MATERI KISI-KISI UP TAHUN 2021
NO. INDIKATOR URAIAN MATERI
1. Menunjukkan kesetiaan, Sikap Nasionalisme
kepedulian, dan penghargaan Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Sebagai suatu bangsa
yang tinggi terhadap yang merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan negara serta
bahasa, lingkungan fisik, cita-cita bersama guna mencapai, memelihara dan mengabdi identitas, persatuan, kemakmuran dan
sosial, budaya, ekonomi, dan kekuatan atau kekuasaan negara bangsa yang bersangkutan.
politik bangsanya dalam
mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.
2. Mempertahankan Sikap Nasionalisme
persatuan, kesatuan, mencintai alam dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
serta kepentingan dan menciptakan kerukunan antar lingkungan, suku, dan agama
keselamatan bangsa dan taat terhadap hukum negara
negara sebagai selalu melestarikan budaya dengan bangga
kepentingan bersama di berusaha mempertahankan produk dalam negeri
atas kepentingan pribadi membanggakan negara di kancah dunia
dan golongan dalam
mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi
peserta didik
1
3. Menjunjung tinggi Sikap patriotisme
keunggulan bangsa Sikap mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya. Jiwa rela berkorban
Indonesia dalam demi negaranya.
mendidik, mengajar,
membimbing, Sikap patriotisme
mengarahkan, melatih, Mengikuti upacara di sekolah dengan khidmat.
menilai, dan mengevaluasi Menghayati serta memahami makna dari lagu-lagu perjuangan.
peserta didik. Menghubungkan setiap materi pembelajaran dengan kepahlawanan
Rajin belajar.
4. Mengembangkan sikap rela Menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
berkorban untuk
kepentingan negara dan Sikap menghargai perbedaan
bangsa dalam mendidik, Menghargai perbedaan pendapat saat berdiskusi dengan teman dalam kelompok.
mengajar, membimbing, Menjaga kerukunan dengan teman di sekolah, keluarga di rumah, dan tetangga di lingkungan
mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi tempat tinggal.
peserta Tidak membeda-bedakan teman
didik. Tidak menganggu ibadah orang lain yang berbeda agama
5. Menciptakan persamaan 2
derajad, persamaan hak
dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturrunan,
agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial,
dan warna kulit dalam
mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
6. Mengkarakteristikkan Sikap mengutamakan kepentingan bersama (Alturisme)
keputusan yang diambil Memiliki kepedulian tinggi terhadap kesejahteraan orang lain
harus dapat Melakukan kebaikan tanpa mengharapkan imbalan
dipertanggungjawabkan Membantu orang lain meski ada risiko bagi diri sendiri
secara moral kepada Tuhan Rela berbagi sesuatu, misalnya makanan, walau diri sedang kekurangan
Yang Maha Esa, menjunjung
tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan
kepentingan bersama dalam
mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.
7. Mempertahankan Sikap mempertahankan kekayaan alam Indonesia.
kekayaan alam Indonesia Menghemat penggunaan kertas dan pensil,
dalam mendidik, Membuang sampah pada tempatnya,
mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
8. Mengapresiasi kekayaan Mengapresiasi kekayaan budaya bangsa lain sehingga memperkuat jati diri bangsa
budaya bangsa lain sehingga Indonesia.
memperkuat jati diri bangsa
Indonesia dalam mendidik,
mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
3
9. Menunjukkan keberanian Sikap berwibawa
dalam membela kebenaran Memperlihatkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang
dan keadilan pada proses mengandung kepemimpinan dan daya tarik.
mendidik,mengajar, kepribadian yang tenang dan santun
membimbing, Ramah dan cerdas
mengarahkan,melatih,
menilai dan mengevaluasi
peserta didik.
10. Mengembangkan Sikap berwibawa
pribadi yang taat Guru yang berwibawa tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk menegur dan
serta menghormati menyuruh anak, tidak perlu mengeluarkan suara keras untuk menyuruh anak masuk kelas.
hukum dan aturan
pada proses mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai dan
mengevaluasi peserta
didik.
11. Mengatakan benar atau Sikap tegas
salah sesuai dengan Tidak pilih kasih dalam memberi sanksi kepada murid. Jika mereka melakukan kesalahan, berikanlah
yang sebenarnya dalam sanksi yang setimpal dan dapat memberikan efek jera pada siswa, sehingga mereka tidak melakukannya
mendidik,mengajar, lagi.
membimbing,
mengarahkan,melatih,
menilai dan
mengevaluasi peserta
didik.
4
12. Menampilkan perilaku Sikap tegas
yang bijaksana meskipun
dalam situasi yang sulit
pada proses
mendidik,mengajar,
membimbing,
mengarahkan,melatih,
menilai danmengevaluasi
peserta didik.
13. Memberikan Sikap disiplin
penghargaan atau ketaatan serta kepatuhan seorang pendidik dalam menjalankan segala peraturan atau tata tertib yang
hukuman kepada telah diberlakukan di sekolah dengan penuh kesadaran dari dalam dirinya. Keadaan tertib dan teratur
peserta didik sesuai tata yang dimiliki guru dalam bekerja di sekolah, tanpa ada pelanggaran- pelanggaran yang merugikan baik
tertib sekolah dalam secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap diri sendiri, teman sejawat dan terhadap
mendidik, mengajar, sekolah secara keseluruhan.
membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan
mengevaluasi peserta
didik.
14. Menampilkan sikap Sikap penuh panggilan jiwa.
senang dan nyaman dalam Memberikan pengabdian pada sesama manusia dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih,
mendidik, mengajar, yang diwujudkan melalui proses belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada
membimbing, siswa agar mencapai kedewasaan masing-masing.
mengarahkan, melatih,
menilai, dan
mengevaluasi peserta
didik.
