LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
A. STUKTUR KERUANGAN SERTA PERKEMBANGAN DESA………………...5
1. Pengertian Desa .................................................................................................................... 5
2. Syarat, Ciri Khas, dan Unsur Desa .................................................................................. 6
a. Syarat Desa ................................................................................................................6
b. Ciri Khas Desa...........................................................................................................7
c. Unsur Desa .................................................................................................................7
3. Karakteristik Desa ............................................................................................................... 8
4. Kriterian Kawasan Pedesaan ............................................................................................ 8
5. Fungsi Desa............................................................................................................................ 9
6. Tipologi Desa......................................................................................................................... 9
7. Struktur Keruangan Desa .................................................................................................. 9
a. Bentuk Desa Memanjang di Pesisir.......................................................................10
b. Bentuk Desa Linier di Dataran Rendah................................................................10
c. Bentuk Desa yang Terpusat ...................................................................................10
d. Bentuk Desa yang Mengelilingi Fasilitas Tertentu ..............................................11
8. Perkembangan Desa .......................................................................................................... 14
9. Gambaran Desa secara Ekologis..................................................................................... 16
10. Desa di Daerah Transmigrasi .......................................................................................... 17
11. Potensi Desa......................................................................................................................... 17
B. STRUKTUR KERUANGAN SERTA PERKEMBANGAN KOTA..........................19
1. Hakikat Kota....................................................................................................................... 19
2. Pengertian Kota.................................................................................................................. 20
3. Kriteria dan Bentuk Kawasan Perkotaan..................................................................... 21
4. Unsur dan Karakteristik Kota ........................................................................................ 21
5. Fungsi Kota.......................................................................................................................... 23
6. Tingkatan Perkembangan Kota ...................................................................................... 23
7. Tipologi Kota....................................................................................................................... 24
8. Stadia Kota .......................................................................................................................... 28
9. Pola Keruangan Kota ........................................................................................................ 28
10. Struktur Kota...................................................................................................................... 30
11. Potensi Kota......................................................................................................................... 36
C. POLA DAN FAKTOR INTERAKSI DESA DAN KOTA..........................................37
1. Pengertian Interaksi Desa dan Kota .............................................................................. 37
BUNGA BUDIARTA T.P 3
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
2. Pola Interaksi ...................................................................................................................... 37
3. Faktor-Faktor Interaksi Desaa dan Kota...................................................................... 40
D. DAMPAK PERKEMBANGAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT DESA DAN
KOTA......................................................................................................................................41
• EVALUASI......................................................................................................................44
BUNGA BUDIARTA T.P 4
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
A. STUKTUR KERUANGAN SERTA PERKEMBANGAN DESA
1. Pengertian Desa
Etimologi istilah “desa” berasal dari bahasa Sansekerta dhesi yang berarti “tanah kelahiran”.
Istilah ini telah ada sejak tahun 1114 ketika Nusantara masih terdiri dari beberapa kerajaan.
Batasan pengertian desa sebagai suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia
dengan lingkungannya. Hasil perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di muka
bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi , sosial, ekonomi, politik dan kultural
yang saling berinteraksi antar unsur-unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan
daerah lain. Dalam arti umum desa merupakan unit pemusatan penduduk yang bercorak
agraris dan terletak jauh dari kota. Ada beberapa pengertian desa menurut para ahli,
diantranya sebagai berikut:
a) V.C Finc berpendapat desa merupakan suatu tempat tinggal dan bukan pusat
perdagangan. Di desa, bangunan utama berupa tempat tinggal petani dan bangunan-
bangunan yang terkait dengan kegiatan pertanian.
b) Misra mengatakan sebuah desa tidak hanya kumpulan tempat tinggal. Desa juga
merupakan wilayah pertanian yang kompak dengan batas-batas yang telah di tetapkan.
c) R. Bintarto mengatakan desa merupakan perwujudan geografis yang disebabkan unsur
fisiografis, sosial, ekonomi, politik, dan budaya setempat dalam hubungan serta pengaruh
timbal balik dengan daerah lain
d) R.H. Unang Suardjo berpendapat desa adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan
adat atau budaya dan hukum adat yang menetap di dalam suatu wilayah dengan batas
tertentu. Masyarakat desa umumnya memilki ikatan yang sagat kuat karena berasal dari
keturunan yang sama.
e) Daldjoeni mengatakan desa dalam arti umum adalah pemukiman manusia yang letaknya
di luar kota dan penduduknya berjiwa agraris.
f) Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, kawasan pedesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
BUNGA BUDIARTA T.P 5
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
Gambar 1.1 Kawasan pedesaan.
2. Syarat, Ciri Khas, dan Unsur Desa
a. Syarat Desa
Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014, pembentukan desa
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Batas usia desa induk paling sedikit lima tauhun terhitung sejak pembentukan.
2) Jumlah penduduk, yaitu sebagai berikut :
a. Wilayah Jawa paling sedikit 6.000 jiwa atau 1.200 kepala keluarga.
b. Wilayah Bali paling seidkit 5.000 jiwa atau 1.000 kepala keluarga.
c. Wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 jiwa atau 800 kepala keluarga.
d. Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 jiwa atau 600
kepala keluarga.
e. Wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 jiwa atau 500 kepala keluarga.
f. Wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan
Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 kepala keluarga.
g. Wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 jiwa atau 300 kepala keluarga.
h. Wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara paling sedikit 1.000
jiwa atau 200 kepala keluarga.
i. Wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 jiwa atau 100 kepala keluarga.
BUNGA BUDIARTA T.P 6
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
3) Wilayah kerja yang memilki akses transportasi antarwilayah.
4) Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai degan
adat istiadat desa.
5) Memilki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya ekonomi pendukung.
6) Batas wilayah desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang telah ditetapkan
dalam peraturan bupati/walikota.
7) Sarana dan prasarana bagi pemerintahan desa dan pelayanan publik.
8) Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi
perangkat pemerintah desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Ciri Khas Desa
Menurut Direktorat Jenderal Pembangunan Desa, desa memiliki ciri khas tertentu. Beberapa
ciri khas desa adalah sebagai berikut:
1) Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar.
2) Sektor pertanian menjadi lapangan kerja yang lebih dominan.
3) Adanya hubungan yang sangat akrab antarwarga.
4) Masih berpegang teguh pada adat-istiadat dan tradisi yang berlaku.
5) Masyarakat desa mewujudkan suatu paguyuban atau menurut sosiologi sutau
Gemeinschaft di mana ikatan kekeluargaan erat.
c. Unsur Desa
Desa di Jawa pada asal mulanya dihuni oleh orang-orang seketurunan; mereka memiliki
nenek moyang sama yaitu para cikal-bakal yakni pendiri pemukiman yang bersangkutan. Jika
suatu desa kemudian penuh, masalah-masalah ekonomi bermunculan, beberapa keluarga keluar
untuk mendirikan pemukiman baru dengan caara membuka hutan; tindakan ini disebut tetruka.
Adapun di Tapanuli pembukaan desa baru menurut Marbun sebagian disebabkan keinginan
suatu kelompok baru dalam proses mencapai hak dan kewajiban sebagai raja adat atau karena
tanah desa tak memadai lagi menghidupi penghuninya.
Dapat dikatakan bahwa di masa lalu desa sebagai kesatuan masyarakat memiliki bersama
tiga hal yang dalam ungkapan Jawanya : rangkah (wilayah), darah (satu keturunan), dan warah
(ajaran atau adat). Tepatlah apabila Bintarto juga meyebutkan bahwa hingga kini tiga unsur di
desaa-desa Jawa adalah daerah, penduduk, dan tata kehidupan, dengan penjelasan :
BUNGA BUDIARTA T.P 7
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
Daerah dalam arti tanah-tanah pekarangan dan pertanian besera penggunaannya, termasuk
pula aspek lokasi, luas, batas, yang kesemuanya itu merupakan lingkungan geografis setempat.
Kemudian, penduduk; meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran serta mata
pencahariannya. Warah adalah ajaran tentang tata hidup, tata pergaulan, dan ikatan-ikatannya
sebagai warga masyarakat desa. Dengan sendirinya tata kehidupan itu tak dapat dilepaskan dari
seluk beluk usaha penduduk untuk mempertahankan, dan meningkatkan kesejahteraannya.
Lokasi menyangkut letak secara fisiografis, misalnya jauh-dekatnya dengan jalan raya,
sungai, rawa, pegunungan, pantai, kota, dan sebagainya. itu semua akan sedikit banyak
mempengaruhi ekonomi desa yang bersangkutan, demikian pula kemajuan budayanya dalam
artian pendidikan. Makin terpencil letak jauh dari jangkauan pengaruh kota, makin terbelakang
desa itu. Maka dari itu, pentingnya peranan sarana transportasi dan komunikasi sebagai faktor-
faktor pendorong kemajuan ekonomi maupun pendidikan.
3. Karakteristik Desa
Secara kehidupan sosial, karakteristik desa sebagai berikut:
1) Penduduk saling mengenal dalam pergaulan hidupnya dan masih memegang teguh
tradisi.
2) Penduduk mempunyai ikatan perasaan yang sama tentang kebiasaan.
