The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by mwildanalvian, 2023-03-07 11:09:13

MAKALAH FILSAFAT KELOMPOK 8 (1) (1)

MAKALAH FILSAFAT KELOMPOK 8 (1) (1)

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN “ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME” Dosen Pengampu: Luluk Mauli Diana, S.SI., M.Pd. Disusun Oleh : Kelompok 8 1. Wanda Kusumawati 210631100044 2. M. Wildan Alvian Prastya 210631100059 3. Tria Wulandari 210631100070 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2022


ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita. Tidak lupa sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas tentang “Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme” yang diberikan oleh Ibu Luluk Mauli Diana, S.SI., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan, semoga makalah ini bermanfaat dan juga dapat memenuhi tugas kelompok dengan baik. Amin. Saya harap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme, oleh sebab itu saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya. Mengingat bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Penyusun Kelompok 8


iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................ ii DAFTAR ISI..............................................................................................iii BAB I.......................................................................................................... 1 1.1 Latar belakang....................................................................................... 1 1.2 Rumusan masalah.................................................................................. 2 1.3 Tujuan .................................................................................................. 2 BAB II......................................................................................................... 3 2.1 Pengertian filsafat idealism.................................................................. 3 2.2 Implikasi aliran idealisme terhadap pendidikan................................... 6 BAB III ..................................................................................................... 11 3.1 KESIMPULAN .................................................................................. 11 3.2 SARAN .............................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13


1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat memahami sepenuhnya filsafat pendidikan dan memahami hubungan antara berbagai materi dalam silabus filsafat pendidikan dan penyelesaian pendidikan sebagai misi dari kurikulum filsafat pendidikan. Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting karena menjadi landasan, arah dan pedoman sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah kegiatan berpikir yang terus menerus yang menggunakan filsafat sebagai media untuk menyusun proses pendidikan dan menyesuaikan, mengkoordinasikan dan menjelaskan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman manusia merupakan satu kesatuan yang utuh. Filsafat menetapkan gagasan, idealisme, dan pendidikan adalah upaya untuk mengubah gagasan tersebut menjadi kenyataan, tindakan, perilaku, dan bahkan penanaman kepribadian manusia. Lebih lanjut, Berner dan Bruns menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah tujuan filsafat, yaitu membimbing kebijaksanaan. Oleh karena itu, filsafat pendidikan merupakan jiwa dan prinsip dasar pendidikan. Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang meyakini bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah pikiran. Idealisme menganggap bahwa yang konkret hanyalah bayangan, yang terkandung dalam pikiran manusia. Namun, menurut psikologi perkembangan siswa, ada tahapan dalam perkembangan berpikir siswa. Metode yang digunakan dalam idealisme adalah dialektika, kondisi pemikiran, refleksi, dialog, dll. Dan menjadikan suasana aktif dalam proses pengajaran. Sehingga sesuatu dapat terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam dunia pendidikan, idealisme merupakan trend yang sangat berperan dalam kemajuan pendidikan. Hal ini terlihat dari metode dan kelas yang digunakan.


2 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan aliran filsafat pendidikan idealisme? 2. Bagaimana implikasi Pendidikan dalam perspektif idealisme? 1.3 Tujuan 1. Mahasiswa mampu memahami pengantar aliran filsafat pendidikan idealisme 2. Mahasiswa mampu menganalisis pendidikan dalam perspektif idealism


3 BAB II PEMBAHASAN 2.3 Pengertian filsafat idealisme Idealisme adalah pemikiran filosofis yang memiliki dampak besar pada dunia pendidikan selama berabad-abad. Sebagai sebuah filsafat, idealisme memiliki dampak kurang langsung pada pendidikan di abad ke-20 dibandingkan sebelumnya. Tapi bagaimanapun juga, tidak langsung Secara langsung, idealisme masih merasuki pemikiran pendidikan Barat. Plato sebenarnya memperkenalkan ide idealisme jauh sebelum menjadi aliran filsafat yang berkembang pada abad ke-19. Secara historis, idealisme telah dirumuskan dan diperkenalkan secara eksplisit oleh Plato pada abad ke-4 SM (SM). Dengan pemikiran dan gagasan filosofis ini, Akhirnya, Plato dikenal sebagai bapak idealisme. Filsafat idealisme berkembang pesat. Idealisme menekankan kebenaran abadi dan memiliki pengaruh kuat pada pemikiran filosofi. Dalam pengertian filsafati, idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material.Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu: Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup dan hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.Sebagai sebuah aliran dalam filsafat, idealisme berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Pemikiran filsafat menurut aliran idealisme adalah sebagai berikut: 1. Metafisika Idealisme Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensi Menurut Idealisme hanya realitas


