1 2023 Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI SOLUSI MEWUJUDKAN MURID YANG UNGGUL DAN BERKARAKTER ERNI JURAINA, S. Pd., M.Pd. Calon Guru Penggerak Angkatan 8 Pengajar Matematika SMAN 4 Banjarmasin e-mail: [email protected]
2 Disusun oleh ERNI JURAINA, S.Pd., M.Pd., CGP Angkatan 8 Kota Banjarmasin 2023 Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi ABSTRACT Artikel ini disusun bertujuan untuk mengkaji jurnal-jurnal ilmiah dalam rangka pengumpulan sumber-sumber yang relevan yang berkaitan dengan pendekatan berdifensiasi. Selain itu sebagai cara penyusun mengkoneksikan bahan yang telah dipelajari dalam PGP sejak modul 1.1, 1.2, 1.3, 1.4 sampai modul 2.1 terkait pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan atau strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru di mana guru mengakomodasi perbedaan individual di antara murid dalam proses belajar mereka. Perbedaan individual ini mencakup kesiapan belajar murid, minat dan profil murid. Tujuan utama pembelajaran berdiferensiasi adalah memastikan bahwa setiap murid dapat mencapai potensinya secara maksimal dan mengalami perkembangan belajar yang positif. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru menyadari bahwa setiap murid memiliki gaya belajar, minat, kecepatan, dan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mereka menyediakan bahan ajar, aktivitas, dan penilaian yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat penguasaan masing-masing murid. Sementara itu Pendidikan unggul dan berkarakter adalah tujuan utama dari sistem pendidikan yang berfokus pada pengembangan murid secara holistik. Pendidikan unggul dan berkarakter bertujuan untuk menciptakan murid yang tidak hanya pandai secara akademik, tetapi juga memiliki integritas moral, empati, dan kemampuan untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat. Sebuah sistem pendidikan yang berhasil mencapai tujuan ini akan menghasilkan generasi yang mampu mengatasi tantangan dunia yang semakin kompleks dan bermakna. Kata Kunci : Pembelajaran Berdiferensiasi, Solusi, Murid, Unggul, Berkarakter PENDAHULUAN Potensi yang dimiliki oleh setiap murid sangat beragam. Setiap murid memiliki keunikan. Setiap murid datang ke sekolah dengan membawa keunikan dan keragaman yang melekat pada diri mereka masingmasing. Keunikan dan keragaman yang melekat pada diri setiap murid diantaranya adalah: gaya belajar (contohnya gaya belajar auditory, gaya belajar visual, gaya belajar kinestetik), kemampuan akademik (tinggi, sedang, rendah), kecepatan dalam memahami pelajaran (ada murid yang cepat dalam memahami pelajaran, ada yang sedang, bahkan lambat), orientasi belajar (mastery, performance approach, performance avoidance) motivasi (tinggi, sedang, rendah), self-efficacy (tinggi, sedang, rendah), minat (minat pada pelajaran tertentu, misalnya matematika, bahasa, atau science) kepribadian (misalnya introvert atau extrovert), termasuk juga status sosial ekonomi/SSE (SSE tinggi, sedang, rendah). Dengan kenyataan tersebut, maka pendekatan pengajaran yang menyamaratakan setiap murid sesungguhnya perlu dikaji ulang. Pendekatan pengajaran yang menyamaratakan bagi setiap murid tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan bagi setiap murid, karena kebutuhan mereka juga beragam. Karena itu dibutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang mampu memenuhi kebutuhan setiap murid. Pendekatan ini dapat berupa pendekatan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan proses siklus mencari tahu tentang murid dan merespons belajarnya berdasarkan perbedaan (Marlina, 2019). Carol A. Tomlinson, seorang pendidik sejak tahun 1995, menulis tentang pengajaran yang mempertimbangkan perbedaan individu murid dalam sebuah buku berjudul “How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms”. Konsep tersebut kemudian dikenal dengan istilah pembelajaran diferensiasi atau pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru mengajarkan materi dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik. Guru juga dapat mengubah isi pelajaran, proses pembelajaran, produk atau hasil pembelajaran yang diajarkan, dan lingkungan belajar di mana murid belajar
