KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberi kami anugrah untuk menulis puisi
ditengah kesibukan kami menjadi guru.
Shalawat serta salam senantiasa kami curahkan kehadirat Baginda Rosul panutan kami,
melalui teladannya, pesan-pesannya yang membuka cahaya pencerahan pada kami, umat Rasulullah
Muhammad SAW.
Antologi puisi ini merupakan buah karya dari tiga guru wanita yang mengajar di MAN 2
Mojokerto. Puisi ini ditulis merupakan kisah hidup, renungan, dan pengalaman diri dari tiga wanita
tersebut.
Ucapan terima kasih kami kepada kawan-kawan di MAN 2 Mojokerto yang banyak ikut
mempengaruhi ruh tulisan puisi kami. Kawan-kawan yang selalu membuka tangan untuk membantu
diberbagai tahapan penulisan antologi puisi ini. Kegairahannya memberi masukan menambah
kegairahan kami bertiga untuk terus berkarya dan menyempurnakan makna puisi kami.
Akhirnya, terima kasih kepada para suami kami dan permata hati-permata hati kami yang
dengan caranya sendiri, ikut memberi ruh pada karya puisi kami.
Demikianlah, tak ada di dunia ini yang sempurna karena kesempunaan hanya milik Allah
SWT. Sapaan, kritik, dan saran sangat kami harapkan demi kemajuan tulisan kami di masa datang.
Dan terakhir dari kami, selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Penulis
PROFIL PENULIS
Mukhlisah lahir di Mojokerto, pada tanggal 12 Maret 1973. Penulis
menempuh program S-1 dengan jurusan Pendidikan Biologi di
IKIP Malang (Universitas Negeri Malang). Saat ini penulis aktif
mengajar di MAN 2 Mojokerto sebagai guru Biologi dan
dipercaya sebagai pembimbing ekstra karya tulis ilmiah siswa yang
sebelumnya juga pernah berkesempatan sebagai staf Pengajar
Biologi di SMA Islam Brawijaya Kota Mojokerto. Domisili saya
di Karang Nongko RT 03/ RW 02 Kec. Sooko Kab. Mojokerto.
Email: [email protected]. No telepon: 081357061379
MENGGAPAI ASA
Di tengah hati yang resah
Kuhapus segala asa dan nestapa
Biar hati patah takkan mungkin jiwa gundah
Kuharus tetap tegar melangkah
Walau dengan tubuh tertatih
Walau dengan jiwa yang letih
Semua kan Sirna
Dalam genggaman cita
Karna kuyakin Allah pasti mendengar rintihan hamba
Dalam ArsyiNya
BIDADARI KECILKU
Hadirmu bak lentera .....
yang mampu menerangi seluruh ruang kalbuku
Sang bintang tersenyum merekah
Pertanda turut pula sambut kehadiranmu
Dedaunan dan ranting-ranting dahanpun menari-nari
Seakan turut serta hanyut dalam kebahagiaan
Bidadari kecilku......
Kau mampu hilangkan segala letihku
Kau mampu hadirkan senyumku
Tawa ceria dari bibir mungilmu
Seakan mampu merengkuh segala cita dan cintaku
Bidadari kecilku....
Sambutlah hari esokmu dengan penuh ceria
Secerah sang surya yang setia menyinari semesta
RINDUKAN KEPASTIAN
Kuhanya mampu berharap yang tak berbatas
Kuhanya mampu berlabuh yang tiada tahu
Kapan akan menepi
Sang bayupun seakan tiada pernah berhenti
Menerpa tubuh yang kian letih
Wahai mentari pagi.....
Tunjukkanlah arah jalan agar kumampu menggapai
Sang dermaga impian
Wahai sang rembulan......
Mengapa kau diam membisu seribu bahasa
Tidakkah kau tahu resah yang menyeruak dijiwaku
Kini kian kaku dan membeku
Wahai sang bintang.....
Kaupun seakan tak berdaya.....
Ataukah sengaja tak mau peduli tentangku
Dimanakah engkau wahai dermagaku...
Lunglai sudah jiwa ini menunggumu...
