NASKAH JADWAL SALAT LANGGAR DUKUR
LAWANG SEKETENG SURABAYA: ALIH AKSARA
DAN FUNGSI SOSIAL NASKAH
DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN
KOTA SURABAYA
TAHUN 2022
NASKAH JADWAL SALAT LANGGAR DUKUR
LAWANG SEKETENG SURABAYA: ALIH AKSARA DAN
FUNGSI SOSIAL NASKAH
Penulis : Mardhayu Wulan Sari,
S,Hum., M.A., Vegasari
Yuniati, S.Hum, Vivi
Sulviana, Rahma Nurul
Hayati, Ayu Dewi A.S.N
Ilustrator : Annisa
Penyunting : Ameilia Rizky C, Faradilla
Elifin
ii
KATA PENGANTAR
Sesuai penjelasan Kemendikbud berdasarkan
Undang-Undang (UU) Pemajuan Kebudayaan, tindakan
yang dilakukan terhadap objek pemajuan kebudayaan
yakni inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, dan
penyelamatan. Setiap warga negara dapat berperan
aktif dalam pemajuan kebudayaan. Sepuluh objek
pemajuan kebudayaan tersebut adalah tradisi lisan,
manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga
tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi
tradisional, seni, bahasa, dan ritus.
Manuskrip adalah naskah beserta segala
informasi yang terkandung di dalamnya, yang memiliki
nilai budaya dan sejarah, seperti serat, babad, kitab, dan
catatan lokal lainnya.
Surabaya juga memiliki manuskrip yang perlu
dikaji salah satunya Naskah Jadwal Salat Langgar Dukur
Lawang Seketeng.
iii
Kegiatan pengkajian manuskrip perlu dilakukan
mengingat semakin langkanya masyarakat sekarang
yang mampu membaca naskah-naskah lama. Dengan
adanya buku ini, diharapkan dapat membantu
masyarakat yang ingin mengetahui isi naskah tersebut.
Surabaya, November 2022
ttd
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata pengantar iii
Daftar isi v
Bab I Pendahuluan 1
A. Latar belakang 1
B. Deskripsi naskah 5
C. Tempat Penyimpanan Naskah 9
D. Asal Naskah 9
E. Keadaan Naskah 10
F. Ukuran Naskah 12
G. Tebal Naskah 12
H. Jumlah Baris pada Halaman Naskah 13
I. Huruf, Aksara, Tulisan 13
Bab II Transliterasi Atau Alih Aksara 14
A. Pedoman transliterasi atau alih aksara 14
B. Transliterasi atau alih aksara naskah jadwal salat
Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya 15
v
Bab III fungsi sosial naskah jadwal salat langgar dukur
lawang seketeng Surabaya 21
Daftar pustaka 24
Lampiran 25
Dokumentasi 31
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia masih menyimpan naskah
kuno dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaran
naskah kuno hampir terdapat pada semua wilayah
kepulauan Indonesia, walaupun jumlah naskah
kuno pada masing masing wilayah tersebut tidak
sama jumlahnya. Naskah kuno juga dapat
dinyatakan sebagai dokumen suatu bangsa, karena
dokumen sendiri diantaranya diartikan sebagai
suatu tulisan yang memuat informasi penting.
Berdasarkan Pasal 1 butir 4 UU no. 43 tahun
2007 yang dimaksud dengan naskah kuno adalah
semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau
tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang
berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang
berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi
1
kebudayaan nasional, sejarah, dan ilmu
pengetahuan.
Sejarah adalah jiwa dari kehidupan. Hal baik
dan buruk ada pada sejarah. Sebuah ilmu dan
pembelajaran juga lahir dari kejadian lampau yang
telah tercatat seperti arti dari sejarah menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Peradaban bangsa Indonesia dimulai dari
perjuangan melawan kolonial Belanda dan
penjajahan Jepang. Namun, jauh sebelum itu
sebuah tatanan telah tumbuh di masyarakat. Kota
Surabaya memiliki beragam catatan peradaban
manusia lampau. Dikutip dari Kompasiana,
Surabaya menjadi tonggak dari gerakan perjuangan
kemerdekaan.
