MAKALAH
PEREMPUAN SEBAGAI PENOLONG
Oleh :
Kaum Ibu
Gereja Pentakosta Indonesia (GPI)
Sidang Batam Center
Kelompok 1
Tahun 2020
PEREMPUAN SEBAGAI PENOLONG
Pada hakikatnya, laki laki dan perempuan diciptakan Tuhan setara. Perempuan nggak lebih
rendah dari laki-laki. Tetapi Paulus menyebutkan di 1 Korintus 11:3 “Laki-laki adalah kepala dari
perempuan.”
BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan Kejadian 1:27 “maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakannya dia; laki-laki dan perempuan, yang berarti Allah bukan hanya
menciptakan satu jenis manusia, melainkan ada dua jenis manusia yatiu laki-laki dan perempuan.
Dalam Kejadian 2: 23 dikatakan bahwa “lalu berkatalah manusia itu: “inilah dia, tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa yang memberi nama perempuan adalah Adam, sangat jelas
ditulis dalam Alkitab bahwa manusia itu yang artinya menunjuk kepada Adam, karena masih Adam
dan Hawa manusia pertama kali diciptakan oleh Allah. Untuk itu perempuan bukan sekedar nama,
tetapi memiliki makna yang cukup dalam.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Rumah-tangga Kristen yang gagal dan masalah yang tidak terselesaikan. Konflik dalam
rumah-tangga pada dasarnya adalah sehat. Namun jika konflik itu tidak dapat diatasi atau
diselesaikan dengan baik, maka konflik justru menimbulkan frustasi. Jika dalam rumah-tangga
tanpa ada selisih pendapat, sama sekali merupakan rumah-tangga yang tidak realistis. Banyak
suami-isteri yang lebih suka “melupakan” persoalan daripada “menyelesaikannya” secara tuntas,
sehingga hal seperti ini akan membawa luka-luka, sehingga aspek-aspek kehidupan tersebut tidak
dapat berfungsi dengan normal.
Dalam Perjanjian Lama poligami sudah sangat sering terjadi, contohnya kehidupan dengan
Lamekh (Kej.4:19) dan kemudian yang paling ekstrem adalah Raja Salomo (1Raj.11:3). Abraham
sendiri kendati sebagai bapak orang beriman juga melakukan praktik itu (Kej.25:1). Praktik
perkawinan demikian merupakan cermin lemahnya posisi wanita dalam kultur maskulin. Sistem
masyarakat Israel yang tergambar dalam Perjanjian Lama adalah sistem patriarki, didalamnya pria
berkuasa dan perempuan harus tunduk. Jika dilihat juga kehidupan keluarga, secara khusus keluarga
Kristen seringkali terjadi ketidakseimbangan dalam perjalanannya, Kerapkali juga dijumpai dalam
keluarga, isteri dijadikan sebagai budak/pembantu dalam keluarga. Suami memperlakukan isterinya
bukan sebagai penolong melainkan sebagai budak/pembantu yang hanya melayani suami, dan
melakukan tugas pekerjaan di rumah.
Demikian dalam hal persoalan ekonomi keluarga harus dipenuhi secara mutlak. Ada yang
berpendapat isteri tidak berkewajiban untuk kebutuhan ekonomi keluarga dan karena isteri hanya
dirumah saja mengurus anak dan sebagainya. Sedangkan yang lain berpendapat bahwa setuju saja
karena bukan hanya suami saja yang dapat bekerja dan mencukupi kebutuhan keluarga, artinya
saling mendukung diantaranya. Menurut Paulus isteri harus tunduk kepada suami (Ef.5:33).
Maksudnya adalah isteri harus tunduk, termasuk apakah suami berhak untuk putuskan untuk
bekerja atau tidak, hal ini masih menjadi polemik dalam rumah-tangga kristen. Menurut Harry
Blaimiries: “Norma kehidupan pernikahan bukan lagi berupa suami yang bekerja dan isteri yang
diam dirumah. Sekarang para isteri pergi keluar untuk bekerja.” Seperti di Asia dewasa ini makin
banyak kaum wanita terlibat dalam mencari nafkah untuk menunjang kebutuhan keluarga. George
Masnick dan Mary Jo Bane mengatakan, pada tahun 1990 lebih dari 85 persen orang Amerika,
adalah pasangan yang keduanya bekerja (dual-worker couples).