4 spiritual, mental atau rohani yang nyata dan tidak berubah. Karena dengan hakekat realitas yang bersifat rohani, jiwa, spiritual, individual dan ideal itulah yang kekal dan abadi. Alam semesta adalah ekspresi dari sebuah kecerdasan yang sangat umum dari pikiran universal (Ornstein, Allan C & Daniel U, 1985). Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh. Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat spiritual/kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu nous(akal fikiran) yang merupakan bagian rasional, thumos(semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau nafsu). Dari ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jwa/spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuanIdealisme berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegensi. Termasuk dalam paham idealisme adalah spiritualisme, rasionalisme, dan supernaturalisme. Secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, meskipun pada kenyataannya ada realita yang bersifat fisik tetapi sesunggunya kenyataan rohaniahlah yang lebih dapat berperan. 2. Epistemologi Idealisme Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat pengetahuan. Menurut filsuf idealisme, proses mengetahui terjadi dalam pikiran, manusia memperoleh pengetahuan melalui berfikir dan intuisi (gerak hati). Beberapa filsuf percaya bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali (semua pengetahuan adalah sesuatu yang


5 diingat kembali). Sehinggga mengetahui adalah memikirkan lembali gagasan laten (Ornstein, Allan C & Daniel U, 1985). Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya. Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai pada tingkat berpendapat 3. Aksiologi Idealisme Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. Para filsuf idealisme sepakat bahwa nilai bersifat mutlak dan abadi (Ornstein, Allan c & Daniel U, 1985). Nilai-nilai yang abadi tersebut menurut Idealime Theistikberada pada Tuhan. Sedangkan Idealisme Pantheistik mengidentikan Tuhan dengan alam untuk mewujudkan harmonisasi dalam kehidupan manusia, maka diatur dengan adanya kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika. Sehingga, menurut pandangan idealisme, nilai adalah absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik atau jelek secara fundamental bersifat tetap, tidak berubah dari generasi ke generasi, tidak diciptakan manusia dan nilai-nilai tersebut merupakan bagian dari alam semesta. Plato mengemukakan bahwa kehidupan yang baik hanya mungkin terjadi dalam masyarakat yang baik dan ideal yang diperintah oleh “the Philosopher Kings”, yaitu kaum intelektual, para ilmuwan atau cendekiawan (Kneller, 1971:33). Dia juga mengemukakan bahwa jika manusia tahu apa yang dikatakannya sebagai hidup baik, mereka tidak akan berbuat hal-hal yang bertentangan dengan moral. Kejahatan terjadi karena orang tidak tahu bahwa perbuatan tersebut


6 jahat. Jika seseorang menemukan sesuatu yang benar, maka orang tersebut akan berbuat salah. Namun yang menjadi masalah adalah bagaimana hal itu dapat dilakukan jika manusia memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam pikirannya tentang hidup yang baik (Sadulloh, 2007:99) 2.2 Implikasi aliran idealisme terhadap pendidikan Untuk melihat implikasi filsafat idealisme dalam bidang pendidikan, dapat ditinjau dari modus hubungan antara filsafat dan pendidikan. Imam Barnadib mengemukakan bahwa pada hakikatnya hubungan antara filsafat dan pendidikan merupakan hubungan keharmonisan, bukan hanya hubungan insidental semata. Lebih lanjut Imam Barnadib mengemukakan bahwa untuk memahami filsafat pendidikan, perlu dilihat pendekatan mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan. Menurutnya, pendekatan itu dapat dilihat melalui beberapa sudut pandang. Salah satu sudut pandang tersebut adalah bahwa filsafat pendidikan dapat tersusun karena adanya hubungan linier antara filsafat dan pendidikan. Sebagai contoh, sejumlah aliran filsafat dapat dihubungkan sedemikian rupa menjadi filsafat pendidikan. Realisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan realisme. Pragmatisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan pragmatisme. Idealisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan idealisme. Dalam konteks inilah, idealisme yang menjadi kajian artikel ini menjadi relevan ketika dihubungkan dengan masalah pendidikan. Filsafat pendidikan idealisme dapat ditinjau dari tiga cabang filsafat yaitu ontologi sebagai cabang yang merubah atas teori umum mengenai semua hal, epistemologi yang membahas tentang pengetahuan serta aksiologi yang membahas tentang nilai. Ontologi dari filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spiritual dan mempunyai kehidupan yang bersifat ontologis dan idealistik. Dengan demikian pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang


