Bram Burmanajaya, SKM. M. Kep.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
DALAM PENANGANAN
DIAGNOSIS NYERI AKUT
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
TERAPI NON FARMAKOLOGI
DALAM PENANGANAN DIAGNOSIS NYERI AKUT
Bram Burmanajaya, SKM. M. Kep.
Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang tidak nyaman baik secara
sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan jaringan
ataupun tidak (Association for the study of pain). Tipe dari nyeri adalah:
Cutaneous pain, Viseral pain, Neuropathic pain, Acute pain dan chronic pain.
Asosiasi Nyeri Internasional (1997) menggambarkan nyeri sebagai perasaan yang
tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang dihubungkan dengan
aktual atau potensial kerusakan jaringan tubuh. Selanjutnya Perry& Potter (2005)
menyatakan bahwa nyeri seringkali merupakan tanda yang menyatakan ada
sesuatu yang secara fisiologis terganggu yang menyebabkan seseorang meminta
pertolongan. Nyeri juga merupakan masalah yang serius yang harus direspons dan
di intervensi dengan memberikan rasa nyaman, aman dan bahkan membebaskan
nyeri tersebut.
Nyeri adalah salah satu alasan paling umum bagi pasien untuk mencari bantuan
medis dan merupakan salah satu keluhan yang paling umum Nyeri dapat diatasi
dengan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Managemen nyeri non
farmakologikal merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri
dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara
lain relaksasi, distraksi, massage, guided imaginary, massage, kompres, terapi
musik, murottal dan lain sebagainya (Smeltzer et al., 2008). Teknik non
farmakologi merupakan salah satu intervensi keperawatan secara mandiri untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Teknik relaksasi memberikan
individu kontrol diri ketika nyeri muncul dan dapat digunakan pada seseorang
sehat ataupun sakit (Perry & Potter, 2005).
Distraksi Pendengaran
Distraksi pendengaran bisa melalui terapi musik instrumental dan terapi
mendengarkan Asmaul Husna. Berdasarkan hasil penelitian terapi tersebut efekti
dalam menurunkan skala nyeri pada pasien fraktur, yaitu terdapat pengaruh
pemberian terapi musik terhadap tingkat nyeri pada pasien fraktur di rumah sakit
dari hasil penelitian tersebut terjadi penurunan tingkat nyeri dengan mean 8,33
menjadi mean 7,36.
Distraksi pendengaran merupakan salah satu tindakan untuk mengatasi nyeri
pada fraktur, individu yang mengalami kesakitan akan merasa rileks saat
mendengarkan musik atau sejenisnya. pelepasan opioid endogen, atau disasosiasi.
Musik atau sejenisnya memberikan efek distraksi dan sisasosiasi opiat endogen di
beberapa fosi didalam otak, termasuk hipotalamus dan sistem limbik (Joyce &
Jane, 2014).
Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisir yang
terdiri atas melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya. Jenis musik yang
efektif dalam mengatasi nyeri adalah musik klasik karena musik klasik memiliki
tempo yang berkisar antara 60-80 beats per menit setara dengan detak jantung
manusia. Musik klasik bermanfaat untuk membuat seseorang menjadi rileks,
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih (Ani &
Diah, 2016).
Musik menstimulasi pengeluaran endorfin. Endorfin memiliki efek relaksasi pada
tubuh. Edorpin juga sebagai ejektor dari rasa rileks dan ketenagan yang timbul,
midbrainmengeluarkan Gama Amino Butiryc Acid (GABA) yang berfungsi
menghambat impuls listrik dari satu neuron ke neuron lainnya oleh
neurotransmitterdidalam sinaps.Selain itu juga, midbrainmengeluarkan enkepalin
dan beta endorfin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akhirnya
mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi
sensorik somatik diotak.Sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri berkurang
(Novita, 2012).
Relaksasi Nafas Dalam
Hasil penelitian yang didapatkan relaksasi nafas dalam efektif digunakan
untuk menurunkan skala nyeri yang dirasakan oleh pasien pre maupun post
operasi fraktur. Relaksasi nafas dalam dapat memberikan perubahaan yang
dirasakan pada tubuh secara fisiologis yang bersifat emosional serta sensorik.
Relaksasi nafas dalam merupakan salah satu terapi non farmakologi yang
memberikan efek relaksasi yang dapt menurunkan skala nyeri dengan merangsang
susunan saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang untuk memproduksi
pengeluaran hormone edorphine yang membantu untuk menurunkan skala nyeri
yang dirasakan oleh individu. (S.B. AJI, 2015)
Selain menurunkan nyeri pada pasien fraktur relaksasi nafas dalam juga dapat
menurunkan berbagai macam nyeri yang dirasakan oleh pasien misalnya nyeri yang
dirasakan oleh pasien post section Caesar (Kristiarini, 2013).
