ii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku panduan “Pembenihan Ikan Nila Sistem Corong”. Buku panduan ini dimaksudkan sebagai informasi dan pedoman bagi masyarakat yang akan melakukan pembenihan ikan nila dengan sistem corong. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan buku panduan ini. Kami menyadari bahwa buku panduan ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang bersifat konstruktif kami harapkan. Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat, terutama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pembudidaya dan/atau kelompok masyarakat dalam kegiatan pengembangan perikanan budidaya. Cilacap,8 April 2023 Penulis
iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................ii DAFTAR ISI................................................................ iii DAFTAR GAMBAR .................................................... iv BAB I. PENDAHULUAN ............................................. 1 A. Latar Belakang ............................................ 1 B. Tujuan..........................................................3 BAB II. KAJIAN PUSTAKA.........................................3 A. Biologi Ikan Nila......................................... 4 a. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila ......... 4 b. Habitat dan Penyebaran ........................ 5 c. Pakan dan Kebiasaan Makan ................ 6 d. Perkembangbiakan................................ 9 e. Laju Pertumbuhan ................................. 9 B. Teknologi Sistem Corong ........................10 C. Keunggulan Sistem Corong.....................11 BAB III. Alat dan Bahan............................................13 A. Alat ..........................................................13 B. Bahan ......................................................13 BAB IV. PROSEDUR KERJA...................................14 A. Persiapan Wadah ....................................14 B. Pemasangan Instalasi Air dan Aerator ...14 C. Pemilihan Induk ......................................15
iv D. Pemijahan Induk..................................... 15 E. Pengambilan Telur ................................. 16 F. Penetasan Telur ..................................... 16 G. Pemanenan Larva.................................. 17 H. Pemeliharaan Larva ............................... 17 BAB V. PENUTUP...................................................18 Video Praktek Pembenihan Ikan Nila Sistem Corong19
v DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Morfologi Ikan Nila......................................3 Gambar 4.1. Wadah Budidaya Sistem Bioflok............... 12 Gambar 4.2. Proses Aklimatisasi Benih Ikan Nila.......... 14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan yang memiliki potensi untuk dibudidayakan di Indonesia. Jenis ikan nila yang berkembang di masyarakat adalah nila hitam dan nila merah. Jenis ikan nila yang dibudidayakan di Indonesia berdasarkan perbaikan genetik antara lain nila GIFT, nila GESIT, nila LARASTI, nila BEST, nila NIRWANA, nila JATIMBULAN, nila SULTANA, dan nila JICA. Faktor yang menyebabkan ikan nila banyak menjadi pilihan pembudidaya yaitu pemeliharaan mudah dan harga relatif stabil. Permintaan pasar terhadap ikan nila cukup tinggi dan tidak fluktuasi. Data FAO (Food and Agriculture Organization) tahun 2020, menyebutkan bahwa produksi ikan nila mencapai 1,12 Juta Ton atau sekitar 31,94% dari total produksi perikanan budidaya ikan air tawar Indonesia. Sejalan perkembangan kegiatan budidaya
2 ikan nila, kebutuhan terhadap benih unggul semakin tinggi. Tanpa ketersediaan benih yang cukup untuk kegiatan produksi, maka produksi ikan nila konsumsi akan sulit dipenuhi. Setiap kawasan kegiatan budidaya air tawar membutuhkan benih ikan nila sampai 2 juta ekor/tahun, sedangkan unit produksi pemerintah hanya mampumenyuplai benih sekitar 1 jutaekor/tahun. Untuk keberlangsungan budidaya jangka panjang diperlukan kemandirian dalam mensuplai kebutuhan benih. Teknologi budidaya ikan nila saat ini telah dikuasai sampai tingkat produksi, mulai dari pembenihan hingga pembesaran. Dari sektor pembenihan, ikan nila sejauh ini masih dipijah kan secara masal dan dilakukan di kolam tanah maupun kolam beton. Hal ini secara teknis budidaya pembenihan relatif mudah, namun ada kesulitan dalam pemamanen benih nila itu sendiri. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan teknologi dalam pembenihan ikan nila. Salah satu penerapan teknologi yang dilakukan yaitu penggunaan corong penetasan untuk menetaskan
3 telur ikan nila. Penerapan teknologi ini diharapkan dapat mempermudah pemanenan larva serta meningkatkan daya tetas telur ikan nila dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila semakin tinggi. B. Tujuan Tujuan dari pembuatan buku panduan ini adalah sebagai pedoman dan panduan dalam melakukan pembenihan ikan nila dengan sistem corong.
