The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by permadhi, 2021-04-19 07:54:02

Setangkai Bunga Kehidupan

Indriati

Keywords: setangkai,bunga,kehidupan,indriati

Judul Cerpen
SETANGKAI BUNGA KEHIDUPAN

Oleh
INDRIATI

Kata Pengantar

Menikmati suatu karya sastra berarti
memberi nafas bagi jiwa, mengasah rasa seni dan
sense. Lewat karya-karya tersebut manusia dapat
mengasah kepekaan budi dan emosinya,
bercermin membandingkan situasi dunia yang
dihuni dan dikenal oleh penulis pada masa
hidupnys dengan dunia yang dipijak dan
diempatinya saat ini. Melalaui budaya,gaya
bahasa, sejarah,struktur dan tatanan
masyarakat,serta segala sesuatu yang menyangkut
masa lalu,perasaan tertentu dapat muncul di
hati,seolah-olah kita sendiri mengalaminya.

Melalui serangkaian cerita dalam cerpen
ini kita dapat mengetahui segala sesuatu untuk
menjadi baik dan sukses. Semua rangkaian cerita
yang menghibur dan memotivasi penulis hadirkan
dalam sepenggal kisah yang ini.

Akhir kata selamat menikmati cerpen ini
sebagai hiburan yang segar mengisi rutunitas anda
sehari-hari.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................ i
Daftar Isi.................................................................. ii
Plester Cinta............................................................. 1
Kode Ujian............................................................... 3
Indigo Juga Manusia................................................ 6
Si Belang Kucing Yang Setia................................... 9
Jangan Matikan Lampu............................................. 12
Kisah Buaya Yang Serakah....................................... 16
Masa Putih Abu......................................................... 18
Kisah Dua Orang Sahabat......................................... 20
Mogu Anak Yang Rajin Dan Pohon Pengetahuan.... 22
Petak Umpet.............................................................. 24

Plester Cinta

Bola basket sedang memantul kesana-kemari
mengikuti arahan tangan remaja yang sedang asik berebut
dan berlari. Sorak-sorak gembira dan histeris terdengar
dari bangku penonton.

Walaupun hari ini adalah pertandingan basket
remaja putri tetap saja tidak kalah seru saat remaja putra
yang bermain. Semua itu karena memang mereka sudah
cukup jago dan mampu membuat siapapun terkagum-
kagum.

Seorang wanita dengan rambut panjang terikat
sedang berusaha membawa bola menuju Ring lawan
namun hadangan terus terjadi. Hingga akhirnya bola
mampu masuk ring namun membuat wanita bertubuh
jangkung tersebut jatuh tersungkur karena melawan arus
lawan.Priiiit suara wasit meniupkan peluit
menggema.“Medis! Tasya luka tolong” ucap wasit.

Seorang pria bertubuh mungil datang berlari
dengan membawa kotak P3K. Pertandingan mau tidak
mau akhirnya dijeda terlebih dahulu.

Tania telah dibawa ke pinggir lapangan dan pertandingan
mulai berjalan kembali. “Aku enggak kenapa-napa Bim”
ucap Tasya pada Bima yang sedang mengobati lukanya.

“Iya aku tau, hati-hati bisa dong Tas. Kamu cewek masa
banyak lecet di mana-mana”

Tasya cemberut “Terus kalau aku penuh luka kamu
enggak suka aku lagi gitu?” ucap Tasya.

Bima menempelkan plester pada dagu dan lutut Tasya
setelah itu Bima mengacak-acak rambut Tasya “Aku
bakal jadi plester kamu” ucap Bima

“Kalau sudah selesai diobatin bisa kalian pacarannya
nanti dulu, pertandingan penting ini” ucap seorang
pemain yang melipir sedikit ke pinggir lapangan.

Tasya berlari dan mendekati wasit menandakan
dirinya sudah siap bertanding. Bima dan Tasya jelas
berbeda bahkan banyak yang meledek pasangan ini.
Bagaimana tidak mereka memiliki tinggi badan yang
berbeda dan Bima lah yang pendek disini.