Seperti dijelaskan Andri, juru kunci Langgar
Dukur, keberadaan situs Langgar Dukur di Lawang
Seketeng kerap menjadi jujukan para tokoh untuk
mengulik sejarah. Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Surabaya (Dispusip), salah satunya
2
terkait ditemukannya Naskah Kuno Jadwal Salat
Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya.
Langgar Dukur Lawang Seketeng adalah
langgar yang terbuat dari kayu jati dan terdiri dari 2
lantai. Nama Langgar Dukur kayu mengacu pada
wujud fisik bangunan yang terbuat dari kayu dan
tinggi karena berlantai dua. Langgar ini terletak di
Lawang Seketeng tepatnya Jl. Lawang Seketeng VI
(Gang Ponten), Kelurahan Peneleh, Kecamatan
Genteng Kota Surabaya (SK Walikota Surabaya
No.188.45/209/436.1.2/2019).
Langgar Dukur Kayu berada di tengah
tengah pemukiman warga yang digunakan oleh
warga sebagai kegiatan agama maupun kegiatan
masyarakat lainnya. Lantai satu biasanya digunakan
warga sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi
dan lantai dua digunakan sebagai tempat ibadah.
Langgar yang berdiri pada Januari tahun 1893
diketahui dari sebuah prasasti yang bertuliskan
Arab Puguh “awitipun jumeneng punika langgar
3
tahun sewu wolong atus sangang puluh telu sesasi
satunggal” yang berarti “pembangunan langgar
dimulai pada tahun 1893 bulan pertama” (Gus
Andre, wawancara, Surabaya, 5 November 2022).
Di dalam langgar terdapat peninggalan kuno
berupa sebuah Alquran bertuliskan tangan yang
disetiap lembarnya terdapat stempel air kerajaan
Hindia-Belanda. Selain itu juga, di Langgar Dukur
terdapat sebuah pigura pembingkai lembaran yang
mencatat jadwal sholat. Jadwal ini dibuat sebelum
berdirinya Langgar Dukur Kayu (Gus Andre,
wawancara, Surabaya, 5 November 2022).
Oleh karena itu, perlu dilakukan pelestraian
dengan melakukan transliterasi atau alih aksara
serta menganalisis fungsi sosial, yang dimaksud
fungsi sosial, bahasannya dikaitkan dengan nama
bulan dalam tarikh Masehi serta urutan waktu salat
yang dimulai dari zuhur oleh para penulis yaitu dari
Tim Penulis Dispusip dan Dosen Filologi Unair
Mardhayu Wulan Sari, S,Hum.
4
Pramoedya Ananta Toer pernah berkata,
"Menulislah, maka kau akan abadi." Begitu juga
naskah kuno ini tercipta untuk dipelajari bahwa
sebuah tatanan hidup telah ada sejak lama. Abadi
diberagam zaman, naskah kuno menjadi ilmu dan
pembelajaran bagi yang mencari tahu.
B. Deskripsi Naskah : Tidak ada
Kode naskah : Naskah Jadwal Salat
Judul naskah
Langgar Dukur Lawang
Jenis Alas Naskah Seketeng Surabaya
Cap Kertas (watermark) : Tidak Ada
Penomoran Halaman : Tidak Ada
Jumlah Total Halaman : Tidak Bernomor
Halaman Isi : 1 Halaman
Halaman Kosong : Tidak Ada
Ukuran Naskah : Tidak Ada
: 41,5 cm x 33 cm
5
Ukuran Teks : 39,1 cm x 31,6 cm
Ilmuninasi atau Ilustrasi : Tidak Ada
Aksara : Tulisan Jadwal Salat
Aksara Arab, Tulisan
bulan , jam, menit, dan
detik Aksara Masehi
Bahasa :
Warna Tinta : Hitam
Kolofon : Tidak ada
Bentuk : Tabel
Sampul : Tidak Ada
Tebal :
Kondisi Fisik Naskah : Nakah kondisi rapuh.
Kertas naskah kecoklatan
dan terdapat bintik
coklat. Tulisan naskah
kurang jelas terbaca.