Sampai kapan kuberlabuh disamudra yang tiada bertepian
RINDANG TAK BERBUNGA
Kupu-kupu mengepakkan sayapnya dan berlalu begitu saja
Sang kumbangpun tiada sudi mendekatimu
Burung-burungpun berkicau dengan asyiknya tuk sekedar bertengger di dahanmu
Dan iapun takkan pernah hiraukan keberadaanmu
Dengan teduhmu ia bahagia
Dengan teduhmu ia mampu bercanda
Mereka semua sungguh penuh damba akan hadirmu
Tetaplah tersenyum wahai sang dedaunan
Tetaplah tegar wahai sang ranting dan dahan
Meski senyummu tiada jua mereka hiraukan
Meski ketegaranmu tiada pernah ia tahu
Namun Rindangmu yang menyejukkan
kan membawa kisah dalam kehidupan
SAWAHKU NAN ELOK
Mentari pagi tampak tersenyum indah merekah
Pertanda sinarnya yang sungguh disambut gembira oleh sang dedaunan
Kupejamkan mata ini sejenak....
Kurentangkan kedua tanganku...
Kurasakan betapa segarnya udara pagi sawahku...
Kupu-kupupun menari-nari lincah di atas dedaunan yang melambai-lambai ....
tertiup sang bayu
Burung-burungpun tampak berkicau ... bernyanyi merdu bersuka ria
Turut menikmati segarnya udara pagi...
Gemercik air yang bening turut berbisik syahdu
Mengalirkan alunan ritmis berirama
Seakan tunjukkan kesetiaanya tuk selalu setia pada sang padi
yang sungguh mendambakannya
UNTUKMU.....SUAMIKU
Meski engkau tak seindah rembulan
Meski engkau tak seterang sang surya
Namun cahaya hatimu mampu menerangi
Seluruh ruang dalam hidupku.....
Hingga waktu bergulir bersamamu kian terasa indah....
Suamiku......
Maafkan aku yang tak mampu merangkai untaian kata cinta
Ku juga tak mampu ungkapkan kata rindu
Kutakkan mampu merayumu.......
Yang kumampu Hanyalah......
ucap kata biasa .......
sikap yang biasa.......
Namun yakinlah wahai suamiku
Istrimu kan senantiasa mendampingi apa adanya dirimu
SELAMAT JALAN IBU
Kala itu bibir ini ini terasa beku, bisu....
Dan tercekat kaku....
Kau angkat kedua telapak tanganku
di atas pipimu yang tampak pucat dan layu...
Senyap hati ini ibuku sayang....
Karena tiada lagi kutemui senyum keteduhan...
Senyum yang pancarkan cinta kasih tulusmu ibu...
Tiada kudengar lagi amarah yang penuh petuah.....
Ibuku sayang.....
Engkau kini tak mampu lagi berucap kata sepatahpun padaku...
Setetes air mata bening yang mengalir
laksana butiran mutiara kasihmu yang terahir ....
Ingin kumenjerit........
Jangan tinggalkan aku ibu...
Kembalikan ibuku ya Robby......
Namun Kutak berdaya dan hanya bersimpuh di jasad ibuku yang sudah layu
PANTAI YANG INDAH
Debur ombak di pantai.....
Bergulung-gulung saling berkejaran.....
Yang akhirnya terhempas di tepi pantai yang jernih
Sang pasirpun dengan tersipu-sipu....
turut serta bersama ombak mengarungi samudra
Kerang-kerang putih bersama sang siputpun turut asyik bercanda gembira
Menikmati suasana pantai yang indah
Di balik batu karang...
Tampak sekelompok ikan kecil
Menari-nari dalam alunan ritmis ombak yang makin mempesona
Sungguh Agung penciptaanMu
Ya robbi......
Seakan samudra ini tiada bertepi......
MUTIARA JIWAKU
Pesonamu sungguh.....
Mampu meluluhlantakkan hatiku
Teduhnya tatapanmu membuat resah dan gundah jiwaku
Tutur kata santunmu membuat hati ini kian merindu
Kusenandungkan lagu rindu untukmu wahai mutiara hatiku
Kurangkaikan sajak cinta sebagai ungkapan
Sejuta rasa yang masih terpendam di jiwa....
