FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA
REMAJA PUTRI
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia
yang dibina oleh Dr. Didin Widyartono, S.S., S.Pd, M.Pd
Oleh
Intan Priamitha
P17110213067
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN GIZI
D-III GIZI
Oktober 2021
Ucapan Terimakasih
Assalamualaikum wr.wb. Alhamdulillah, saya ucapkan segala puji syukur
kehadirat Allah SWT atas berkat,rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini telah di selesaikan dengan tepat pada waktunya dengan baik dan
lancar. Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari dosen pengajar. Oleh karena itu saya selaku penulis akan
mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua saya yang telah membesarkan,mendukung dan mendampingin
saya sampai saat ini
2. Kepada guru guru saya yang telah mengajarkan saya
3. Bapak dan ibu dosen saya yang telah membimbing saya terkhusus Bapak
Dr. Didin Widyartono, S.S., S.Pd, M.Pd. selaku dosen matakuliah Bahasa
Indonesia yang telah mengajarkan saya
4. Teman-teman saya yang selalu menyemangati dan yang telah mengabari
saya jika ada tugas-tugas.
Saya sebagai Penulis panjatkan doa semoga Allah SWT yang telah
memberikan imbalan yang setimpal dan berlipat ganda atas segala bantuan semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan makalah
ini.
Amiin. Yaa robbal alaminn...
Malang, 04 Oktober 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH………………………………………………………..i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... .ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anemia ..................................................................................... 3
2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Remaja Putri ...... 3
2.3 Cara Menanggulangi Masalah Anemia yang Terjadi pada Remaja Putri .. 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 7
3.2 Saran .......................................................................................................... 8
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................. 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transisi masa kanak-kanak ke masa dewasa ditandai dengan adanya
perubahan biologis, kognitif, dan emosional disebut remaja (Indartanti &
Kartini, 2014). Remaja yang berusia 10-19 tahun merupakan usia yang
memiliki kerentanan terhadap masalah gizi, karena akan mengalami
perubahan secara hormonal dan berpengaruh pada perubahan fisik (Nova &
Yanti, 2018). Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja yaitu anemia,
kurang energi kronik (KEK), dan gizi lebih (obesitas). Kurangnya
pengetahuan tentang gizi merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah
gizi pada remaja. Pengetahuan gizi seseorang dapat dilihat dari pemahaman
tentang ilmu gizi, zat gizi, dan interaksi antara zat gizi terhadap status gizi
dan kesehatan (Nova & Yanti, 2018). Selain itu, Karena kurangnya
pengetahuan gizi, remaja tidak mengetahui makanan juga menjadi penyebab
dari masalah gizi apabila tidak diperhatikan. Masalah gizi yang terjadi pada
remaja biasanya terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara makanan
yang dikonsumsi dengan kebutuhan remaja (Alexander, 2020).
Anemia merupakan keadaan seseorang dimana kadar sel-sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dalam tubuh berada dibawah batas normal
yang akan berakibat terjadinya masalah kesehatan apabila dibiarkan terus
menerus (Basith et al., 2017). Anemia sering terjadi terjadi pada remaja putri
dibandingkan pada remaja putra karena remaja putri setiap bulannya
mengalami siklus menstruasi sehingga terjadi pengurangan zat besi dalam
darah. Selain itu, pada masa remaja merupakan masa mencari jati diri
sehingga remaja putri lebih sering memperhatikan penampilan daripada
memperhatikan kesehatannya. Demi postur tubuh yang bagus, remaja putri
cenderung untuk melakukan diet dibandingkan remaja laki-laki sehingga
menyebabkan asupan zat gizi berkurang salah satunya adalah zat besi
(Indartanti & Kartini, 2014). Mengingat anemia sering terjadi pada remaja
1
2
putri sehingga berikut latar belakakang dalam pembuatan makalah ini untuk
menjelaskan mengenai faktor-faktor penyebab yang berhubungan dengan
anemia pada remaja putri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, berikut rumusan masalah pada
makalah ini.
a) Apakah pengertian dari anemia?
b) Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada
remaja putri?