Keterangan di atas merupakan deskripsi
singkat mengenai Naskah Jadwal Salat Langgar
6
Dukur Lawang Seketeng Surabaya yang merupakan
koleksi Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya.
Tahun Naskah tidak ada tapi dari hasil
wawancara sebelum dibuatnya Langgar yaitu
sebelum tahun 1893. Terdapat garis panduan di
kanan kiri teks yang dibuat dengan menggunakan
pensil. Garis ini membuat tulisan terlihat rapi.
7
Gambar
Naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng
Surabaya
8
C. Tempat Penyimpanan Naskah
Naskah-naskah Nusantara umumnya
tersimpan di perpustakaan- perpustakaan,
museum, universitas, maupun di lembaga tertentu.
Tidak sedikit pula naskah-naskah yang tersebar di
masyarakat dan menjadi koleksi pribadi, baik itu
kolektor naskah, maupun masyarakat biasa yang
mendapatkannya sebagai warisan keluarga
(Hermansoemantri, 2012: 9-10). Demikian halnya
naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang
Seketeng yang tersimpan di Langgar Dukur Lawang
Seketeng Surabaya.
D. Asal Naskah
Asal naskah sesuai dengan yang dijelaskan
Hermansoemantri (2012) dalam bukunya ialah
sumber naskah itu berasal. Informasi mengenai
sumber naskah dapat dilihat pada kolofon naskah
dan juga katalog naskah. Akan tetapi, ada naskah-
naskah yang tidak memiliki kolofon. Hal ini juga
9
terjadi pada naskah Jadwal Salat Langgar Dukur
Lawang Seketeng Surabaya yang tidak memiliki
kolofon (penutup) yang biasanya berisi nama
penulis atau penyalin, tanggal penulisan atau
penyalinan, dan juga tempat penulisan atau
penyalinan teks tersebut.
E. Keadaan Naskah
Hermansoemantri (2012:16) menyebutkan,
yang dimaksud dengan keadaan naskah ialah
keadaan wujud fisik naskah itu, biasanya untuk
menggambarkan hal ini dipakai istilah utuh, tidak
utuh, baik, atau rusak. Naskah yang dikategorikan
utuh ialah naskah yang lengkap dan tidak adanya
lembaran-lembaran yang hilang dan sebaliknya,
naskah tidak utuh ialah naskah yang terdapat
lembaran yang hilang. Untuk naskah yang
kondisinya rapuh, berlubang, dan sejenisnya,
dikategorikan sebagai rusak. Sebaliknya, naskah
dikategorikan baik kondisinya apabila tidak adanya
10
atau hanya sedikit adanya kerusakan pada naskah.
Dalam hal ini, naskah Jadwal Salat Langgar Dukur
Lawang Seketeng Surabaya terdapat bagian yang
korup sehingga sulit untuk terbaca.
Gambar
Korup 'rusak' karena luntur
11
F. Ukuran Naskah
Ukuran naskah menurut Hermansoemantri
(2012) terdiri atas dua kategori, yaitu: (1) Ukuran
lembaran naskah, yaitu ukuran panjang dan lebar
lembaran (bahan) naskah, baik yang terbuat dari
dluwang, lontar, bambu, maupun kertas, yang
dinyatakan dengan satuan centimeter (cm), (2)
Ukuran ruang tulisan atau teks, yaitu ukuran
panjang dan lebar ruang tulisan atau teks. Untuk
ukuran lembaran naskah Jadwal Salat Langgar
Dukur Lawang Seketeng Surabaya adalah 41,5 cm x
33 cm, sedangkan ukuran ruang tulisan atau
teksnya adalah 39,1 cm x 31,6 cm.
G. Tebal Naskah
Tebal naskah Jadwal Salat Langgar Dukur
Lawang Seketeg adalah satu lembar.