3) Mata pencaharian penduduk pada bidang agraris sangat dipengaruhi faktor alam
seperti iklim dan topografi.
4) Perbandingan manusia dan lahan cukup besar.
5) Sarana dan prasarana komunikasi masih sederhana.
4. Kriterian Kawasan Pedesaan
Menurut Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, kawasan perdesaan harus memenuhi kriteria berikut:
a. Fungsi kawasan produksi pertanian kabupaten.
b. Sistem jaringan prasarana pendukung pendukung kegiatan pertanian.
c. Aglomerasi penduduk yang bermata pencaharian petani, nelayan, penambang rakyat atau
perajin kecil.
d. Tatanan nilai budaya lokal dan berfungsi sebagai penyangga budaya dan lingkungan
hidup bagi wilayahnya.
BUNGA BUDIARTA T.P 8
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
e. Kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumber daya alam termasuk perikanan
tangkap.
5. Fungsi Desa
Menurut Bintarto ada 3 fungsi desa. Ketiga fungsi desa tersebut adalah sebagai berikut:
a. Desa sebagai hinterland atau daerah dukung bagi kota, fungsinya adalah penyedia bahan
makanan pokok, seperti padi, jagung, ketela, sayuran, buah-buahan dan makanan yang
berasal dari sumber hewani.
b. Desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah dan tenaga kerja yang produktif.
c. Desa berfungsi sebagai desa agraris, maufaktur industri, nelayan, dsb.
6. Tipologi Desa
Pengelomppokkan tipologi desa dapat dilakukan sekurang-kurangnya berdasarkan
kekerabatan pola pemukiman, pola matapencaharian, atau kegiatan utama masyarakat dan
tingkat kemajuan desa.
a. Tipologi desa berdasarkan kekerabatan meliputi desa-desa berikut :
1) Desa geneologis.
2) Desa territorial.
3) Desa campuran geneologis-teitorial.
b. Tipologi desa berdasarkan hsmparan meliputi desa-desa berikut :
1) Desa pesisir/ desa pantai.
2) Desa dataran rendah/lembah.
3) Desa dataran tinggi.
4) Desa perbukitan/pegunungan.
c. Tipologi dea berdasarkan pola pemukiman meliputi desa-desa berikut :
1) Desa dengan pemukiman menyebar.
2) Desa dengan pemukiman melingkar.
3) Desa dengan pemukiman mengumpul.
4) Desa dengan pemukiman memanjang.
7. Struktur Keruangan Desa
Struktur keruangan desa sebagai penyusun keruangan desa sangat berkaitan dengan
penggunaan lahan di desa tersebut. Struktur keruangan desa menunjukkan hubungan yang
kompleks antara manusia dan lingkungannya, setiap struktur keruangan desa memilki
BUNGA BUDIARTA T.P 9
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
perbedaan. Tetapi dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk-bentuk tertentu. Menurut Daldjoeni,
bentuk-bentuk desa secara sederhana dapat dikelompokkan dalam bentuk-bentuk berikut :
a. Bentuk Desa Memanjang di Pesisir
Bentuk desa memanjang di pesisir,
memilki pola tempat tinggal yang
meluas dengan cara menyambung yang
lama dengan menyusur pantai, sampai
bertemu dengan desa pantai lainnya.
Pusat kegiatan industri kecil seperti
perikanan dan pertania tetap
dipertahankan di dekat tempat tinggal
penduduk yang mula-mula.
b. Bentuk Desa Linier di Dataran Rendah
Bentuk desa linear, dapat ditemui di
dataran rendah. Pemukiman penduduk
di wilayah ini berderet sejajar dengan
jaringan jalan raya. Pemekaran ini
mendorong upaya untuk membangun
jalan baru yang mengelilingi desa
sebagai akses menuju pemukiman yang
baru.
c. Bentuk Desa yang Terpusat
Bentuk desa terpusat dapat ditemukan
di daerah pegunungan. Secara umum
penduduk terdiri atas mereka yang
berada dalam satu keturunan,
pemusatan tempat tinggal tersebut
didorong oleh rasa gotong royong
masyarakat.
BUNGA BUDIARTA T.P 10
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
d. Bentuk Desa yang Mengelilingi Fasilitas Tertentu
Bentuk desa seperti ini ada di dataran
rendah. Yang dimaksud dengan fasilitas
misalnya mata air, waduk, lapangan
terbang, dll. Arah pemekarannya dapat
ke segala arah, sedang fasilitas-fasilitas
untuk industri kecil dapat disebarkan
dimana-mana sesuai dengan keinginan
setempat.
Selain bentuk desa terdapat pula pola desa. Pola desa dikemukakan oleh Bintarto dengan
enam pola desa yaitu; memanjang jalan, memanjang sungai, radial, tersebar, memanjang
pantai dan memajang pantai sejajar jalan kereta api.
a. Pola Persebaran Desa Memanjang Jalan
Pola desa memanjang dapat ditemukan di wilayah yang arealnya datar. Tujuan dari
terbentuknya pola ini adalah agar pemukiman penduduk dekat dengan prasarana
trasnportasi, sehingga mobilitas penduduk, barang dan jasa dimudahkan.
b. Pola Persebaran Desa Memanjang Sungai
Desa dengan pola tersebut dapat ditemukan di wilayah aliran sungai di daerah dataran.
Pemukiman penduduk terletak di kanan dan kiri sungai. Penduduk yang bertemat tinggal
di desa dengan pola ini memanfaatkan air sungai untuk berbagai keperluan.
c. Pola Persebaran Desa Radial
Pola desa radial dapat ditemukan di daerah gunung berapi. Pemukiman penduduk
biasanya terletak di kanan dan kiri sungai lereng gunung berapi.
d. Pola Persebaran Desa Tersebar
Desa dengan pola tersebar dapat ditumkan di daerah dengan tingkat kesuburan yang tidak
merata, seperi pegunungan kapur atau padang pasir. Antardesa biasanya dihubungkan
dengan jalan setapak.
e. Pola Persebaran Desa Memanjang Pantai
Pola persebaran desa memanjang pantai dapat ditemukan di daerah pantai yang laindai.
Pola pemukimannya mengikuti arah garis pantai, mayoritas masyarakat di wilayah ini
bermata pencaharian sebagai petani.
BUNGA BUDIARTA T.P 11
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
f. Pola Persebaran Desa Memanjang Pantai Sejajar Jalan Kereta Api
Desa dengan pola tersebut dapat ditemukan di daerah pantai yang landai. Masyarakat
yang berada di wilayah pemukiman tersebut mayoritas bekerja sebagai nelayan dan
pedagang.
Menurut Everett M.Roger dan Rabel J.Burdge, ada tiga jenis pola pemukiman. Ketiga
jenis pola pemukiman itu adalah sebagai berikut:
a. The Scattered Farmster Community
Pola pemukiman ini mengacu pada desa yang dicirikam oleh suatu lokasi agribisnis
(farmstead). Lokasi ini meliputi rumah, tanah, peternakan, dan rumah pekerja. Sebagian
penduduk dalam pola pemukiman ini berdiam di pusat pelayanan yang ada sedangkan,
yang lainnya terpencar di lahan pertanian mereka.
b. The Cluster Village
Pola ini mengacu pada desa dimana penduuknya berdiam disuatu tempat yang sentral
dan lahan pertaniannya berada di sekitarnya.
c. The Line Village
Pola ini mengacu pada desa dimana rumah penduduknya berada di daratan kedua sisi
sungai atau jalan utama. Lahan pertaniannya membentang di belakangnya.
Di Pakistan geograf Misra dapat memerincinya lebih lengkap lagi, sehingga terdapat 14 pola
desa seperti berikut :
a. Segi Empat Panjang (Rectangular)
Merupakan tipe yang paling umum dan salah satu penyebabnya adalah mungkin bentuk
lahan pertaniannya. Juga, karena kekompakan desa membutuhka letak rumah penduduk
yang saling berdekatan (karena tak adanya tembok keliling yang mengamankannya).
Pola segi empat panjang paling sedikit cocok bagi pemukiman yang berkelompok.
b. Bujur Sangkar (Square)
Tipe ini muncul di persilangan jalan. Dapat muncul di pemukiman berbentuk segi empat
panjang yang terbaagi atas empat blok.
c. Desa Memanjang (Elongated)
Kondisi alam dan budayawi setempat telah membatasi terjadinya pemekaran desa ke
arah-arah tertentu sehingga dipaksa memanjangkan diri.