Disusun oleh ERNI JURAINA, S.Pd., M.Pd., CGP Angkatan 8 Kota Banjarmasin 3 2023 Artikel Relevansi Pemikiran Ki Hajar Dewantara Pada Pembelajaran Matematika SMA Pembelajaran berdiferensiasi sejalan dengan filosofi pemikiran pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar anak mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup serta menumbuhkan kekuatan kodrat anak. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai “pamong” dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas guna memenuhi kebutuhan belajar setiap individu. Penyesuaian yang dimaksud yakni terkait minat, profil belajar dan kesiapan murid agar tercapai peningkatan hasil belajar. Menurut Marlina (2019) pembelajaran berdiferensiasi merupakan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan murid agar tercapai peningkatan hasil belajar. Perlu diingat bahwa pembelajaran berdiferensiasi bukanlah pembelajaran yang diindividualkan. Namun, lebih cenderung kepada pembelajaran yang mengakomodir kekuatan dan kebutuhan belajar murid dengan strategi pembelajaran yang independen. Lebih lanjut Marlina menjabarkan bahwa dalam pembelajaran berdiferensiasi guru dituntut untuk memahami murid secara terus menerus membangun kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan murid, mengamati, menilai kesiapan, minat, dan preferensi belajarnya. Guru dapat melayani peserta didik yang diajar sesuai dengan keadaan masing-masing dengan melaksanakan proses pembelajaran ini. Sekolah dapat menggunakan proses pembelajaran yang berbeda untuk membebaskan murid dari keharusan menjadi sama dalam segala hal, memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri sesuai dengan keunikan mereka sendiri. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi kurikulum yang fleksibel dan tidak kaku yang hanya percaya pada satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Selain itu guru juga harus menggunakan semua preferensi tentang bagaimana murid mendemonstrasikan preferensi belajarnya (terkait isi, proses, produk dan lingkungan belajar). Sehingga ketika guru terus belajar tentang keberagaman potensi muridnya, maka pembelajaran yang profesional, efesien, dan efektif akan terwujud. Nilai yang dimiliki oleh guru penggerak yakni mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, memiliki sifat mandiri, gemar melakukan kegiatan refleksi, mampu berkolaborasi dan inovatif serta perannya sebagai pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas praktisi melahirkan satu visi penyusun sebagai guru penggerak yakni “Menuntun dan mendampingi murid untuk tumbuh dan berkembang optimal menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa, berbudi pekerti luhur, memiliki kecakapan fisik, mental, intelektual dan sosial serta siap dan tangguh bersaing mengikuti perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan jati dirinya sebagai warga negara Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila”. Berkaitan dengan visi tersebut maka nampak jelas bahwa yang diinginkan karakter murid yang unggul dan berkarakter. Dalam kurikulum Merdeka ini karakter murid tersebut termuat dalam profil pelajar Pancasila. Penguatan profil pelajar Pancasila merupakan suatu bentuk upaya dan usaha dalam meningkatkan proses pendidikan melalui pembentukan karakter murid (Ellya Novera, Daharnis, Yeni Erita, 2021). Penanaman karakter dapat terintegrasi dengan proses pembelajaran yang menyeluruh, baik di rumah maupun di sekolah. Pentingnya mewujudkan karakter murid merupakan alasan mendasar bahwa tujuan dari pembelajaran harus mampu membentuk murid menjadi pribadi yang berkarakter. Proses pembelajaran tidak hanya bertujuan menjadikan murid memiliki kompetensi akademik yang baik dan memiliki berbagai skill yang dibutuhkan dalam kehidupannya, akan tetapi tujuan utama adalah menjadikan murid berkarakter. Pendidikan karakter akan lebih melekat manakala ada bentuk kegiatan kongkrit yang dilakukan oleh guru (Danang Prasetyo, 2019). Pendidikan karakter pada prinsipnya harus dapat diajarkan secara berproses
4 Disusun oleh ERNI JURAINA, S.Pd., M.Pd., CGP Angkatan 8 Kota Banjarmasin 2023 Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi melalui aktivitas yang dilakukan secara berulang melalui kegiatan-kegiatan baik yang dapat dicontohkan oleh guru. Pendidikan karakter ditanamkan dari pembiasaan yang dilakukan melalui kegiatan yang dilakukan secara kontinue dan dapat dicontohkan melalui keteladanan melalui sikap dan perilaku yang dicontohkan oleh guru (Wulandhari et al., 2019). Adapun yang dimaksud dengan murid yang unggul adalah murid yang menunjukkan prestasi akademik dan perkembangan pribadi di atas rata-rata dalam berbagai aspek kehidupan. Mereka biasanya memiliki karakteristik dan kualitas tertentu yang membantu mereka mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebagian besar teman sekelasnya. Namun, penting untuk dicatat bahwa konsep murid yang unggul dapat berbeda di berbagai konteks dan lingkungan pendidikan. Tidak semua murid yang unggul memiliki karakteristik yang sama, dan setiap individu memiliki keunikan mereka sendiri. Perhatikan bahwa setiap murid memiliki potensi dan bakat yang berbeda, dan tugas guru dan lembaga pendidikan adalah memberikan dukungan dan tantangan