12
H. Jumlah Baris pada Setiap Halaman Naskah
Jumlah baris dihitung berdasarkan rata-rata
baris per halaman. Sesuai dengan pendapat
Hermansoemantri (2012: 32-35) yang menyatakan
bahwa penentuan jumlah baris pada setiap
halaman ialah dengan menghitung rata-rata baris
per halaman naskah. Hal ini akan lebih mudah
apabila tiap halaman naskah memiliki jumlah baris
yang sama atau tetap. Tebal naskah satu halaman
dengan jumlah baris satu halaman adalah 30 baris,
berbentuk tabel 14 kolom yang satu kolom
keterangan tanggal, kolom kedua sampai kolom 13
berisi bulan yang masing-masing kolom dibagi dua
untuk keterangan jam dan menit, kolom 14
menjelaskan keterangan waktu salat.
I. Huruf, Aksara, Tulisan
Naskah terdiri dari Tulisan jadwal salat
menggunakan aksara arab, tetapi bulannya
13
menggunakan masehi. Di setiap bulan ada jam dan
menit. Pencatatan waktu perlima hari
menggunakan kalender jawa. Pencatatan urutan
salat dari zuhur.
14
BAB II
TRANSLITERASI ATAU ALIH AKSARA
A. Pedoman Transliterasi atau Alih Aksara
Dalam proses transliterasi atau alih aksara
menggunakan edisi standar berpedoman pada EYD
(Ejaan yang Disempurnakan) apabila ditemukan
kosakata yang sulit dipahami, maka disunting sesuai
ketentuan yang berlaku. Begitu pula jika ditemukan
penggunaan fonem yang tidak tepat karena
kesalahan fonologi maka dilakukan pembetulan
otomatis sesuai EYD. Halaman tersebut
dimaksudkan agar memudahkan pembacaan dan
pemahaman makna.
B. Transliterasi atau Alih Aksara Naskah Jadwal Salat
Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya
Hasil transliterasi atau alih aksara Naskah
Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya yaitu
terdapat penjelasan terakit jadwal salat yang
dimulai dari bulan Desember, November, Oktober,
15
September, Agustus, Juli, Juni, Mei, April, Maret,
Februari, Januari.
16
Keterangan:
Tanda satu titik (.) untuk menuliskan tanda titik yang ada dalam naskah.
Tanda tiga titik (...) untuk menuliskan bagian teks yang tidak terbaca/korup.
17
Setiap tabel bulan terdapat keterangan jam
dan menit sesuai tanggal yaitu di kolom pertama
sebelah kiri dari tanggal 1 sampai dengan tanggal
30. Lalu, dikahir kolom terdapat keterangan waktu
salat antara lain:
1. Thohor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), Thohor atau Zuhur adalah waktu salat
wajib setelah matahari tergelincir sampai
menjelang.
2. Asar
Dikutip dari KBBI, Asar merupakan
waktu salat wajib pada petang hari antara habis
waktu zuhur dan terbenam matahari.
3. Magrib
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa Magrib adalah waktu salat
wajib sebanyak tiga rakaat pada waktu
menjelang matahari terbenam sampai
lenyapnya sinar merah di ufuk barat.
18
4. Isya
Pengertian berdasar KBBI, Isya adalah
waktu salat wajib setelah lenyapnya sinar
merah di ufuk barat sampai menjelang terbit
fajar.
5. Subuh
KBBI memberikan penjelasan mengenai
Subuh yang merupakan waktu salat wajib
setelah terbit fajar sampai menjelang matahari
terbit.
6. Syuruq
Majelis Tarjih Muhammadiyah
menjelaskan bahwa isyrâq/syurûq, berasal dari
kata syarq yang maknanya: ‘timur, terbit, atau
menerangi’ seperti yang dilansir dari repository
UMY. Muhammad Shalih al-Munajid juga
menjelaskan bahwa salat Isyrâq adalah salat
19
dua rakaat setelah matahari terbit dan
meninggi.1
Syuruq ada keterangan Syuruq 5,
Syuruq 10, Syuruq 20, Syuruq 25, dan Syuruq
30.
1https://www.merdeka.com/sumut/pengertian-waktu-syuruq-niat-sholat-dan-
keutamaannya-kln.html
20
BAB III
FUNGSI SOSIAL NASKAH JADWAL SALAT LANGGAR
DUKUR LAWANG SEKETENG SURABAYA
Fungsi sosial adalah proses interaksi dengan
lingkungan sosial yang dimulai sejak lahir dan berakhir
setelah meninggal. Anggota keluarga belajar disiplin,
budaya, norma melalui interaksi dalam keluarga
sehingga individu mampu berperan di masyarakat.