5
15. Menunjukkan sikap Sikap samapta (siap, siaga)
kesiap-siagaan dalam
proses mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
16. Menampilkan tanggapan Sikap kesepenuhhatian
sebagaimana yang
dihayati peserta didik
dalam mendidik,
mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
17. Merancang berbagai Sikap kesepenuhhatian.
usaha untuk
menuntaskan
pekerjaan dalam
mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan
mengevaluasi peserta
didik
6
18. Menunjukkan kepedulian Sikap kemurahhatian.
yang tinggi terhadap
kebutuhan peserta didik
dalam mendidik,
mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
19. Mendeteksi situasi yang Sikap kemurahhatian.
membutuhkan bantuan
dalam mendidik,
mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
20. Mendemonstrasikan Sikap kemurahhatian.
sikap tanggung jawab
pribadi terhadap
situasi yang
membutuhkan bantuan
dalam mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilai, dan
mengevaluasi peserta
didik.
7
21 Mampu menerapkan Asimilasi yaiku luluhing utawa sudaning pakecapan (Jaya + ing = jayeng, Nara +pati = narpati)
lelewaning basa dalam Metafora yaiku unen – unen nganggo pepindhan (diupamakake).
kehidupan masyarakat
R. Setyaki sapukuwating praja Dwarawati.
22 Mampu Rr. Anggun dadi kembanging desa in sidomukti
mengklasifikasikan jenis Angluberna samudraning pangaksami
kalimat berdasar ciri- Personifikasi yaiku pepindhan janma ( Manungsa )
cirinya Sumpahe disekseni bumi langit
Bengawan Solo lakune ngalor menggak – menggok nrajang gunung Kendheng
Gunung Merapi yen gelem watuk nggegirisi.
Metonimia yaiku lira – lirune jeneng.
Le, aku tukokna gudang garam.
Nduk amu tukokno jarum isi rolas
Hiperbola yaiku pepindhan sing kliwat
Swarane kaya bledheg.
Surake kaya mbelah – mbelahna bumi.
Lakune kaya kilat.
Euphesisme yaiku unen – unen sing surasane luwih alus (basa rinengga).
Mati = murud ing kasedan jati = tilar donya
Ukara Kandha (kalimat langsung)
Contoh: Ibu ngendika kowé kudu sekolah.
Ukara Carita (kalimat cerita)
Contoh: Ngendikané Ibu yèn sregep sekolah mesthi pinter.
Ukara Tanduk (kalimat aktif)
Contoh: Bapak tindak kantor.
Ukara Tanggap (kalimat pasif)
Contoh: Sepédhané dicèt abang.
Ukara Pakon (kalimat perintah)
8
23 Mampu menerapkan Contoh: Jupukna sepédhaku ing omahé paklik.
unggah-ungguh dalam Ukara Pitakon
pembelajaran
pacelathon Contoh : Kowe nggawa apa?
Ukara Panjaluk (kalimat permohonan)
Contoh: Tulung njupukna buku kuwi
Ukara pangajak
Contoh : Ayo enggal diresiki bebarengan!
Ukara Lamba (Kalimat tunggal, S lan P)
Contoh : Sarinah masak. Sardi macul.
Ukara Prajanji (Kalimat Perjanjian)
Contoh : Waton kowe sregep sinau, mesthi luluse.
Ukara Umpama (Kalimat Perumpamaan)
Contoh : Umpama aku duwe sewiwi, bakal mider ingrate.
Ukara Camboran sejajar
Contoh : Sartini nggarap PR, dene Adhine nggawe layangan.
Ukara Camboran Susun
Contoh : Eyang njupuk dhuwit ing bank, banjur kanggo munggah haji.
Pancen dheweke sugih, nanging cethil banget.
Basa Ngoko
- Aku kulina turu awan
- Yen mung kaya ngana, aku bisa.
Basa Ngoko Alus
- Pak Darja dhahar gedhang (kata kerja diganti krama inggil)
- Ater-ater di- tidak berubah (diasta , dipriksani)
- Ater-ater ko- diganti krama inggil (Kokwenehi – panjenengan paring)
- Ater-ater dak, tuladha :
Pak Abu, dak-ndherek ya? (Akrab, tataran langkung andhap)
9
Eyang, adalem nderek apa kepareng? (Akrab, tataran langkung inggil)
- Panambang -e ada yang diganti krama dan tidak
omahe – daleme
anake – ingkang putra
bojone – ingkang garwa
- Panambang mu- diganti krama
Anakmu – putra panjenengan
Bojomu – garwa panjenengan
Basa Krama
Ngoko : Pitike diedol ing pasar
Krama : Ayamipun dipunsade ing peken.
Ngoko : Iki rak pitikmu ta?
Krama : Menika rak ayam sampeyan ta?
Basa Krama Inggil
Ngoko : Embah lanang arep njagong, gawakna jarit kawung iki!
Krama Inggil : Eyang kakung badhe lenggahan, panjenengan ampilaken nyamping kawung menika!
24 Mampu memilih model Model pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran membaca indah adalah pembelajaran langsung
yang tepat dalam (Kontekstual, CTL)
pembelajaran membaca
indah
25 Mampu memilih materi Novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja terdiri atas 108 halaman, diterbitkan oleh Balai
novel Jawa yang tepat Pustaka, cetakan pertama pada tahun 1936, cetakan kedua pada tahun 1940 dan cetakan ketiga pada
untuk penguatan tahun 1957.
pendidikan karakter
10
Suparta Brata : Tretes Tintrim, Cintrong Pajupat, Kunarpa Tan Bisa Kandha, Nona Sekretaris,
Omnibus, Kelangan Satang, Spokhuis (Gedhong Setan), Pawestri Tanpa Idhentiti, Emprit Abuntut
Bedhug, Lintang Panjer Sore
Serat Riyanta oleh R.B Soelardi. Tokoh : Raden Mas Riyanta, Raden Ajeng Srini (Bertemu dan
menikah)
Kretek Emas Jurang Gupit
Gagak Mataram
26 Mampu menerapkan !@#$%&*^
aksara murda dalam
kalimat
27 Mampu menerapkan k+ f+ p j+ g+ w+
aksara rekan dalam
kalimat
28 Mampu menerapkan angka 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Jawa dalam kalimat
29 Mampu menerapkan Budaya malu dalam tradisi Jawa.
prinsip-prinsip budaya
malu dalam kehidupan Sedaya lepat nyuwun pangapunten
sehari-hari Samodra pangaksami
30 Mampu menerapkan
prinsip-prinsip budaya
maaf dalam kehidupan
sehari-hari
11
31 Mampu memilih bunyi Fonetik artikulatoris iku naliti organ ana ing awake pamicara kang digunakake supaya bisa ngasilake
bahasa Jawa yang swara.
fungsional
(palatal dental dll) Fonetik akustik iku naliti swara kang mrambat saka pamicara marang mitra wicara kanthi
lumantar hawa.