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Nila a. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Menurut Saanin (1984), Ikan nila (Oreochromisniloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut: Kingdom: Animalia Filum : Chordata Kelas : Osteichtyes Ordo : Percomorphi Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus Gambar 2.1. Morfologi Ikan Nila Ikan nila (O. niloticus) menurut Saanin (1984), mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat
5 pipih, punggunglebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (O. niloticus) dapat hidup di perairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip tiga anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat. b. Habitat dan Penyebaran Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar, terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang
6 agak asin (payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidak mampuan ikan nila untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21 ° C (Harrysu, 2012). c. Pakan dan Kebiasaan Makan Pakan yang dimakan ikan berasal dari alam (disebut pakan alami) dan dari buatan manusia (disebut pakan buatan). Dalam praktiknya, pakan alami sudah terdapat secara alami dalam perairan kolam tempat pemeliharan ikan. Pakan alami sangat bagus diberikan pada ikan yang masih dalam stadia benih. Sedangkan pakan buatan diramu dari beberapa bahan baku yang memiliki
7 kandungan nutrisi spesifik. Bahan baku diolah secara sederhana atau diolah 7 di pabrik secara masal dan menghasilkan pakan buatan berbentuk pellet, tepung, remeh atau crumble dan pasta. Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1999), Ketersediaan pakan alami merupakan faktor pembatas bagi kehidupan benih ikan di kolam. Di dalam unit pembenihan, jasad pakan harus dipasok secara kontinyu. Keistimewaan pakan alami bila dibandingkan dengan pakan buatan adalah kelebihan pemberian pakan alami sampai batas tertentu tidak menyebabkan penurunan kualitas air. Selain makanan alami yang tersedia di kolam, diberikan juga makanan tambahan pakan (pelet) dengan kandungan protein minimal 25%, dengan frekuensi pemberian pakan 2 – 3 kali sehari yaitu : pagi, siang dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan 3% dari berat biomas ikan perhari. Kualitas pakan baik secara fisik, kimia dan biologi sangat menentukan peforma pakan.
8 Kualitas tersebut antara lain bentuk pakan, respon ikan terhadap aroma, rasa dan tekstur pakan sehingga pakan itu bisa diterima oleh ikan, kecernaaan, dan ketersediaan nutrien serta energi dalam pakan (Sunarno dan Widiyati, 2010). Setiap ikan membutuhkan kadar protein yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya dan dipengaruhi oleh umur/ukuran ikan, namun pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 35 – 50% dalam pakannya. Ikan–ikan omnivora seperti ikan nila (O. niloticus) yang berukuran juvenil membutuhkan protein 35%. Ketersediaan pakan yang baik bagi pertumbuhan ikan nila harus mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Aspek kebutuhan gizi pada ikan sama dengan makhluk lain, yang berperan dalam proses fisiologis dan biokimia aktivitas harian, mencakup.