Kegagalan bersosialisasi dalam keluarga, terutama jika
norma dan perilaku yang 11 dipelajari berbeda dengan
yang ada di masyarakat dapat menimbulkan kegagalan
bersosialisasi di masyarakat (Kaplan & Sadock tahun
2008 dalam Niman dkk, 2017).
Naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang
Seketeng Surabaya memiliki fungsi sosial, antara lain:
1. Adanya Aktivitas Spiritual
Naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang
Seketeng Surabaya berisi informasi untuk umat
21
Islam terkait waktu salat yang menunjukkan nama
salat disertai keterangan jam, menit dan detik.
Salah satu syarat sah Salat adalah mengetahui
masuknya waktu salat, ada beberapa cara dilakukan
umat Islam untuk mengetahui masuknya waktu
salat mulai dengan cara klasik sampai dengan cara
atau metode modern sepanjang cara atau metode
tersebut digunakan secara spesifik dan efesien.
Sebelum manusia menemukan hisab atau
perhitungan falak atau astronomi, pada zaman
Rasulullah waktu shalat ditentukan berdasarkan
observasi terhadap gejala alam dengan melihat
langsung matahari. Lalu berkembang dengan
dibuatnya Jam Surya atau Jam Matahari serta Jam
Istiwa atau sering disebut Tongkat Istiwa dengan
kaidah bayangan matahari.
Berkembangnya peradaban manusia,
berbagai kemudahan-kemudahan diciptakan untuk
membuat manusia lebih praktis dalam segala hal
termasuk dalam beribadah khususnya dalam
22
menentukan waktu shalat fardu. Saat ini kita
mengetahui banyak sekali diterbitkan jadwal waktu
shalat dari berbagai instansi maupun organisasi,
namun kesemuanya tidak dapat dilepaskan dari
kaidah yang sebenarnya digunakan untuk
menentukan waktu shalat yaitu “Pergerakan
Matahari “ dilihat dari bumi.
Agar sistematis maka dibuat jadwal salat tiap
daerah. Proses pembutan jadwal salat telah
berlangsung lama, salah satunya dibuktikan dengan
ditemukannya salah satunya yang menjadi naskah
kuno di Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Barried, dkk. 1994. Pengantar Teori Filologi Jawa.
Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas
(BPPF) UGM.
Hermansoemantri. 1982. Identifikasi Naskah. Bandung:
Sastra Unpad Press.
Suryani, Elis. 2012. Filologi. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Nurrizati. 1997. Metode-Metode Penelitian Filologi.
Jakarta: FBBS IKIP Padang.
http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/arti-dan-fungsi-
naskah-kuno-bagi-pengembangan-budaya-dan-
karakter-bangsa-melalui-pengajaran-sejarah/
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/32292/penentu
an-waktu-shalat-sebagai-syarat-syah-shalat.html
24
LAMPIRAN
Transkrip hasil wawancara naskah jadwal salat
Langgar Dukur Lawang Seketeng.
Tim Dispusip : Asal mula tulisan tangan jadwal salat
Langgar Dukur Lawang Seketeng?
Gus Andre : Lembaran jadwal salat ini kami
temukan ditumpukan Alquran sudah
dalam kondisi seperti ini (asli). Untuk
detailnya saya tidak bisa menjelaskan
cuma saya memberikan gambaran
bahwa kemarin Habib Ahmad datang
ke Lawang Seketeng pada saat acara
Maulid Nabi. Beliau bisa membaca
tulisan Arabnya di sini (jadwal salat)
untuk melihat hari dan waktu salat.
Jadwal ini dibuat sepertinya sebelum
berdirinya Langgar Dukur Kayu.
Tim Dispusip : Sejak kapan Langgar Dukur Kayu
berdiri?