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah : Bagaimana seorang istri bisa
memenuhi rencana Allah? Bagaimana seorang istri menjalankan perannya sebagai penolong bagi
suaminya? Mengapa perempuan disebut sebagai penolong?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah supaya seluruh perempuan yang membaca
makalah ini mempunyai pemahaman yang sama bahwa perempuan diciptakan Tuhan sebagai
penolong.
BAB II PEMBAHASAN
Setiap perempuan menyadari akan keberadaannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
melakukan peran yang menghormati kepemimpinan suaminya untuk mencapai maksud dan rencana
Allah didalam rumah tangga. Jika istri menentang tugas ini, itu artinya dia juga menentang Allah.
Dalam makalah ini sangat penting memahami arti perempuan dan penolong.
A. DEFENISI PEREMPUAN DAN PENOLONG
Pengertian perempuan secara etimologis berasal dari kata empu yang berarti “tuan”, yaitu
orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar. Namun menurut Zaitunah Subhan
(2004:19) kata perempuan berasal dari kata empu yang artinya dihargai. Menurut kajian medis dua
faktor, yaitu faktor fisik dan psikis.Secara biologis dari segi fisik, perempuan dibedakan atas dasar
fisik perempuan yang lebih kecil dari laki-laki, suaranya lebih halus, perkembangan tubuh
perempuan terjadilebih dini, kekuatan perempuan tidak sekuat laki-laki dan sebagainya. Dari segi
psikis, perempuan mempunyai sikap pembawaan yang kalem, perasaan perempuan lebih cepat
menangis dan bahkan pingsan apabila menghadapi persoalan berat (Muthahari, 1995:110). Menurut
Kartini Kartono (1989:4), perbedaan fisiologis yang dialami sejak lahir pada umumnya kemudian
diperkuat oleh struktur kebudayaan yang ada, khususnya oleh adat istiadat, sistem sosial-ekonomi
serta pengaruh pendidikan. Menurut KKBI bahwa perempuan itu sebutan untuk seorang wanita.
Secara garis besar pengertian perempuan dalam kelompok kami adalah perempuan itu
seorang yang unik dicipakan Tuhan meskipun memiliki kelemahan, seorang yang mandiri, multi
fungsi dalam rumahtangga, pekerja keras, tulang rusuk laki-laki serta memiliki peran yang sangat
penting dalam keluarga.
Makalah ini juga menjelaskan apa itu penolong. Dalam Kej. 2:8-14 diceritakan bahwa Allah
menyediakan taman yang indah dengan segala buah yang melimpah di dalamnya. Dalam bagian
selanjutnya Allah juga mempersiapkan penolong yang sepadan bagi Adam (2:18, 20). Jelas
dipahami bahwa ide memberikan „penolong‟ buat Adam merupakan inisiatif Allah. Beberapa
petunjuk mengarah pada hal ini: “Allah berkata” (2:18), “Allah membentuk” (2:19), “Allah
membuat manusia tertidur” (2:20), “Allah membangun seorang perempuan” (2:22).
Pernyataan Allah yang menyatakan bahwa „penolong‟ itu adalah seorang perempuan atau
wanita, merupakan sebuah konsep yang unik. Perempuan memiliki nilai kehormatan di hadapan
Allah, karena secara spesifik Allah mengatakan pada 2:18b“Aku akan menjadikan….”. Dalam hal
apa, perempuan/ wanita disebut sebagai penolong: penolong dalam menjaga dan memelihara taman
(2:15), penolong dalam hal melahirkan keturunan (1:28) dan banyak bentuk pertolongan yang bisa
diberikan oleh Hawa (bdk. Pkt 4:9-10; Ams 31:10-31).
Apakah arti penolong di sini? Penolong menunjukkan bahwa suami membutuhkan
bahkan “bergantung” pada dukungan dan pertolongan istri. Dan jangan salah mengerti
dulu, bukan berarti bahwa seolah-olah suami harus berada di “bawah ketiak” sang istri.