Namun Bima sudah bertekad, bahkan saat ia memutuskan
untuk masuk ekskul PMR itu semua untuk Tasya. Agar
Bima dapat mendukung Tasya selalu.

Kode Ujian

Kegaduhan kelas tidak terlihat sama sekali, justru
ketegangan dan kesunyian yang saat ini sangat terasa.
Semua itu karena saat ini sedang ada ujian di sekolah dan
tentu saja ini menjadi momen remaja paling diam saat
KBM.

Namun percayalah itu hanya yang terlihat dari luarnya
saja tetapi aslinya justru menyimpan kegaduhan yang
teramat sangat dan hanya dapat dimengerti oleh siswa-
siswi sekolahan.

Reno sedang asik menggaruk-garuk kepalanya yang tidak
gatal, semua itu ia lakukan sengaja untuk memberikan
sinyal pada temannya yang ada di belakang. Dimana
jarinya akan terangkat menandakan butuh jawaban dari
nomor sesuai jarinya.

Marta yang melihatnya mulai membaca sinyal dan
berdehem “Ehem, ehem, ehem” dimana 3 kali deheman
menandakan jawaban adalah C.

Haikal merebahkan kepalanya pada meja sembari
berusaha memasang wajah seserius mungkin untuk
membuat guru pengawas tidak mencurigainya.

Setelah itu Haikal menoleh ke arah kiri tempat Reno
duduk sembari membuka mulutnya tanpa suara yang

hanya dapat dimengerti mereka. Reno yang mengerti
memainkan jarinya kembali sembari mengacak-ngacak
rambut dan memperlihatkan 3 jarinya menandakan
jawaban C.

Kertas-kertas kecil mulai dioper dari satu bangku ke
bangku yang lainnya, tentu saja isi kertas tersebut adalah
jawaban atas soal yang begitu banyaknya.

Namun perlu diketahui para remaja ini sebenarnya
menggantungkan nasib mereka dari teman ke teman tanpa
tahu bagaimana akhirnya. Semua itu karena terkadang
jawaban yang menyebar tidak diketahui asal usulnya dan
apakah itu benar atau tidak.

Saat ini yang terpenting adalah jumlah soal yang hampir
100 soal ini habis terisi, masalah jawaban di akhir saja
dipikirkan. Toh nanti remedial bersama-sama juga.

Namun hal ini tentu saja tidak dilakukan oleh semua
remaja yang bersekolah masih ada mereka yang jujur
dengan giat belajar dan mengerjakan semuanya sendiri.

Tentu saja saat hasil keluar mereka yang menggunakan
otak sendiri memperoleh nilai yang cukup memuaskan.
Sedangkan yang bermain kode harus menyesuaikan
kehokian, apakah setidaknya jawaban mereka bisa
membuat nilai aman.

Justru remedial bukanlah momok menakutkan karena
tentu saja mereka akan melaluinya bersa-smama a.
Mereka semua belum sadar, dunia yang nantinya akan
dihadapi tidak bisa dengan mudah diselesaikan hanya
dengan kode saja.

Indigo Juga Manusia

Terduduk diam seorang remaja putri di bangku
belakang paling ujung. Semua itu karena dirinya berbeda
dan masih banyak orang yang tidak menerima perbedaan
itu. Lea sedang berusaha untuk tidak mempedulikan
tatapan teman-temannya yang menatap aneh.

“Alea Pramanda”

Lea berdiri “Saya bu” ucap Lea.

Seketika kelas menjadi gaduh dan menatap Lea
dengan penuh kebingungan.Mata tajam yang sangat
dingin memandangi Lea dari bangku guru “Anak baik,
dipanggil ibu ya harus jawab ya” ucap wanita itu sebelum
akhirnya matanya memelotot dan darah mulai mengalir
dari mulutnya.

“Lea duduk” ucap seorang guru yang baru saja membuka
pintu.

Namun terlambat, teman Lea yang ada di depan saat ini
sudah kejang-kejang. Perlahan tapi pasti akhirnya semua
murid berteriak histeris dan hanya menyisakan Lea dan
guru yang baru datang.