25
Gus Andre : Langgar Dukur Kayu berdiri tahun
1893. Ada sebuah prasasti yang
bertuliskan Arab Puguh yang
bacaannya “Awetipun Jumeneng
Puniko Langgar Tahun Sewu Wolong
Atus Sangang Puluh Telu Sasi
Setunggal”. Jadi Langgar Dukur Kayu
dibangun tahun 1893 di bulan
pertama. Menurut Habib Ahmad
bahwa jadwal salat ini sudah kuno
sekali, perkiraannya ini dibuat sebelum
berdirinya langgar ini (Langgar Dukur
Kayu), terbukti dari lembaran jadwal
yang sudah kusam. Di sini lah keunikan
Langgar Dukur Kayu ini, masyarakat
Lawang Seketeng yang merawat dan
menjaganya, ada faktor X. Bukti
barangnya mengandung nilai yang
cukup lama, salah satunya jadwal
salat. Langgar Dukur Kayu Agustus
26
Dosen Filologi mulai dirawat tanggal 24 Agustus
Gus Andre 1985.
: Apakah ada lapisan khusus yang ada
Dosen Filologi dilembar jadwal salat ini?
: Tidak ada lapisan khusus di lembar
jadwal salat ini. Jadwal salat ini asli.
Hanya saja diberi laminasi pigura agar
tidak rusak. Jadwal salat ini
menyimpan banyak ilmu karena kita
lihat dari jadwalnya tersimpan
rumusan. Seperti kita lihat, tulisannya
masih bisa terbaca. Di sini lah
keunikan Langgar Dukur Sewu. Bukti
barangnya mengandung nilai yang
cukup lama.
: Tulisan jadwal salat menggunakan
aksara arab, tapi bulannya
menggunakan masehi. Di setiap bulan
ada jam dan menit. Pencatatan
pergantian waktu saat perlima hari
27
sekali menggunakan penanggalan jawa
(Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).
Pencatatan urutan waktu salat dari
Zuhur. Cara mengawetkan jadwal salat
menggunakan rempah-rempah terdiri
bunga lawang, bumbu dapur (merica
dan cengkeh) lalu rempah tersebut
ditutup menggunakan kain kasa. Butuh
keterangan dari ulama untuk
menjelaskan jadwal salat ini. Ukuran
jadwal salat 41,5 cm x 33 cm. Ruang
tulisan jadwal salat 39,1 x 31,6 cm.
Gus Andre : Yang menulis jadwal salat ini para
ulama jawa kuno. Jadi sebelum
kemerdakaan menggunakan
penanggalan jawa. Saat Belanda dan
Jepang menggunakan penanggalan
masehi dan bahasa Indonesia, yang
membuat orang Belanda dimakamkan
di Peneleh. Banyak peninggalan
28
Dosen Filologi Langgar Dukur Sewu, contohnya
Dosen Filologi Alquran kuno yang ditulis oleh para
Kyai menggunakan tulisan tangan.
: Kertas yang ada cap airnya sudah ada
saat kolonisasi Belanda. Kertas yang di
bawah oleh Eropa, memungkin ada
stempel. Orang Jawa di Nusantara
menggunakan daun siwalan atau
lontar. Stempel air sudah ada di abad
15 ketika Belanda masuk ke
Nusantara. Saat masa para Wali
menggunakan kulit kayu yang
direndam sampai menjadi kertas.
: Ini (jadwal salat) menggunakan tinta
untuk menulis, Cuma untuk garis
jadwal salat kemungkinan baru
(menggunakan pensil). sepertinya
memudahkan pembaca untuk
membaca. Kalau menggunakan tinta
apabila naskah kuno sudah lama,
29
pastinya ada warna kuning disisi
samping (luntur).
Dosen Filologi : Apakah ada laminasi di bawah naskah
jadwal salat? Mungkin sebelumnya
ada proyek untuk melaminasi naskah
ini, karena sepertinya ada tisu jepang
atau korea digunakan untuk melapisi
naskah.
Gus Andre : Di lihat dari garisnya sepertinya ada
lapisan karena warnanya berbeda. Bisa
jadi ini ditambahkan lapisan baru saat
tempo dulu.
Dosen Filologi : Kertas naskah ini kemungkinan tidak
menggunakan kertas masa sekarang,
karena terlihat ada serat-serat
dibagian yang sobek.
30
DOKUMENTASI
31
32