The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sariman33, 2021-10-20 04:11:32

Sambutan Hari Gajah Sedunia

Ditulis oleh: SARIMAN BIN HUSIN

Gajah jantan akan menjadi sangat agresif selama mengalami musth. Di
antara gajah jantan yang sedang dan tidak sedang mengalami musth,
besar tubuh merupakan faktor yang menentukan terjadinya perjumpaan
yang agonistik. Ketika terjadi perkelahian antara individu daripada dua
kawanan, gajah jantan yang sedang mengalami musth biasanya menang,
bahkan bila gajah yang sedang tidak mengalami musth lebih besar. Gajah
jantan mungkin akan berhenti menunjukkan tanda-tanda musth bila
bertemu dengan gajah yang sedang mengalami musth daripada peringkat
yang lebih tinggi. Gajah yang sedang mengalami musth daripada peringkat
yang sama cenderung menghindari satu sama lain. Dalam perjumpaan
agonistik, gajah yang mengalami musth biasanya mengancam, mengejar,
dan melakukan perkelahian ringan dengan menggunakan gading. Namun,
perkelahian yang serius jarang terjadi.[101]

Gajah jantan akan menjadi sangat agresif selama mengalami musth. Di
antara gajah jantan yang sedang dan tidak sedang mengalami musth,
besar tubuh merupakan faktor yang menentukan terjadinya perjumpaan
yang agonistik. Ketika terjadi perkelahian antara individu daripada dua
kawanan, gajah jantan yang sedang mengalami musth biasanya menang,
bahkan bila gajah yang sedang tidak mengalami musth lebih besar. Gajah
jantan mungkin akan berhenti menunjukkan tanda-tanda musth bila
bertemu dengan gajah yang sedang mengalami musth daripada peringkat
yang lebih tinggi. Gajah yang sedang mengalami musth daripada peringkat
yang sama cenderung menghindari satu sama lain. Dalam perjumpaan
agonistik, gajah yang mengalami musth biasanya mengancam, mengejar,
dan melakukan perkelahian ringan dengan menggunakan gading. Namun,
perkelahian yang serius jarang terjadi.[101]



Gajah merupakan haiwan poligini,[102] dan persetubuhan paling sering terjadi
pada puncak musim hujan.[103] Gajah betina yang sedang mengalami kitaran
estrus mengeluarkan feromon dalam air kencing dan rembesan faraj lain untuk
menunjukkan kesediaannya untuk mengawan. Gajah jantan akan mengikuti calon
pasangan dan menilai keadaannya dengan melakukan tindak balas flehmen, iaitu
ketika sang jantan mengumpulkan sampel kimia dengan menggunakan belalainya
dan membawanya ke dalam organ vomeronasal.[104] Kitaran estrus gajah betina
berlaku selama 14–16 minggu dengan fasa folikular selama 4–6 minggu dan fasa
luteal selama 8–10 minggu. Pada fasa folikular, gajah mengalami dua kali
peningkatan kadar hormon pelutein, sementara sebahagian besar mamalia
hanya mengalami satu kali saja. Peningkatan pertama (atau anovulatori) dapat
memberi isyarat kepada gajah jantan bahawa sang betina sedang mengalami
kitaran estrus dengan mengubah baunya, tetapi ovulasi baru terjadi pada
peningkatan kedua (atau ovulatori).[105] Tingkat kesuburan pada gajah betina
mula berkurang pada usia 45–50.[96]

Gajah jantan mempunyai kelakuan yang dipanggil “menjaga pasangan”, iaitu
ketika ia mengikuti betina yang sedang mengalami kitaran estrus dan
menjaganya daripada jantan lain. Ini biasanya dilakukan oleh jantan yang sedang
mengalami musth, dan betina secara aktif berupaya agar dijaga olehnya,
terutama yang lebih tua.[106] Maka jantan yang lebih tua cenderung lebih berjaya
secara reproduktif.[99] Musth nampaknya digunakan oleh gajah betina untuk
mengetahui keadaan sang jantan, kerana gajah jantan yang lemah atau terluka
tidak mempunyai musth yang normal.[107] Bagi betina muda, makin dekatnya
jantan yang lebih tua kelihatan menakutkan, sehingga saudara-saudaranya
berada di tepinya untuk memberi dukungan dan menenteramkan.[108] Selama
persetubuhan, gajah jantan meletakkan belalainya di punggung betina.[109] Penis
gajah sangat gesit dan dapat bergerak bebas.[110] Sebelum bersetubuh, zakar
gajah melengkung ke depan dan ke atas. Persetubuhan berlaku selama sekitar 45
detik tanpa gerakan pinggul atau jeda ejakulasi.[111]