Lea ketakutan namun guru tersebut berusaha
menenangkan “Lea tidak apa ibu di sini, kamu bisa bantu
teman-temanmu? Sekali ini saja Lea tolonglah”

Sebenarnya Lea tidak mau menolong mereka, beberapa
minggu yang lalu Lea hampir dikeluarkan dari sekolah
karena mereka yang berdemo dan menginginkan Lea
pergi dari sekolah.

Lea tidak pernah meminta untuk berbeda, Lea hanya ingin
mereka tahu bahwa walaupun Lea seorang indigo, Lea
tetaplah manusia.

Langkah Lea yang perlahan menyelinap kerumunan
teman-temannya yang sedang menjerit-jerit. Lea
menghentikan langkahnya tepat pada sesosok makhluk
yang selalu Lea benci, sesosok makhluk yang tidak tahu
tempat dan hanya menyusahkan Lea.

“Pergi!!!!” ucap Lea saat berada tepat di depan makhluk
yang mampu menimbulkan kegaduhan satu sekolah.

Tenaga Lea terasa terserap dan tubuhnya benar-benar
lemas, akhirnya Lea jatuh pingsan tidak sadarkan diri
karena kelelahan.

Lea terkadang berharap matanya tidak terbuka lagi jika
hanya untuk melihat mereka yang tidak sama dengannya.
Rasanya sudah sangat lelah. Namun nyatanya Tuhan
masih memberikan Lea umur panjang.

Hanya saja yang berbeda saat ini, saat membuka
mata ada beberapa teman di kelasnya yang menunggu Lea
sadar dan mengucapkan terima kasih. Hati Lea terasa
sangat hangat dan isak tangis tak tertahankan.

Si Belang Kucing Setia

Semilir angin berhembus cukup ringan dan
mampu memberikan kesejukan, sore itu Nina sedang
menghabiskan waktunya melukis di taman. Baik itu
melukis awan, burung ataupun orang yang ada di taman.

Sembari memakan roti isi kesukaannya Nina seperti asik
dengan dunianya sendiri. Tangan Nina yang mulai
merabah-rabah mencari penghapus sedangkan matanya
masih tidak lepas dari buku gambarnya.

Ternyata tangannya tidak menurutinnya dan mulai
mengacak, dimana roti isi kesukaannya terhempas hingga
jatuh ketanah.

Mata Nina tertarik memandangi seekor kucing kecil
berwarna coklat, putih dan kuning yang perlahan medekat
dan memakan roti isi Nina yang terjatuh.

Nina terkejut saat perlahan tapi pasti, roti itu dilahap abis
oleh kucing kecil yang terlihat tida terurus ini. Seketika
air mata Nina menetes, melihat kucing ini
mengingatkannya pada dirinya sendiri yang dulu.

Dimana tidak terurus, luntang-lantung di jalan dan
selamat karena Nenek mengadopsinya. Walau saat ini
nenek sudah tidak ada tapi didikannya untuk selalu baik
pada setiap mahluk yang ada di bumi adalah wajib.

Akhirnya sejak saat itu Nina membawa kucing itu pulang,
merawatnya dan hidup berdua dengan kucing itu.

Nina yang sibuk bekerja tetap menyempatkan pulang
kerumah untuk memberi makan kucing yang diberi nama
Belang.

Si Belang selalu setia menunggu Nina di depan pintu
sembari memberi meongan lucu untuk menghibur Nina.

Suatu ketika Nina merasakan sakit pada kepalanya
yang mendadak dan teramat menyiksa, Belang ada di
samping Nina dan terus menjilat jemari Nina.

Nina mengangkat Belang dan mendekapnya erat, saat
paginya Nina sedang menyiapkan makanan sebelum
berangkat kerja namun tiba-tiba kepalanya sakit kembali.

Rasa sakitnya melebihi yang semalam Nina rasakan,
menjulur hingga keseluruh tubuh Nina, hingga akhirnya
Nina jatuh pingsan.

Melihat itu Belang mendekati Nina dan terus menjilati
jemari Nina, namun tidak ada tanggapan dari Nina.
Meongan juga telah Belang suarakan dengan keras tapi
Nihil, Nina tetap tidak bergeming.