MASAKU TELAH HILANG
Ribuan hari-hariku kini telah pergi.....
Kemanakah kan kucari dikau wahai masa...
Kini engkau menghilang takkan mungkin lagi kutemui....
Diheningan malam ini....
Ingin kucoba menelusuri angan-angan ribuan hariku yang silam....
Kucoba mengenang........
Ya robby.....sungguh tak terasa ....
Kini usiaku kian menepi....
Sungguh ya Robby.....
Hamba tak sadarkan diri ternyata telah begitu lama
Hamba singgah di alam yang fana ini
SIRNA
Kau labuhkan sejuta harapan......
Kau tanankan sejuta impian......
Kaupun mampu meluruhkan hati ini......
Engkau bak embun pagi yang sanggup menyejukkan jiwa ini.....
Engkaupun laksana mentari pagi yang menghangatkan ruangan kalbuku
Namun semua hanyalah mimpi sesaat....
Yang tiada berbekas ....sirna.....terserap musnah..
Bagai setitik air hujan yang jatuh di tanah gersang...
SAHABATKU
Hari-hariku selalu kulalui bersamamu....
Pagi kujelang hingga datangnya petang kaupun hampir
Selalu bersamaku......
Senyummu yang ramah.....
Canda tawa yang tulus.....
Sungguh membuatku kian dekat denganmu..
Kala kusedih....
Kau senantiasa menghiburku...
Kala kujauh......
Rindu ini memenuhi ruangan hatiku......
Sahabatku......
Engkau bukanlah saudaraku......
Bukan pula orang tuaku
Namun nasehat bijakmu....
Sungguh membuatku kian memahami arti di kehidupan ini
HUJAN........HADIRMU KUNANTI
Hujan...benarkah kau hanya berjanji lewat gemuruh suara pengiringmu..
Kau masih tampak malu-malu tersapu angin....
Lalu.... lari tak jadi melarutkan mimpiku...
Tahukah engkau wahai sang hujan....
Malam ini aku sungguh merindumu...
Ada yang kankubasuh dengan kejernihanmu....
Kala itu kau datang dengan tiba-tiba....
Hingga membuatku berlari-lari kecil.....
tuk menghindari pesona tusukanmu ke pori-pori kulitku..
lalu kaupun menghilang di ujung waktu
meninggalkan rasa dan aroma tanah basah yang tak terganti
tahukah engkau wahai hujan aku tetap merindumu...
seperti puluhan kodok yang siap menggelar konser penyambutan hadirmu...
seperti para dedaunan yang kusut tampak murung dan tertunduk seakan menjerit...
dan berteriak...wahai sang hujan di manakah engkau saat ini....
nadamu .....
mengalir mengantar tidur lelapku dalam mimpi tuk berjumpa denganmu
MENGINJAK BUMI MENATAP LANGIT
Langit......
Engkau sungguh indah.....
Tampak di kejauhan,,,
Warna sang bintang yang gemerlapan....
Menambah keindahan dalam pandangan...
Warnamu tampak biru sungguh menawan...
Namun engkau terlalu jauh dari jangkauan....
Langit....
Meski kutertawan indahnya pesonamu....
Namun kusadar takkan mampu menggapaimu....
Kusyukuri apa adanya di bumi
Karena kuyakin kan kutemui kebahagiaan yang hakiki
Dalam peluk cinta kasih mengalir tulus dari sang makhluk penghuni bumi
RINDUKU BEKU
Seraut Wajahmu....tulus....
Pancarkan keteduhan..
Sepasang sorot mata yang tajam...
Telah mampu menghujam relung hati yang amat dalam...
Duhai permata hatiku.....
Kristal-kristal rindu ini
Mengendap begitu kaku....beku...
Menyeruak menyesakkan dada...
Terpatri teramat dalam di setiap persendian....
Waktu bergulir......terus berlalu..
Namun...bayangmu tiada pernah lelah
Berpendar-pendar di kelopak mata
Merangkai alunan rindu... dalam
Bingkai ilusi jiwa
INDAHNYA AWANKU
Awan putih......