BUNGA BUDIARTA T.P 12
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
d. Desa Melingkar (Circular)
Bentuk ini diwarisi oleh zaman ketika kawasan pemukiman masih kosong. Desa dibangin
diatas urugan tanah, sehingga dar luar nampak seperti benteng dengan lubang untuk
keluar-masuk.
e. Tipe Beruji (Radial Plan)
Jika pusat desa berpengaruh besar atas perumahan penduduk, maka tercapai bentuk
beruji. Pengaruh tersebut berasal dari sebuah istana bangsaawan, rumah ibadat ataupun
pasar.
f. Desa Poligonal (Polygonal)
Karena desa tak pernah dibangun menurut rencana tertentu, maka nampak bentuk-bentuk
luar yang serba aneka. Bentuk poligonal ini ada diantara bentuk melingkar dan segi empat
panjang.
g. Pola Tapal Kuda (Horse Shoe)
Ini dihasilkan oleh suatu gunduk, bukit, ataupun ledokan, sehingga pola desa menjadi
setengah melingkar.
h. Tak Teratur (Irregular)
Desa yang masing-masing rumahnya tak karuan alang-ujurnya.
i. Inti Rangkap (Double Nucleus)
Desa kembar sebagai hasil dari bertemunya dua pemukiman yang saling mendekat;
misalnya akibat dari lokasi stasiun kereta api diantaranya.
j. Pola Kipas (Fan Pattern)
Ini tumbuh dari suatu pusat yang letaknya di salah satu ujung pemukiman; dari situ jalan
raya menuju ke segala arah.
k. Desa Pinggir Jalan Raya (Street)
Desa ini memanjang jalan raya; biasanya pasar terdapat di tengah dan jalan kereta api
menyusur jalan raya tersebut.
l. Desa Bulat Telur (Oval)
Sengaja dibuat menurut rencana yang demikian.
BUNGA BUDIARTA T.P 13
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
8. Perkembangan Desa
Berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa, ada beberapa tipe desa. Tiper-tipe
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Desa sangat tertinggal atau disebut desa pratama, yakni desa yang mengalami kerentaan
karena masalah bencana alam, konflik sosial, guncangan ekonomi sehingga tidak
memilki kemmpuan untuk mengelola sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi serta
mengalami kemiskinan.
b. Desa tertinggal atau desa pramadya, yakni desa yang memiki potensi sosial ekonomi,
ekologi tetapi belum atau kurang dikelola dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat sehingga kondisi masyaraat di desa tersebut mengalami kemiskinan.
c. Desa berkembang atau desa madya, yakni desa yang berpotensial menjadi desa maju,
memilki potensi sumber daya sosial, ekonomi, ekologi tetapi belu mengelolanya secara
optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa serta kualitas hidup manusia
untuk menanggulangi kemiskinan.
d. Desa maju atau prasembada yakni desa yang memilki potensi sumber daya sosial,
ekonomi dan ekologi serta kemampuan mengelolanya untuk peningkatan kesejahtraan
masyarakat desa, kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan.
e. Desa mandiri atau desa sembada, yakni desa maju yang memilki kemampuan
melaksanakan pembangunan desa untuk peningkatan kualitas hidup dan kehidupan yang
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa dengan ketahanan sosial, ekonomi dan
ketahanan ekologi secara berkelanjutan.
Berdasarkan tingkat pembangunanya desa juga dapat dikelompokkan dalam kelompok desa
berikut :
a. Desa Swadaya
Desa swadaya merupakan kondisi suatu desa yang sebagian besar masyarakatnya
memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan tidak bergantung pada pemerintah atau
orang lain. Adapun ciri-cirinya adalah:
• Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik.
• Lembaga desa masih sederhana.
• Aktivitas / kehidupan masyarakat masih terikat oleh adat istiadat.
• Tingkat pendidikan masyarakat rendah.
BUNGA BUDIARTA T.P 14
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
• Kegiatan penduduk dipengaruhi oleh keadaan alam.
• Mata pencaharian penduduk pada umumnya bertani.
• Teknologi yang digunakan masih sederhana sehingga tingkat produktivitasnya
rendah.
• Kegiatan ekonomi masyarakat ditujukan pemenuhan kebutuhan sendiri.
• Umumnya masyarakat cenderung tertutup sehingga sistem perhubungan dan
pengangkutan kurang berkembang.
b. Desa Swakarya
lebih maju dibandingkan desa swadaya. Desa ini adalah desa yang sedang mengalami
masa transisi, ciri-cirinya sebagai berikut:
• Adat istiadat masyarakat sedang mengalami transisi.
• Adanya pengaruh dari luar yang mulai masuk ke masyarakat desa dan
mengakibatkan perubahan cara berfikir.
• Mata pencaharian penduduk mulai beraneka ragam, tidak hanya pada sektor
agraris.
• Produktivitas mulai meningkat.
• Sarana dan prasarana desa semakin lengkap dan membaik.
• Mulai tumbuh kesadaran serta tanggung jawab masyarakat untuk membangun
desa.
• Roda pemerintahan desa mulai berkembang baik dalam tugas maupun fungsinya.
• Bantuan pemerintah hanya bersifat sebagai stimulus.
c. Desa Swasembada
Desa swasembada adalah desa yang telah maju, ciri-cirinya sebagai berikut:
• Adat istiadat sudah tidak mengikat aktivitas masyarakat.
• Lembaga-lembaga sosial, ekonomi, dan kebudayaan yang ada sudah dapat
menjaga kelangsungan hidup masyarakat.
• Sarana dan prasarana desa sudah meningkat.
• Teknologi semakin maju sehingga produktivitas meningkat.
• Mata pencaharian masyarakat sudah beranega ragam.
• Tingkat pendidikan dan ketrampilan penduduk telah tinggi sehingga cara
berfikirnya telah maju (rasional).
BUNGA BUDIARTA T.P 15
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
• Kondisi transportasi sudah baik sehingga berpengaruh terhadap kelancaran
hubungan dengan daerah lain.
• Pada desa swasembada, sistem perhubungan dan pengangkutan tersedia dengan
baik. Masyarakat tidak mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitasnya
karena berbagai sarana dan prasarana sudah tersedia.
9. Gambaran Desa secara Ekologis
Gambar 9.1 Peta Kampung Salamungkal di Jawa Barat
Peta terlampir melukiskan suatu kampung (dukuh) di Jawa Barat bernama Salamungkal
di luar Kota Bandung pada tahun 1982; letaknya pada ketinggian 800mdpl dan berpenduduk
±1.264 jiwa yang terbagi atas 150 kepala keluarga atau rumah tangga.
Dukuh tersebut laksana sebuah pulau yang terapung di tengah lautan persawahan hijau.
Di dalam dukuh tersebut terdapat rumah-rumah penduduk tersebar di pekarangan masing-
masing. Setiap pekarangan masih dihiasi lagi dengan berjenis-jenis pohon buah-buahan, kolam
ikan, dan kandang kambing. Di sisi Selatan dan Barat dukuh tersebut nampak jalan desa yang
menyusurinya, dan sedang di dalam dukuh air sawah dialirkan dari lereng-lereng bukit di bukit
di luar desa. Adapaun untuk membersihkan bahan pangan dan mencuci pakaian dipakai air yang
mengalir dari kolam-kolam ikan; jadi yang asalnya dari air sawah. Kebiasaan hidup seperti itu
menyebabkan banyak anak-anak berpenyakit cacingan.
BUNGA BUDIARTA T.P 16
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
Dalam masing-masing pekarangan penduduk menanam bermacam-macam tanaman seperti
pisang, ketela, sayuran; tanaman keras berupa kelapa, bambu, dan pohon buah-buahan lainnya.
Di bayangan vegetasi itu semua, ditambah dengan yang tumbuh di sepanjang pagar batas
pekarangan, dapat ditemukan aneka tumbuhan yang digunakan untuk bumbu masak-masakan
artaupun untuk obat-obatan sehari-hari.
10. Desa di Daerah Transmigrasi
Ketika pada tahun 1977 Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri (Surakarta) mulai
dibangun, penduduk wilayah tersebut yang diungsikan ke Sumatera dengan cara transmigrasi
bedol desa sudah pendapatkan pemukiman yang baru di Sitiung. Proyek transmigrasi di pinggir
Trans Sumatera Highway ini terletak di provinsi Sumateraa Barat yang mampu menyajikan areal
persawahan baru seluas 27.000 ha; adapaun seluruh luas areal yang digenangi oleh air Waduk
Gajah Mungkur ada 40.000 ha yang terdiri atas dukuh-dukuh pemukiman, tegalan, serta sawah-
sawah.
Jumlah penduduk yang ditransmigrasikan ada sebanyak 67.517 kepala keluarga. Secara
bertahap mereka itu telah berhasil dimukimkan kembali; masing-masing angkatan ada kurang
lebih 500 kepala keluarga, untuk tiap kepala keluarga disediakan 1,25 ha sawah, 0,75 ha tegaalan,
dan 0,25 ha pekaraangan di sekitar rumah tinggal. Lokasi proyek transmigrasi Sitiung tidak di
hutan liar akan tetapi diapit oleh pemukiman penduduk asli yang telah lama ada.
11. Potensi Desa
Potensi desa merupakan kemampuan yang mungkin dapat dimanfaatkan dalam
pembangunan desa, mencakup potensi alam, potensi manusia dan hasil kerja manusianya.
Potensi yang dimiliki suatu wilayah akan berpengaruh terhadap perkembangan wilayah tersebut.
Wilayah yang memiliki potensi yang baik akan menjadi wilayah yang maju. Bintarto
membedakan potensi desa menjadi potensi fisik dan non fisik
a) Potensi fisik meliputi :
• Tanah sebagai sumber tambang dan mineral, sumber tanaman, bahan makanan
dan tempat tinggal
• Air, kondisis air untuk irigasi dan untuk keperluan hidup sehari-hari
• Iklim yang penting untuk kegiatan agraris.