Akhirnya Belang berlari meninggalkan rumah dan
terus mengeong kepada pemilik warung di samping
rumah Nina. Awalnya pemilik warung tidak mengerti ada
apa dengan Belang.

“Sebenernya kamu kenapa? Mana Nina, tumben kamu
disini”

Belang berlari sembari terus mengeong dan berhenti tepat
di depan pintu rumah Nina, pemilik warung yang
penasaran akhirnya memilih masuk ke rumah Nina.

Nina dirawat di rumah sakit cukup lama, saat itu pemilik
warung sering memberi makan Belang, namun tidak
pernah di sentuh oleh Belang.

Belang hanya terduduk diam di depan pintu rumah Nina,
hal itu membuat Belang kian mengurus.

Tepat sepuluh hari Nina kembali ke rumah dan mendapati
Belang yang ada di depan rumahnya. Belang Mengeong
dengan suara yang sangat lemas, jilatan langsung
menyambut jemari-jemari Nina.

Melihat hal tersebut Nina membawa belang ke rumah
sakit hewan, walaupun sempat sehat, akhirnya Belang
mati tepat 2 minggu setelahnya. Belang ditemukan dalam
lemari pakaian Nina.

Jangan Matikan Lampu

Terik matahari membuat Bowo membasuh
keringatnya yang kian membasahi wajah dan tubuhnya.
Siang itu Bowo baru saja diusir dari kamar kosnya karena
menunggak.

Mau bagaimana lagi, Bowo hanya seorang buruh
bangunan yang kadang kerja dan kadang tidak. Sangat
sulit untuk Bowo mencari kamar yang disewakan dengan
harga murah, jika harus ukuran sempitpun Bowo bersedia.

Hingga suatu ketika Bowo melihat plang di depan sebuah
rumah bertuliskan ada kamar kosong harga murah.

Saat memasuki halaman rumah itu tidak tahu kenapa
perasaan Bowo tidak enak, rasanya sunyi, sepi dan dingin.

“Ada perlu apa”

Suara berat itu membuat Bowo seketika terkejut dan
jantungnya hampir copot. Seorang wanita parubaya
mendekatinya.

“Saya cari kamar kos Bu” ucap Bowo.

“Masuklah, disini ada 1 kamar kosong, kamu tidak perlu
membayar hanya saja tetapi listrik sistem pulsa jadi kamu
bayar sendiri”

Tentu Bowo terkejut mendengarnya, siapa yang akan
memberikan penawaran seperti ini.

“Tapi kamu dengar, lampu kamar jangan pernah
dimatikan, walaupun itu pagi ataupun siang”

Bowo mengiyakan saja padahal dirinya tidak akan
menuruti hal tersebut, dia harus mengirit.

Letak kamar ini terpisah dari rumah ibu tadi,
letaknya di belakang rumah, cukup lusuh dan tidak
terawat. Tidak tahu kenapa Bowo seperti merasakan
banyak sorotan mata yang memandangnya saat Bowo
memasuki kamar.

Karena hari sudah mau malam akhirnya Bowo memilih
tidak mematikan lampunya dan mulai bersiap tidur. Tidak
tahu kenapa mata Bowo sulit sekali terpejam dan rasanya
kamar ini sangatlah dingin.

Pagi harinya walaupun sempat ragu akhirnya Bowo
memilih mematikan lampu dan berangkat kerja.

Sore hari saat Bowo pulang dan hendak mandi Bowo
melihat lampu kamarnya menyala “Pasti ibu kos, enggak
tau orang ngirit apa” ucap Bowo sembari mematikan
lampu dan berjalan masuk ke kamar mandi.

Saat Bowo mandi tidak tahu dari mana Bowo mendengar
suara orang ramai, seperti di depan pintu kamar

mandinya. Sangat dekat dan semakin membesar saja
suaranya dengan cepat Bowo meraih handuk dan keluar.

Namun hal yang ditemukan tidak ada, kamar itu kosong
tanpa ada satupun orang serta suara ramai tadi telah
menghilang.

Bowo merinding seketika dan langsung menyalakan
lampu, namun nihil lampu tidak menyala.

Hingga malam lampu masih tidak mau menyala dan
Bowo memilih tidak terlalu memikirkannya dan memilih
tidur.