Engkau tampak berarak-arakan ditiup sang bayu
Lemah gemulai tarian-tarianmu......
Seakan isyaratkan sejuta kedamaian
Kala mata memandangmu
Wahai awan putih
Engkau laksana melati yang bertaburan di jagad raya.....
Pesonamu mampu sibakkan segala kebekuan suasana hatiku
Yang kini amat merindu...
Awan Putih.....
Andai kudapat terbang bersamamu....
Kan kulukiskan sajak puisi indah...
Kan kukisahkan nyanyian merdu .....
suara sang burung sambil meliuk-meliukkan sayapnya nan
elok rupawan
Kupersembahkan tuk kekasih hatiku yang kurindu
KEANGKUHAN DUNIAWI
Masihkah bermakna...sejuta untai kata
Tatkala hiruk pikuk dunia.......
membelenggu raga
Masihkah berguna ribuan kata mutiara ...
Jika seluruh sendi.......
terpatri pada semunya mimpi
Segala cinta hanya berlabuh pada keindahan dunia semata...
Walau onak duri mengelilingmu....
Kaupun tetap melangkah......
tiada peduli keberadaanNya...
Segala bahagia hanya akan tertambat pada gemerlapnya dunia
Dentingan rindu nurani.......
yang ingin mendekat illahi tak jua kau dengarkan..
Rintihan jiwa yang berduka.......
tatkala gersang tiada pernah engkau siram....
Sampai kapankah engkau kan tetap bersama keangkuhan....
Sampai kapankah keperkasaan nafsu duniamu engkau kobarkan....
Tidakkah engkau tau semua yang di sini.....
Pasti kan mengalami kehancuran...
Kematian adalah sebuah kepastian
INDAHNYA ALAMKU
Kudengarkan alunan
Suara burung berkicau merdu
Mereka sunggh tampak ceria....
Bersenandung lagu indah....
Bersenda gurau.....merangkai kisah
dalam taburan bulir-bulir nan rupawan...
Kesejukan romansa indah.....
di tengah permadani hijau pegunungan.....
Jalanan indah berkelok-kelok....
Laksana seekor ular raksasa.....
Meliuk-liuk di tengah hijaunya pemandangan....
Tebing-tebing raksasa.....
Telah tunjukkan keperkasaannya .....
Cemara-cemara hijau tinggi menjuntai....
Hamparan sawah menghijau.....
Berlapis-lapis indah menawan....
Kian mengukuhkan keelokan para pengagum keindahan pegunungan...
IBU KUMERINDUKANMU
Ibu...
Engkau laksana sang surya...
Terangi dan hangatkan jiwaku...
Saat gundah hatiku....
Kau peluk aku dengan segala kasih tulusmu,,,
Ibu,,,,
Kurindu nyanyian indahmu...
Hingga terlelap tidurku...
Kau dongengkan cerita kebajikan ....
Hingga anakmu terbuai dalam mimpi kebahagiaan...
Ibu.....
Segala petuah dan tutur bijakmu
Masih tertinggal di jiwaku..
Ibu....
Rinduku mengendap keras dalam lelahnya pengembaraan
Dalam kehidupanku.....
Kasihmu yang tulus.....
Mengalir di setiap hembusan nafasku
TELAGA CINTA
Senyum merekah teratai jingga
Pancarkan pesonanya....
Di tepian telaga...
Ranum tampak merona turut saksikan indahnya
Cinta mereka...
Gumpalan-gumpalan rindu...
Yang tercekat kaku....
Tatapan mata berpendar-pendar pancarkan
Gelora jiwa yang terpendam
Menyeruak, dan mengeras dalam bingkai-bingkai...
Kebekuan cinta.....
Kini tertumpah ruah di jelaga ...
Kisah cinta mereka...
Sepasang angsa putih...
Turut hanyut dalam temaram kebisuan
Sang telaga impian...
Bisik dan desahan lirihnya...
Seakan turut saksikan keabadian ...
Cinta kasih mereka....
ANAKKU
Engkaulah inspirasiku.....