Karena firman Tuhan juga berkata “laki-laki tidak diciptakan untuk perempuan, tetapi
perempuan untuk laki-laki” (1Kor. 11:9). Namun ini juga tidak menunjukkan bahwa laki-
laki lebih superior atau lebih tinggi daripada perempuan. Allah mendesain laki-laki
membutuhkan perempuan dan perempuan membutuhkan laki-laki (lihat 1Kor.11:11).
Kedua-duanya adalah manusia yang equal dan juga memiliki sekaligus peranan berbeda
untuk sama-sama menggenapi panggilan Allah dalam hidup mereka sebagai pasangan.
Allah tidak menciptakan Hawa dari debu. Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk
Adam. Mengapa? Ini untuk menunjukkan kepada Adam bahwa istrinya adalah bagian dari
dia, equal dengan dia, bukan ciptaan yang lebih rendah. Seorang laki-laki harus mengasihi
istrinya seperti dirinya sendiri (Ef. 5:28-29). Perempuan tidak diambil dari kepala Adam
sehingga dapat memerintah atas laki-laki, tidak juga dari kaki sehingga dia dapat
direndahkan oleh laki-laki, tetapi diambil dari rusuknya sehingga dia dapat melindunginya
dan menjaganya selalu dekat di hatinya.
B. PERAN PEREMPUAN
Dari defenisi diatas perempuan memiliki peran dalam kehidupan sehari-hari yaitu peran dikeluarga,
gereja dan masyarakat. Berikut penjelasan peran perempuan:
1. Perempuan Dalam Keluarga
Keluarga Kristen adalah suatu persekutuan cinta kasih yang diciptakan oleh Allah menurut
gambar dan citra-Nya. Keluarga begitu mendasar bagi masyarakat manusia, dan kesejahteraan
hidupnya juga sedemikian vital bagi kehidupan seluruhnya, sehingga begitu penting dimasukkan
dalam rencana penebusan Allah.
Dalam keluarga Kristen hal yang paling mendasar yaitu wujud cinta kasih. Jika cinta kasih
itu sudah ada dalam suatu keluarga, berarti telah ada tanda bahwa keluarga tersebut telah memiliki
nilai ikatan perkawinan yang lebih tinggi atau sempurna dari pada ikatan-ikatan lain. Namun,
makna cinta kasih itu berjenis-jenis dan berbeda-beda. Dari yang semata-mata bersifat persahabatan
sampai kepada cinta suami-istri. Oleh karena itu, cinta kasih suami-istri merupakan titik akhir dari
cinta kasih.
Maka tidak heran, jika suatu keluarga dilandasi dengan cinta kasih adalah keluarga bahagia,
karena pasangan suami-istri tersebut sadar akan pemenuhan secara terus-menerus dalam diri mereka
sendiri hingga cinta timbal-balik mereka tetap ada dan total. Cinta kasih menggerakkan anggota
keluarga untuk saling membantu dan saling setia, karena cinta kasih itu sendiri merupakan suatu
pemberian. Maka dari itu, hakikat dari cinta kasih erat hubungannya dengan Penebusan yang
dilakukan oleh Yesus Kristus di Kayu Salib. Fungsi keluarga antara lain :
a. Fungsi reproduksi dan pengasuhan terhadap anak-anak yang sedang berkembang.
b. Fungsi pengaturan hubungan seksual. Sepasang pria dan perempuan membentuk keluarga inti.
c. Fungsi ekonomi, anggota tertentu perlu menyediakan barang-barang pemenuhan kebutuhan
untuk seluruh keluarga suapaya rumah tangga dapat lestari dan kesejahteraan dapat dicapai.
Ada beberapa hal yang menjadi bimbingan tentang sikap dan tanggungjawab perempuan
dalam keluarga, serta berkat-berkat rohani yang menjadi bagiannya.
a) Posisi sebagai seorang Istri (Kejadian 2:18-25)
Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan atau pedoman tentang posisi
sebagai seorang Istri, yaitu:
Penolong dan pelengkap suami
Penghibur dan penguat suami
Penerima dan pendamping suami
Penurut dan pendukung suami
Pencinta suami
b) Sikap sebagai seorang Istri (Efesus 5:21-22)
Sebagai seorang Istri, maka ia harus tunduk atau patuh atau menyesuaikan terhadap
suaminya. Dari hal tersebut, maka terdapat dampak-dampak yang luar biasa bagi seorang
Istri yang diperoleh dari suaminya, yaitu:
Keamanan dan perlindungan bagi diri dan keluarganya
Berkenan Tuhan atas dirinya karena ia menaati firman Tuhan
Kesempatan memenangkan suaminya bagi Kristus (1 Pet.3:1-2)
Kesaksian yang baik bagi lingkungannya
Sebuah rumah tangga diciptakan Allah dengan laki-laki atau suami sebagai kepala rumah
tangga, bertujuan agar rumah tangga tersebut dalam menjalani tugas sebagai suami dan istri tidak
menjadi rancu dan berubah bentuk, sehingga nantinya dapat menimbulkan ketidakserasian.