yang sesuai untuk membantu murid mencapai potensi mereka secara maksimal. Pembelajaran berdiferensiasi yang mencakup empat (4) komponen pembelajaran berdiferensiasi, yaitu: diferensiasi konten, proses, produk, dan lingkungan belajar yang nyaman serta kondusif (disiplin dan budaya positif) merupakan solusi untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid yang pada akhirnya murid memiliki kemerdekaan belajar sesuai dengan minat dan profilnya yang unik dan beragam sehingga akan bertumbuh dan berkembang optimal menjadi pribadi yang unggul menghadapi persaingan dan perkembangan zaman namun tetap memiliki karakter sebagai manusia Indonesia yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. METODE Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review atau tinjauan pustaka. Penelitian diawali dengan mencari artikel-artikel yang berkaitan dengan topik penelitian yang akan dilakukan juga membaca kembali modul-modul yang diberikan pada PGP dari modul 1.1, 1.2, 1.3, 1.4 sampai 2.1. Selanjutnya dilakukan review kualitas artikel ilmiah yang relevan dengan topik penelitian dengan cara membaca keseluruhan isi artikel ilmiah yang bertujuan melihat kesesuaian dengan topik penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran berdiferensiasi adalah cara atau upaya yang dilakukan guru untuk memenuhi kebutuhan dan harapan murid. Hal ini sejalan dengan pendapat Tomlinson (2000), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Dalam pembelajaran diferensiasi guru mesti memiliki inovasi dalam memilih metode, model dan strategi pembelajaran agar murid lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, Sehingga dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, peran guru sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Secara sederhana pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid (Kusuma, & Luthfah, 2020: 11). Saat guru merespon kebutuhan belajar murid, berarti guru mendiferensiasikan pembelajaran dengan menambah, memperluas, menyesuaikan waktu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan penyesuaian terhadap minat, profil belajar, kesiapan belajar murid agar tercapai peningkatan hasil belajar. Hal ini sejalan dengan temuan sebelumnya yang melaporkan
Disusun oleh ERNI JURAINA, S.Pd., M.Pd., CGP Angkatan 8 Kota Banjarmasin 5 2023 Artikel Relevansi Pemikiran Ki Hajar Dewantara Pada Pembelajaran Matematika SMA bahwa penerapan strategi pembelajaran berdiferensiasi progresif dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dari kurang aktif pada refleksi awal menjadi aktif (Sukendra, 2014). Sedangkan dalam konteks pembelajaran secara di kelas, pembelajaran diferensiasi terkait tiga hal yakni minat, profil belajar dan kesiapan belajar. Pertama, minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. Dengan mengenali minat murid, guru dapat merencanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna. Ketika guru mempertimbangkan minat murid dan mengaitkannya dengan pembelajaran, murid merasa bahwa keragaman mereka diakui dan dihargai. Kedua, profil belajar murid terkait dengan banyak faktor seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga profil belajar berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Menurut Tomlinson (Hockett, 2018) profil belajar murid merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. Profil belajar berbeda dari konteks ke konteks lainnya. Hal ini penting agar murid tidak 'dilabeli' berdasarkan profil belajar dan dikelompokkan sesuai periode waktu. Ketika murid memiliki peluang secara berkelanjutan untuk berpikir dan berbicara tentang cara terbaik mereka dalam belajar, maka mereka menjadi lebih sadar akan kekuatan dan kebutuhan belajarnya. Guru juga menjadi lebih peka terhadap perbedaan-perbedaan individual murid. Ketiga, kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman. Namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. Pemahaman tentang kesiapan belajar murid merupakan suatu konsep penting dalam pembelajaran berdiferensiasi. Guru bisa memberikan sebuah pre-assesment singkat untuk menentukan apa yang dipahami murid tentang suatu topik dan mengamati murid ketika menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas. Atau guru juga bisa bertanya tentang apa yang diketahui oleh murid sebelum melaksanakan pembelajaran. Pada kelas yang menerapkan pembelajaran diferensiasi, guru harus berpikir bahwa murid memiliki kebutuhan belajar yang beragam dan berbeda satu dengan yang lainnya. Guru harus proaktif menemukan dan melakukan perencanaan dengan berbagai cara untuk bisa mengekspresikan bagaimana murid-muridnya bisa belajar. Sementara pada strategi diferensiasi terdapat empat komponen yaitu diferensiasi konten/isi (berkaitan