Engkau yang memberikan warna di kehidupanku...
Anakku.....
Kala engkau tak kunjung pulang...
Kesedihan menyelimuti seluruh ruang kalbu ibumu
Kala engkau tampak layu di pembaringan....
Anakku.....
Engkau laksana kuncup bunga terindah dalam jiwaku
Harum merekah disetiap helaan nafasku...
Anakku...
Kutitipkan helaian benang kromosom ibu kepadamu...
Agar kelak kau mampu menjaga amanah tentang kebajikan yang ibu tuntunkan untukmu
Anakku.....
Engkaulah yang kan mampu
Memberikan cahaya penerang bagi orang tuamu kelak
Saat mereka telah tiada
Jaga sholatmu anakku
Hiasi hidupmu dengan amalan sholeh nanti kau bukan termasuk hamba yang merugi
TAK INGIN BERPISAH
Wahai sang waktu......
Berhentilah sejenak....
Hanya untukku.....
Kumohon padamu....
Tuk pagi ini saja....
Janganlah kau tetap melaju...
Wahai sang waktu...
Lunglai terasa raga ini....
Letih sungguh jiwa ini...
Kian cepat detak jantung seakan tunjukkan ritme...
Pertanda hati yang masih resah ....
Takut tuk berpisah....
Jari-jemari yang saling menggenggam
Dua bola mata saling beradu pandang....
Tanpa suara...tanpa sepatah kata...
Seakan isyaratkan ingin slalu bersama....selamanya....
Namun sang pagi kan segera sirna....
Dalam genggam takdir .....
Kita harus berpisah...selamanya..
PEMIMPI
Aku bukanlah siapa-siapa..
Kujuga bukan apa-apa...
Aku hanyalah insan kecil yang penuh damba
Mendamba tuk mampu mencipta sebuah karya
Hayal ini kian mendera.....raga yang meronta-ronta....
Seakan segera mampu menggapainya
Ragu yang menggunung kan kusibakkan dengan segala daya..
Tangan yang seakan terpasung...kini harus segera terbebas ...
Menari-nari di atas kertas tuk ungkap segala rasa....
Rasa yang menyesakkan dada....menyeruak dan terperangkap begitu dalam
Kini aku berada dalam dekap hasrat tuk menggait cita
Memintal mimpi indah dalam tidur lelapku
Seakan telah tercapai buah karya dalam hayalku
HARTA DUNIA
Engkau hadir laksana bintang yang gemerlapan.....
Indah......mempesona yang sungguh menakjubkan...
Engkau sanggup memijarkan keangkuhan jiwa anak manusia....
Menaburkan benih kesombongan dan tinggi hati
Membangun jurang yang terjal ......teramat dalam.....
Hingga tak mampu diraih oleh tangan-tangan si miskin papa..
Wahai harta dunia...
Kau buat bingkai-bingkai indah dalam keelokan budinya...
Kaupun mampu menghapus segala bentuk keindahan yang mengendap dalam hati kecilnya..
Hadirmu sanggup hilangkan segala senyum tulusnya...
Hadirmu pula mampu meluluhlantakkan balutan kasih antar sesama....
Kau jadikan anak manusia hiruk pikuk mengejarmu...
Kau jadikan pula anak manusia terpasung raganya tuk menggapaimu...
Tenggelam dalam samudra impian dunia yang hanya sesaat
SIANG MENDUNG TEMARAM
Wahai laron-laron kecil.....
Kemanakah engkau pergi ......
Mengapa engkau berlari-lari terbang menyelinap di balik kegelapan...
Beraninya engkau berhianat pada neon yang terang benderang menawarkan kehangatan...
Tidakkah kau mengingatnya....
Semalam engkau riuhmenghiba memintal malam di antara pesta pasca hujan..
Kemanakah engkau wahai laron kecil...
Kau tinggalkan ribuan sayap yang terserak...
Menyapu pandang sepanjang jalan...
Wahai laron kecil....
Jika engkau masuk ke tanah...
Tanah manakah tempatmu nyaman tuk bersemayam
Jika engkau masuk ke selokan ...