Saat baru menutup matanya suara berisik orang terdengar
kembali dan Bowo yakin dirinya tidak salah dengar, suara
ramai itu ada disini, bersamanya di kamar ini.

Benar saja saat Bowo membuka mata, seketika ruangan
terang namun bukan dari cahaya lampu tapi cahaya
rembulan yang tidak tahu dari mana.

Begitu juga dengan begitu ramainya makhluk-makhluk
tak kasat mata, mulai dari yang berbadan hitam besar
dengan mata merah dan tubuh berbulu.

Hingga wanita berpakaian putih dengan rambut panjang
yang wajahnya sangat pucat dan penuh darah.

Menatap Bowo lekat-lekat dan seketika jeritan Bowo
tidak terelakan. Perlahan makhluk itu mendekati Bowo
sembari salah satunya mengucapkan kalimat yang sama
dengan ibu kosnya. “Jangan matikan lampu” ucap
mereka.

Bowo jatuh pingsan dan saat bangun terkejutlah Bowo
mendapati dirinya yang sudah terbaring di sebuah
pemakaman.

Kisah Buaya Yang Serakah

Di pinggiran sungai ada seekor buaya yang sedang
kelaparan, sudah tiga hari Buaya itu belum makan
perutnya terasa la sekali mau tidak mau hari ini dia harus
makan sebab kalau tidak bisa-bisa ia akan mati kelaparan.
Buaya itu segera masuk ke dalam Sungai ia berenang
perlahan-lahan menyusuri sungai mencari mangsa.

Buaya melihat seekor bebek yang juga sedang berenang
di sungai, Bebek tahu dia sedang diawasi oleh Buaya, dia
segera menepi. Melihat mangsanya akan kabur Buaya
segera mengejar dan akhirnya Bebekpun tertangkap.

Ampun Buaya, tolong jangan mangsa aku, dagingku
sedikit, kenapa kamu tidak memang sa kambing saja di
dalam hutan,” ucapnya seraya menagis ketakutan

“Baik, sekarang kau antar aku ke tempat persembunyian
Kambing itu,” perintah buaya dengan menunjukkan taring
yang sangat tajam.

Berada tidak jauh dari tempat itu ada lapangan hijau
tempat Kambing mencari makan, dan benar saja di sana
ada banyak Kambing yang sedang lahap memakan
rumput.

“Pergi sanah, aku mau memangsa Kambing saja,” Bebek
yang merasa senang, kemudian berlari dengan kecepatan
penuh.

Setelah mengintai beberapa lama, akhirnya Buaya
mendapatkan satu ekor anak Kambing yang siap dia
santap. “Tolong, jangan makan aku, dagingku tidak
banyak, aku masih kecil, kenpa kamu tidak makan gajah
saja yang dagingnya lebih banyak, aku bisa mengantarkan
kamu ke sana”.

“Baik, segera antarkan aku ke sana!” Anak Kambing itu
mengajak buaya ke tepi danau yang luas, di sana ada anak
Gajah yang besar. Buaya langsung mengejar dan
menggigit kaki anak Gajah itu. Walau besar, tapi kulit
Gajah itu sangat tebal, jadi tidak bisa melukainya.

Anak Gajah itu berteriak meminta tolong kepada ibunya.
Buaya terus saja berusaha menjatuhkan anak Gajah itu,
tapi sayang tetap tidak bisa. Mendengar teriakan anaknya,
sekumpulan Gajah mendatangi dan menginjak Buaya itu
sampai tidak bisa bernafas. Buaya itu tidak bisa melawan,
karena ukuran ibu Gajah itu sangat besar, ditambah dia
juga lemas karena belum makan. Buaya itu kehabisan
tenaga dan mati.

Masa Putih Abu

Anin baru saja menginjakkan kaki di sekolah
dengan jenjang barunya yaitu Sekolah Menengah Atas
atau SMA yang cukup terkenal di daerah Bandung.

Selama 3 tahun masa belajarnya di SMP, Anin tidak
menyangka jika hasil belajarnya tidak sia-sia dan malah
membawa Anin untuk masuk ke SMA terkenal di daerah
Bandung.