c) Penampilan sebagai seorang perempuan Kristen (1 Petrus 3:3-6)
Setiap perempuan Kristen harus lebih mementingkan inner beauty dari pada penampilan
luar, yaitu sisi riasan, pakaian, dan perhiasan. Karena kecantikan adalah warisan bagi setiap
perempuan yang menjadi milik Kristus. “… tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang
tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan
tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (1 Ptr.3:4). Kecantikan sejati yang tidak dapat rusak
atau pudar, sesungguhnya dimulai dari dalam, dan pancarannya pasti mengubah pembawaan atau
penampilan.
d) Kewajiban seorang Istri dan Ibu (Amsal 31:10-31)
Berikut ini merupakan beberapa kewajiban bagi seorang perempuan dalam keluarganya, yaitu:
Berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat
Bekerja keras dan memiliki kecakapan ekonomi (di sini dimungkinkan Istri membantu
suami dalam memperoleh tambahan penghasilan, asalkan tidak menelantarkan pendidikan
anak)
Memiliki belas kasihan
Tahu secara jelas kehendak Allah
Memiliki kecakapan, karunia dan urapan
Memiliki kredibilitas dan integritas yang baik, sehingga suaminya dikenal.
e) BERKAT bagi Perempuan (Mazmur 133)
Allah menyediakan berkat khusus bagi seluruh perempuan yang berperan baik dalam
keluarganya. Berkat tersebut dapat berupa perlindungan Allah melalui melalui suami yang
merupakan wakil Allah di dunia. Suami dipakai Allah untuk melindungi istri secara fisik,
psikologis, dan rohani. Kekerasan yang dialami Perempuan dalam keluarga.
Kekerasan Fisik: dipukul, ditampar, dijambak, ditendang, diludahi, membiarkan istri bekerja
sepanjang hari, tidak memperhatikan kesehatan Istri.
Kekerasan Emosional: dicela suami, menyeleweng, bersungut-sungut, tidak mendengarkan
pendapat Istri, membandingkan Istri dengan perempuan di Televisi atau media massa
lainnya, melotot, marah dan tidak sabar, dll.
Kekerasan Ekonomi: tidak mencukupi kebutuhan keluarga, membelanjakan uang Istri untuk
berfoya-foya, berbohong untuk mendapatkan uang Istri dan lainnya.
Kekerasan Seksual: memaksakan kehendak dalam berhubungan seks, menginginkan gaya
yang seperti di blue film, memaksakan selera seks, tidak memperhatikan kepuasan Istri.
Kekerasan Budaya: semua harta bersama dalam keluarga atas nama Suami, tidak mengikut-
sertakan Perempuan dalam musyawarah adat, Istri harus mengabdi kepada suami karena
sudah dibayar dengan harga tinggi (Sinamot), Istri dilarang ber-KB karena kepercayaan
bahwa banyak anak banyak rezeki dan melarang Istri bekerja dengan alasan fungsi Istri
hanya bekerja di sektor domestik.
2. Perempuan Dalam Gereja
Keluarga Kristen dapat dikatakan sebagai Gereja rumah tangga. Hal ini dikarenakan bahwa
dalam persekutuan orang-orang Kristen yang menjadi kepala persekutuan itu adalah Kristus, oleh
sebab itu dalam keluarga Kristen yang menjadi kepala dalam keluarga adalah Kristus. Disisi lain,
perlu juga kita pahami, bahwa “Gereja” berasal dari kata Yunani kyriake oikia, memiliki arti
“Keluarga Allah”. Dengan demikian jelas bahwa dalam keluarga Kristen termasuk komunitas yang
diselamatkan.
