi juga kegiatan dalam arti yang kongkret, seperti
diwujudkan dalam perkembangan kelembagaan, ideologi, dan substansi sejarah.
Menurut Kuntowijoyo historiografi baru (Modern) penting dalam penulisan
sejarah di Indonesia. Karena Sejak Indonesia merdeka pemikiran kesejarahan lebih
didominasi oleh pemikiran dekolonisasi dan ilmu-ilmu sosial. Bagi Kuntowijoyo,
menulis dan merekonstruksi masa lalu digunakan untuk menjelaskan masa kini dan
merancang masa depan. Dalam historiografi modern, lebih mengedepankan metode dan
teori sejarah. Jika metode dan teori sejarah tidak dipergunakan maka akan menjadi
seperti historiografi tradisional. Metode dan teori masih belum dipergunakan dengan
baik. Unsur mitos pun di tiadakan karena lebih menonjolkan pada fakta yang ada. Fakta
memiliki peranan penting untuk mengungkap suatu peristiwa. Penerbitan arsip nasional
yang pun juga cukup membantu untuk menulis sejarah.
Ciri-Ciri Historiografi Modern
a) Mengingat adanya character and nation-building.
b) Indonesia sentris.
c) Sesuai dengan pandangan hidup Bangsa Indonesia.
d) Disusun oleh orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri, mereka
yang memahami dan menjiwai, dengan tidak meninggalkan syarat-syarat
ilmiah.
Contoh Historiografi Modern
a) Sejarah Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan
Imperialisme, editor Sartono Kartodirdjo.
b) Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono
Kartodirdjo.
c) Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh.
Ali.
d) Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI, karya
A.H. Nasution
10
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
3. RANGKUMAN
Historiografi yang diartikan sebagai pengkajian tentang karya-karya sejarah
yang pernah ditulis, atau pengkajian tentang sejarah yang bersifat suyektif. Dalam
perkembangannya, historiografi di Indonesia terbagi menjadi tiga macam yaitu
historiografi tradisional, kolonial dan modern. Historiografi tradisional merupakan
sebuah penulisan sejarah yang dibuat secara tradisional. Historiografi tradisional
memiliki beberapa bentuk yaitu Mitos, genealogis, kronik, dan annals.
Historiografi kolonial adalah sebuah penulisan sejarah yang membahas masalah
penjajahan Belanda atas Bangsa Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-
orang Belanda dan banyak di antara penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia.
Sedangkan historiografi modern adalah historiografi yang ada setelah historiografi
nasional. Historiografi-historiografi tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing
dimana setiap historiografi ini karakteristiknya beda-beda. Selain itu, contohnya juga
berbeda satu dengan lainnya dimana dalam historiografi tradisional ada tulisan yang
ditulis oleh para bangsawan, untuk historiografi kolonial ditulis oleh orang-orang
Belanda atau Eropa, dan historiografi modern ditulis oleh orang Indonesia dengan fokus
utama membahas tentang peristiwa di Indonesia.
LATIHAN PILIHAN GANDA
1. Proses penulisan sejarah sebagai penerapan aspek serba interpretatif dalam
metode sejarah untuk menyusun sintesis sejarah yang dilandasi oleh penelitian
yang seksama melalui heuristik, kritik terhadap sumber-sumber sejarah dan
seleksi terhadap fakta-fakta sejarah disebut dengan
a. Historiografi
b. Sinematografi
c. Fotografi
d. Interpretasi
e. Pengumpulan data
2. Corak penulisan sejarah yang banyak ditulis oleh para pujangga kraton, karya-
karya mereka bertujuan untuk melegitimasi kedudukan raja merupakan
pengertian dari
a. Historiografi Kolonial
11
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
b. Historiografi
c. Historiografi Tradisional
d. Historiografi Modern
e. Historiografi Pra-aksara
3. Salah satu historiografi Indonesia adalah historiografi Modern. Apa yang
dimaksud dengan historiografi modern?
a. Historiografi yang muncul karena adanya tuntutan ketepatan teknik
dalam mendapatkan fakta sejarah disebut dengan
b. Corak penulisan sejarah yang banyak ditulis oleh para pujangga kraton
c. Historiografi yang ditulis pada masa pemerintahan kolonial berkuasa di
Nusantara hingga Jepang datang ke Indonesia
d. Historiografi yang ditulis dari sudut pandang orang Eropa
e. Historiografi yang ditulis dengan menekankan penonjolan suatu suku
bangsa.