Gestasi pada gajah biasanya berlaku selama dua tahun, dengan rentang waktu
antar kelahiran antara empat hingga lima tahun. Kelahiran biasanya berlaku
pada musim hujan.[113] Tinggi anak gajah yang baru lahir adalah 85 cm (33 in),
sementara beratnya lebih kurang 120 kg (260 lb).[108] Umumnya, dalam satu
kebuntingan hanya satu anak gajah yang lahir, tetapi kadang-kadang lahir anak
kembar.[114] Kebuntingan gajah yang agak panjang disokong oleh lima korpus
luteum (sementara pada kebanyakan mamalia hanya ada satu) dan memberi
lebih banyak waktu bagi fetus untuk tumbuh, terutama otak dan
belalainya.[114] Maka daripada itu, gajah yang baru lahir bersifat prekosial dan
dapat berdiri, berjalan, dan mengikuti ibu dan keluarganya.[115] Anak gajah yang
baru lahir biasanya menjadi pusat perhatian ahli kawanan. Gajah dewasa dan
sebahagian besar gajah muda lain akan berkumpul di tepi gajah yang baru lahir,
kemudian menyentuh dan membelainya dengan menggunakan belalai. Pada
hari-hari pertama, sang induk tidak membolehkan ahli kawanan lain mendekati
anaknya. Alloparenting – iaitu ketika anak gajah diurus oleh gajah lain – terjadi
pada beberapa kawanan.

Allomother biasanya berusia dua hingga dua belas tahun.[108] Ketika
pemangsa mendekat, seluruh kawanan keluarga berkumpul dan menjaga
anak gajah di tengah.[116] Pada hari-hari pertama, kaki gajah yang baru lahir
masih goyah dan perlu dibantu oleh induknya. Gajah yang baru lahir
bergantung pada deria sentuhan, bau, dan pendengaran, kerana
penglihatannya belum elok. Kawalan terhadap belalai masih lemah,
sehingga belalai bergerak ke depan dan belakang dan akibatnya mudah
tersandung. Pada minggu kedua, anak gajah dapat berjalan lebih tegap dan
kontrol terhadap belalai lebih kuat. Setelah melewati bulan pertamanya,
anak gajah dapat mengambil, memegang, dan menempatkan benda di
mulutnya, namun belum dapat menghisap air melalui belalainya dan harus
minum terus daripada mulutnya. Anak gajah juga masih bergantung pada
ibunya dan tetap berada di sisi ibu.[115]

Pada tiga bulan pertama, pengambilan zat gajah hanya berasal dari air
susu induk. Setelah itu, gajah mula mencari tumbuh-tumbuhan dan
dapat menggunakan belalainya untuk mengumpulkan air. Pada ketika
yang sama, koordinasi bibir dan tungkai makin baik. Anak gajah masih
menyusu hingga berumur enam bulan, dan setelah itu ia menjadi
lebih berdikari. Pada umur sembilan bulan, koordinasi mulut, belalai,
dan kaki sudah sempurna. Setelah setahun, kemampuan anak gajah
untuk mengurus, minum dan makan sendiri sudah berkembang
sepenuhnya. Sang anak masih memerlukan zat dan perlindungan
daripada ibunya selama paling tidak satu tahun berikutnya.

Menyusui biasanya berlaku selama 2-4 minit per jam untuk anak
gajah yang berusia lebih muda daripada setahun, dan gajah masih
menyusui hingga mencapai usia tiga tahun atau lebih tua. Menyusui
setelah umur dua tahun berperanan dalam mempertahankan tingkat
pertumbuhan, keadaan tubuh, dan kemampuan
membiak.[115] Terdapat perbezaan antara permainan anak gajah
jantan dan betina; betina berlari atau mengejar satu sama lain,
sementara jantan bermain-main dengan berkelahi. Gajah betina
mencapai kematangan seksual pada umur sembilan
tahun,[108] sementara gajah jantan pada usia 14–15 tahun.[99] Jangka
hidup gajah lebih kurang 60–70 tahun.[65] Namun, Lin Wang, seekor
gajah Asia dalam kurungan, meninggal pada umur 86 tahun.[117]