c) Bagaimana cara menanggulangi masalah anemia yang terjadi pada
remaja putri?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, berikut tujuan pada makalah ini.
a) Mengetahui pengertian dari anemia
b) Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada
remaja putri?
c) Mengetahui cara menanggulangi masalah anemia yang terjadi pada
remaja putri?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anemia
Anemia merupakan keadaan seseorang dimana kadar sel-sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dalam tubuh berada dibawah batas normal
yang akan berakibat terjadinya masalah kesehatan apabila dibiarkan terus
menerus (Basith et al., 2017). Remaja merupakan salah satu kelompok yang
memiliki kerentanan terhadap masalah gizi seperti defisiensi zat besi yang
dapat mengenai semua kalangan, terutama status sosial ekonomi rendah
(Fajriyah & Fitriyanto, 2016). Remaja putri memiliki kerentanan paling tinggi
dibandingkan remaja putra. Apabila seorang remaja mengalami anemia maka
akan berdampak menurunkan produktivitas dan kemampuan akademis di
sekolah (Fajriyah & Fitriyanto, 2016).
2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Remaja Putri
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami
anemia yaitu status gizi, menstruasi, dan sosial ekonomi (Basith et al., 2017).
Seperti yang diketahui bahwa anemia banyak terjadi pada remaja putri
dibandingkan remaja putra. Hal ini dikarenakan setiap bulannya remaja putri
mengalami siklus menstruasi dimana setiap bulan nya remaja putri akan
kehilangan atau kekurangan zat besi dalam darah. Siklus mestruasi setiap
remaja berbeda-beda, namun terdapat beberapa remaja putri yang memiliki
ketidakteraturan siklus haid yang mana remaja tersebut mengalami siklus
mestruasi lebih cepat atau lebih lama dari rata-rata lamanya siklus mestruasi
pada wanita. Penyebab dari lamanya mestruasi pada remaja putri disebabkan
oleh kondisi tubuh, dimana kondisi tubuh tersebut seperti kelelahan karena
terdapat banyaknya aktivitas, banyaknya aktivitas inilah yang kemudian akan
membuat remaja putri mengalami stress, yang mana stress akan
mempengaruhi hormon di dalam tubuh dan menyebabkan masalah menstruasi
(Basith et al., 2017). Semakin lama atau panjang siklus menstruasi pada
3
4
remaja putri maka akan semakin banyak pula kehilangan zat besi dalam darah
sehingga akan terkena anemia. Tak hanya banyaknya aktivitas, kebiasaan
makan yang buruk seperti mengonsumsi makanan cepat saji dan makanan
tanpa tahu kandungan gizinya juga mempengaruhi lamanya siklus
menstruasi.
Status gizi adalah kondisi kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh
interaksi antara makanan satu dengan yang lain, tubuh manusia, dan
lingkungan manusia itu sendiri (Lembong & Utama, 2018). Dengan melalui
pemeriksaan darah di laboratorium, kekurangan hemoglobin atau anemia
dapat diketahui sehingga status gizi mudah untuk ditentukan, dan juga
penentuan status gizi yang paling mudah dilakukan yaitu dengan cara
antropometri (Alexander, 2020). Dapat dikatakan sebagai status gizi baik
apabila telah memperoleh zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh, dikatakan
status gizi kurang apabila tidak memperoleh atau kekurangan zat-zat yang
dibutuhkan oleh tubuh dan dikatakan status gizi lebih apabila kelebihan zat-
zat yang dibutuhkan oleh tubuh . Status gizi kurang dapat disebabkan karena
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (Nova & Yanti,
2018). Zat gizi essensial merupakan zat yang harus diperoleh dari makanan
karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh sendiri. Zat gizi terdiri atas dua
macam, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Karbohidrat, protein, dan
lemak termasuk ke dalam zat gizi makro sedangkan mineral dan vitamin
termasuk ke dalam zat gizi mikro. Kekurangan zat gizi makro dan mikro
mengakibatkan tubuh menjadi kurus, berat badan menurun, tubuh menjadi
pendek, sakit terus menerus dan mengalami anemia (Lalusu et al., 2019).