Mengapa semua itu engkau lakukan
Wahai laron kecil....
Tidakkah lebih indah bagimu meninggalkan jejakmu,,,
Agar aku yang terejam kasmaran karenamu
Bisa bertemu tuk mengelilingi lampu pijarku yang sebentar lagi
Kan segera padam....
PERSAHABATAN
Sahabat......
Rindu yang menyeruak ini.......
terasa menusuk raga yang slalu tetap ingin bersama
Kebersamaan pernah kita lalui dalam meniti masa depan yang slalu memijarkan persahabatan
Ya......persahabatan yang tulus tak lekat oleh ruang dan waktu.....
Sahabat.....
Engkau mampu menyeka peluh yang mengalir disetiap hela nafasku...
Mendulang rindu yang menggumpal di sela aliran darahku...
Menyegari gelembung yang menyapu paruku......
Mengenang segalamu sungguh menyegarkan aortaku........
Engkaulah kilauan embun pagi yang menghiasi palung hati…
Cahaya indah wajahmu tiada pernah hilang di setiap sel konus dalam retinaku….
Kan kuukir segala tentangmu dalam sepenggal kisah di panorama kehidupanku...
Andai aku malam yang gelap
Kan kugantungkan harapku pada sang rembulan
Agar mampu menerangi langitku yang senyap
Setiap detak nafasku adalah irama rinduku yang meregang
ditengah kesunyian malam
CINTAKU DALAM DIAM
Bertahta di hati yang teramat dalam
Tenggelam di antara batu karang yang amat tajam
Menyelinap di bawah tebing yang amat curam.....
Terhimpit diantara labirin-labirin rindu yang kian membisu...
Rinduku dalam diam
Merejam dalam dekap hangat yang merasuk sukma...
Berpendar di jiwa tiada bersyarat....
Larut tertumpah ruah di istana jelaga cinta yang tak biasa
Seberkas cahayamu memperangkapku...
Kubiarkan mengalir mendesih kasih..
Dan kunikmati damainya...
Seberkas cahaya melingkupi relung hatiku...
Kuleburkan cinta dalam beningnya.
Kuijinkan sukma mengikuti arah sinarnya...
Mengikuti ruang waktuku tanpa berjeda
Menawarkan pelangi kasih yang terindah tuk selamanya..
Cahayaku...
Sorot tajam sinarmu membasuh lusuhnya jiwaku...
Melangitkan asa tuk menggapai cita
Mimpi bukanlah sekedar angan yang melayang di antara sang bintang
Indahnya kan mampu kuraih dalam genggaman
Sejuta langkah kan kutapakkan kakiku
Seluas samudera aliran keringatku takkan pernah kupedulikan
Kan kukibarkan panji-panji kemenangan
Setiap waktu kubuka buku kankuserap ilmu baru
Semangat juang merah menyala dalam kalbu
Pantang menyerah dan takkan kukenal putus asa
Demi menyongsong masa depan cerah
18 September 2019
Cintaku di alam hayal
Kau setia datang menemaniku dalam bayang
Kau laksana embun pagi berkilau di atas ranting dedaunan
Datangmu menyejukkan jiwaku sesaat
Lalu hilang lenyap tiada berbekas
Kau ada bersama hembusan sang bayu diujung senyap
Kaupun hinggap di awan bersama sang rembulan
yang berpendar dikesunyian malam
Kau ada namun tiada
Kau hanyalah semu meski nyata
Seberkas cahayamu menerpa palung hatiku
Kau tikam jantungku dalam pesona ilusi cintamu
Aku terkapar tak berdaya dalam nuansa cinta yang tak nyata
10 Pebruari 2020
Mengingatmu tak lagi indah
Tunas rinduku tiada lagi membiru
Kuncup hatiku berserak tersapu sang bayu diufuk mentari pagi
Kidung cinta yang selalu kau lantunkan
bersama rembulan malam
Kini telah berhamburan
menemani serpihan jiwa yang meradang
Senyum simpulmu yang tiada lelah menghiasi ruang paruku
Kini pengap menyesakkan dada,
Menusuk begitu pedih di serambi jantungku yang amat dalam