Fonetik auditoris naliti swara kang dirungokake dening mitra wicara.
32 Mampu menganalisis pola Tuladha: duk, ta-li, sa-reh-ne, si-to-res-mi, jam-pi.
suku kata bahasa Jawa Nasal {m-, n-, ny-, ng, k}
ng + edol = ngedol
n + tuku = nuku
m + parut = marut
ny + cucuk = nyucuk
pa+awu+an = pawon
33 Mampu menganalisis ciri- Tembung wod tegese oyod, wujude mung sakecap. Saengga tembung wod (akar kata) yaiku tembung
ciri kata dasar (tembung kang mung sakecap ananging bisa digoleki tegese
wod) a. Lur : alur, ulur, mulur (tegese dawa)
b. Sup : susup, angslup, tlusup (tegese mlebu)
c. Sor : asor, ngisor, dlosor (ngemu teges endhek)
34 Mampu menganalisis Berisikan penggambaran atau penjelasan suatu objek
karakteristik tulisan Penggambaran atau penjelasan suatu objek yang menjadi topik dituliskan secara detail atau terperinci
deskriptif
(Macam-macam sehingga pembacanya mengerti secara jelas apa yang digambarkan di dalam teks.
deskriptif) Pembaca seolah-olah merasakan, melihat, mendengarkan, atau mengalami langsung apa yang disajikan
di dalam teks
12
35 Mampu memilih tulisan Eksposisi berita, berisi tentang pemberitaan atas suatu kejadian dan biasanya ditemukan di koran
berbentuk eksposisi atau surat kabar.
36 Mampu menganalisis Eksposisi proses, berisi tentang penjelasan suatu proses, petunjuk penggunaan, atau cara pembuatan
karakteristik tulisan barang-barang tertentu.
berbentuk deklaratif
Eksposisi ilustrasi, berisi tentang penjelasan suatu ide dan biasanya menggunakan kata penghubung
37 Mampu menganalisis seperti ilustrasi berikut ini, dapat diilustrasikan sebagai berikut.
karakteristik tulisan
berbentuk estetis Eksposisi definisi, berisi pengertian tentang suatu objek atau topik.
Eksposisi perbandingan, berisi tentang suatu ide yang dibandingkan dengan objek lain.
Eksposisi pertentangan, berisi tentang pertentangan antara beberapa objek.
Eksposisi klasifikasi, berisi tentang pengelompokkan suatu objek dalam beberapa kategori.
Kalimat yang memberikan informasi atau memberitakan tentang suatu peristiwa. Selain itu, kalimat
deklaratif juga dapat diartikan sebagai kalimat yang berisi pernyataan, fakta, atau pendapat. Kalimat
deklaratif dapat pula disebut dengan kalimat berita. Bersifat Informatif, Tidak memerlukan jawaban
dari lawan bicara. Selalu diakhiri dengan tanda baca titik (.). Tanda baca titik (.) ini berfungsi sebagai
tanda akhir atau penutup dari penyampaian informasi oleh narasumber.
Kalimat indah
38 Mampu menganalisis Teks narasi adalah teks yang tidak bersifat dialog, dan isinya merupakan suatu kisah sejarah, deretan
karakteristik tulisan peristiwa, dan sebagainya. Narasi adalah bentuk tulisan yang menceritakan sebuah cerita.
berbentuk naratif
(macam-macam narasi)
39 Mampu menyusun tulisan Ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya;
argumenentatif Ada alasan, data, atau fakta yang mendukung;
Kebenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan
13
40 Mampu menilai penyajian sajak yang disertai lagu dan gaya.
karakteristik deklamasi puisi memiliki irama, lafal, intonasi, bunyi, dan nada suara.
Wicara, wirama, wirasa, wiraga
41 Mampu menelaah tata 4 W dan 7 M
cara mendongeng yang
menarik
42 Mampu menganalisis etika Unggah-unggah
berbahasa Jawa dalam
wawancara (Pacelathon)
43 Mampu menilai ciri-ciri Mendengarkan, fokus, tidak sambal makan, sudah persiapan, tidak memotong pembicaraan.
rapat yang beretika Unggah-ungguh
44 Mampu menafsirkan Murwa : Suluk pembuka pakeliran wayang,
penggunaan bahasa Jawa Nyandra : deskripsi adegan dengan menggunakan bahasa prosa pakeliran wayang. Ada dua jenis
yang benar dalam wayang
nyandra, yaitu janturan dan pocapan. Janturan adalah nyandra yang diiringi gamelan; sedangkan
45 Mampu menimbang ciri- pocapan tidak diiringi gamelan.
ciri kegiatan menyimak Pocapan : nyandra yang tidak diiringi gamelan untuk menceritakan peristiwa dalam adegan.
estetik pertunjukan Suluk adalah citra bahasa puisi yang dinyanyikan oleh ki dalang dalam pakeliran wayang.
ludruk Antawacana adalah dialog antar-tokoh wayang.
Sabetan adalah gerak wayang yang meliputi tarian, lakuan, dan lagaan.
Suara dapat berupa teriakan, jeritan, aduhan, tobatan, atau bunyi tiruan yang berupa onomatopia.
Tembang adalah nyanyian yang dilantunkan oleh pesinden, wirasuara, atau dalang.
Mantra atau sastra mantra pedalangan ada dua kategori.