dengan kurikulum dan bahan pembelajaran), diferensiasi proses (bagaimana murid mengolah ide dan informasi, bagaimana murid berinteraksi dengan materi dan bagaimana interaksi tersebut menjadi bagian yang menentukan pilihan belajar murid), dan diferensiasi produk (bagaimana murid menunjukkan apa saja yang telah dipelajari) dan diferensiasi lingkungan belajar (bagaimana cara murid bekerja dan merasa dalam pembelajaran) yang juga memiliki pengaruh cukup kuat terhadap kesuksesan pembelajaran. Salah satu peran penting lainnya yakni guru dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah. Sebagai pemimpin pembelajaran berarti seorang guru menjadi seorang pemimpin yang menitikberatkan pada komponen pembelajaran, seperti: kurikulum, proses belajar mengajar, assesment, pengembangan guru, dan komunitas sekolah. Wellbeing sendiri terkait dengan kondisi yang sudah berpihak pada murid. Seorang guru juga memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa setiap murid mendapat kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik yang sesuai dengan minat mereka. Hal ini sejalan dengan nilai dan peran guru yang berpihak pada murid. Berpihak pada murid berarti seorang guru selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utamanya. Segala keputusan yang diambil oleh seorang guru didasari pembelajaran murid terlebih dahulu, bukan dirinya sendiri. Segala hal yang dilakukan harus tertuju pada perkembangan murid, bukan pada pemuasan diri guru maupun orang lain yang berkepentingan. Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi yang sangat efektif untuk mewujudkan murid yang unggul dan berkarakter. Dengan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada kebutuhan individu, setiap
6 Disusun oleh ERNI JURAINA, S.Pd., M.Pd., CGP Angkatan 8 Kota Banjarmasin 2023 Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi murid memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi dan kualitas pribadi yang diperlukan untuk menjadi unggul dan berkarakter. Beberapa cara pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu mencapai tujuan tersebut adalah guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang: 1. Mengakomodasi perbedaan kemampuan. 2. Menghargai minat dan bakat. 3. Mengembangkan keterampilan berfikir kritis. 4. Membangun kemandirian belajar. 5. Mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. 6. Mendorong kreatifitas dan inovasi. 7. Menanamkan nilai dan etika. KESIMPULAN Pembelajaran berdiferensiasi adalah cara atau upaya yang dilakukan guru untuk memenuhi kebutuhan dan harapan murid. Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir, melayani, dan mengakui keberagaman murid dalam belajar sesuai dengan kesiapan, minat, dan preferensi belajar murid. Pembelajaran berdiferensiasi membantu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, responsive, dan bermakna bagi setiap murid. Dengan menerapkan pendekatan ini, guru dapat membantu murid mencapai potensi unggul dan berkarakter yang mereka miliki, dan membantu mereka menjadi individu yang lebih baik, berintegritas, dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat. Pembelajaran berdiferensiasi mampu membantu murid mencapai hasil belajar optimal, karena produk yang akan mereka hasilkan sesuai minat mereka. Oleh karenanya proses pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada murid untuk mendemostrasikan apa-apa yang telah mereka pelajari. Selain itu, karena kreativitas abad 21 akan terus berkembang, maka pembelajaran diferensial termasuk pendekatan yang sangat direkomendasikan untuk diterapkan dalam pembelajaran sehingga mempermudah ketercapaian tujuan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Danang Prasetyo, M. D. R. (2019). Pentingnya Pendidikan Krakter Melalui Keteladanan Guru. Harmony, 4(1). Ellya Novera, Daharnis, Yeni Erita, A. F. (2021). Jurnal basicedu. Jurnal Basicedu, 5(6), 6349_6356 Kusuma, O. D., & Luthfah, S. (2000). Modul Paket 2. Modul 2.1 “Memenuhi Kebutuhan Belajar M u r i d M e l a l u i P e m b e l a j a r a n Berdiferensiasi”. Jakarta: Kemendikbud. Marlina. (2019). Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Inklusif. 1-58. Sukendra, I. K. (2014). Penerapan Strategi Pembelajaran Diferensiasi Progresif B e r b a n t u a n L K S D a l a m U p a y a Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas X SMAN 7 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Tersedia [Online]: https:// core.ac.uk/download/pdf/226298413. pdf Retrieved 25 September 2021. Wulandhari, C. A., Zulfiati, H. M., & Rahayu, A. (2019). Peran guru dalam pembentukan karakter peduli lingkungan melalui pembelajaran tematik di kelas IV SD 1 Sewon. Prosiding Seminar Nasional PGSD 2019, 1(April), 85–96.