Kompres Dingin (Cold Pack)
Terdapat pengaruh kompres dingin terhadap penurunan skala nyeri yang
dirasakan oleh pasien fraktur. Kompres dingin (Cold Pack) efektif digunakan untuk
menurunkan nyeri yang dirasakan oleh pasien. Kompres dingin merupakan salah
satu tindakan keperawatan dan banyak digunakan untuk menurunkan nyeri.
Sensasi dingin yang dirasakan memberikan efek fisiologis yang dapat menurunkan
respon inflamasi, menurunkan alirah darah, mampu menurunkan edema serta
mengurangi rasa nyeri local. Secara fisiologis, 10-15 menit setelah diberikan
kompres dingin terjadi proses vasokonstriksi dari efek releks otot polos yang dapat
timbul akibat stimulasi system saraf otonom serta mampu menstimulasi
pengeluaran hormone endorphine. (Novita, 2010).
Bleakley et al (2007), melakukan penelitian terkait penangan cedera dengan
menggunakan es, hasil yang didapatkan yaitu jaringan lunak yang cedera dapat
menurunkan nyeri serta menghilangkan pembengkakan. Terapi es ini dianjurkan
1-3 hari setelah cedera atau pada saat fase cedera akut. Selama itu, pembuluh
darah disekitar jaringan yang terluka membuka nutrisi dan cairan masuk ke dalam
darah untuk membantu penyembuhan jaringan.
Range of Motion (ROM)
ROM efektif digunakan untuk menurunkan skala nyeri pada pasien post operasi
fraktur. ROM merupakan upaya pengobatan yang penatalaksanaannya
menggunakan latihan gerak baik secara aktif maupun secara pasif. ROM diberikan
untuk mengatasi gangguan fungsi gerak, mecegah komplikasi, mengurangi nyeri
dan edema dan melatih aktivitas akibat operasi. Rom diberikan pada bagian yang
mudah kontraksi dan relaksasi sehingga pasien yang telah menjalani operasi
fraktur tidak mengalami kekakuan otot. (Hendrik, 2012). Terdapat pengaruh
latihan ROM aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur tibia
Tati (2015).
Kompres hangat
Terapi kompres hangat adalah salah satu terapi managemen nyeri persalinan
selain terapi alternatif lainnya seperti pemberian psikoedukasional, terapi
biofeedback, terapi endorphin, gatekontrol dan sensory transformation. Terapi
kompres hangat juga telah banyak digunakan sebagai terapi nyeri di bidang
keilmuan lain misalnya mengurangi nyeri persendian, nyeri postoperasi.
Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan signal ke
hipothalamus melalui spinal cord. Ketika reseptor yang peka terhadap panas
dihipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan signal yang memulai
berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah akan
memperlancar sirkulasi oksigenisasi mencegah,terjadinya spasme
otot,memberikan rasa hangat membuat otot tubuh lebih rileks,danmenurunkan
rasa nyeri.
Air Kelapa
Keluhan rasa nyeri saat menstruasi dapat disebabkan karena adanya
hiperkontraktilitas rahim yang disebabkan oleh prostaglandin. Air kelapa
mengandung beberapa substansi yang dibutuhkan saat wanita mengalami haid. Air
kelapa secara alami mengandung banyak vitamin dan mineral. Cairan elektrolit
bermanfaat mencegah dehidrasi yang diakibatkan karena darah yang keluar saat
haid. Asam folat membantu produksi darah. Selain itu, air kelapa diperkirakan
dapat merangsang tubuh untuk menstabilkan produksi hormon prostaglandin saat
wanita mengalami haid. Sehingga dapat mencegah kerja prostalgandin dalam
hiperkontraktilitas rahim. Pada akhirnya rasa nyeri saat menstruasi dapat
dikurangi.
Relaksasi Autogenik
proses terjadinya nyeri meliputi tahapan transduksi, transmisi, persepsi dan
modulasi (Briggs, 2010). Pada tahap mudulasilah dilakukan mekanisme memblok
rangsang nyeri dari spinal cord ke otak dan metode pokok untuk proses ini
menggunakan teori gate control dimana relaksasi autogenic menjadi bagian dari
teori gate control ini (Melzack & Wall, 2008).