9 d. Perkembangbiakan Secara alami, ikan nila bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis. Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan nila bisa memijah 6 – 7 kali dalam setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan sekali ikan nila akan berkembang biak. Ikan nila mencapai stadium dewasa pada umur 4 – 5 bulan dengan bobot sekitar 250 gram. Masa pemijahan produktif adalah ketika induk berumur 1,5 – 2 tahun dengan bobot di atas 500 gram/ekor. Seekor ikan nila betina dengan berat sekitar 800 gram menghasilkan larva sebanyak 1.200 – 1.500 ekor pada setiap pemijahan. e. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan tubuh ikan nila yang dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan dan interaksinya. Sebagai contoh, curah hujan yang tinggi akan mengganggu pertumbuhan tanaman air dan secara tidak langsung akan mempengaruhi
10 pertumbuhan ikan nila yang dipelihara di kolam. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa laju pertumbuhan ikan nila lebih cepat jika dipelihara di kolam yang airnya dangkal dibandingkan dengan di kolam yang airnya dalam. Penyebabnya adalah di perairan yang dangkal, pertumbuhan tanaman air sangat cepat sehingga ikan nila menjadikannya sebagai makanan. Laju pertumbuhan ikan nila di kolam yang dipupuk dengan pupuk organik, seperti kotoran ternak, lebih cepat dibandingkan dengan kolam yang dipupuk dengan pupuk anorganik. B. Teknologi Sistem Corong Sistem corong adalah sebuah metode menteskan telur ikan dengan wadah berbentuk corong. Corong penetasan merupakan incubator ikan yang berbentuk kerucut dan menerapkan sistem resirkulasi pada sistem pengairanya. Aliran inlet memasuki corong penetasan pada bagian atas corong kemudian akan terjadi proses pengadukan telur yang berada didasar corong,
11 dengan catatan debit inlet harus diatur sedimikian rupa sehingga telur ikan teraduk dan masih tertahan di dasar corong. Pada bagian aliran atas corong terdapat titik outlet air yang menuju bak penampungan larva Larva ikan yang telah menetas secara otomatis akan berenang menuju aliran outlet. Penambahan batuan zeolit dapat diletakan pada sistem, dengan tujuan untuk mengurangi kandungan ammonia pada air yang disebabkan adanya telur yang membusuk. Sistem penetasan menggunakan sistem perairan yang ter resirkulasi, maka memungkinkan penggunaan alat heater (pemanas air) untuk meningkatkan suhu air agar penetasan berjalan optimal. C. Keunggulan Sistem Corong Penetasan telur menggunakan sistem corong mempunyai beberapa keunggulan antara lain: 1. Menghasilkan benih dengan umur yang sama. 2. Masa pengeraman telur dan pengasuhan larva oleh induk betina tidak ada, maka waktunya dapat digunakan untuk pematangan telur
12 berikutnya sehingga frekuensi pemijahan lebih banyak. 3. Dapat memanipulasi factor-faktor lingkungan yang berpengaruh pada penetasan telur karena berada dalam lingkungan lebih terkontrol. 4. Memaksimalkan jumlah telur yang menetas. 5. Mengurangi kanibalisme.