7 berkepribadian, bermoral serta mencita-citakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi. Aspek epistemologi dari idealisme adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spritual yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan tersebut tidak semata-mata terikat pada halhal fisik, tetapi nengutamakan yang bersifat spritual. Sedangkan aspek aksiologi pada idealisme menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya pendidik hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang ambing oleh sesuatu yang bersifat relatif atau temporer. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pandangan umum filsafati idealisme yang berangkat dari hal-hal yang bersifat ideal dan spritual, sangat menentukan cara pandang ketika memasuki dunia pendidikan. Dengan kata lain bahwa hal-hal yang bersifat ideal dapat menentukan pandangan dan pemikiran terhadap berbagai hal dalam pendidikan yaitu dari segi tujuan, materi, pendidik, peserta didik dan hakikat pendidikan secara keseluruhan. Untuk melihat implikasi idealisme lebih lanjut, maka berikut ini akan ditelaah aspek-aspek pendidikan dalam tinjauan filsafat idealisme, meliputi peserta lidik, pendidik, kurikulum, metode pendidikan, tujuan pendidikan dan pandangannya terhadap sekolah 1. Peserta Didik atau anak didik Bagi idealisme, peserta didik dipandang sebagai suatu diri mikrokosmis jagat kecil yang berada dalam proses "becoming" menjadi lebih mirip dengan Diri Absolut. Dengan kata lain bahwa diri individual, dalam hal ini peserta didik, adalah suatu eksistensi dari Diri Absolut. Oleh karenanya Ia mempunyai sifat-sifat yang sama dalam bentuk yang belum teraktualkan atau dikembangkan. Aspek yang paling penting dari peserta didik adalah inteleknya yang merupakan akal pikir mikrokosmik. Pada dataran akal pikirlah, usaha serius pendidikan harus diarahkan, karena pengetahuan yang benar dapat dicapai hanya melalui akal pikir. Kalangan idealisme melihat anak didik sebagai seseorang yang mempunyai potensi untuk tumbuh, baik secara moral maupun kognitif. Para


8 idealis cenderung melihat seorang anak didik sebagai individu yang mempunyai nilai-nilai moralitas. Oleh karena itu, pendidikan berfungsi untuk rnengembangkannya kearah kepribadian yang sempurna. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa anak didik harus dipandang sebagai individu yang memiliki potensi akal pikir dan potensi moral. Potensi inteleknya dikembangkan sehingga memiliki pengetahuan yang benar, dan potensi moralnya diaktualkan agar ia memiliki kepnibadian yang utama sebagai manusia yang bermoral. 2. Pendidik atau guru Guru menempati posisi yang sangat krusial, sebab gurulah yang melayani murid sebagai contoh hidup dari apa yang kelak bisa dicapainya. Sang guru berada pada posisi yang lebih dekat dengan yang Absolut dibandingkan murid, karena ia mernpunyai pengetahuan lebih tentang dunia. la punya pengetahuan lebih tentang realitas sehingga mampu bertindak sebagai perantara antar diri anak didik dan diri yang Absolut. Peran guru adalah rmenjangkau pengetahuan tentang realitas dan menjadi teladan keluhuran etis. la adalah pola panutan bagi para murid untuk diikuti baik dalam kehidupan intelektual maupun social. Untuk menjalankan fungsinya tersebut secara baik, maka menurut mazhab idealisme, guru hanus memiliki beberapa syarat untuk menjadi guru yang ideal. Menurut J. Donald Butler, kriteria tersebut adalah guru harus (1) rnewujudkan budaya dan realitas dalam diri anak didik (2) menguasai kepribadian manusia (3) ahli dalam proses pembelajaran (4) bergaul secara wajar dengan anak didik (5) membangkitkan hasrat anak didik untuk belajar (6) sadar bahwa manfaat secara moral dari pengajaran terletak pada tujuan yang dapat menyempurnakan manusia dan (7) mengupayakan lahirnya lagi budaya dari setiap generasi. Dari uraian di atas jelas bahwa guru sangat menanamkan peran penting dalam pendidikan dan pengajaran. Dalam mendidik, guru berperan sebagai tokoh sentral dan model di mana keberadaannya menjadi panutan bagi anak didiknya. Dengannya, anak didik menjadi punya pegangan. Sebagai model bagi anak didiknya, guru harus menghargai anak