Mempunyai konvensi (pakem)
Dilakukan dengan improvisasi, tanpa persiapan naskah
Mempunyai lagi khas, yaitu kidungan jula-juli
Terdapat tokoh atau pemeran wanita yang diperankan oleh pria
Diiringi masuk gamelan berlaras slendro dan pelog
Pertunjukkan diawali dengan Tari Ngremo
14
Ada adegan Bedayan
Ada adegan lawakan
Ada parodi
Ada kidungan
Pertunjukan diambil dari cerita rakyat, sejarah dan ekspresi kehidupan sehari-hari
Menggunakan bahasa Jawa atau Madura
Menggunakan tata bahasa sehari-hari
Tampilan dikemas secara sederhana dan akrab dengan penonton
46 Mampu memerinci tanda- ...u ...i ...e [..[ ..o ...] ...} ....- ......h .../ ......= ? , .
tanda baca dalam bacaan
beraksara Jawa
47 Mampu memerinci 4W
karakteristik membaca
teks puisi
48 Mampu menafsirkan isi prosa; karangan bebas; saduran
teks bacaan berbentuk
gancaran
49 Mampu menafsirkan Analisis tembang
makna bacaan teks
bacaan berbentuk
tembang macapat
50 Mampu menganalisis jenis Fiksi lan non fiksi
tulisan karya ilmiah
15
51 Mampu membandingkan Urutan menulis
tahap-tahap menulis
52 Mampu memerinci contoh Roro Jonggrang dan Asal Usul Candi Prambanan
Cerita rakyat Jawa Ajisaka dan Asal Usul Aksara Jawa.
Roro Kidul
Jaka Tingkir
53 Mampu menelaah contoh Dongeng Timun Mas.
dongeng Jawa Kisah Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari
54 Mampu menganalisis isi Baru Klinting dan Legenda Rawa Pening
legenda Jawa Papan petilasan mandi putra putri raja : Candi Umbul Magelang
55 Mampu memilih contoh Gerong adalah jenis nyanyian Jawa yang dinyanyikan secara bersama dalam musik gamelan.
lelagon berbentuk gerong
dalam gendhing Jawa
56 Mampu memilih karya Asmarandana, dhandanggula, kinanti, sinom, pangkur
sastra genre macapat
yang dapat digunakan
untuk lelagon bawa
campursari
16
57 Mampu menelaah ciri-ciri Bunyi, aspek peruangan atau perwujudan dan aspek kebahasaan serta pengujaran
parikan
58 Mampu menimbang Kakawin Rayamana
contoh kakawin Jawa Cerita-cerita Panji
59 Mampu memilih contoh
kidung Jawa
60 Mampu memerinci contoh Babad Kertasura (babagan sejarahe kraton kartosuro)
babad Jawa Babad Demak (babagan sejarahe kraton Demak lan rajane)
Babad Pasir Luhur (babagan sejarahe kraton pajajaran lan silsilahe rajane)
Babad Giyanti (Jogja-Surakarta) Mataram
61 Mampu menganalisis ciri- Ceritane luwih cendak dibandingake novel.
ciri cerita pendek Jawa Jumlah kata gak lebih dari 10.000 kata.
Ora gambarake kabeh tokoh, sing digambarake intine.
Anduweni struktur Eksposisi, Komplikasi.
Anduweni Unsur Instrinsik lan Ekstrinsik.
62 Mampu menyimpulkan Pangeran Purbaya, Tumenggung Danupaya, Sunan Mangkurat Agung, Ratu Kilen, Emban Genuk,
tokoh-tokoh dalam Nitiprakosa, Patih Sindureja, Rara Manik, Nyai Menggung Pasingsingan, Suradirya, Sukalila, Pangeran
kethoprak yang pembawa Demang Tanpa Nangkil, Pangeran Rangga Kajiwan, Reksalaya, Jagapura dan Sumengit.
pesan budi pekerti
Lakon Sawunggaling : Cikal bakal Surabaya
Lakon Dewi Sri
63 Mampu menyimpulkan PPK
tema geguritan yang
memuat budi pekerti
17
64 Mampu memerinci contoh Serat Riyanta, Ngulandara,
novel Jawa yang mendidik
karakter
65 Mampu memisahkan jenis- ...u ...i ...e [..[ ..o ...] ...} ....- ......h .../ ......= ? , .
jenis sandhangan aksara
Jawa
66 Mampu menganalisis ꦲꦤꦕꦫꦏ Ha Na Ca Ra Ka (Ono utusan = Ada utusan)
falsafah hidup dalam ꦢꦠꦱꦮꦭ Da Ta Sa Wa La (Padha kekerengan = Saling berkelahi)
aksara Jawa ꦥꦝꦗꦪꦚ Pa Dha Ja Ya Nya (Padha digdayane = Sama-sama saktinya)
ꦩꦒꦧꦛꦔ Ma Ga Ba Tha Nga (Padha nyunggi bathange = Saling berpangku saat meninggal)
67 Mampu memilih angka 1234567890
dalam naskah Jawa
68 Mampu menganalisis Asal mula aksara jawa erat kaitannya dengan Legenda Ajisaka, seorang pemuda sakti
sejarah aksara Jawa dari Majethi bersama dua orang punggawa (abdi) setianya yaitu Dora dan Sembada. Kedua abdi ini sama-
dalam cerita lisan sama setia dan sakti. Satu saat Ajisaka ingin pergi meninggalkan pulau Majethi. Dia menunjuk Dora untuk
menemaninya mengembara. Sedangkan Sembada, disuruh tetap tinggal di pulau Majethi. Ajisaka
69 Mampu mengklasifikasi menitipkan pusaka andalannya untuk dijaga oleh Sembada. Dia berpesan supaya jangan menyerahkan
bentuk aksara Jawa pusaka itu kepada siapa pun, kecuali pada Ajisaka sendiri.
(Paugeran penulisan
panambang) Kebonne = kebun = doble
Kebone =binatang = boten
Macane = membaca = boten
Macanne = binatang = doble
18
70 Mampu menyusun contoh bangunan cagar budaya, situs cagar budaya, masjid, kelenteng, candi, pura, maupun benda - benda
budaya Jawa kasat mata prasejarah (stone ball, kapak perimbas, arca, beliung, kapak lonjong).