Penyebab dari anemia pada remaja adalah kurangnya mengonsumsi sumber
makanan hewani (heme iron) dan nabati (non heme iron), dimana sumber
makanan hewani adalah sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah
diserap sedangkan makanan nabati susah untuk diserap, namun memiliki
kandungan zat besi yang tinggi (Lalusu et al., 2019).
5
Masa remaja merupakan masa peralihan, dimana di masa ini remaja
sedang mencari jati diri mereka sehingga mereka lebih sering memperhatikan
penampilan daripada memperhatikan kesehatannya, terutama pada remaja
putri. Mereka melakukan diet ekstrim untuk mendapatkan postur tubuh yang
ideal. Padahal hal ini adalah salah besar, karena nutrisi yang mereka dapatkan
tidak tercukupi. Selain itu, mereka sangat jarang untuk melakukan sarapan
pagi dengan berbagai macam alasan. Sarapan merupakan hal yang penting
bagi remaja. Remaja yang memiliki energi yang cukup, dapat memelihara
ketahanan fisik, memiliki daya tahan tubuh serta mampu meningkatkan
produktivitas yaitu dengan selalu menerapkan sarapan pagi (Alexander,
2020). Remaja diharapkan untuk tidak melewatkan sarapan pagi karena
dengan sarapan dapat memenuhi 30 % kebutuhan asupan gizi yang
diperlukan tubuh dan mengurangi terjadinya anemia pada remaja putri. Maka
dari itu, sarapan adalah hal yang penting bagi remaja.
Sosial ekonomi keluarga adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya
anemia. Banyaknya asupan energi yang cukup pada anak dapat disebabkan
faktor dari orang tua yang memberikan berbagai macam makanan sehat
(Nugrahmi, 2020). Pemenuhan gizi pada remaja akan semakin besar apabila
pendapatan yang diperoleh besar juga (Alexander, 2020). Dengan ekonomi
yang cukup, maka kebutuhan remaja akan terpenuhi sedangkan dengan
keluarga yang memiliki status sosial ekonomi rendah kebingungan diserta
kurang bervariasi dalam memberikan makanan terhadap anak. Dengan
begitulah, remaja akan mengalami berbagai macam penyakit, salah satunya
adalah anemia karena kurangnya kandungan zat besi dalam tubuh.
2.3 Cara Menanggulangi Masalah Anemia yang Terjadi pada Remaja Putri
Anemia merupakan masalah yang sangat sering terjadi dan tidak
mudah dalam mengatasinya. Di dalam keluarga, seorang ibu memiliki
peranan penting sebagai pengelola atau penyelenggaraan makanan guna
untuk meningkatkan status gizi anggota keluarga (Nova & Yanti, 2018).
Dengan memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pastinya seorang ibu akan
6
mengerti pentingnya sarapan bagi anak untuk memulai berbagai aktivitas
(Lalusu et al., 2019). Dalam mengelola makanan untuk mengatasi anemia,
seorang ibu harus mengerti apa yang harus disiapkan untuk anaknya, dengan
memberikan makanan kaya akan zat besi seperti makanan nabati berupa
kacang-kacangan, biji-bijian dan makanan hewani berupa daging dan ikan.
Namun, seorang anak tidak boleh ketergantungan terhadap ibunya dan harus
memiliki pengetahuan serta kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi
dirinya sendiri, terutama pada remaja.
Untuk menanggulangi masalah anemia yang kedua adalah dengan
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD). Sebanyak 10% remaja Putri
mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) dengan dosis pencegahan dan
untuk Wanita Usia Subur (WUS), pada saat menstruasi sehari minum 1 tablet
selama 10 hari dan pada hari normal atau tidak menstruasi 1 tablet setiap
minggu, sehingga dapat dijumlah secara keseluruhan dosis total TTD yang
diterima remaja putri sebanyak 13 tablet selama 30 hari (Nuraisya et al.,
2019). Kemudian dengan memberikan suplemen zat besi diantara waktu
makan seperti antara makan pagi dan makan siang. Dalam pemberian
suplemen ini, disarankan untuk dibarengi dengan mengonsumsi makanan
yang mengandung vitamin C karena dapat membantu tubuh dalam
penyerapan zat besi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan, berikut ini kesimpulan yang dapat
diambil.