Sentuhan merupakan alat komunikasi yang penting bagi gajah. Individu
menyapa satu sama lain dengan mengusap-usap atau melilit belalai;
belalai juga dililit ketika perbalahan ringan. Gajah yang lebih tua akan
menampar dengan menggunakan belalai, menendang, dan mendorong
untuk mendisiplinkan yang lebih muda. Individu sebarang usia atau jantina
akan menyentuh mulut, kelenjar temporal, dan alat kelamin ketika sedang
bertemu atau jika senang. Dengan melakukan hal tersebut, individu dapat
mengambil isyarat kimia. Sementara itu, sentuhan merupakan cara
berkomunikasi antara induk dan anak yang sangat penting. Ketika
bergerak, induk gajah menyentuh anaknya dengan menggunakan belalai
atau kaki bila sedang berdampingan, atau dengan ekor jika anak gajah
berada di belakang. Apabila anak gajah ingin beristirahat, ia akan menekan
tungkai depan ibunya, sementara bila ingin menyusui, ia akan menyentuh
payudara atau tungkainya.[118]

Gajah menunjukkan ancaman dengan mengangkat kepalanya dan
membentangkan telinganya. Gajah juga dapat menambah efeknya
dengan menggoncangkan kepala, mengibaskan telinga, serta
melempar debu dan tumbuhan. Ketika melakukan hal-hal tersebut,
gajah biasanya hanya menggertak saja. Di sisi lain, gajah yang
senang biasanya mengangkat belalainya. Gajah yang tunduk akan
menundukkan kepala dan belalainya, serta meratakan telinganya di
lehernya, sementara gajah yang menerima tantangan akan
membuat telinganya berbentuk V.[119]

Gajah menghasilkan suara melalui larinks, walaupun
beberapa dimodifikasi oleh belalai. Salah satu suara gajah yang paling
dikenali adalah suara deruman yang biasanya dibunyikan ketika sedang
senang, dalam keadaan sukar, atau agresif.[120] Gajah yang sedang
bertengkar biasanya meraung, dan yang terluka akan melenguh.[121] Bunyi
frekuensi rendah dihasilkan ketika sedang sedikit ghairah,[122] dan
beberapa di antaranya merupakan infrabunyi.[123] Panggilan infrabunyi
merupakan cara berkomunikasi yang penting, terutama untuk jarak
jauh.[120] Frekuensi panggilan infrabunyi pada gajah Asia berkisar antara
14–24 Hz dengan tekanan suara sebesar 85–90 dB yang biasanya berlaku
selama 10–15 detik.[123] Sementara itu, frekuensi pada gajah Afrika lebih
kurang from 15–35 Hz dengan tekanan suara yang mencapai 117 dB,
sehingga ia dapat berkomunikasi dengan jarak maksimum 10 km (6 bt).[124]

Gajah dapat mengenali dirinya di cermin, sehingga
menandakan kesedaran diri dan kognisi, yang juga telah ditemukan
pada kera dan lumba-lumba.[128] Pemerhatian terhadap gajah Asia betina
dalam kurungan menunjukkan bahawa gajah dapat mempelajari dan
membezakan sesuatu secara visual dan akustik. Individu pada
pemerhatian tersebut bahkan dapat melakukannya dengan sangat jitu
pada percubaan visual yang sama setahun kemudian.[129] Gajah
merupakan salah satu spesies yang dapat menggunakan alat. Seekor gajah
Asia telah diperhatikan mengubah suai dahan pokok dan
menggunakannya untuk memukul lalat.[130] Namun, pengubahsuaian alat
oleh gajah tidak semaju cimpanzi. Sementara itu, kemungkinan gajah
mempunyai peta kognitif yang dapat membuat ia mengingati ruangan
yang luas dalam waktu yang lama. Gajah-gajah individu juga nampaknya
dapat melacak lokasi kawanan keluarga ia.[56]]

Ilmuwan masih memperdebatkan sejauh mana gajah dapat
merasai emosi. Gajah nampaknya menunjukkan ketertarikan pada
tulang-tulang gajah lain, walaupun gajah tersebut bukan
saudaranya.[131] Seperti pada cimpanzi dan lumba-lumba, gajah yang
nazak atau sudah mati akan menarik perhatian dan mendapat
bantuan daripada gajah lain, termasuk gajah daripada kawanan lain.
Kelakuan seperti ini telah diinterpretasikan sebagai
"perhatian";[132] namun, interpretasi tersebut dikritik kerana
dianggap antropomorfik.[133][134] Oxford Companion to Animal
Behaviour (1987) bercadang agar ilmuwan mempelajari kelakuan
haiwan daripada cuba mengetahui emosi yang mendasarinya.[135]



















Buku ini mengandungi 41 muka surat yang
berkaitan dengan cara untuk menguruskan Gajah di
Malaysia.

Buku ini mengandungi 41 muka surat yang
berkaitan dengan cara untuk menguruskan Gajah di
Malaysia.