(tangible)
71 Mampu menyusun contoh Musik, Kisah legenda diwariskan turun temurun, Puisi dan pantun, Tradisi atau adat istiadat
budaya Jawa tidak kasat Kepercayaan, unggah-ungguh
mata
(intangble)
72 Mampu memilih nama- GENDHING :
nama gendhing pahargyan 1. Pengiring pengantin masuk : Lcr.. Kebogiro / Monggang
dalam budaya Jawa 2. Pembukaan Acara (protokol) : Ldr. Santimulya /Ktw. Mijil wigaringtyas
3. Temanten putri masuk beserta pengiring : Ktw. Sekartejo atau Ktw. Puspawarna
4. Temanten Pria masuk beserta pengiring di iringi dengan Ldr. Wilujeng
5. Acara Temu di iringi dengan Lcr. Kodok ngorek dilanjutkan dengan Ktw. Larasmoyo
6. Besan masuk di iringi dengan Lcr. Udan mas atau Ldr. Tirtakencana.
7. Setelah kedua besan duduk bersama di iringi dengan Ldr. Sriwidodo
8. Acara sungkem di iringi dengan Ldr. eling-eling / Ktw. Mijil wigaringtyas.
9. Subomanggolo masuk untuk menjemput kedua pengantin di iringi dengan Ayak-ayakan
10. Subomanggala keluar dan membawa pengantin berdua untuk ganti busana kirab di iringi dengan
Ktw. Srinarendro
11. Subomanggolo masuk bersama pengantin berdua di temani oleh yang sudah memakai baju kirab
kesatriyan di iringi dengan Ktw. Subokastowo.
12. Subamanggala keluar di iringi dengan lagu-lagu yang ceria : Prau Layar,dll
13. Acara penutup di iring dengan Ldr Runtung atau Ldr. Gleyong
73 Mampu menafsirkan Ritual upacara metu, manten, mati
makna ritual Pasang tarub, buwangan, tuwuhan, siraman, dodol dhawet, plangkahan, srah-srahan, midodareni,
kemasyarakatan dalam Panebusing Kembar Mayang, Ijab, Panggih, mitoni
budaya Jawa
19
74 Mampu menyusun anasir Pancawara terdiri dari Kliwon (Kasih), Legi (Manis), Pahing (Jenar), Pon (Palguna),
sistem pengetahuan Jawa dan Wage (Cemengan). Pancawara juga biasa disebut sebagai pasaran.
(intangible) Saptawara, atau padinan, terdiri dari Ngahad (Dite), Senen (Soma), Selasa (Anggara), Rebo (Buda),
Kemis (Respati), Jemuwah (Sukra), dan Setu (Tumpak).
Sura, Sapar, Mulud, Bakdamulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Dulkangidah,
dan Besar.
Musim Jawa
75 Mampu menyusun anasir Ritual pribadi : Slametan, Syukuran, ritual metu, manten, mati.
religi dan kepercayaan Ritual umum : upacara bersih desa. Upacara iki ancase ngajab keslametan tumrap masarakat
Jawa
desa, gegayutan karo kramatan ing desa, utawa mbeneri dina adeging desa.
Ritual negari padatan namung kanggo Raja, Ratu, pimpinan, negari lan rakyat. Tuladhane ritual negari
yaiku upacara Grebeg, Labuhan Karaton Yogyakarta, Rajawedha/ Mahesa Lawung. Upacara-upacara
kuwi ancase duwe pangajab keslametan tumrap masarakat karaton utawa negara.
76 Mampu membandingkan Busana putra Surakarta
ciri-ciri khusus busana Blangkon : Trepes
putra adat Keris : Ladrang, ukiran halus, besar, godhongan lancip.
Surakarta Beskap
Wiru tertutup
Warna batik hitam, coklat, kuning
77 Mampu membandingkan Busana putra Yogyakarta
ciri-ciri khusus busana Blangkon : mondolan
putra adat Keris : branggah
Yogyakarta Surjan lurik, surjan kembang
Wiru garis putih
78 Mampu membandingkan Warna batik putih
ciri-ciri khusus busana
putri adat Busana putri Surakarta
Surakarta Sanggul : Konde
Kebaya :
20
79 Mampu membandingkan Busana putri Yogyakarta
ciri-ciri khusus busana Sanggul : Tekuk
putri adat Kebaya : Kartinian (Perawan), Kutubaru (Menikah)
Yogyakarta
Jenis bunyi bahasa
80 Mampu menganalisis Fonologi yaiku ilmu kang ngandharake babagan proses aggone ngasilake/produksi swara.
jenis-jenis bunyi bahasa Fonetik yaiku perangane ilmu linguistik kang mligi ngrembug piye carane swara bisa diasilake,
piye carane swara mrambat lumantar hawa, uga piye carane swara bisa dirungokake.
Fonetik artikulatoris iku naliti organ ana ing awake pamicara kang digunakake supaya bisa
ngasilake swara.
Fonetik akustik iku naliti swara kang mrambat saka pamicara marang mitra wicara kanthi lumantar
hawa.
Fonetik auditoris naliti swara kang dirungokake dening mitra wicara.
Artikulator yaiku organ kang duwe pengaruh langsung nalika ngasilake swara. Organ-organ
kuwi mapan ana ing tutuk kang tugase ngalangi hawa supaya bisa ngasilake maneka warna swara.
Swara konsonan yaiku swara kang kaasilake nalika hawa saka paru-paru oleh alangan sadurunge metu.
Konsonan bilabial yaiku swara konsonan kang kaasilake nalika hawa saka paru-paru dialangi dening
lambe ngisor minangka artikulator aktif lan lambe dhuwur minangka artikulator pasif. swara [b],
[p], lan [m].
Konsonan labio-dental yaiku swara kang kaasilake nalika hawa saka paru- paru dialangi dening lambe
ngisor minangka artikulator aktif lan untu dhuwur minangka artikulator pasif. swara [f], [v] lan [w].
Konsonan apiko-dental yaiku swara kang kaasilake nalika hawa kang metu saka paru-paru dialangi
dening pucuk ilat minangka artikulator aktif karo untu dhuwur minangka artikulator pasif. swara
[n], [l], lan [r].
Konsonan apiko-palatal yaiku swara kang dumadi nalika hawa saka paru- paru dialangi dening pucuk
ilat minangka artikulator aktif lan cethak minangka artikulator pasif. [s] lan [z].
