The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Oleh: Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by kak_hasto, 2021-12-22 22:43:49

Update Pengetahuan tentang Barus

Oleh: Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA

Keywords: Barus,Kapur,Sumatera Utara,Islam,Sejaraj

Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA

FAKTOR

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan kita memperbaharui keilmupengetahuan tentang
Barus. Baik oleh pribumi Barus, masyarakat sekitar lini satu, dua, tiga Barus dan lebih luas
dari itu, masyartakat Sumatera Utara, pelbagai suku bangsa di tanah air, Asia, dunia,
pelancong, penyelam, pencinta alam, para ilmuan, peneliti hingga birokrat dan politisi
kedamaian lokal, regional, nasional, dan yang mendunia. Faktor itu antara lain sebagai
berikut:

A. Sangat lama (untold story). Nama Barus seperti batang teremdam, atau mutiara yang
terkubur di lumpur dasar lautan. Hilang dari budaya hingga peradaban diskuasi maupun
narasi ilmiah, teknologi, sosiologi, antropologi, arkeologi, historiografi kontemporer.
Apakah karena faktor kehilangan fungsinya dalam kebutuhan primer masyarakat
setempat, domestik, maupun internasinal? Ataukah sengaja ditenggelamkan karena
kepentingan tendensius sejarah perdagangan global? Atau karena tertelan masa abad
kegelapan ilmu pengetahuan di alam semesta? Atau terkuburnya para ahli yang pernah
menulis tentang Barus? Atau karena kebetulan saja kehilangan inspirasi pelbagai pihak
mengabadikan Barus dalam catatan mereka? Atau alternatif faktor lainnya?

FAKTOR

B. Kini Barus mulai muncul ke permukaan, relatif sangat pesat, karena adanya evidence
based (dasar bukti temuan) dari pelbagai penelitian kritis sbb:

1. Ditemukannya Hadits Rasulullah tentang kapur barus yang digunakan dalam fardu kifayah ketika permandian
jenazah pada gasal terakir penyelenggaraan jenazah;

2. Di analisa kembali satu-satunya konsep Bahasa Indonesia “kafuran” dalam Alqur’an Surat Al-Insan ayat 5
tentang Manusia yang Ketika di dunia menjadi manusia yang bijak, akan diberikan minuman bercampur
“kafuran” yaitu Kapur Barus. Bersambung dengan ayat 17-18 ditambahkan dengan “Janzabil” yaitu “Jahe”.

3. Ditemukannya makam-makam di bukit-bukit yang tinggi di sejumlah tempat di Barus yang tidak ditemukan
di Aceh (Pasai, Peureulak, Kapung Pandei Kedah Banda Aceh, Singkil dan Subulussalam, semuanya di
tempat dataran rendah dan di pinggir pantai bahkan sebahagian telah masuk wilayah laut seperti yang di
Kampung Pandei Kedah Banda Aceh.

4. Ditemukannya abad VIII-XIX. Benda-Benda situs keramik dari Cina, botol dan piring dari Timur Tengah di
wilayah Barus di Desa Lobu Tua, Pananggahan, Patupangan, Bukit Hasang, Barus Mudik, dan Kadei Gadang.

5. Ditemukannya Abad VII. Benda-benda situs dan kayu-kayu bangkai kapal laut di Suak-suak Pinggir Laut
melalui Hutan Bakau “Mangruf’ Kampung Jago-jago Kecamatan Badiri dekat Pinangsori sekitar 120 km dari
Barus. Ditafsirkan 200 tahun lebih tua dari Situs Barus.

6. Ketika marak kini dikaji rempah dunia ternyata Barus termasuk memiliki Rempah yaitu Kapur Barus,
cengkeh, kemenyan, pala, asam potong, kemenyan.

FAKTOR

7. Tidak kecuali kajian tentang sutra dunia, Barus pernah memproduksi sutra yang kualitasnya
bersaing dengan sutra belahan dunia lainnya.

8. Ditemukannya konsep bahasa Melayu yang dimodifikasi menjadi bahasa Indonesia yang
berlaku secara nasional dan mendunia, semenjak dianalisa syair-syair Hamzah Al-Fansur
sebagai putra Barus, yang dia ciptakan pada abad XVI-XVII. Dinyatakan ahli-ahli bahasa
dari Balai Bahasa Sumatera Utara Pimpinan Dr. H. Maryanto, M.Si dan peneliti a.l. Dr. Hj.
Rosliani, M.Si, Pusat Bahasa di Jakarta dan Badan Bahasa Kementerian P&K dan Ristek
RI. Sedang dirancang Kongres Bahasa Indonesia ke-12 tahun 2023 di Barus.