4. Di bawah ini yang merupakan karakteristik dari historiografi kolonial, kecuali
a. Belanda Sentrisme
b. Mitologisasi
c. Eropasentrisme
d. Ahistoris
e. Regio-sentrisme
5. Historiografi yang ditulis pada masa pemerintahan kolonial berkuasa di
Nusantara hingga Jepang datang ke Indonesia disebut
a. Historiografi Tradisional
b. Historiografi Kolonial
c. Historiografi Pra-aksara
d. Historiografi Jaman Jepang
e. Historiografi Modern
KUNCI JAWABAN PILIHAN GANDA
No Kunci Jawaban
1. A
2. C
12
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
3. A
4. E
5. B
13
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
SOAL PILIHAN GANDA KOMPLEKS
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Salah satu dari karakteristik
historiografi kolonial adalah
Belanda Sentrisme atau
Neerlando Sentrismus yang
artinya adalah sejarah Indonesia
ditulis dari sudut pandang
kepentingan orang-orang Belanda
yang sedang berkuasa di
Nusantara saat itu.
2. Beberapa contoh dari
Historiografi Tradisional adalah
History Of Java, Geschiedenis
van Indonesia (Sejarah
Indonesia).
3. Perkembangan historiografi di
Indonesia tidak lepas dari
pertumbuhan historiografi dan
ilmu sejarah pada umumnya.
Salah satunya pada historiografi
Modern, dimana historiografi
modern memiliki karakteristik
bersifat Indonesia Sentrisme yang
penulisannya ditulis dari sudut
kepentingan rakyat Indonesia.
4. Dalam historiografi tradisional,
corak penulisan sejarah yang
banyak ditulis oleh para pujangga
kraton, dimana karya mereka
bertujuan untuk melegitimasi
kedudukan raja dan memiliki ciri-
14
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
ciri magis, religius, bersifat sakral,
menekankan lkultus, dewa raja,
dan mitologi.
5. Beberapa contoh historiografi
modern diantaranya adalah Babad
Tanah Pasundan, Babad Tanah
Jawa, Pararton, Babad Sriwijaya,
Babad Cirebon, Babad
Parahiangan.
KUNCI JAWABAN PILIHAN GANDA KOMPLEKS
No. Jawaban
1. Benar
2. Salah
3. Benar
4. Benar
5. Salah
15
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
SOAL URAIAN
1. Salah satu karakteristik dari historiografi tradisional adalah religius-magis.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan religius-magis dalam historiografi
tradisional!
2. Historiografi di Indonesia telah dimulai sejak dulu. Jelaskan bagaimana
perkembangan dari historiografi Indonesia!
3. Dalam perkembangannya, historiografi di Indonesia terdapat beberapa macam,
salah satunya adalah historiografi Kolonial. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
historiografi Kolonial!
4. Salah satu historiografi Indonesia adalah historiografi kolonial. Dlam
historiografi kolonial selain memiliki karakteristik, akan tetapi juga memiliki
kelebihan dan kekurangan. Analisislah kelebihan kekurangan historiografi
kolonial tersebut!,
5. Historiografi Indonesia terbagi menjadi 3 macam yaitu historiografi tradisional,
historiografi kolonial dan historiografi modern. Setiap jenis histtoriografi
tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing. Analisislah karakteristik dari
masing-masing historiografi tersebut!
JAWABAN SOAL URAIAN
1. Karakteristik historiografi tradisional adalah religius-magis, maksudnya adalah
dalam historigrafi tradisional seorang raja ditulis sebagai manusia yang memiliki
kelebihan secara batiniah, dianggap memiliki kekuatan gaib. Tujuannya agar
seorang raja mendapat apresiasi yang luar biasa di mata rakyatnya, sehingga
rakyat takut, patuh, dan mau melaksanakan perintahnya. Rakyat akan
memandang, bahwa seorang raja keberadaannya di muka bumi merupakan
sebagai perwujudan atau perwakilan dari Tuhan.
2. Historiografi di Indonesia diawali dari masa aksara, yakni ketika Indonesia telah
mengenal tulisan. Karya –karya awal historiografi Indonesia berupa prasasti.
Historiografi Indonesia dalam bentuk tulisan dimulai oleh Mpu Prapanca yang
menulis kitab Negarakertagama. Historiografi tradisonal dianggap berakhir
dengan hadirnya buku yang berjudul Cristische Beschouwing Van Sadjarah Van
Banten (Sejarah Banten) yang disusun tahun 1662-1663 dalam bentuk tembang
16
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
macapat. Historiografi kolonial berakhir setelah Indonesia merdeka. Waktu
yang dianggap sebagai titik tolak historiografi modern Indonesia adalah dimulai
sekitar tahun 1957, setelah diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional
Indonesia Pertama di Yogyakarta.
3. Historiografi kolonial adalah historiografi yang ditulis pada saat pemerintahan
kolonial Belanda, yakni sejak zaman VOC (sampai ketika pemerintahan Hindia
Belanda berakhir dan takluk kepada Jepang di tahun 1942). Penulisnya
umumnya orang-orang Belanda atau Eropa.