21
81 Mampu menganalisis Analisis masalah
teknik pembelajaran
geguritan yang berbasis
IT
82 Mampu menganalisis Analisis masalah
teknik pembelajaran
budaya Jawa yang
berbasis IT
83 Mampu menganalisis Analisis masalah
teknik pembelajaran
paramasastra yang
berbasis IT
84 Mampu menganalisis Analisis masalah
teknik pembelajaran
keterampilan reseptif
yang berbasis IT
85 Mampu menganalisis Analisis masalah
teknik pembelajaran
keterampilan produktif
yang berbasis IT
86 Mampu mengaplikasikan Sandangan swara : pepet, wulu, taling, taling tarung, suku
pembelajaran sandhangan Sandangan panyigeg wanda :layar, wignyan, cecak
menggunakan ICT untuk Sandangan wyanjana : cakra, keret, pengkal
penguatan karakter
87 Mampu menganalisis Analisis masalah
kelebihan pembelajaran
bahasa
Jawa dengan menerapkan
prinsip TPACK disertai
dengan penguatan
karakter
22
88 Mampu memerinci Urutan titilaras laras Slendro : 1 – 2 - 3 – 5 – 6 – i
ciri-ciri tembang Urutan titilaras laras Pelog: 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – i/ - 7
macapat yang Laras Slendro kaperang dados 3 inggih menika:
menggunakan laras • Slendro Manyura : 3-5-6-1-2-3-5-6-1-2-3
slendro dengan • Slendro Nem : 2-3-5-6-1-2-3-5-6-1-2-3
menerapkan prinsip • Slendro Sanga : 5-6-1-2-3-5-6-1-2
TPACK disertai Laras Pelog kaperang dados :
dengan penguatan • Pelog Lima : 5-6-1-2-3-4-5-6-1-2
karakter. • Pelog Nem : 6-1-2-3-5-6-1-2-3
• Pelog Barang : 2-3-4-7-2-3-4-5-6-7-2-3
89 Mampu menyeleksi Roman, novel, cerkak, geguritan
materi Sastra Jawa
Modern yang memuat
pendidikan karakter
kepahlawanan dalam
teks bacaan dengan
menerapkan prinsip
TPACK disertai dengan
penguatan karakter.
90 Mampu menyeleksi materi Kitab Sanghyang Kamahayanikan juga menjelaskan waktu dalam tiga jenis, yaitu waktu lampau (atīta),
Sastra Jawa Klasik yang waktu kini (wartamana), dan waktu yang akan datang (anagata). Masing-masing waktu selalu
memuat pendidikan terdapat Buddha
karakter kepahlawanan Brahmandapurana adalah sebuah karya sastra Jawa Kuno Isinya bermacam-macam, seperti cerita
dalam teks bacaan dengan asal-muasalnya dunia dan jagatraya diciptakan, keadaan alam
menerapkan prinsip Uttarakanda, Adiparwa, Sabhaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Asramawasanaparwa,
TPACK disertai dengan Mosalaparwa, Prasthanikaparwa, Swargarohanaparwa, Kunjarakarna
penguatan karakter. Kakawin Ramayana, Kakawin Arjunawiwaha, mpu Kanwa, Kakawin Kresnayana, Kakawin Sumanasantaka,
Kakawin Smaradahana, Kakawin Bhomakawya, Kakawin Bharatayuddha
Serat Tripama
23
91 Mampu memilih tembang Tembang dolanan Nuswantara : Cinta tanah air
dolanan yang berisi cinta Tembang dolanan jaranan : Menghormati pemimpin
tanah air Tembang dolanan : Kembang Jagung
Dhandhanggula, pangkur, Asmaradana
92 Mampu menimbang Menentukan tembang macapat
tembang macapat yang
berisi cinta tanah air Tembung Saroja
Tembung Saroja ateges tembung loro utawa luwih sing meh padha tegese dirangkep dadi siji,
93 Mampu menimbang nduweni teges mbangetake. Tuladha: Sanak sedulur, Guyup rukun, tandang grayang
kagunan basa yang berisi
cinta tanah air Yogyaswara
Yogya = becik. Yogya Swara = swara sing becik.
Tembung Yogyaswara ateges tembung loro sing dirangkep dadi siji sing ngarep tiba swara “a” sing
mburi tiba swara “i”, nduweni teges lanang wadon.
Tuladha: dewa-dewi, pemudha-pemudhi, hapsara-hapsari, widadara-widadari, yaksa-yaksi
Tembung Garba
Tembung Garba utawa Sandhi. Yaiku tembung loro sing dirangkep dadi siji nanging nganggo ngurangi
cacahing wanda. Wanda = suku kata (Bahasa Indonesia).
Tuladha:
a. prapta + ing = prapteng
b. iya + iku = yeku
c. nara + pati = narpati
d. raja + endra = rajendra
e. parama + iswari = prameswari
Tembung Plutan
Tembung Plutan tegese tembung sing diringkes cacahing wanda supaya luwih sathithik. Upamane
tembung para bisa diringkes utawa dipluta dadi “pra”, dene tegese ora owah.
Tuladha:
a. serat dipluta dadi srat.
b. suwara dipluta dadi swara.
c. weruh dipluta dadi wruh.
24
d. sarana dipluta dadi srana.
e. sari dipluta dadi sri.
Kerata Basa
Uga diarani jarwa dhosok. Kerata tegese udhar utawa ngudhari. Kerata basa tegese tetembungan
sing diudhari utawa dipirit, nanging dadi mathuk karo kekarepane.
Tuladha:
a. wedang = gawe kadang.
b. brekat = mak brek diangkat.
c. kodhok = teka-teka ndhodhok.
d. kupluk = kaku tur cempluk.
e. guru = digugu ditiru.
Rura Basa
Rura tegese rusak utawa salah. Rura basa tegese basa sing wis rusak utawa luput, nanging yen
dibenerake dadi saya salah. Mula rura basa uga diarani basa sing salah kaprah. Upamane: tembung
nguleg sambel iku ora bener. Benere nguleg lombok, trasi, uyah, tomat, moto, lan sapiturute. Nanging
yen dibenerake kaya ing ndhuwur iku malah bisa digeguyu dening wong akeh.