Alkitab mencatat beberapa nama perempuan yang perannya dalam keluarga sebagai
Perempuan atau Istri yang begitu bervariasi. Ada yang sesuai dengan kehendak Allah, namun
adapula yang menyimpang.
a) Hawa (Kej.3) – mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan Adam, suaminya.
b) Sarai (Kej.25) – meragukan dan menertawakan janji TUHAN, bahkan mendahului
waktu TUHAN dengan memberikan Hagar kepada Abraham.
c) Ribka (Kej.25) – pilih kasih terhadap kedua anaknya dan mengajari Yakub untuk
berdusta sehingga mendahului waktu TUHAN.
d) Rahel – Lea (Kej.29-30) – selalu berselisih dan saling cemburu untuk mendapatkan cinta
Yakub.
e) Tamar dan Rahab (Kej.38; Yos.2) – mementingkan keselamatan keluarga dan mau
dipulihkan dari masa lalunya yang buruk, sehingga nama mereka tercantum dalam
silsilah Yesus Kristus.
f) Abigail (1 Sam.25) – melayani hamba-hamba TUHAN (yaitu Daud dan rombongannya),
sekalipun tanpa sepengetahuan Nabar, suaminya yang kikir itu.
g) Izebel (1 Raja 21) – istri Ahab yang hidup dalam penyembahan berhala dan tindakannya
begitu jahat di hadapan TUHAN.
h) Safira (Kis.5) – setuju dengan keputusan suaminya untuk mendustai Roh Kudus,
sehingga akhirnya dibinasakan TUHAN.
i) Priskila (Kis.18) – bekerjasama dengan suaminya mengerjakan pembuatan kemah untuk
menopang pelayanan bagi TUHAN.
Dari beberapa contoh di atas, seorang perempuan sebenarnya memiliki potensi yang luar
biasa, yang jika diarahkan kepada hal yang positif sangat konstruktif. Sebaliknya, jika diarahkan
kepada hal yang negatif menjadi sangat destruktif.
3. Perempuan Dalam Masyarakat
Sebagai makhluk sosial, manusia seharusnya memiliki tanggungjawab di tengah-tengah
masyarakat. Baik laki-laki maupun perempuan, harus memberikan dirinya sendiri kepada
masyarakat untuk memperoleh pemenuhan dirinya dalam jenis pelayan yang mereka butuhkan,
karena dengan berlaku seperti itu, mereka sedang bertindak menurut sifat mereka. Untuk menuju ke
masyarakat luas tersebut, maka hal yang perlu diperhatikan adalah komunitas keluarga, sebab hanya
di dalam komunitas hidup yang langgeng itulah mereka mampu memberikan diri mereka sendiri
secara total dan sempurna sebagai suami-istri.
Dalam budaya Batak, suami adalah kepala keluarga. Dia memerintah rumah, dari penguasa
atas anak-anak dan istri serta atas harta benda. Dia melayani dan dilayani menurut kemauannya, dia
dapat menyebut istri sebagai jolmanghu (manusiaku), atau na hutuhor (yang saya beli). Istrinya
adalah poltalaga (dia yang melaksanakan pekerjaan rumah tangga dengan segala tetek bengeknya).
Dengan kata lain perempuan ditempatkan pada posisi domestik yakni hanya berkutat dalam
rumahtangga sedangkan laki-laki di sektor publik.
Bila Suami maupun Istri sungguh-sungguh sadar akan kesamaan martabat dan nilai mereka
dalam keluarga, Gereja, dan Masyarakat, maka mereka semua akan menjadi lebih bebas dalam
saling mencintai, sehingga mereka akan lebih menghendaki atas keterlibatan mereka di dalamnya.
Maka dari itu, pasangan Suami-Istri tidak kehilangan identitas dan tidak individualisme dalam
saling memberikan diri dan memenuhkan diri.
Ada beberapa hal yang menjadi tantangan terhadap perempuan dalam menghadapi Era-
Globalisasi, yaitu:
Individualisme
Konsumerisme
Materialisme
Perempuan terpanggil untuk mampu mengatasi tantangan pada masa globalisasi ini bukan
sebaliknya terjerumus di dalamnya. Lebih lanjut masalah diskriminasi masih terjadi.