• Ternak sebagai sumber tenaga,bahan makanan dan sumber pendapatan
BUNGA BUDIARTA T.P 17
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
• Manusia, baik sebagai sumber tenaga kerja potensial, sebagai pengolah lahan dan
juga produsen bidang pertanian, juga sebagai tenaga kerja di bidang non
pertanian.
b) Potensi non fisik meliputi :
• Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong;
• Lembaga-lembaga sosial, pendidikan dan organisasi-organisasi sosial yang dapat
membimbing memajukan masyarakat;
• Aparatur atau pamong desa, untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta
kelancaran pemerintahan desa.
Menurut Departemen Dalam Negeri RI komponen-komponen potensi desa terdiri atas:
1) Komponen alami yang mencakup faktor:
• Lokasi
• Luas desa
• Keadaan tanah
• Keadaan air
• Keadaan alamnabati dan hewani.
2) Manusia dengan memperhatikan faktor:
• Jumlah penduduk
• Penyebaran
• Karakteristiknya (umur, jenis kelamin, adat istiadat, organisasi kemasyarakatan,
pendidikan, kesehatan dan nutrisi, serta swadaya dan gotong royong masyarakat
desa).
3) Kegiatan ekonomi:
• Agraris (primer): pertanian,perikanan,peternakan, pengumpulan hasil hutan
• Industri/kerajinan (sekunder)
• Perdagangan dan jasa (tersier)
4) Prasarana yang ada:
• Perhubungan dan komunikasi
• Pengairan dan produksi
• Pemasaran
• Pendidikan dan kesehatan
BUNGA BUDIARTA T.P 18
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
B. STRUKTUR KERUANGAN SERTA PERKEMBANGAN KOTA
1. Hakikat Kota
Mayer melihat kota sebagai tempat bermukim penduduknya, baginya yang penting
dengan sendirinya bukan rumah tinggal, jalan rayan , rumah ibadah, kantor, taman, kanal, dan
sebagainya, melainkan penghuni yang menciptakan segalanya itu. Meski kota dipandang sebagai
pemukiman dan wadah komunikasi manusia penting, untuk memahami faktor manusianya yang
esensial. Ini menyangkut nilai-nilai, perasaan, kenang-kenangan mereka bersama dalam
berorganisasi. Kota memang mewujudkan ciptaan peradaban; meskipun ini lahirnya dari
pedesaan. Pedesaan dirasa sebagai kawasan yang melingkupi kota; kota memiliki jiwanya sendiri
: organisasinya, kesenian, dan kebudayaannya sendiri.
Mumford lebih melihat kota sebagai suatu tempat pertemuan yang berkiblat keluar.
Malah sebelum kota menjadi tempat tinggal tetap, orang-orangnya pulang-balik dari pedesaan
untuk berjumpa secara teratur. Di situ kota seperti magnet yang semakin kuat tarikannya baik
bagi perekonomiannya maupun keagamaan.
Max Weber memandang suatu tempat itu kota, jika penghuninya sebagian besar telah
mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar setempat. Adapun barang-barangnya dibuat
setempat pula ditambah yang dari pedesaan. Ini dasar sifat kosmopolitan kota yang menjadi
hakikat kota; sehubungan itu ciri khas kota adalah pasarnya.
Christaller dengan “central place theory” menunjukkan fungsi kota sebaga
penyelenggaraan dan penyediaan jasa-jasa bagi sekitarnya; kota itu sebagai pusat pelayanan. Jadi
kota pertama-tama bukannya tempat permukiman, melainkan pusat pelayanan. Sejauh manakah
kota menjadi pusat pelayanan bergantung kepada sejauh mana pedesaan sekitarnya
memanfaatkan jasa-jasa kota.
Sjoberg melihat lahirnya kota lebih dari timbulnya suatu golongan spesialis non-agraris,
di mana yang berpendidikan merupakan bagian penduduk yang terpenting. Mereka itu adalah
para literati yakni golongan pujangga, sastrawan, dan ahli keagamaan, itulah titik awal kota. Baru
berikutnya muncul pembagian kerja tertentu dalam kehidupan kota.
Wirth merumuskan koa sebagai permukiman yang relatif besar padat dan permanen
dengan penduduk yang heterogen kedudukan sosialnya. Karena itu hubungan sosial antar
penghuninya serba longgar, acuh, dan relasinya tak pribadi (impersonal relations).
BUNGA BUDIARTA T.P 19
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
Marx dan Engels memandang kota sebagai perserikatan yang dibentuk guna melindungi
hak dan guna memperbanyak alat produksi untuk mempertahankan diri para penduduknya.
Bedanya dengan desa, di kota terjadi pemisahan yang besar antara kegiatan rohani dan materi.
Individu-individu terbagi atas dua golongan kegiatan itu sehingga terasa adanya pemencilan.
(alinenasi).
Harris da Ullman melihat kota sebagai pusat untuk permukiman dan pemanfaatan bumi
oleh manusia. Manusia di situ unggul mengeksploitasi bumi; buktinya pertubuhan kota pesat dan
mekarnya terus menerus. Tetapi sambil mekar, terjadi pemiskinan bagi manusianya, sehingga
muncul berbagai masalah sosial.
2. Pengertian Kota
Burkhard Hofmeister berpendapat bahwa kota merupakan suatu pemusatan keruangan
dari tempat tinggal dan tempat kerja manusia. Menurut Michael Pacione, kota merupakan pusat
produksi dan konsumsi ekonomi, arena jaringan sosial dan kegiatan buadaya, serta pusat
pemerintahan dan administrasi.
Menurut Bintarto, kota merupakan suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang
ditandai degan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosio-ekonomi yang
heterogen dan coraknya materialistis. Kota juga dapat dilihat sebagai bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan nonalami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk
yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah belakangnya.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman
Perencanaan Kawasan Perkotaan, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
BUNGA BUDIARTA T.P 20
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
Gambar 2.1 Kawasan Perkotaan
3. Kriteria dan Bentuk Kawasan Perkotaan
Kriteria kawasan perkotaan meliputi hal-hal berikut:
a. Memilki karakteristik kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau mata pencaharian
utama penduduknya industri, perdagangan dan jasa
b. Pemusatan dan distribusi pelayanan barang dan jasa didukung prasarana dan sarana
termasuk pergantian moda transportasi dengan pelayanan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan
Bentuk-bentuk kawasan perkotaan berupa:
a. Kota sebagai daerah otonom
b. Bagian daerah kabupaten yang memilki ciri perkotaan
c. Bagian dari dua atau lebih daerah kabupaten yang berbatasan langsung dan memilki ciri
perkotaan
4. Unsur dan Karakteristik Kota
Menurut Melville C.Branch, seorang ahli tata kota Amerika Serikat, suatu kota dapat
ditinjau dari aspek fisik, sosial, dan ekonomi :
a. Aspek Fisik Kota
Berdasarkan aspek fisik, kota merupakan kawasan terbangun yang saling berdekatan dan
meluas dari pusat ke wilayah pinggiran atau wilayah geografis yang didominasi oleh struktur
binaan. Karakteristik fisik kota dipengaruhi oleh unsur-unsur berikut :
BUNGA BUDIARTA T.P 21
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
• Bentuk dan fitur lahan yang memengaruhi unsur-unsur yag berada di dalam kota.
• Bangunan seperti perkotaan yang paling jelas terlihat.
• Struktur atau bangunan infrastruktur seperti jembatan, gorong-gorong, saluran irigasi dan
pengendali banjir, jalur transportasi, jaringan utilitas umum, gardu-gardu listrik sebagai
bentuk pola penggunaan lahan.
• Ruang terbuka, seperti taman, tempat bermain, tempat rekreasi, landasan pesawat
terbang, tanah-tanah pertanian dan makam umumnya semakin ke tepi kota dan meluas.
• Kepadatan perkotaan mengacu pada sebaran konsentrasi bangunan dan kegiatan
produktif penduduk.
b. Aspek Sosial Kota
Karakterisik sosial kota dipengaruhi oleh unsur-unsur berikut :
• Jumlah kompsisi penduduk yang selalu mengalami perubahan sesuai dengan angka
kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk
• Keruangan, dimana ada distribusi penggunaan lahan dan penduduk.
c. Aspek Ekonomi Kota
Ekonomi perkotaan dapat ditinjau dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
• Ekonomi publik terkait dengan kegiatan ekonomi pemerintahan kota sebagaimana
terlihat pada anggaran pendapatan dan belanja kota.
• Ekonomi swasta terkait dengan kegiatan ekonomi perusahaan swasta dalam penyediaan
barang dan jasa yang tujuan utamanya mencari keuntungan.
• Ekonomi khusus terkait dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh badan-badan
usaha nonprofit para pekerja sukarela, dan berbagai organisasi yang bebas pajak.