Konflik yang serius di antara gajah dan manusia di Semenanjung
Malaysia telah bermula sejak tahun 1950-an, apabila penjajah
Inggeris mula menggiatkan aktiviti berasaskan pertanian seperti
getah, kelapa sawit, koko dan kopi terutamanya di negeri-negeri
pantai barat seperti di Perak, Kedah, Johor dan Negeri Sembilan.
Pada waktu itu, jalan penyelesaian konflik manusia-gajah adalah
mudah iaitu menembak mati gajah-gajah yang memasuki ladang-
ladang pertanian tersebut. Adalah dianggarkan beratus-ratus ekor
gajah telah ditembak mati pada waktu itu. Tambahan pula,
kesedaran orang ramai pada waktu itu tentang pentingnya
konservasi hidupan liar terutamanya tentang gajah amatlah
kurang.

Perkembangan sektor pertanian semakin rancak dalam era 1960-
an dan kaedah penyelesaiannya masih sama di mana lesen untuk
pemburuan gajah masih dikeluarkan. Konflik mula meruncing pada
tahun 1970-an apabila lebih luas kawasan hutan pamah dibuka
untuk penanaman kelapa sawit menerusi agensi seperti FELDA dan
FELCRA. Dalam pada itu, Jabatan Perlindungan Hidupan Liar dan
Taman Negara (PERHILITAN) mula mengambil langkah untuk
memulihara gajah dengan menghentikan pengeluaran lesen
pemburuan dan cuba mengelakkan tindakan tembak mati
sekiranya ada aduan serangan gajah diterima. Adalah dikhuatiri jika
pembunuhan gajah dibiarkan berterusan spesies ini akan pupus di
Semenanjung Malaysia. Berikutan dengan itu tindakan
penangkapan dan pemindahan gajah mula diperkenalkan pada
awal tahun 1974 apabila satu Unit Tangkapan Gajah ditubuhkan.

Perkembangan sektor pertanian semakin rancak dalam era 1960-
an dan kaedah penyelesaiannya masih sama di mana lesen untuk
pemburuan gajah masih dikeluarkan. Konflik mula meruncing pada
tahun 1970-an apabila lebih luas kawasan hutan pamah dibuka
untuk penanaman kelapa sawit menerusi agensi seperti FELDA dan
FELCRA. Dalam pada itu, Jabatan Perlindungan Hidupan Liar dan
Taman Negara (PERHILITAN) mula mengambil langkah untuk
memulihara gajah dengan menghentikan pengeluaran lesen
pemburuan dan cuba mengelakkan tindakan tembak mati
sekiranya ada aduan serangan gajah diterima. Adalah dikhuatiri jika
pembunuhan gajah dibiarkan berterusan spesies ini akan pupus di
Semenanjung Malaysia. Berikutan dengan itu tindakan
penangkapan dan pemindahan gajah mula diperkenalkan pada
awal tahun 1974 apabila satu Unit Tangkapan Gajah ditubuhkan.

Sehingga kini lebih daripada 500 ekor gajah terlibat dengan operasi
penangkapan gajah ini (Jadual 1). Namun begitu akibat daripada
pengurangan habitat yang berterusan masalah gajah masih terus
berlaku terutamanya di Pahang, Johor, Terengganu, Perak dan
Kelantan. Di sesetengah tempat masalah yang berlaku adalah amat
serius sehingga boleh mengancam nyawa manusia. Disebabkan
kehilangan habitat gajah-gajah tersebut telah memasuki kawasan
perkampungan dan pekan kecil untuk mencari makanan.

Kini konflik manusia-gajah bukan sahaja berlaku di antara gajah
dan sektor pertanian malah ke atas Jabatan PERHILITAN sendiri.
Konfliknya ialah menentukan jenis pengurusan dan tindakan yang
sewajarnya untuk diambil bagi menyelesaikan konflik antara
manusia dengan gajah.
Jabatan menghadapi dilema antara menyelamatkan gajah daripada
kepupusan atau menyelamatkan harta benda manusia daripada
kerugian dan kehilangan nyawa. Oleh itu, satu dasar diperlukan
oleh Jabatan untuk memberi panduan kepada mereka yang
menjalankan tugas di lapangan terhadap tindakan yang perlu
diambil jika berlakunya konflik manusia-gajah. Ini diharapkan dapat
membantu mereka menga
mbil tindakan dengan segera apabila aduan diterima dan
seterusnya dapat menyelamatkan gajah dari dibunuh. Pada masa
yang sama nyawa dan kerugian di pihak orang awam dapat
dielakkan

Jadual-1: data Bilangan gajah yang ditangkap mengikut negeri

(1974-2005)

Negeri Bilangan gajah ditangkap (ekor)