4. Kelebihan:
a. Historiografi kolonial memberikan penguatan proses naturalisasi
historiografi Indonesia.
b. Kita mendapatkan gambaran fakta dan kejadian-kejadian di Indonesia
masa Hindia Belanda, meskipun yang dominan adalah kepentingan
Belanda.
c. Indonesia diperkaya dengan literatur historoigrafi yang dihasilkan
kolonial Belanda
Kekurangan:
a. Hanya membahas aktivitas kolonial Belanda, sangat sedkit membahas
kaum pribumi (orang Indonesia)
b. Umumnya isi karya historiografi menyesuaikan dengan penafsiran pihak
Belanda, sehingga semua yang mereka lakukan semasa penjajahan
Belanda adalah hal benar menurut Belanda.
c. Sangat sedikit membahas tentang proses jatuhnya kekuasaan Belanda
5. Karakteristik masing-masing historiografi Indonesia
a) Karakteristik historiografi tradisional:
a. Istana sentris, artinya karya sejarah hanya dipusatkan pada kehidupan
raja atau keluarga raja (keluarga istana), dan tidak mengangkat
kehidupan masyarakat jelata (masyarakat umum).
b. Religius magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal
yang gaib. Seorang raja dianggap sebagai wujud penjelmaan Dewa atau
Tuhan, sehingga dianggap memiliki kekuatan magis atau gaib. Hal ini
17
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
dimaksudkan agar rakyat menjadi patuh, takut dan taat pada segala
perintah raja.
c. Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah
kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan
tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi sosial
dan ekonomi dari kehidupan rakyat
d. Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
e. Bersifat regio-sentris atau kedaerahan (enocentrisme), artinya
historiografi tradisional banyak menekankan pada budaya dan suku
bangsa di kerajaan tersebut.
f. Dalam penguraiannya banyak terjadi kesalahan-kesalahan, misalnya
berkaitan waktu dan kaitannya dengan fakta sejarah, penggunaan kosa
kata penggunaan nama dll.
b) Karakteristik historiografi kolonial, yaitu:
a. Merupakan sejarah orang Belanda di Hindia Timur (Indonesia);
b. Sumber yang digunakan yaitu sumber dari pemerintah Belanda baik di
negaranya maupun daerah jajahannya;
c. Bersifat diskriminatif (membedakan), artinya bangsa Belanda yang serba
mulia dan terhormat, orang-orang pribumi (Indonesia) diabaikan dan
hanya dianggap sebagai alat untuk kepentingan Belanda;
d. Bersifat Eropa-sentris dan fokusnya ke Belanda-sentris, artinya yang
diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas bangsa
Eropa (terutama orang-orang Belanda), pemerintahan kolonial, aktivitas
para pegawai kompeni (orang-orang kulit putih);
e. Menganggap bahwa Hindia Timur (Indonesia) belum memiliki sejarah
sebelum kedatangan orang-orang Eropa/Belanda;
f. Bentuk tulisan yaitu berupa laporan-laporan, yakni memori tulisan serah
jabatan atau laporan khusus kepada pemerintah pusat di Batavia
mengenai kekuasaan dan peluasan wilayah pejabat yang bersangkutan.
Biasanya dilengkapi dengan data statistik dan pemetaan gambaran suatu
daerah;
g. Isinya berupa sejarah politik dan tokoh-tokoh besar.
18
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
c) Karakteristik historiografi modern, diantaranya:
a. Sudut pandang Indonesia sentris, yakni berpusat pada kehidupan
masyarakat Indonesia
b. Bersifat kritis analitis dengan menggunakan pendekatan
multidimensional.
c. Hasil penulisan merupakan perbandingan dari berbagi sumber baik itu
sumber kolonial maupun sumber lokal.
d. Penulisnya adalah orang-orang akademisi/kritis dalam bidang bahasa,
kesusastrraan dan kepurbakalaan.
e. Tidak hanya mengangkat sejarah orang-orang besar dan negara saja,
tetapi lebih pada kemanusiaannya, yaitu kebudayaan
f. Cara pandang yang digunakan dalam melihat peristiwa tidak lagi dari
satu sisi melainkan memandang suatu peristiwa dari berbagai sudut
pandang. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya subjektifitas
dalam menuliskan sejarah
g. Menonjolkan peran bangsa Indonesia.
h. Mengungkapkan dinamika masyarakat dari setiap aspek kehidupan yang
dapat dijadikan sebagai bahan.
19
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
DAFTAR PUSTAKA
Herlina, N. 2000. Historiografi Indonesia dan Permasalahannya. Bandung: Satya Historika.
Hakim, L. 2018. Historiografi Modern Indonesia: Dari Sejarah Lama Menuju Sejarah Baru.
Khazanah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam. 8(16): 69-82.
Nurhayati. 2016. Penulisan Sejarah (Historiografi): Mewujudkan Nilai-Nilai Kearifan Budaya
Lokal Menuju Abad 21. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. 1(1): 255-266.
Irwanto, D., dan Alian, S. 2014. Metodologi dan Historiografi Sejarah. Yogyakarta: Eja
Publisher.
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
20
Neny Finka Rasmita/190210302022/e-Modul
Pendidikan Sejarah
Fakultas Kegutruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
E-Modul