Dari aspek fisik, sosial dan ekonomi, kita dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa
kriteria suatu kota. Kota memilki kriteria-kriteria diantaranya sebagai berikut :
a. Jumlah penduduk yang besar
b. Pemusatan kegiatan non pertanian
c. Pusat kegiatan industri dan perdagangan
d. Konsentasi kawasan terbangun
e. Masyarakat heterogen
f. Ada berbagai lembaga sosial, ekonomi dan politik
g. Ada berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial
BUNGA BUDIARTA T.P 22
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
5. Fungsi Kota
Menurut Dickinson, ada 3 fungsi kota. Ketiga fungsi kota itu adalah sebagai berikut :
a. Kota memiliki fungsi budaya. Kota menjadi tempat permanen yang pertama untuk
lembaga-lembaga budaya.
b. Kota memilki fungsi administratif. Fungsi ini mengacu pada kegiatan yang dipusatkan di
kota untuk mengatur wilayah di sekitarnya.
c. Kota memiliki fungsi ekonomi. Fungsi ini berkaitan dengan berbagai kegiatan ekonomi,
seperti industri dan perdagangan.
Ketiga fungsi kota ini terlihat dalam bentuk bangunan kota yang berbeda-beda. Lebih
perinci, kota memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Kota sebagai pusat pemerintahan
b. Kota sebagai pusat pendidikan
c. Kota sebagai pusat pelayanan kesehatan
d. Kota sebagai pusat produksi
e. Kota sebagai pusat perdagangan
f. Kota sebagai pusat kebudayaan
g. Kota sebagai pusat rekreasi
6. Tingkatan Perkembangan Kota
a. Berdasarkan jumlah penduduknya, di Indonesia kota dapat dibedakan atas :
• Kota kecil : 20.000 - < 100.0000 orang
• Kota sedang : 50.000 - < 500.000 orang
• Kota besar : 500.000 - < 1000.000 orang
• Kota metropolis : 1000.000- 5.000.000 orang
• Kota megapolitan : lebih dari 5.000.000 orang
b. Berdasarkan Tahap Perkembangannya
Lewis Mumford dalam Rahardjo (1982:1) mengklasifi kasi kota berdasarkan tingkat per
kembangannya sebagai berikut:
• Tahap neopolis, yaitu suatu wilayah yang berkembang dan sudah diatur ke
kehidupan kota.
BUNGA BUDIARTA T.P 23
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
• Tahap polis, kota yang masih memiliki ciri kehidupan agraris, sebagai pusat
keagamaan dan pemerintahan.
• Tahap metropolis, yaitu kota besar, kota induk yang perekonomiannya sudah
mengarah ke sektor industri.
• Tahap megalopolis, wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa kota metropolis
yang berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yang sangat besar
dan telah mencapai tingkat tertinggi.
• Tahap tiranopolis, kota yang sudah mengalami kemerosotan moral dan akhlak
manusianya, diliputi oleh kerawanan sosial dan sulit dikendalikan, misalnya angka
kriminalitas yang tinggi, kemacetan lalu lintas, kerusakan lingkungan.
• Tahap nekropolis, kota yang kehidupannya mulai sepi, menuju kearah keruntuhan,
bahkan berkembang menjadi kota mati, kota yang sudah mengalami kehancuran
peradabannya.
7. Tipologi Kota
Ada banyak pendapat tetang tipologi kota. Ada berbagai dasar untuk merumuskan
tipologi kota. Salah satunya berdasarkan fungsi kota. Dalam menggambarkan lokasi kota
sesuai fungsinya menurut Aurousseau, ada enam tipologi kota. Keenam tipologi kota itu
adalah sebagai berikut :
a. Kota adaministrasi adalah kota yang menjadi ibukota sutau wilayah .
b. Kota pertahanan adalah kota yang memilki fungsi dominan terkait dengan keamanan dan
pertahanan negara.
c. Kota budaya adalah untuk tujuan budaya. Kota-kota ini dicirikan oleh kapasitas yang luar
biasa untuk mempertahankan daya tahan mereka melalui periode waktu yang panjang.
d. Kota produksdi adalah kota kota yang terkait dengan kegiatan produksi, baik produksi
massal atau kerajinan khusus.
e. Kota komunikasi adalah kota-kota yang bertindak sebagai penghubung dalam rantai
komunikasi.
f. Kota rekreasi adalah kota sebagai tujuan rekreasi. Termasuk pusat kesehatan, wisata, dan
tempat-tempat hiburan.
BUNGA BUDIARTA T.P 24
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
Klasifikasi kota berdasarkan bentuknya, menurut Yunus secara garis besar kota dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok yakni bentuk kota kompak/padat dan bentuk kota tidak
kompak/ padat.
a. Kota padat, merupakan kota yang memilki kepadatan penduduk tinggi dan konsentrasi
fungsi sosio ekonomi untuk mengurangi penggunaan energi, kerusakan lingkungan dan
kota acak. Berikut merupakan bentuk kota kompak
1) Bentuk Kota Persegi
Kota bentuk persegi, merupakan
komunitas daratan yang berasal dari
pusat perdagangan perdesaan
2) Bentuk Kota Persegi Panjang Kota bentuk persegi empat persegi
3) Bentuk Kota Pita panjang, bentuk ini menggambarkan
adanya perkembangan areal kota pada
sisi berbeda. Perkembangan areal kota
lebih besar pada sisi yang memanjang
daripada sisi yang melebar
Kota bentuk pita, bentuk ini hampir
sama dengan bentuk kota persegi
panjang tetapi dimensi panjangnya
jauh lebih lebar daripada dimensi
lebarnya
BUNGA BUDIARTA T.P 25
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
4) Bentuk Kota Bulat Kota bentuk bulat, bentuk ini
merupakan bentuk kota yang ideal.
5) Bentuk Kota Kipas Kota dengan bentuk ini memberikan
memberikan kesempatan berkembang
6) Bentuk Kota Gurita yang seimbang untuk seluruh
wilayahnya
7) Bentuk Kota Tidak Berpola
Kota bentuk kipas, bentuk ini
menggambarkan kesempatan
perkembangan ke arah luar lingkaran
kota relatif seimbang
Kota bentuk gurita, bentuk kota seperti
ini, jalur transportasi berperan penting.
Jalur transportasi yang ada tidak hanya
satu. Ada beberapa jalur yang
mengarah ke luar kota
Kota tidak berpola, kota dengan bentuk
ini dapat ditemukan di daerah dengan
kondisi geografis khusus dimana telah
ada kendala pertumbuhan kota itu
sendiri
BUNGA BUDIARTA T.P 26
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
b. Kota tidak padat, adalah kawasan perkotaan yang memilki wilayah terpisahpisah oleh
kenampakan bukan perkotaan dalam bentuk topografis maupun kenampakan agraris.
Kota yang termasuk bentuk tidak kompak adalah sebagai berikut :
1) Bentuk Kota Terpecah
Kota bentuk terpecah, bentuk kota ini
berawal dari kota-kota dengan bentuk
kompak yang seiring berjalannya
waktu, perluasan wilayah perkotaan
terjadi
2) Bentuk Kota Berantai
Kota bentuk berantai, merupakan
bagian dari bentuk pecah hanya saja,
bentuk berantai terbentuk ketika
bentuk terpecah terjadi hanya di
sepanjang rute tertentu
3) Bentuk Kota Terbelah Kota bentuk terbelah, bentuk ini
4) Bentuk Kota Stellar menggambarkan bentuk kota yang
kompak, tetapi sektor terbelah oleh
BUNGA BUDIARTA T.P perairan yang lebar
Kota bentuk stellar, bentuk ini dapat
ditemukan pada kota-kota besar yang
dikelilingi kota-kota satelit. Penggabungan
kota besar utama dengan kota-kota satelit
disekitarnya terlihat seperti talapak katak
pohon
27
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
8. Stadia Kota
Stadia kota menurut Griffith Taylor yaitu:
a. Stadia Infantile, antara daerah domestik dan daerah perdagangan tidak nampak pemisah,
batas antara kaya dan miskin tidak jelas, toko dan rumah pemilik masih menjadi satu.
b. Stadia Juvenile, nampak bahwa kelomppok perumahan tua mulai tergeser oleh
perumahan baru, mulai ada pemisah antara permukiman dengan pertokoan.
c. Stadia Mature, banyak timbul daerah-daerah baru seperti daerah industri, perdagangan
dan permukiman yang sudah mengikuti rencana tertentu.
d. Stadia Senile, stadia kemunduran kota. Dalam setiap zona terjadi kemunduran karena
kurangnya pemeliharaan yang disebabkan sumber dana kota sangat kecil atau karena
terjadi perpindahan penduduk kota usia muda (produktif) ke kota lain.
9. Pola Keruangan Kota
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk funsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pola
ruang kota harus selaras dengan alam dan memanfaatkan sepenuhnya faktor alam. Dengan
ini, pola keruangan dapat berguna dan berkelanjutan. Pola keruangan tentu perlu
direncanakan dengan baik agar kota dapat berkembang sesuai fungsinya.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomro 20/Prt/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota, rencana
pola ruang terdapat dalam rencana detail tata ruang (RDTR) kabupaten/kota. RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi kabupaten/kota.