Tuladha liyane:
a. nunggoni pitik
b. ngenam kepang
c. nggodhog wedang
d. adang sega
e. menek jeruk
94 Mampu Istilah-istilah uba rampe upacara adat
mengklasifikasikan kosa
kata yang tepat untuk
kesamaptaan dalam
upacara adat Jawa
25
95 Mampu Catur W
mengklasifikasikan kosa 7M
kata yang tepat untuk
kesamaptaan dalam
membaca karya sastra
Jawa
96 Mampu memilih kosa kata Diksi
yang tepat untuk
kesamaptaan dalam
menulis karya sastra
Jawa prosa fiksi
97 Mampu menganalisis Cindelaras : Bocah dibuang ibune nemu endog.
contoh karya sastra Jawa
genre cerita rakyat yang
berisi jiwa kepemimpinan
98 Mampu menganalisis Novel Amuk Wisanggeni Karya Suwito Sarjono
contoh karya sastra Jawa Ngulandara
roman yang berisi jiwa Gagak Mataram
kepemimpinan
99 Mampu menganalisis Kitab Babad Tanah Jawa mendalilkan raja-raja Mataram memiliki garis genealogi dari nabi-nabi Islam
contoh karya sastra Jawa maupun dewa dan tokoh pewayangan dari India.
genre babad yang berisi Serat Wulang Reh, Serat Nitisastra, atau Serat Witaradya,
jiwa kepemimpinan Beberapa dari unsur yang disebutkan digambarkan sebagai dewa Agni (api), dewa Candra (bulan), dewa
Bahni, dewa Surya (Matahari), dewa Baruna (samudra), dewi Kartika (bintang), dewa Bayu (angin).
Serat Rama yang berisi Sastra Cetha maupun Asthabrata
Babad Giyanti
26
100 Mampu menimbang Profesionalisme Guru
contoh sikap kewibawaan
dalam pembelajaran
bahasa Jawa
101 Mampu memilih bentuk Jenis penilaian : keterampilan berbicara
instrumen penilaian Teknik penilaian : Tes kinerja (praktik/performance)
keterampilan berbicara Instrumen penilaian : lembar penilaian dan rubrik penilaian.
Aspek-aspek penilaian keterampilan berbicara :
102 Mampu memilih bentuk tekanan, (2) tatabahasa (3) kosakata (4) kefasihan, (5) ucapan dan (6) pemahaman
instrumen penilaian Jenis penilaian : keterampilan menulis
keterampilan menulis Teknik penilaian : Tes kinerja (produk)
Instrumen penilaian : lembar penilaian dan rubrik penilaian.
103 Mampu menganalisis Aspek-aspek penilaian keterampilan menulis:
bentuk instrumen Ketepatan diksi, ketepatan kalimat, kebenaran tata tulis dan ejaan, keruntutan isi.
penilaian keterampilan Jenis penilaian : keterampilan membaca
membaca Teknik penilaian : Tes kinerja (praktik/performance) dan tes
Instrumen penilaian : lembar penilaian dan rubrik penilaian
104 Mampu memilih bentuk Aspek penilaian keterampilan membaca :
instrumen penilaian Pemahaman detail isi teks, kelancaran pengungkapan, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, dan
keterampilan menyimak kebermaknaan penuturan.
Jenis penilaian : keterampilan menyimak
105 Mampu menemukan Teknik penilaian : kinerja (praktik/performance) dan tes
aspek-aspek dalam Instrumen penilaian : lembar penilaian dan rubrik penilaian, serta tes lisan atau tes tulis.
penilaian sikap dalam Pigunanipun basa ngoko alus :
undha usuk ngoko alus
Kangge wicanten kaliyan tiyang ingkang statusipun sami, nanging kanthi raos ngurmati.
Kangge wicanten kaliyan tiyang ingkang statusipun langkung inggil, nanging sampun rumaket sanget.
Kangge wicanten kaliyan tiyang ingkang statusipun saperangan langkung inggil
27
106 Mampu memilih aspek- Pigunanipun Basa Krama :
aspek dalam penilaian Tiyang ingkang gineman dereng tepang kaliyan ingkang dipunajak gineman, lan ingkang dipunajak
sikap dalam undha usuk gineman wau ketingal langkung sepuh utawi tiyang ingkang kagungan pangkat inggil.
krama alus Tiyang ingkang gineman langkung enem yuswanipun tinimbang ingkang dipunajak gineman, lan ingkang
dipunajak gineman wajib kinurmatan.
Tiyang ingkang gineman langkung cendhek drajat pangkatipun tinimbang ingkang dipunajak gineman,
utawi ingkang dipunajak gineman wajib kinurmatan.
Pembelajaran unggah-ungguh yang menggunakan sarana estetis wayang, ketoprak, dan pertunjukan
lain jelas amat perlu diintensifkan. Dengan kata lain, titik berat pembelajaran bahasa terletak pada
ketrampilan berbahasa yang sekaligus menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
107 Mampu menganalisis Analisis masalah
langkah-langkah
mengevaluasi
pembelajaran materi
kebahasaan dalam bentuk
cerita cekak
108 Mampu menganalisis Analisis masalah
langkah-langkah
mengevaluasi
pembelajaran materi
kebahasaan dalam bentuk
novel
109 Mampu menimbang 4W
bentuk instrumen
penilaian keterampilan
tembang
28
110 Mampu menimbang 4W+7M
bentuk instrumen
penilaian keterampilan Langkah rancangan PTK :
sesorah 1. Perencanaan Tindakan (Planning)
2. Pelaksanaan Tindakan
111 Mampu memerinci 3. Pengamatan Tindakan (Observing)
langkah-langkah 4. Refleksi (Reflekting)
rancangan PTK 1. Desain PTK Model Kurt Lewin
sesuai dengan kaidah Model ini merupakan dasar atau acuan pokok dari adanya berbagai model penelitian tindakan lainnya,
khususnya PTK. Kurt Lewin adalah orang yang pertama kali memperkenalkan AR. Konsep pokok penelitiannya
112 Mampu memilih model- terdiri dari empat komponen, yaitu:
model PTK yang sesuai (a). Perencanaan /planning,
dengan pembelajaran (b). Tindakan/acting,
bahasa Jawa (c). Pengamatan/observing, dan
(d). Refleksi/reflecting.