Setelah melewati masa MPLS, Anin mulai
memasuki masa SMA-nya. Memakai baju putih abu abu,
bertemu kakak kelas yang beragam sifatnya, dan masih
banyak lagi hal yang Anin temui di masa SMA-nya.
Terlebih, Anin yang mulai menyukai kakak kelasnya yang
satu ekstrakurikuler dengannya.

Namanya Kak Bagas, kakak senior Anin di
ekstrakurikuler Paskibra. Bagas ini jauh berbeda dari
senior yang lain, Bagas lebih banyak tersenyum dan
ramah ketika bersama adik kelas ketimbang jutek dan
galak pada adik kelasnya.

“Anin!”

Anin merasa ada yang memanggil dirinya ketika jam
istirahat, setelah menengok ia menemukan Bagas yang
sedang berjalan kearahnya sambil tersenyum.

“eh Kak Bagas, ada apa ya Kak?” tanya Anin sembari
menunduk, tak berani menatap Bagas yang posisinya
adalah senior dan kakak kelas Anin.

“sampein keangkatan kamu ya, hari ini gak ekskul dulu
dan gantinya itu hari besok.” ujar Bagas

Anin menganggukan kepalanya tanda mengerti, sebelum
ia pamit Bagas malah menahannya kembali.

“Nin, boleh minta ID Line gak?”

Anin yang saat itu kepalang malu langsung saja memberi
tahu Bagas ID Linenya dan berlari menuju kelasnya.

Anin rasa, ini masa putih abu yang ia dambakan. Bisa
dekat dengan kakak kelas... Hahaha.

Kisah Dua Orang Sahabat

Dua orang sahabat melakukan perjalanan
bersama-sama. Di tengah perjalanan keduanya bertengkar
karena masalah yang sepele. Tapi karena kesal dan marah,
salah seorang dari dua sahabat tersebut menampar
temannya. Teman yang ditampar kemudian menuliskan
pesan di atas pasir, “Hari ini sahabat baikku
menamparku.” Kemudian melanjutkan perjalanan
bersama dengan sahabatnya.

Setibanya di sebuah sungai, sahabat yang ditampar tadi
terjatuh dan hampir tenggelam. Melihat sahabatnya
tenggelam, sahabat yang menampar langsung menolong
temannya dengan sigap dan cepat. Kemudian teman yang
jatuh tersebut menulis pesan di atas batu, “Hari ini sahabat
baikku menyelamatkan hidupku.”

Sahabat yang menampar temannya tadi bertanya kepada
temannya,”Mengapa engkau menulis kesalahanku di atas
pasir, sedangkan menulis kebaikanku di atas batu?” Si
sahabat satunya menjawab,”Agar kesalahan yang kau
lakukan bisa langsung hilang terhapus oleh angin,
sedangkan kebaikanmu bisa terpahat selamanya di atas
batu dan akan selalu diingat.” Keduanya pun berpelukan
dan melanjutkan perjalanan dengan persahabatan yang
lebih erat.

Pesan moral yang bisa diambil dari contoh cerpen
anak sekolah dasar di atas adalah bahwa ketika seseorang
melakukan kesalahan maka cepat-cepatlah dimaafkan
agar tidak diingat terus dan merusak hubungan dengan
teman, sedangkan kebaikannya diingat selalu agar sesama
sahabat punya kenangan yang indah satu sama lain. Pesan
lainnya yang bisa dipetik adalah meski sedang marahan
namun jika teman sedang membutuhkan bantuan maka
bantulah sebisa mungkin agar tali persahabatan tidak
putus.

Mogu Anak Rajin Dan Pohon Pengetahuan

Pada suatu waktu, hiduplah seorang anak yang
sangat haus ilmu pengetahuan. Namanya Mogu. Ia hidup
sebatang kara dan bekerja mencari kayu bakar di hutan.