Pahang 232

Perak 97

Johor 95

Terengganu 74

Selangor 12

Perlis 5

Kelantan 5

Kedah 4

N. Sembilan 3

JUMLAH 527

OBJEKTIF PELAN PENGURUSAN GAJAH MALAYSIA:
Objektif Pelan Pengurusan Gajah Semenanjung Malaysia ini adalah
untuk digunakan sebagai garis panduan untuk kegunaan
Pengarahpengarah Negeri, Unit Pengurusan Gajah dan anggota
Jabatan yang ditugaskan di unit pengurusan gajah di daerah dan
negeri dalam mengurus dan menangani masalah pengurusan gajah
di negeri masing-masing. Ianya juga boleh dijadikan sebagai
sumber dan bahan maklumat kepada orang awam untuk
mengetahui dengan lebih dekat mengenai cara pengurusan gajah
di negara ini supaya mereka dapat memahami tugas dan cara
tindakan yang diambil oleh Jabatan.

Jadual-1: data Bilangan gajah yang ditangkap mengikut negeri

(1974-2005)

Negeri Bilangan gajah ditangkap (ekor)

Pahang 232

Perak 97

Johor 95

Terengganu 74

Selangor 12

Perlis 5

Kelantan 5

Kedah 4

N. Sembilan 3

JUMLAH 527

Biologi Gajah Asia (Elephas maximus) yang terdapat di Semenanjung Malaysia
tergolong dalam Famili Elephantidae, di bawah Order Proboscidae. Taburannya
meliputi kawasan Asia iaitu di Myanmar, Sumatera, Timur-laut Borneo, Thailand,
Malaysia, India dan Sri Lanka. Gajah adalah haiwan bersosial yang selalunya hidup
berkumpulan antara tiga hingga 30 ekor. Tiap-tiap kumpulan diketuai oleh seekor
gajah betina yang dewasa dan dominan.
Gajah merupakan salah satu spesies hidupan liar (selain daripada kera, babi hutan
dan harimau) yang sering memasuki kawasan-kawasan pertanian yang
berhampiran dengan habitat keliarannya dan boleh menyebabkan kerosakan yang
besar ke atas ladang pertanian tersebut. Ianya berlaku terutamanya disebabkan
gajah-gajah tersebut telah kehilangan sumber makanan asalnya di mana habitat
keliarannya telah bertukar menjadi kawasan pertanian. Sebagai contoh, sebahagian
besar kawasan perladangan kelapa sawit adalah hutan tanah pamah di mana ianya
merupakan habitat utama gajah di negara ini.

Tahap kematangan bagi seekor gajah akan dicapai pada umur lapan tahun bagi gajah
betina, manakala gajah jantan mencapai kematangan pada umur 12 tahun. Walau
bagaimanapun, kadar kematangan bergantung kepada pemakanan dan kawasan
keliaran. Tempoh bunting gajah betina ialah antara 18 hingga 22 bulan. Satu kajian
berkaitan dengan pembiakan gajah yang telah dijalankan menunjukkan bahawa
gajah betina tidak akan membiak sebaik sahaja ia melahirkan anak. Gajah betina
akan hanya melahirkan anak seterusnya selepas tempoh empat hingga lima tahun.
Seekor gajah betina boleh melahirkan sehingga enam ekor anak sepanjang
hayatnya. Jangka hayat seekor gajah boleh mencapai umur 65 hingga 75 tahun.
Jumlah kumulatif individu dalam sesuatu kumpulan gajah telah digunakan untuk
menganggarkan kadar pembiakan. Analisa komposisi kumpulan boleh digunakan
untuk menganggarkan nisbah bilangan gajah jantan dan dewasa betina. Dalam
keadaan hutan yang tebal adalah amat sukar untuk mengenalpasti jantina gajah
walaupun dari jarak yang dekat. Walau bagaimanapun beberapa kaedah telah
digunakan untuk mengenalpasti jantina gajah seperti saiz tapak kaki dan gading.
Gajah Asia jantan

Sambungan.....
Gajah Asia jantan biasanya memiliki gading yang jelas kelihatan manakala gajah
betina tidak mempunyai gading. Terdapat juga gajah jantan yang tidak mempunyai
gading (tuskless) yang dikenali sebagai “gajah meghna”. Gajah betina mempunyai
unjuran gigi kacip seakan gading yang dikenali sebagai “genis” dengan ukuran
panjang kurang daripada 20.0 sm. Gajah betina kebiasaannya mempunyai ukuran
tapak kaki tidak melebihi 41.4 sm. Bilangan anak gajah juga boleh membantu dalam
menentukan bilangan gajah betina.