9 didiknya dan membantunya untuk menyadari kepribadian yang mereka miliki. Dengan demikian idealisme rupanya menempatkan sosok guru menjadi posisi sentral yang selalu mengarahkan anak didiknya. 3. Kurikulum Materi pembe!ajaran (subject matter) idealisme dapat dilihat dari sudut pandang epistemologinya. Jika kebenaran adalah ide gagasan, maka kurikulum harus disusun di seputar materi-materi kajian yang mengantar anak didik bergelut langsung dengan ide dan gagasan. Karena itu, kurikulum bagi penganut idealisme menekankan pandangan humanitis. Bagi banyak penganut idealisme, kajian tepat tentang "kemanusiaan" adalah manusia. Bagi idealisme, kurkulum merupakan organ materi intelektual atau disiplin keilmuan yang bersifat ideal dan konseptual. Sistem konseptual yang bervariasi tersebut menjelaskan dan didasarkan pada manifestasi khusus dari yang Absolut. 4. Metodologi Pengajaran Dalam proses pembelajaran, kata-kata tertulis maupun terucap merupakan metode yang digunakan oleh penganut idealisme. Melalui kata-katalah ide dan gagasan dapat beralih dari suatu akal pikir menuju akal pikir lainnya. Tujuan dan metode ini dapat dirumuskan sebagai penyerapan ide dan gagasan. Metodologi guru di ruang kelas sering kali dilihat dalam bentuk lecturing (penyampaian kuliah) dengan pengertian pengetahuan ditansfer dari guru ke murid. Guru juga menyelenggarakan diskusi kelas sehingga ia dan muridnya dapat menangkap ide-ide dan gagasan dari berhagai bacaan dan perkuliahan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode pengajaran dalam pandangan idealisme salah satunya adalah penyampaian melalui uraian kata-kata, sehingga materi yang diberikan ke anak didik terkesan verbal dan abstrak. Atas dasar itu, maka idealisme rupanya kurang punya gairah untuk melakukan kajian-kajian yang langsung bersentuhan dengan objek fisik, karena dalam pandangannya kegiatan-kegiatan tersebut berkaitan dengan bayang-bayang inderawi dari pada realitas puncak.


10 5. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan menurut idealisme adalah mendorong anak didik untuk mencari kebenaran. Mencari kebenaran dan hidup dalam kebenaran tersebut berarti bahwa individu-individu pertama kali harus mengetahui kebenaran tersebut. Pendidikan idealisme mempunyai tujuan yaitu merubah pribadi untuk menuju Tuhan, bersikap benar dan baik. Sementara itu Ali Maksum mengatakan bahwa tujuan pendidikan idealisme adalah membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna yang berguna bagi masyarakatnya. la mengutip Brameld bahwa pendidikan adalah self development of mind as spritual subtance. Pendidikan dalam pandangan ini lebih menekankan pada pengkayaan pengetahuan (transfer of knowladge) pada anak didik. Lembaga pendidikan harus membekali pengetahuan, teori-teori dan konsep-konsep tanpa harus memperhitungkan tuntutan dunia praktis (kerja dan industri). Idealisme yakni, kalau anak didik itu menguasai berbagai pengetahuan maka mereka tidak akan kesulitan menghadapi hidup.


11 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dalam pengertian filsafati, idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material.Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu: Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup dan hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.Sebagai sebuah aliran dalam filsafat, idealisme berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jwa/spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuanIdealisme berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegensi.Namun yang menjadi masalah adalah bagaimana hal itu dapat dilakukan jika manusia memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam pikirannya tentang hidup yang baik (Sadulloh, 2007:99).Implikasi aliran idealisme terhadap pendidikan Untuk melihat implikasi filsafat idealisme dalam bidang pendidikan, dapat ditinjau dari modus hubungan antara filsafat dan pendidikan. Menurut J. Donald Butler, kriteria tersebut adalah guru harus 1) Mewujudkan budaya dan realitas dalam diri anak didik 2) Menguasai kepribadian manusia 3) Ahli dalam proses pembelajaran 4) Bergaul secara wajar dengan anak didik 5) Membangkitkan hasrat anak didik untuk belajar 6) Sadar bahwa manfaat secara moral dari pengajaran terletak pada tujuan yang dapat menyempurnakan manusia dan 7) Mengupayakan lahirnya lagi budaya dari setiap generasi.


12 3.2 SARAN Setelah kita memiliki pemahaman mengenai aliran filsafat idealisme dan juga filsafat lain yang berkaitan dengan berfilsafat atau aktivitas dalam menemukan kebenaran, maka kita harus bisa menggunakan atau memanfaatkan filsafat tersebut dalam kehidupan kita agar bisa menjadi individu yang berpengetahuan dan dapat menemuka suatu kebenaran sesuai kenyataan, bukan kebenaran dari mulut ke mulut yang masih diragukan kepastiannya. Perbedaan aliran – aliran filsafat tersebut jangan kita jadikan sebagai bahan pertikaian yang memicu perselisihan dan saling merendahkan yang akan menimbulkan pepecahan.


13 DAFTAR PUSTAKA SURIPTO, Suripto. Filsafat Idealisme dan Implementasinya dalam Pendidikan. ALFURQAN, 2012, 1.1: 95-122. https://www.kompasiana.com/musarrofah30603/5e8853cf097f36794f56f152/aliranidealisme-dan-pemikiran-tokoh-idealisme Rusdi, R. (2013). Filsafat Idealisme: Implikasinya dalam Pendidikan. Dinamika Ilmu.


Click to View FlipBook Version