13 BAB III ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat yang diperlukan dalam pembenihan ikan nila dengan sistem corong antara lain: 1. Akuarium 7. Hapa 2. Pipa paralon 8. Batu aerasi 3. Stop kran 9. Selang aerasi 4. Ember 10. Blower 5. Serokan 11. Mesin pompa air 6. Corong inkubasi B. Bahan Bahan yang diperlukan dalam pembenihan ikan niladengan sistem corong antara lain: 1. Induk ikan nila 2. Telur ikan nila 3. Batu kerikil 4. Batu kapur 5. Arang 6. Bio ball
14 BAB IV PROSEDUR KERJA A. Persiapan Wadah Wadah yang digunakan adalah akuarium dan corong untuk inkubasi telur ikan nila. Wadah yang akan digunakan terlebih dahulu dicuci untuk membersihkan sisa-sisa kotoran yang menempel yang mungkin mengganggu untuk keberlangsungan hidup larva ikan nila. Penulis menggunakan akuarium dengan ukuran 118 x 60 x 25,5 cm dan corong yang digunakan adalah teko plastik untuk air minum dengan ukuran 3 liter. Penulis juga menggunakan akuarium filter untuk menyaring air agar air yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Filter yang digunakan menggunakan batu kerikil, batu kapur, arang dan bio ball sebagai media filter air. B. Pemasangan Instalasi Air dan Aerator Instalasi air diperlukan untuk meresirkulasi air yang digunakan untuk pembenihan ikan nila sistem corong. Potong pipa paralon sesuai dengan ukuran yang diperlukan, kemudian
15 pasangkan dengan corong. Aerator dipasang masing masing satu untuk setiap akuarium yang digunakan untuk penampungan sementara larva ikan nila sampai akhirnya siap dipindahkan ke dalam hapa. C. Pemilihan Induk Induk yang digunakan adalah induk ikan nila unggul yang diharapkan nantinya akan menghasilkan benih ikan nila unggul. Penulis menggunakan induk jantan yaitu ikan nila pandu dan induk betinanya yaitu ikan nila kunti, yang hasil akhirnya akan mendapatkan benih ikan nila larasati. Induk diseleksi tingkat kematangan gonadnya untuk induk jantan dan kematangan telurnya untuk induk betina. D. Pemijahan Induk Induk dipijahkan dengan perbandingan induk 1 : 3, 1 induk jantan akan dipijahkan dengan 3 induk betina. Pemijahan dilakukan di kolam atau bak yang relatif kecil untuk mempermudah pada saat pengangkatan induk betina guna diambil telurnya. Pada saat mengangkat induk betina
16 sebaiknya diambil menggunakan wadah yang rapat seperti ember, baskom dll jangan menggunakan seser/jaring. Penggunaan seser atau jaring dapat membuat induk betina stress yang akibatnya dapat memuntahkan telurnya sehingga telur tidak dapat terkumpul secara keseluruhan. E. Pengambilan Telur Telur diambil pada mulut induk betina selang satu hari setelah pemijahan. Telur diambil dengan cara membuka mulut induk ikan dan menggoyangkanya agar telur dalam mulutnya dapat keluar seluruhnya . F. Penetasan Telur Telur yang sudah diambil dari induk betina selanjutnya dimasukan kedalam akuarium yang sudah terpasang wadah inkubasi/corong yang sudah dirangkai. Atur debit air dengan memutar stop kran agar telur dapat teraduk secara merata. Fungsi pengadukan adalah oksigenisasi telur menyerupai pengeraman yang dilakukan induk betina dalam mulutnya. Saat telur sudah menetas larva akan dengan sendirinya naik ke atas
17 permukaan corong dan terkumpul di akuarium. G. Pemanenan Larva Pada hari ke-4 setelah telur menetas kemudian larva dipanen dari akuarium dengan cara membuka lubang outlet pada akuarium dengan dijaga menggunakan seser. Dilakukan dengan hatihati karena larva masih dalam keadaan rentan sehingga butuh penanganan secara halus. H. Pemeliharaan Larva Larva yang telah dipanen dari akuarium penampungan kemudian dipindahkan ke dalam hapa pemeliharaan larva. Selama pemeliharaan larva diberi pakan cacing sutra dan pakan pelet bubuk. Setelah 7 hari larva di amati apabila ada larva yang ukuranya lebih besar dari larva yang lain maka perlu dipisahkan, kemudian larva dipindahkan ke bak pendederan.
18 BAB V PENUTUP Pembenihan ikan nila dengan sistem corong dapat menjadi alternative untuk meningkatkan prokdutivitas dan produksi benih ikan nila. Pembenihan ikan dengan sistem corong diharapkan mampu diterapkan oleh para pembudidaya ikan dengan tidak hanya menggunakan telur ikan nila saja, melainkan telur jenis ikan lain sehingga produksi berbagai jenis benih ikan akan terjamin dan mampu mendukung kenaikan produksi perikanan budidaya.
19 Video Praktek Pembenihan Ikan Nila dengan Sistem Corong.