Hutan hujan tropika di Semenanjung Malaysia terbahagi kepada beberapa
jenis. Jenis-jenis hutan tersebut ialah hutan tanah pamah dipterokap (< 300
m), hutan dipterokap bukit (300 m – 750 m), hutan dipterokap bukit tinggi
(750 m – 1,200 m), hutan pergunungan (1,200 m – 1,500 m) dan hutan
pergunungan atas (> 1,500 m). Pada sekitar tahun 1958, lebih 84% muka
bumi Semenanjung Malaysia masih lagi diliputi hutan. Namun ianya telah
berkurangan kepada 65% (1971) dan 47.4% (1994). Habitat utama gajah
adalah di kawasan hutan tanah pamah yang ketinggiannya kurang daripada
300 m. Dalam hutan sekunder, kumpulan gajah memerlukan kawasan
keliaran yang lebih kecil berbanding dengan hutan primer. Keadaan ini
berlaku disebabkan hutan sekunder mengandungi banyak sumber makanan
seperti pokok-pokok buluh, rotan, pisang hutan, tumbuhan palma dan
sebagainya (Lampiran 1). Manakala hutan primer kurang mempunyai
tumbuhan bawahan dan didominasi oleh pokok-pokok besar sahaja. Dalam
pada itu jenut-jenut yang terdapat di dalam hutan juga sering dikunjungi
oleh gajah untuk mendapatkan garam galian.

Populasi gajah di Semenanjung Malaysia pada tahun 1992 adalah
dianggarkan sebanyak 1,200 hingga 1,450 ekor (Jadual 2). Berdasarkan lama
jangkamasa data tersebut diambil, bilangan tersebut diyakini semakin
meningkat. Ini adalah disebabkan lebih banyak kawasan hutan dibuka maka
lebih tinggi kemungkinan gajah-gajah ini dikesan. Taburan gajah di
Semenanjung Malaysia tersebar di negeri Pahang, Terengganu, Kelantan,
Kedah, Perak, Johor dan Negeri Sembilan. Tiada gajah direkodkan di negeri
Selangor, Melaka dan Perlis. Ini adalah kerana populasi gajah di negeri-negeri
tersebut telah ditangkap dan dipindahkan ke tempat-tempat pelepasan
gajah.
Kebanyakan populasi dan taburan gajah yang direkodkan adalah berdasarkan
kepada laporan kerja-kerja kawalan gangguan gajah di negeri-negeri terlibat
(Lampiran 2). Oleh itu, populasi gajah di pendalaman hutan yang luas seperti
Taman Negara, Lembah Belum dan Taman Negara Endau Rompin
kemungkinan tidak termasuk dalam anggaran yang dibuat.

Taburan Gajah Semenenjung malaysia.

1. Pahang 150

2. Perak 230 – 280

3. Johor 130 – 280

4. Kelantan 250 – 300

5. Terengganu 120 – 140

6. Kedah 50 - 607

7. N. Sembilan 38

8. Taman Negara 290 – 350

9. JUMLAH 1,223 –1,463

Sehingga kini berbagai teknik telah digunakan untuk mengesan pergerakan
gajah. Pada masa dahulu pergerakan gajah direkodkan dengan cara
mengenalpasti kumpulan gajah yang tertentu dan seterusnya merekodkan
sebarang lokasi pemerhatian di mana kumpulan gajah tersebut bergerak.
Kumpulan gajah tersebut akan dikenalpasti melalui fetur-fetur utama yang
ada pada individu-individu tertentu sebagai pengenalan. Contohnya gading
sebelah, ekor terputus, telinga koyak dan sebagainya. Pada masa sekarang
terdapat cara yang lebih canggih dan terkini diperkenalkan iaitu dengan
menggunakan pemancar satelit. Pemancar satelit transmiter akan dipasang
di leher gajah yang kemudian dilepaskan semula ke dalam hutan. Pergerakan
gajah akan dikesan oleh satelit dan dipancar terus ke bumi dalam bentuk
data GPS (Global Positioning System). Data-data tersebut kemudian akan
diplotkan di atas peta topo atau peta GIS (Geographical Information System)
untuk dianalisis. Datadata yang lalu menunjukkan bahawa gajah sentiasa
bergerak dari satu kawasan ke kawasan yang lain untuk mendapatkan
makanan dan mencari tempat untuk berkeliaran.