9. Presiden RI atas usul sejumlah tokoh agama Islam, NU, Al-Washliyah, Muhammadiyah,
dan Ilmuwan, telah menancapresmikan Prasasti KM 0 PERADABAN ISLAM
NUSANTARA di Barus pada hari Jum’at tanggal 24 Maret 2017.

FAKTOR

10. Ustadz Dr. Haiqal Hasan menemukan referensi dari Belanda, bahwa Islam telah masuk ke Barus tahun
623 masehi, Palembang tahun 623 masehi, Pasai dan Peureulak tahun 626 masehi. Berarti dari segi
ekologi, Baruslah sentra penyebaran Islam ke Nusantara.

11. Ustadz Tengku Zulkarnain, Prof. Abdul Somad, Lc. MA, Ph.D, Ade Hidayat, Lc, MA, menyatakan, bahwa
Barus telah didatangi oleh sahabat Rasulullah untuk berda’wah sambil ambil Kapur Barus bagi
kepentingan fardhu kifayah.

12. Bapak Dr. Ir. Akbar Tanjung dan timnya kerjasama dengan Rektor UIN Sumatera Utara serta Kopertais
Wilayah IX telah menandatangani MoU tentang pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Barus (STAIB)
pada bulan November 2021 di Medan.

13. 13. Pada Abad XIX, dua Missionaris; Van der Tuuk dari Belanda tahun 1853 dan Lodwich Enwirch
Noumensen tahun 1861 dari Jerman; sebelum penyebarkan agama Kristen ke Rura Silindung Tapanuli
Utara, lebih dahulu ke Barus mempelajari budaya Batak yang rukun, damai, lembut, toleran antara
penganut Sipele Sumangot dengan Penganut Islam yang telah membudaya-peradabankannya selama
ribuan tahun sebelumnya.

FAKTOR

14. Saya sendiri meneliti datu-datu (Dukun) Barus lewat perguruan dengan 100 datu dari 378

datu yang terdapat di 48 Desa dan Kelurahan sejak tahun 1992-1996. Peneliti menemukan
395 tabas dan tonggo (mantra dan jampi) atau “doa”, dari ajaran agama Hindu, Yahudi, Ru

(cikal bakal Khunghucu), dan Islam minus dari Nasrani. Ini diperoleh dari sebahagian

Pustaha (Primbon Batak) dan catatan Datu-datu. Termasuk memperoleh 300 Spesies

tumbuhan, 90 macam hewan, dan dari 12 sumber mineral untuk obat. Kini telah menjadi

inspirasi kajian pengobatan tradisional di Yankestrad Kementerian Kesehatan RI semenjak
hasil penelitian yang dasarnya disertasi berrjudul “Sistem Kepercayaan dan Pengobatan
Tradisional di Barus” diterbitkan dengan judul “Gerbang Agama-agama Nusantara: Hindu,
Yahudi, Ru-Khonghucu, Islam- Pendekatan Antropologi Agama dan Kesehatan di Barus”.

Terbit 2017.

FAKTOR

15. Aceh mulai mencari data kemungkinan Hamzah Fansuri berasal dari Aceh (Ujung
Pancu) Aceh Besar, bukan dari Barus.

16. Barus sudah layak dijadikan sebagai awal moderasi beragama di Indonesia
mengingat kerukunan, demokrasi, toleransi, kelembutan beragama yang kini juga
dalam pertemuan lintas suku, ras, antar golongan di nusantara hingga tanah air kini
dimulai dari pertemuan Islam, Sipele Sumangot, dan Kristen dicetak biru oleh da’i,
ulu punguan, missionaris di Barus ini.

Semoga bahan presentasi ini menjadi salah satu landasan dan tujuan serta penyusunan
program untuk melangkah lebih luas dan dalam untuk “Update Pengetahuan tentang
Barus”. Aamiin!

Wassalamu
‘alaikum

Oooiii Dusanak! Hoooras!


Click to View FlipBook Version