Rencana pola ruang yang terdapat dalam RTDR merupakan rencana distribusi subzona
peruntukan zona lindung dan zona budidaya.
a. Zona lindung meliputi hal-hal berikut :
1) Zona hutan lindung, peruntukkan ruang yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan.
2) Zona yang memberikn perlindungan di bawahnya seperti zona bergambut dan
resapan air.
BUNGA BUDIARTA T.P 28
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
3) Zona ruang terbuka hijau kota, meliputi taman RT, taman RW, taman kota dan
pemakaman.
4) Zona suaka alam dan cagar budaya, zona ini merupakan peruntukkan ruang yang
memilki ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai kawasan pengawetan keberagaman jenis tumbuhan, satwa dan
ekosistemnya.
5) Zona rawan bencana alam, meliputi zona rawan tanah logsor , zona rawan gelombang
pasang dan zona rawan banjir.
b. Zona budidaya meliputi hal-hal berikut :
1) Zona perumahan, yakni peruntukkan ruang yang terdiri atas kelompok rumah tinggal
yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan
fasilitasnya.
2) Zona perdagangan dan jasa adalah peruntukkan ruang yang difungsikan untuk
pengembangan kegiatan usaha yang bersifat untuk pengembangan kegiatan usaha
yang bersifat komersial, tempat bekerja, tempat berusaha, serta tempat hiburan dan
rekreasi, serta fasilitas umum/ sosial pendukungnya.
3) Zona perkantoran, yakni peruntukkan ruang yang merupakan bagian dari kawasan
budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan
tempat bekerja/berusaha.
4) Zona sarana pelayanan umum, yakni peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan
sosial budaya
5) Zona industri, yakni peruntukan ruang untuk industri. Industri adalah kegiatan
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setegah jadu dan atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunannya termasuk
kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri
6) Zona peruntukan khusus, yakni peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampug peruntukanperuntukan
khusus hankam, TPA sera Istalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL).
7) Zona peruntukkan campuran, yakni zona budi daya dengan beberapa peruntukan
fungsi dan atau bersifat terpadu , seperti perumahan, perdagangan jasa, perumahan,
perkantoran.
BUNGA BUDIARTA T.P 29
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
8) Zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkantoran yang antara lain
meliputi zona pertanian , zona pertambangan dan zona pariwisata.
10.Struktur Kota
Struktur ruang kawasan perkotaan dipengaruhi oleh fungsi kota tersebut. Pada kota
industri, struktur kota akan cenderung mengarah pada jenis kegiatan industri. Struktur kota
dapat ditinjau dari dua aspek yakni striktur ekonomi kota yang berkaitan dengan pusat
kegiatan ekonomi penduduk kota dan struktur intern kota yang berhubungan dengan struktur
bangunan dan demografis.
Berbagai teori telah diembangkan untuk mengembangkan dan menjelaskan struktur
ruang kota. Teori-teori itu mencoba memberi penjelasan tentang pola penggunaan lahan dan
distribusi kelompok populasi di dalam kota. Berikut merupakan beberapa penjelasan terkait
teori-teori struktur ruang kota.
a. Teori Konsentris,
Teori ini hasil telaah Burgess atas struktur kota besar Chicago pada tahun 20-an, yang
kemudian diterbitkan berupa bukunya The City (1925). Sosiolog beraliran human ecology
ini mengemukakan gagasan bahwa kota-kota itu memekarkaan diri bermula dari pusat
aslinya, sehingga nantinya oleh datangnya tambahan penduduk secara bertahap meluas ke
wilayah-wilayah tepi-tepi dan keluar. Setiap saat pengamat dapat menemukan zone-zone
beberapa buah yang bentuknya konsentrassi sehingga ini kepada kota-kota di pedalaman
memberikan struktur bergelang mengikuti aliran air; ini nampak misalnya pada bentuk kota
Amsterdam. Setiap rangkaian cincin mewakili zona penggunaan lahan perkotaan yang husu
yaitu sebagau berikut :
Gambar 10.1 Model Zona Konsentris dari Ernest W.Burgess 30
BUNGA BUDIARTA T.P
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
• Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK/CBD).
Daerah ini merupakan pusat segala ke giatan, antara lain sosial, politik, budaya, ekonomi
dan teknologi. Terdapat pusat per tokoan besar (Dept Store), gedung perkantoran
bertingkat, bank, hotel, restoran dan sebagainya.
• Zona 2 : Daerah Peralihan (DP) atau zona transisi.
Zona ini merupakan daerah yang meng alami penurunan kualitas lingkungan
permukiman yang terus menerus, dan makin lama ma kin hebat. Penyebabnya karena
adanya intrusi fungsi yang berasal dari zona 1 sehingga perbauran permukiman dengan
bangunan non permukiman mempercepat penurunan kualitas ling kungan. Perdagangan
dan industri dari zona 1 banyak mendesak daerah permukiman. Di daerah ini sering
terdapat daerah kumuh (slums area), dan penduduknya yang miskin.
• Zona 3 : Zona permukiman para pekerja yang bebas (ZPPB) atau zone of
independent workingmenshomes, zona permukiman kelas proletar
Zona ini banyak ditempati pekerja-pekerja pabrik, industri dan lain sebagainya yang ber
peng hasilan kecil. Ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil dan rumah susun sederhana
yang dihuni keluarga besar. Kondisi permukiman lebih baik dibandingkan dengan zona
2, walaupun sebagian penduduknya masih masuk ka tegori menengah kebawah.
• Zona 4 : Zona permukiman yang lebih baik (ZPB), atau zona permukiman kelas
menengah (residential zone)
Zona ini merupakan kompleks perumahan penduduk yang berstatus ekonomi me nengah-
tinggi. Walaupun status ekonomi penduduknya tidak sangat baik, tetapi stabil,
permukiman teratur. Fasilitas permukiman terencanan dengan baik sehingga tempat
tinggal cukup nyaman.
• Zona 5 : Zona penglaju atau commuters zone
Zona ini merupakan daerah yangmemasuki daerah belakang (hinterland), atau
merupakan daerah batas desa-kota. Penduduk bekerja di kota tetapi bertempat tinggal di
pinggiran kota.
BUNGA BUDIARTA T.P 31
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
b. Teori Sektoral
Menurut teori Homer Hoyt struktur ruang kota cenderung lebih berkembang berdasarkan
sektor dari pada berdasarkan lingkaran-lingkaran konsentis. Teori ini mengelompokkan
penggunaan lahan kota menjulur seperti irisan kue tart. Hal ini terjadi akibat faktor geografis,
seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi.
Menurut Homer Hoyt, struktur ruang kota berkembang sebagai berikut. :
Gambar 10.2 Struktur ruang kota menurut Homer Hoyt
• Zona 1 : Central Business District (CBD) yang terdiri atas: bangunan- bangunan
kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan pusat perbelanjaan
• Zona 2 : Zona daerah grosir dan manufaktur (wholesale light manufacturing zone).
Transpor tasi dan komunikasi sangat berperan dalam menghubungkan daerah CBD
dengan daerah luar.
• Zona 3 : Zona pemukiman kelas rendah. Zona ini memiliki pola pemukiman
memanjang mengikuti rute transportasi.
• Zona 4 : Zona pemukiman kelas menengah. Rumah rumah berkapling besar dan
kondisi lingkungan baik.
• Zona 5 : Zona pemukiman kelas tinggi yang ditinggali penduduk dengan status
sosial tinggi yang butuh kepuasan dan kenyamanan.
Berdasarkan pembagian tersebut Homer Hoyt berpendapat bahwa:
1) Daerah-daerah yang memiliki harga tanah atau sewa tanah tinggi biasanya terletak
di luar kota.
BUNGA BUDIARTA T.P 32
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
2) Daerah-daerah yang memiliki sewa tanah dan harga tanah rendah merupakan jalur-
jalur yang bentuknya memanjang dari pusat kota ke daerah perbataan.
3) Zona pusat adalah daerah pusat kegiatan.
c. Teori Inti Berganda (Multiple Nuclei Theory)
Teori Inti Ganda dikembangkan oleh C.D. Harris dan E.L.Ullman pada tahun 1945.
Menurut mereka, struktur ruang kota tidaklah sesederhana dalam teori konsentris karena
sebenarnya tidak ada urutan-urutan yang teratur. Kota berawal dari terbentuknya inti-inti
baru sebagai kutub pertumbuhan yang kemudian mengelompok dan berkembang membentuk
struktur kota. beberapa inti dalam suatu wilayah perkotaan dapat berupa komplek atau
wilayah perindustrian, pelabuhan, komplek perguruan tinggi, dan kota-kota kecil di sekitar
kota besar, terminal bus. Kompleks industri berdekatan dengan sarana transportasi
sedangkan pemukiman berloksi di dekat pusat perbelanjaan dan pendidikan.
Gambar 10.3 Model inti berganda C.D. Harris dan E.L. Ullman 33
Struktur keruangan dalam teri inti ganda adalah sebagai berikut.