Gajah mencari makan selama 18 hingga 20 jam sehari dan bergerak di dalam
kawasan keliarannya sahaja. Gajah-gajah dalam kumpulan yang sama akan
terus berada di kawasan keliarannya untuk tempoh beberapa hari sebelum
bergerak ke habitat yang lain. Pemindahan ke habitat yang baru akan berlaku
bila kawasan keliarannya tidak lagi selamat atau makanan tidak mencukupi.
Purata berat makanan gajah sehari ialah 300 kg hingga 360 kg. Ia bergerak
terutamanya kawasan tanah pamah, pematang dan lembangan sungai.
Gajah akan menggunakan permatang bagi bergerak dari satu lembah ke satu
lembah yang lain. Keadaan cuaca yang berubah-ubah tidak akan
mengganggu pergerakan gajah. Semasa mencari makan, gajah akan
berpecah dan bergerak dalam kawasan seluas kira-kira 100 km2 hingga 200
km2. Walau bagaimanapun, keluasan pergerakan gajah adalah dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti bilangan anggota dalam kumpulan tersebut,
ancaman yang diterima di kawasan tersebut, keadaan topografi dan
kelimpahan makanan yang terdapat di kawasan keliaran tersebut. Gajah-
gajah akan bergerak dalam satu kumpulan yang diketuai oleh seekor gajah
betina yang dominan dan diikuti oleh anak-anak dan gajah jantan.

Usaha-usaha untuk melindungi dan menyelamatkan gajah daripada ancaman terutamanya
di kawasan hutan yang terkepung akan terus dilakukan oleh Jabatan PERHILITAN. Terdapat
juga kumpulan gajah yang enggan berpindah ke kawasan baru walaupun kawasan
keliarannya telah mengecil. Gajah-gajah yang terperangkap di kawasan kecil ini akan keluar
daripada habitat yang sempit dan merosakkan ladang-ladang pertanian dan harta benda di
kawasan berhampiran. Pihak jabatan akan berusaha sedaya upaya untuk mengurangkan
masalah ini. Bagi kumpulan gajah yang berhampiran dengan hutan tebal, tindakan tembak
halau akan dilakukan. Sekiranya ancaman terus serius atau keadaan habitat yang ada tidak
lagi dapat menampung populasi gajah yang ada, tindakan tangkap pindah terpaksa
dilakukan. Operasi tangkap pindah gajah memerlukan belanja yang besar. Mengikut
perkiraan melalui Sistem Perakaunan Mikro, kos untuk memindah seekor gajah liar ialah
RM40,914.40 (Jadual 3). Sehingga kini, jabatan telah JD119156 Tek.indd 6 3/22/07
12:30:10 PM Pelan Pengurusan Gajah Semenanjung malaysia memindah lebih daripada
400 ekor gajah ke habitat baru seperti ke Taman Negara Terengganu, Hutan Simpan Belum,
Perak dan Taman Negara Endau Rompin, Johor. Kumpulan kecil gajah yang masih terdapat
di beberapa hutan simpan di negeri-negeri yang tidak menghadapi masalah gangguan
gajah akan terus dikekalkan. Tindakan pengawasan diambil supaya gajah-gajah berkenaan
dapat terus berada di kawasan hutan tersebut.

Bil. Perkara Kos per unit Jumlah (RM) Kos menangkap gajah 300.00
01 Peluru (0.458) RM 15.00 X 20 biji 300.00
02 Peluru short gun RM 30.00 X 10 kotak
03 Peralatan dart (syringe .22 & capchur charges) 600.00
950.00
RM 300.00 X 2 set 150.00
04 Immobilon RM 950.00 X 1 kotak 50.00
05 Antibiotik RM 150.00 X 1 kotak 450.00
06 Peralatan syringe & jarum RM 50.00 80.00
07 Rantai high tensile RM 29.00 X 50 kaki 1, 50.00
08 U – shackle RM 4.00 X 20 buah 632.00
09 Hose & spanner RM 50.00 800.00
10 Pajero (Diesel) RM 1.58 X 200 liter X 2 buah 12, 600.00
11 Pajero (Maintenance) RM 400 X 2 buah 17,962.00
12 Elaun kakitangan RM 75.00 X 8 org X 21 hari

JUMLAH KECIL

Bil. Perkara Kos per unit Jumlah (RM)