Pada suatu hari, ia tersesat di hutan dan bertemu pohon
pengetahuan. "Dengarlah, Nak! Aku adalah Pohon
Pengetahuan. Banyak sekali orang mencariku, namun tak
berhasil menemukan. Hanya orang yang berhati bersih,
baik hatinya dan haus ilmu pengetahuan yang dapat
menemukanku. Kau telah lolos dari persyaratan itu. Aku
akan mengajarimu berbagai pengetahuan," kata pohon
pengetahuan.

Sejak hari itu, Mogu belajar pada pohon pengetahuan.
Hari-hari berlalu dengan cepat. Mogu tumbuh menjadi
pemuda yang tampan. Pengetahuannya sangat luas.

Suatu hari, pohon pengetahuan berkata, "Mogu, kini
pergilah mengembara! Carilah pengalaman yang banyak.
Gunakanlah pengetahuan yang kau miliki untuk
membantumu. Jika ada kesulitan, kau boleh datang
padaku."

Mogu pun mengembara ke desa-desa. Ia menggunakan
pengetahuannya untuk membantu orang. Suatu ketika,
Mogu tiba di ibu kota. Di sana ia mengikuti ujian

menjadi pegawai kerajaan. Mogu berhasil lulus dengan
peringkat terbaik.

Petak Umpet

Dua saudara muda berada di rumah sendirian di
apartemen sementara orang tua mereka mengunjungi
tetangga mereka sebentar.

“Jadilah anak laki-laki yang baik,” kata orang tua mereka.

Agar mereka sibuk, anak-anak memutuskan untuk
bermain petak umpet. Bocah yang lebih tua menoleh ke
dinding dan mulai menghitung. Dia bisa mendengar kaki
adik laki-lakinya ketika dia berlari mencari tempat untuk
bersembunyi.

“Siap atau tidak, aku akan datang,” seru kakak laki-laki
itu dan pergi mencari saudaranya. Dia melihat di semua
tempat yang biasa, di belakang sofa, di kamar mandi di
belakang tirai shower, di balik tirai di setiap kamar, dan di
bawah semua tempat tidur, tetapi dia tidak dapat
menemukannya. Apartemen itu sunyi senyap.

Kemudian dia mendengar suara gesekan dari lemari
pakaian. Bocah itu yakin dia sudah melihat ke sana, tetapi
dia tetap pergi dan berseru, “Keluarlah, aku
menemukanmu!” Tetapi hanya ada kesunyian.

Lagi-lagi dia memanggil saudaranya untuk keluar dan
tidak melakukan apa-apa lagi. Membuka pintu, bocah itu
mencoba mengintip ke balik dinding gaun dan mantel
yang tergantung di sana. Dia membungkuk, tetapi dia
tidak melihat ada kaki berdiri di sana. Dia mulai bangkit
dan meletakkan tangannya ke dalam pakaian untuk
merasakan adiknya ketika tangan dingin, putih, dan es
keluar, meraih pergelangan tangannya, dan mencoba
menariknya ke dalam lemari.

Ketika dia berusaha membebaskan diri, dia
mendengar suara di belakangnya, melihat dari balik
bahunya, dan melihat saudaranya di belakangnya. “Tidak
bisakah kau menemukanku?” Tanya bocah itu.

Kakak laki-laki itu berteriak ketakutan dan mati-matian
berusaha membebaskan diri dari cengkeraman tangan,
sambil ditarik ke dalam lemari pakaian. Adik laki-laki itu
meraihnya dan bersama-sama mereka berhasil
melepaskan diri. Mereka berdua berlari berteriak dari
apartemen.

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika tangan itu
berhasil menariknya.

BIOGRAFI

Indriati,S.Pd, lahir di Ambarawa,Semarang pada
tanggal 07 November 1974. Menyelesaikan Sekolah
Dasar dan Menengah di kota Ambarawa. Setelah lulus
SMEA Masehi ambarawa melanjutkan Pendidikan di
IKIP PGRI Semarang mengambil Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.

Saat ini masih aktif mengajar di kelas VI (Enam)
di SD Negeri 4 Getas,Kaloran, Temanggung. Dan tinggal
di Dususn Porot Desa Getas Kecamatan Temanggung,
Jawa Tengah.

Alamat Kantor : SDN 4 Getas, Kaloran,
Temanggung, Jawa Tengah.




Click to View FlipBook Version