1) CBD (Central Business District)
2) Daerah grosisr dan insutri ringan
3) Daerah permukiman kelas bawah
4) Permukiman kelas bawah
5) Permukiman kelas menengah
6) Permukiman kelas atas
7) Daerah industri berat
8) Permukiman suburban
BUNGA BUDIARTA T.P
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
9) Daerah industri suburban
d. Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965 dengan
mengambil lokasi penelitian di Inggris. Teori ini mencoba menggabungkan teori konsentris
dan sektoral, namun penekanan konsentris lebih ditonjolkan.
Gambar 10.4 Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Struktur keruangan dalam teori knsektoral tipe Eropa yakn :
1) Pusat kota.
2) Zona peralihan.
3) Zona rumah kecil sektor C dan D dan zona rumah-rumah lebih besar berdasarkan
hukum di sektor B serta zona rumah-rumah tua yang besar di sektor A.
4) Permukiman pasca 1918 dengan pembangunan pasca 1945 terutama di daerah
pinggiran.
5) Desa-desa yang dihui para penglaju.
• Sektor kelas menengah
• Sektor kelas menengah kebawah
• Sektor kelas pekerja
• Sektor industri dan pekerja kelas terbawah
e. Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin; Griffin dan Ford, 1980)
Teori Konsektoral dilandasi oleh struktur ruang kota di Amerika Latin. Dalam teori ini
disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan dan
lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses perubahan yang cepat sehingga mengancam
BUNGA BUDIARTA T.P 34
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
nilai historis dari daerah tersebut. Pada daerah–daerah yang berbatasan dengan DPK atau
CBD di kota-kota Amerika Latin masih banyak tempat yang digunakan untuk kegiatan
ekonomi, antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah
dan sebagian lain dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran.
Gambar 10.5 Teori Konsektoral Tipe Amerika Latin
Menurut Driffin dan Ford, banyak Kota Amerika Latin memilki struktur keruangan
seperti berikut :
1) Zona 1: CBD
2) Zona 2: daerah perdagangan atau industri
3) Zona 3: sektor permukiman kelas elite
4) Zona 4: permukiman yang lanjut perkembangannya (zone of maturity)
5) Zona 5: daerah berkembang secara setempat (zone of in situ accretion)
6) Zona 6: permukiman liar (zone of peripheral squatter settlements)
f. Teori Lokasi Pertanian
Teori ini dikemukakan oleh Von Thunen. Menurut teori ini pasar merupakan hal utama
yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan budi daya komoditas pertanian secra
komersial. Semakin mudah rusak suatu komoditas pertanian maka semakin dekat seharusnya
ke pasar, sebaliknya semakin tahan lama suatu komoditas pertanian maka dapat semakin jauh
dari pasar.
BUNGA BUDIARTA T.P 35
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
g. Teori Lokasi Industri
Teori ini deikemukakan oleh Weber. Menurut Weber, lokasi suatu industri ditentukan
dengan pertimbangakn berbagai faktor industri seperti :
1) Bahan baku
2) Tenaga kerja
3) Transportasi
4) Pasar
5) Tenaga ahli dan manajemen
6) Bahan bakar
7) Teknologi, dsb.
h. Teori lokasi pusat permukiman yang dikemukakan oleh Christaller
Menurut teori ini pusat-pusat permukiman bersifat hierarkis dimana suatu sitem
permukiman terdiri dari sub-sub permukiman dan seterusnya. Pada setiap tingkatan hierarkis
terdapat berbagai fasilitas umum dan sosial sesuai tingkatanyya seperti sekolah, rumah sakit,
tempat ibadah gedung pertemuan, dsb
11. Potensi Kota
a. Potensi Budaya
Menurut teori ini pusat-pusat permukiman bersifat hierarkis dimana suatu sitem
permukiman terdiri dari sub-sub permukiman dan seterusnya. Pada setiap tingkatan hierarkis
terdapat berbagai fasilitas umum dan sosial sesuai tingkatanya seperti sekolah, rumah sakit,
tempat ibadah gedung pertemuan, dsb
Gambar 11.1 Unsur budaya menjadi salah satu daya tarik kota 36
BUNGA BUDIARTA T.P
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
b. Potensi Ekonomi
Salah satu ciri kota yaitu lahannya yang sempit sehingga disiasati penduduknya dengan
mem bangun gedung-gedung perkantoran bertingkat. Warga kota melakukan kegiatan
ekonomi pada bidang jasa yang membutuhkan spesialisasi seperti tenaga medis dan tenaga
konsultan. Disamping itu, wilayah kota juga terdapat banyak industri dan perdagangan yang
banyak menarik insvestor. Investasi modal akan menggerakkan ekonomi kota.
c. Potensi Sosial
Potensi sosial kota berhubungan dengan fungsi kota sebagai pusat kesehatan dan
kesejahteraan warga. Banyak panti sosial anak dan orang jompo didirikan untuk
meningkatkan kesejahteraan warga kota yang kurang mampu.
d. Potensi Politik
Potensi politik kota berkaitan dengan pusat administrasi dan perpanjangan tangan
pemerintah pusat terkait otonomi daerah. Ibukota propinsi menjadi pusat dari kegiatan
administrasi penduduk.
C. POLA DAN FAKTOR INTERAKSI DESA DAN KOTA
1. Pengertian Interaksi Desa dan Kota
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), interaksi berarti hal saling melakukan
kasi, berhubungan dan memengaruhi. Dengan pengertian ini, kita dapat memahami interaksi
desa dan kota sebagai keterkaitan lintas ruang yang tercemin dalam arus orang, barang, jasa,
keuangan, dan informasi antara desa dan kota. Menurut Bintarto, interaksi merupakan
kontak/hubungan antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala atau masalah
baru. Contohnya desa yang kondisinya buruk dihadapkan dengan kota yang memilki daya
tarik ekonomi yang tinggi akan menimbulkan gejala urbanisasi. Kota yang tercemar
dihadapkan dengan desa yang asri dapat menimbulkan ruralisasi.
2. Pola Interaksi
Interaksi desa dan kota terjadi ketika desa dan kota saling bertindak dan bereaksi,
beradaptasi dan menyesuaikan dalam suatu hubungan yang sistematis. Untuk menganalisis
pola interaksi dapat digunakan dengan teori-teori berikut;
a. Teori Gravitasi
BUNGA BUDIARTA T.P 37
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
Menurut teori ini ada hubungan matematis yang tepat antara kekuatan fenomena yang
diungkapkan secara spasial dan jarak dimana fenomena itu tersebar. Menurut teori ini,
kekuatan interaksi antara kedua wilayah sama dengan jumlah populasi kedua wilayah dibagi
dengan kuadrat jarak antara kedua wilayah. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Rumus Teori Interaksi
b. Teori Titik Henti
Teori ini dekumkakan oleh Converse. Teori ini digunakan untuk memperkirakan posisi
garis batas terluar yang memisahkan wilayahwilayah dominan yang menjadi lingkup
pengaruh (sphere of influence) dari dua buah pusat wilayah yang berdampingan. Teri titik
henti dapat digunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi bangunan fasilitas tertentu,
seperti pusat perdagangan, industri, rumah sakit, dan sekolah antara dua wilayah, agar lokasi
itu lebih diminati penduduk. Secara matematis, teori titik henti dinyatakan dalam bentuk
rumus sebagai berikut.
Gambar 2.2 Rumus Teori Titik Henti 38
BUNGA BUDIARTA T.P
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
c. Teori Potensi Penduduk
Pada teori ini nilai potensi penduduk menggambarkan berapa besar kemungkinan
penduduk di suatu iwlayah untuk mengadakan pergerakan (migrasi) atau berinteraksi dengan
penduduk di wilayah lain. Wilayah-wilayah yang memilki potensi penduduk yang sama
dihubugkan dengan garis-garis khayal pada peta atau isoplet. Untuk mencari nilai potensi
penduduk dari berbagai iwlayah, dapat digunakan rumus berikut.
Gambar 2.3 Rumus Teori Potensi Penduduk
d. Teori Grafik
Teori ini digunakan oleh para ahli geografi untuk menggambarkan struktur tata ruang
jaringan transportasi. Menurut teori grafik tinggi rendahnya interaksi antar wilayah
bergantung pada jumlah jalur transportasi yang membentuk pola-pola jaringan keruangan.
Semakin banyak jalur yang menghubungkan dua wilayah, semakin tinggi mobilitas atau
interaksi antarwilayah itu. Berikut merupaka rumusan indeks beta sebagai bentuk matematis
dari teori grafik.
BUNGA BUDIARTA T.P 39
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
Gambar 2.4 Rumus Teori Grafik
3. Faktor-Faktor Interaksi Desaa dan Kota
Interaksi antara desa dan kota dipengaruhi oleh tiga faktor berikut :
a. Wilayah yang saling melengkapi (regional complementary). Hal ini mungkin terjadi
karena terdapat perbedaan ketersediaan dan kualitas sumber daya di setiap wilayah. Agar
interaksi dapat terjadi, harus ada surplus beberapa sumber daya di suatu wilayah dan
kekurangan sumber daya yang sama di iwlayah yang lain. Dengan kata lain, harus ada
pasokan yang melebihi permintaan lokal di suatu wilayah dan permintaan yang melebihi
pasokan lokal di wilayah yang lain. Kondisi seperti ini akan mendorong terjadinya
interaksi untuk memenuhi kebutuhan wilayah masing-masing.