13 Kos makanan gajah denak RM 200.00 X 2 ekor X 7 hari 2, 800.00

14 Lori Nissan 10 tayar RM 1.58 X 450 liter X 2 buah 1,422.00

15 Pajero RM 1.58 X 140 liter X 2 buah 442.40

16 Lori Nissan 10 tayar (Maintenance) RM 700.00 X 2 buah 1,400.00

17 Pajero (Maintenance) RM 400.00 X 2 buah 800.00

18 Rompun RM 170.00 X 3 botol 510.00

19 Antibiotik RM 150.00 X 2 botol 300.00

20 Multivitamin RM 100.00 X 2 botol 200.00

21 Ubat cuci luka RM 20.00 X 2 botol 40.00

22 Gusanex spray RM 34.00 X 2 botol 68.00

23 Peralatan ubat-ubatan, syringe, jarum dll. RM 50.00 50.00

24 Senapang pelali (dart .22 & capchur charge) RM 300.00 X 5 set 1,500.00

25 Rantai high tensile RM 29.00 X 100 kaki 2,900.00

26 U-Shackle RM 4.00 X 20 buah 80.00

27 Sewa bot penunda RM 1, 900.00 1,900.00

28 Elaun kakitangan Elaun kakitangan - G 41 RM 100.00 X 7 hari 700.00 - G 27 / G 22 / G17

RM 75.00 X 7 hari X 8 org 4, 200.00 - R 1 / R 3 / R 4 RM 65.00 X 7 hari X 8 org 3, 640.00

JUMLAH KECIL 22, 952.40

JUMLAH KESELURUHAN 40,914.40

Kepupusan boleh berlaku ke atas sesuatu populasi hidupan liar jika individu tidak
dapat meneruskan hidup kerana ketiadaan habitat yang sesuai, tidak mempunyai
ketahanan terhadap serangan penyakit dan perubahan iklim persekitaran. Keadaan
ini mungkin disebabkan oleh:
i. Genetik – Bagi jumlah populasi yang kecil, peluang untuk berlaku pembiakan

secara in-breeding adalah besar. Keadaan ini akan menyebabkan anak-anak
yang dilahirkan tidak mempunyai ketahanan yang kuat serta mempunyai baka
genetik yang lemah.
ii. Demografi – Masalah di mana di dalam sesuatu populasi itu sudah tiada baka-
baka untuk disatukan, kerana populasi itu hanya mempunyai jantina yang
sama.
iii. Kawasan persekitaran – Keadaan persekitaran yang terhad, di mana keupayaan
tampung (carrying capacity) tidak dapat menyokong jumlah gajah yang banyak.
Kedegilan gajah untuk terus berada di dalam sesuatu kawasan yang kecil boleh
menyebabkan habitat di tempat berkenaan turut musnah. Kemusnahan habitat
seterusnya boleh menyebabkan kematian yang berpunca daripada kekurangan
makanan, jangkitan penyakit atau persaingan sesama sendiri.

Oleh yang demikian populasi yang terperangkap dan menghadapi
kepupusan setempat perlu:
i. Dipindahkan ke habitat baru yang boleh menampung populasi

gajah tersebut.
ii. Ditangkap dan dipindahkan ke pusat-pusat konservasi hidupan liar

ex-situ seperti di Pusat Konservasi Gajah atau di taman-taman
zoologi.
iii. Diwujudkan strategi pengurusan untuk memelihara baka genetik
yang dominan.

Masalah paling serius yang dihadapi dalam usaha untuk aktiviti
konservasi gajah ialah kemusnahan habitat utama gajah akibat
daripada tindakan pembukaan kawasan-kawasan hutan. Kesan dari
pembukaan hutan ini juga telah turut memusnahkan persekitaran
yang lain seperti penghakisan tanah, pencemaran anak-anak sungai
dan kerosakan kepada ekosistem asal. Masa depan populasi gajah
yang masih terdapat di luar kawasan perlindungan hidupan liar, belum
terjamin keselamatannya, berikutan dengan peningkatan kegiatan
sosio-ekonomi di kawasan-kawasan yang berpotensi untuk eko-
pelancongan, kuari dan pembalakan. Pembukaan hutan secara teratur
dan bersepadu dengan mempastikan hutan-hutan yang ada tidak
menjadi pulau-pulau hutan yang kecil akan membantu pergerakan
gajah dari satu kawasan ke kawasan yang lain. Pengwujudan pulau-
pulau hutan ini kebiasaannya tidak boleh lagi menampung jumlah
populasi gajah yang ada.

Sambungan……..

Gajah-gajah yang telah kehilangan habitat dan sumber
makanan akan mula keluar daripada habitat asalnya dan memasuki
kawasan-kawasan ladang pertanian, kebun dan kampungkampung
yang berhampiran dengan hutan. Akibatnya, timbul konflik antara
kepentingan konservasi gajah dengan manusia. Penduduk-penduduk
yang tinggal berhampiran dengan hutan seringkali terdedah kepada
ancaman gajah. Bagi menyelesai masalah ini, ada sebilangan
penduduk yang telah mengambil tindakan sendiri dengan cara
mencedera atau membunuh gajah tersebut dengan menggunakan
senjata api atau racun.


Click to View FlipBook Version