1. Anemia merupakan keadaan seseorang dimana kadar sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dibawah batas normal.
2. Terdapat beberapa faktor remaja putri mengalami anemia yaitu
status gizi, menstruasi, dan sosial ekonomi
3. Untuk menanggulangi masalah anemia, ibu memiliki peranan
penting dalam menyiapkan makanan yang bernutrisi dan remaja
harus memiliki kesadaran terhadap kesehatannya dengan
mengonsumsi tablet tambah darah dan suplemen zat besi.
Dapat disimpulkan anemia merupakan keadaan seseorang dimana
kadar sel darah merah atau jumlah hemoglobin dibawah batas normal.
Anemia lebih banyak terjadi pada remaja putri dibandingkan remaja putra.
Terdapat beberapa faktor remaja putri mengalami anemia yaitu status gizi,
menstruasi, dan sosial ekonomi. Dalam mengatasi anemia bukanlah suatu hal
yang mudah, seorang ibu memiliki peranan penting untuk menyajikan
makanan kepada anak agar kebutuhan zat besi tercukupi. Remaja putri harus
memiliki pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya kesehatan. Remaja
harus mengomsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) secara rutin terutama pada
saat menstruasi agar dapat menggantikan zat besi yang hilang. Disamping
mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), remaja putri disarankan untuk
mengonsumsi suplemen zat besi dengan dibarengi makanan yang
mengandung vitamin C karena dapat membantu penyerapan zat besi dalam
tubuh.
7
8
3.2 Saran
Dalam kasus anemia ini, terutama pada remaja putri harus memiliki
kesadaran terhadap kesehatannya dengan mengatur pola makan dan minum
Tablet Tambah Darah serta suplemen zat besi. Tidak hanya remaja putri,
namu Pemerintah harus ikut bertindak terhadap permasalahan anemia dengan
cara menyediakan tablet tambah darah dan membagikannya kepada tiap
puskesmas dan kemudiannya menyalurkannya pada remaja serta memberikan
penyuluhan terhadap permasalahan anemia. Dengan begitu, penulis berharap
anemia yang terjadi pada remaja terutama remaja putri semakin berkurang.
DAFTAR RUJUKAN
Alexander, M. (2020). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia
pada Remaja Putri di Sekolah SMPN 09 Pontianak Tahun 2019.
Jurnal_Kebidanan, 9(2).
https://doi.org/10.33486/jurnal_kebidanan.v9i2.84
Basith, A., Agustina, R., & Diani, N. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan, 5, 10.
Fajriyah, N. N., & Fitriyanto, M. L. H. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan
Tentang Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1),
97336.
Indartanti, D., & Kartini, A. (2014). Hubungan status gizi dengan kejadian anemia
pada remaja putri. Journal of Nutrition College, 3(2), 310–316.
Lalusu, E. Y., Sattu, M., Tongko, M., Balebu, D. W., & Syahrir, M. (2019). Status
Gizi Remaja Puteri Penderita Anemia di Kota Luwuk: (Nutritional Status
of Adolescent With Anemia In Luwuk). Jurnal Kesmas Untika Luwuk :
Public Health Journal, 10(2), 51–56. https://doi.org/10.51888/phj.v10i2.1
Lembong, E., & Utama, G. L. (2018). Penilaian Status Gizi Balita dan Ibu Hamil
RW 01 Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. 3.
Nova, M., & Yanti, R. (2018). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan
Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi pada Siswa MTs.S An-nur Kota
Padang. JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal),
5(2), 169–175. https://doi.org/10.33653/jkp.v5i2.145
Nugrahmi, M. A. (2020). Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Gangguan
Haid. 6.
Nuraisya, W., Luqmanasari, E., & Setyowati, A. (2019). Efektifitas Pemberian
TTD Melalui Program Gelang Mia pada Remaja terhadap Tingkat Anemia
(Studi Analitik Pada Remaja Putri di SMP Seluruh Kecamatan Pare).
Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 6(3), 310–
319. https://doi.org/10.26699/jnk.v6i3.ART.p310-319
9