Gambar 3.1 Bagan konsep wilayah yang saling melengkapi
b. Kesempatan untuk saling intervensi (intervening opportunity), artinya ada kesempatan
bagi kedua wilayah untuk berinteraksi karena keduanya saling membutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan yang tidak dapat mereka penuhi sendiri. Interaksi yang terjadi akan
BUNGA BUDIARTA T.P 40
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
sebanding dengan kebutuhan yang diperlukan. Akan tetapi, kesempatan ini akan
melemah atau terhambat jika ada pihak ketiga yang dapat memenuhi kebutuhan kedua
wilayah tersebut.
Gambar 3.2 Bagan konsep saling intervensi
c. Kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial tranferability). Hal ini sangat
bergantung pada faktor jarak, biaya angkut atau transportasi, dan kelancaran transportasi.
Dalam beberapa kasus tidak mungkin untuk mengangkut barangbarang tertentu dengan
jarak yang sangat jauh karena biaya transportasinya terlalu tinggi. Barang-barang yang
mudah rusak serta banyak barang yang diproduksi di suatu wilayah secara logis akan
leboh mahal jika barang-barang itu dikirim ke daerah-daerah terpencil dengan jarak yang
jauh.
D. DAMPAK PERKEMBANGAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT DESA DAN
KOTA
Setiap kegiatan memilki dampak, begitunjuga dengan adanya perkembangan desa dan
kota. Perkembangan di dalam suatu hal pastinya memberikan dampak baik dampak positif
maupun negatif. Dampak positif terjadi karena adanya kebijakan dan perencanaan terhadap
pembangunan suatu kota sedangkan dampak negatif sebagai dampak yang palig mungkin
untuk disoroti terjadi karena perkembanganya sering tidak terkendali atau tidak
terkoordinasi.
Dampak positif perkembangan kota bagi masyarakat kota antara lain sebagai berikut :
a. Perkembangan kota dapat memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Aibatnya masyarakat mampu mendapatkan akses terhadap pendidikan yang
BUNGA BUDIARTA T.P 41
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
baik, kesehatan yang baik, akses yang besar ke layanan sosial dan peluang untuk kegiatan
sosial budaya.
b. Pekrembangan perkotaan dapat memperluas layanan dasar yang lebih baik, seperti
ketersediaan transportasi umum yang memadai dan ketersediaan air bersih. Selain itu
juga dapat meningkatkan fasilitas penunjang kehidupan masyarakat, seperti rumah sakit
atau puskesmas, sekolah, dan perukiman yang layak.
Dampak negatif perkembangan kota bagi masyarakat kota antara alin sebagai berikut :
a. Arus urbanisasi yang masif, sering tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja
serta lahan permukiman yang cukup. Akibatnya, perkembangan kota terjadi secara cepat
dengan urbanisasi yang tidak terkendali. Hal ini berdampak pada peningkatan
kemiskinan, ketidaksetaraan dan munculnya permukiman liar di daerah kumuh.
b. Kepadatan penduduk, terjadi ketika aktivitas ekonomi yang cederung berada di pusat
kota. Akibatnya banyak orang yang ingin berada sedekat mungkin dengan pusat kota.
Ketidak merataan ekonomi mendorong timbulnya daerah kumuh di daerah pusat kota.
c. Pembangunan yang tidak terarah, terjadi ketika kepadatan penduduk tinggi, kebutuhan
utama adalah area permukiman serta fasilitas yang layanan publik. Di pusat kota harga
tanah menjadi semakin mahal karena tingginya aktivitas ekonomi. Akibatnya daerah-
daerah kumuh bermunculan.
d. Ekosistem terganggu, terjadi ketika meningkatnya aktivitas ekonomi yang dapat
memunculkan kutub-kutub pertumbuhan baru. Daerah industri dan perkantoran
bertambah dan ruang terbuka hijau di perkantoran berdampak pada penuruan kualitas
lingkungan , seperti banjir, penurunan muka air, dan kenaikan suhu udara mikro.
e. Munculnya sektor ekonomi informal dapat terjadi ketika kota engalami perkembangan.
Dalam sektor ekonomi informal, orang menciptakan pekrjaannya sendiri dan
menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membiayai hidup mereka. Fenmena ini
merupakan konsekuensi dari urbanisasi.
Dampak positif perkambangan kota bagi masyarakat desa, antara lain sebagai berikut :
a. Orang yang melakukan urbanisasi mempunyai harapan untuk mendapatkan standar hidup
yang lebih baik.
b. Urbanisasi dapat menjadi strategi alternatif untuk bertahan hidup bagi penduduk desa.
BUNGA BUDIARTA T.P 42
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
Dampak negatif perkembangan kota bagi masyarakat desa antara lain sebagai berikut :
a. Perkembangan kota yang menarik perpindahan penduduk desa ke kota akan membuka
kemungkinan akan berkurangnya tenaga kerja produktif di desa.
b. Perkembangan kota dapat mengubah fungsi lahan yang berdampak bagi biosfer global.
c. Semakin sempitnya lahan pertanian karena perkembangan kota membuat penduduk desa
mengalami kesulitan untuk menghasilkan produk pertanian.
BUNGA BUDIARTA T.P 43
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
EVALUASI
I. Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang tepat.
1. Desa diklasifikasikan berdasarkan perkembangan kehidupan penduduk salah satunya
adalah desa yang bercirikan seluruh kehidupannya tergantung pada alam sekitarnya.
Desa dengan ciri tersebut disebut …
a. Desa Tradisional
b. Desa Swadaya
c. Desa Swasembada
d. Desa Mandiri
e. Desa Swakarya
2. Pola pemukiman yang lebih menguntungkan untuk dikembangakan sebagai wisata desa
adalah …
a. Menyebar di perbukitan
b. Memanjang di tepi sungai
c. Memanjang di tepi pantai
d. Memanjang di jalur jalan raya
e. Mengelompok di dekat mata air
3. Kota yang bercirikan mengalami kemerosotan moral dan akhlak manusianya, diliputi
oleh kerawanan sosial dan sulit dikendalikan, misal angka kriminalitasnya yang tinggi,
kemacetan lalu lintas dan kerusakan lingkungan termasuk tahap kota …
a. Neopolis d. Nekropolis
b. Polis e. Metropolis
c. Tirapolis
4. Kota X merupakan kota yang sudah mati. Menurut tahap perkembangan kota ciri lain
yang muncul pada tahap dengan ciri tersebut adalah …
a. Perkembangan kota berjalan teratur
b. Penduduk mulai meninggalkan kota
c. Sektor agraris masih berlangsung
d. Industri mulai berkembang
e. Tingkat kriminalitas tinggi
BUNGA BUDIARTA T.P 44
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
5. Interaksi antara desa dan kota mendorong banyak terjadi perubahan pada dua wilayah
tersebut. Perubahan ini banyak menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak
positif interaksi desa kota bgi desa antara lain…
a. Pengetahuan penduduk desa semakin bertambah
b. Meningkatnya jumlah pengangguran
c. Kebutuhaan tenaga kerja terpenuhi
d. Memudarnya semangat kerja
e. Tingginnya kepadatan penduduk
II. URAIAN
Jawablah pertanyaan berikut.
1. Perkembangan kehidupan penduduk desa mempengaruhi karakteristik desa. Berdasarkan
perkembangan kehidupan penduduk, desa dibedakan salah satunya yaitu desa tradisonal.
Jelaskan ciri-ciri desa tradisional!
2. Apa keuntungan desa yang memiliki pola memanjang ?
3. Salah satu ciri khas kota yang menonjol adalah terdapat banyak pusat keramaian.
Mengapa pusat-pusat keramaian berkembang di kota ?
4. Diketahui terdapat tiga wilayah pertumbuhan. Jumlah penduduk wilayah A sebanyak
30.000 jiwa, jumlah penduduk wilayah B sebanyak 15.000 jiwa. Jumlah penduduk
wilayah C sebanyak 32.000 jiwa. Jarak antara wilayah A dan wilayah B sekitar 50 km.
Jarak antara wilayah B dan C sekitar 60 km. Maka berapa kekuatan interaksi wilayah A-
B dan wilayah B-C ?
5. Jumlah penduduk kota Sejahtera 90.000 jiwa dan kota Aman 22.500 jiwa. Jarak kedua
kota adalah 18 km. Tentukan lokasi ideal pasar yang akan dibangun di antara dua kota
tersebut !
BUNGA BUDIARTA T.P 45
LET’S LEARN GEOGRAPHY DESA-KOTA
DAFTAR PUSTAKA
Shindu Yasinto, 2016. Geografi Untuk SMA/MA KELAS XII. Jakarta: Penerbit Erlangga
Bintarto, R.1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia
Adisasmita, Raharjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Daldjoeni, N.2017. Geografi Kota dan Desa.Yogyakarta: Penerbit Ombak
Muta’ali, L.2012. Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi
BUNGA BUDIARTA T.P 46