Untuk memahami perempuan dan adanya permasalahan diskriminasi di tengah masyarakat, ada
timbul suatu pemikiran dalam studi wanita yang pada dasarnya mencerminkan pemikiran feministik
seperti ini :
Perempuan perlu diterima dan dihargai sebagai sesama manusia yang mempunyai potensi
(kemampuan untuk berkembang).
Karakteristik tentang perempuan sebagai tidak mandiri lebih merupakan kontruksi budaya
dan karena perlu dipertimbangkan dengan gambaran tentang perempuan yang intelegen,
mandiri, sukses, etis dan ciri lain yang positif.
Perempuan juga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kondisi lingkungan
hidupnya dan mungkin untuk ikut memberi arah pada perkembangan sosial, ekonomi,
politik dan pribadi.
Berbagai kualitas manusia yang dapat mendukung terciptanya kualitas hidup positif dapat
dan perlu dikembangkan dalam diri perempuan dan laki-laki.
C. FUNGSI PENOLONG
Fungsi penolong ada dua yaitu intern dan ekstern
a. Fungsi intern yaitu yang berfungsi di dalam diri sendiri terdiri dari
Fungsi sebagai istri
Istri sangat berfungsi bagi suami baik saat dirumah, dalam pelayanan bahkan di
masyarakat.
Fungsi sebagai ibu
Seperti nasehat ibu Raja Lemuel dalam Amsal 31, bahwa seorang istri itu bukan
hanya berperan sebagai penolong suami tetapi juga harus mampu mengelola rumah
tangganya dengan baik, membesarkan anak-anaknya dengan bijaksana dan sesuai
kebenaran, dan juga berperan dalam masyarakat.
Sebagai ibu tidak hanya dibatasi oleh anak kandung sendiri, karena jika
belum dikarunai keturunan maka sebagai ibu bagi keponakan bahkan ibu dari anak-
anak yang ada disekitar tempat tinggal.
b. Fungsi ekstern yaitu berfungsi untuk orang lain terdiri dari
Fungsi sebagai ibu rohani
Dalam Kitab Titus 2:3-5 dikatakan hendaklah saling menasehati, wanita tua
mendidik wanita-wanita muda, menjadi ibu rohani yang bijaksana baik dalam rumah
maupun dalam pelayanan dan masyarakat harus mampu menjadi ibu rohani.
D. TUGAS PENOLONG
Beberapa dalam makalah ini tugas sebagai penolong adalah
1. Bantulah suamimu
Hal pertama yang dilakukan oleh seorang istri yang Alkitabiah adalah membantu suami.
Artinya memaksimalkan karunia-karunia, talenta-talenta, ketrampilan-ketrampilan, dan pelatihan
yang diberikan Tuhan untuk perbaikan keluarga di bawah kepemimpinan suami dan juga dalam
kerjasama (kemitraanmu) dengan suami.
Ketika Allah menciptakan Hawa, Dia membuat sebuah pernyataan yang dalam, “Tidak baik,
kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan
dia” (Kej 2:8). Perempuan itu nggak hanya sekedar suatu tambahan manusia saja, tetapi perempuan
merupakan bagian yang nggak bisa dipisahkan dari rencana Allah.
Banyak pernikahan yang gagal karena perempuan nggak menolong suaminya, dia malah
menggunakan pernikahan untuk menolong dirinya sendiri. Bukannya menjadi sahabat atau
penolong untuk mendampingi suami, istri malah bekerja melawan peranannya dan nggak kerja
sama dengan rencana Allah untuk keluarganya.
Kalau seorang istri sudah kehilangan pandangan atas peranan tersebut (penolong, mitra dll),
maka bisa dipastikan bahwa keluarga akan terus dipenuhi dengan suasana negatif. Pertanyaannya,
seperti apakah sebenarnya penolong?
Kalau Allah menginginkan istri menjadi penolong, itu artinya suami membutuhkan pertolongan
bukan? Saat kamu (istri) menemukan kesalahan suami, kamu harus menolongnya menjadi lebih
baik bukan malah membiarkannya atau mendukungnya dalam kesalahan. Membiarkan atau
mendukung kekeliruan yang dilakukan oleh suami sama dengan menginginkan iblis masuk dan
memimpin rumah tangga kalian. Bersikap diam dan masa bodoh adalah kesalahan besar yang sering
dilakukan oleh para istri.