Refleksi nomer 1 model Hubungan keempat komponen tersebut merupakan suatu siklus.
apa?
2. Desain PTK Model Kemmis & McTaggart
Desain ini merupakan pengembangan konsep dasar dari K. Lewin, hanya saja komponen tindakan (acting)
dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Karena kenyataannya antara implementasi “acting” dan
“observing” merupakan dua kegiatan yang tak terpisahkan, yaitu dilakukan dalam satu kesatuan waktu,
begitu berlangsungnya suatu “acting” maka “observing” harus dilaksanakan. Jadi merupakan satu perangkat
atau untaian yang setiap perangkat berisi empat komponen sebagai siklus atau putaran kegiatan yang
terdiri dari:
a. Perencanaan
29
113 Mampu menyusun b. Tindakan
identifikasi masalah c. Pengamatan,
dalam penyusunan d. Refleksi.
rancangan PTK Jumlah siklusnya bergantung permasalahan yang perlu dipecahkan.
pembelajaran bahasa
Jawa 3. Desain PTK Model John Elliot
Desain ini pun merupakan pengembangan dari konsep dasar model K. Lewin. Di sini bahwa dalam satu
“tindakan” terdiri dari beberapa langkah (step), yaitu langkah tindakan 1, 2, dan langkah tindakan 3. Dengan
dasar pemikiran bahwa dalam suatu mata pelajaran terdiri dari beberapa pokok bahasan (PB) dan setiap
PB terdiri dari beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali tindakan di dalam suatu
KBM.
4. Desain PTK Model Hopkins
Desain ini berpijak pada desain model PTK pendahulunya. Selanjutnya Hopkins (1993: 191) menyususn
desain tersendiri sebagai berikut: mengambil start – audit – perencanaan konstruk – perencanaan Tindakan
(target, tugas, kriteria keberhasilan) – implementasi dan evaluasi: implementasi (menopang komitmen: cek
kemajuan; mengatasi problem) – cek hasil – pengambilan stok – audit dan pelaporan. Dari beberapa desain
model PTK yang ada, maka desain yang paling mudah dipahami dan dilaksanakan untuk PTK, yaitu desain
model Kemmis dan McTaggart.
Masalah Pokok :
a. Rendahnya hasil belajar matematika.
Variabel Y : Hasil belajar matematika
b. Kedisiplinan kehadiran siswa :
Variabel Y : Kedisiplinan kehadiran
c. Penggunaan Pembelajaran dengan pendekatan konstektual
Variabel X : Pendekatan konstektual
30
114 Mampu menyusun “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN PENDEKATAN
rumusan masalah dalam KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS IV SD .… SEMESTER …. TAHUN PELAJARAN ….”
penyusunan rancangan
PTK mata pelajaran Karakteristik PTK
Bahasa Jawa
115 Mampu merancang
tindakan yang tepat
terhadap suatu masalah
pembelajaran bahasa
Jawa dalam penyusunan
rancangan PTK
116 Mampu mendiagnosis a. Menulis kenyataan yang ada (kondisi awal)
permasalahan dalam PTK b. Menulis harapan yang akan dituju (kondisi akhir)
sesuai dengan kaidah c. Adanya masalah : kesenjangan antara kenyataan dan harapan
d. Adanya solusi/pemecahan masalah: Identifikasi masalah, Pembatasan masalah, Adanya Solusi masalah
117 Mampu menilai model- Dari beberapa desain model PTK yang ada, maka desain yang paling mudah dipahami dan dilaksanakan
model PTK yang sesuai untuk PTK, yaitu desain model Kemmis dan McTaggart. Desain PTK Model Kemmis & McTaggart
dengan pembelajaran Desain ini merupakan pengembangan konsep dasar dari K. Lewin, hanya saja komponen tindakan (acting)
bahasa Jawa dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Karena kenyataannya antara implementasi “acting” dan
“observing” merupakan dua kegiatan yang tak terpisahkan, yaitu dilakukan dalam satu kesatuan waktu,
begitu berlangsungnya suatu “acting” maka “observing” harus dilaksanakan. Jadi merupakan satu perangkat
atau untaian yang setiap perangkat berisi empat komponen sebagai siklus atau putaran kegiatan yang
terdiri dari:
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. pengamatan, dan
31
118 Mampu memilih d. refleksi.
permasalahan PTK yang
sesuai dengan Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa Melalui Media Charta Dengan Strategi Talking-
pembelajaran bahasa Stick Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 4 Sobo Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Tahun 2012/
Jawa 2013
119 Mampu memilih teknik Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Jawa Pokok Bahasan Membaca Huruf Jawa Nglegena Melalui
analisis dalam PTK yang Metode Drill Di Kelas Iii Semester 1 Mi Muhammadiyah Kranggan Kecamatan Pekuncen Kabupaten
sesuai dengan Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016
pembelajaran bahasa
Jawa Peningkatan Kemampuan Berbahasa Jawa Krama Melalui Pembelajaran Bahasa Komunikatif Pada
Siswa Kelas Vi Sd Negeri 2 Salakan Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali Tahun 2009
Teknik Analisis data yang digunakan kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kuantitatif deskriptif dapat melalui tabel, grafik, diagram, pictogram, perhitungan modus, median,
mean (tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan
rata-rata, standar deviasi, dan perhitungan persentase “.
Analisis data kualitataif dilakukan untuk data kualitatif yang berupa hasil observasi lapangan, wawancara,
angket, dan catatan lapangan.
120 Mampu memilih teknik Uji validitas instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur :
keabsahan data dalam PTK Validitas demokratis, validitas proses, validitas hasil, validitas katalitik dan validitas dialogis.
yang sesuai dengan Uji Reliabilitas Instrumen
pembelajaran bahasa Salah satu cara meyakinkan tingkat reliabilitas adalah dengan cara menyajikan data asli, seperti
Jawa tranksrip wawancara dan catatan lapangan, yaitu catatan tentang seluruh proses tindakan selama
penelitian berlangsung.
32