Bantulah suamimu dalam masalah keuangan
Salah satu cara seorang istri bisa menolong suaminya adalah dalam bidang keuangan.
Wanita yang menolong suaminya ini adalah wanita yang terampil. Dia adalah pengelola keuangan
keluarga secara bijaksana. Istri dari Amsal 31 mempunyai semua kerampilan dan kemampuan
dalam dunia ini.
Kalau seorang istri mulai hidup untuk diri sendiri, maka berkat rohani dari Allah tidak akan
turun atas kehidupannya ataupun keluarganya. Kalau seorang wanita mulai menjalani kehidupan
pernikahannya dan hampir nggak pernah memikirkan suami dan rumah tangganya, wanita itu sudah
bergabung dengan iblis untuk menolong menghancurkan pernikahannya.
Bantulah suamimu sebagai orangtua
Amsal 31:15 mengatakan, “Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan
untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya
perempuan.” Kemudian dalam ayat 21 kita membaca, “Ia tidak takut kepada salju untuk seisi
rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap.”
Mengapa Allah meminta wanita untuk mendahulukan rumah tangganya? Karena pekerjaan
di rumah adalah untuk membesarkan generasi berikutnya bagi Tuhan. Seorang isteri Kristen
membantu suaminya dengan menjadi pengelola di rumahnya dengan cara mendidik anak-anaknya
mengasihi Tuhan dan mendidik mereka dalam kebenaran.
Bantulah suami dalam pelayanan
Ini adalah tentang seorang isteri yang melayani di samping suaminya dalam pelayanan
mereka bagi Tuhan. Seperti yang dikatakan Amsal 31:20,26, “Ia memberikan tangannya kepada
yang tertindas, mengulurkan tanganya kepada yang miskin ……. Ia membuka mulutnya dengan
hikmat, pengajaran yang lemah-lembut ada di lidahnya."
Wanita ini melayani orang-orang yang tertindas dan membimbing orang-orang yang
membutuhkan hikmat Allah. Tidak ada yang bisa menarik pasangan untuk menjadi lebih dekat
selain dari pada melayani Tuhan bersama-sama. Isteri yang digambarkan di sini tidak punya waktu
untuk bermalas-malasan dan bergosip. Dia tidak punya waktu untuk menonton sinetron setiap hari.
Dia sudah terlalu sibuk melayani Tuhan bersama suami.
Pelayanan seorang Istri bagi Tuhan adalah menjadi patner pelayanan suami dalam gereja
lokal. Tuhan sangat tidak terkesan dengan kerohanian yang dijalankan secara sendiri, namun yang
dimaksudkan untuk dilakukan bersama-sama. Kecuali pasangan kamu menolak tegas untuk dibantu.
Jika sudah demikian maka Tuhan yang akan mengurus pasangan kamu yang tidak mau hidup dalam
rencana-Nya.
2. Hormatilah suamimu
Efesus 5:33, Paulus menuliskan “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku:
kasihanilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.”Ayat
tersebut menjelaskan tentang doktrin ketertundukan. Sikap tunduk adalah sebuah konsep Alkitabiah
tentang merendahkan hati . Seperti Yesus merendahkan diri tunduk kepada Bapa (Fil 2:6).
Sebagai istri, kita diminta untuk tunduk dan menghormati suami. Bukan berarti kita
kehilangan kesetaraan kita dengan suami dan kita menjadi rendah diri, namun hal ini adalah cara
Allah supaya suami mengenali posisi dirinya sebagai kepala rumah tangga untuk menjalankan
rencana Allah di dunia ini.
3. Kasihilah suamimu
“Dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-
anaknya,” (Titus 2:4). Ayat ini sangat jelas berbicara mengenai kasih yang tulus antara istri ke
suami, kasih yang nggak memandang layak atau nggak nya seorang suami, kasih yang nyata, kasih
yang terlihat dengan cara kita memperlakukan suami, kasih yang keluar dari hati yang penuh
dengan cinta. Sebagai istri, berdoalah setiap hari untuknya. Doakan pekerjaanya, atasannya,
usahanya, kehidupan rohaninya, dan juga pelayanannya. Demikian istri mengasihi suami dengan
baik.
BAB III. KESIMPULAN