The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by salsayusarid, 2021-03-23 04:11:10

Salsa Yusari Dilta (18058107)

Salsa Yusari Dilta (18058107)

Keywords: Modul Pembelajaran Sosiologi Kelas XI Semester 1 KD 3.3

Modul
Mewujudkan Masyarakat Multikultural

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Pariaman
Mata Pelajaran : Sosiologi
Kelas / Semester : XI IPS/ I (Satu)
Materi Pokok : Mewujudkan Masyarakat Multikultural
AlokasiWaktu : 3 x 45 menit (Pembelajaran Blendid)

Kompetensi Dasar KI 3.3

3.3 Memahami arti penting prinsip kesetaraan 4.3 Menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan
untuk menyikapi perbedaan sosial demi untuk mengatasi perbedaan sosial dan
terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan mendorong terwujudnya kehidupan sosial
demokratis yang damai dan demokratis

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Menganalisis cara mewujudkan kehidupan Menganalisis cara mewujudkan kehidupan
sosial yang damai di tengah masyarakat sosial yang damai di tengah masyarakat
multikultural Mempresentasikan cara mewujudkan
masyarakat multikultural dan menciptakan
kehidupan sosial yang damai

A. Tujuan Pembelajaran

Melalui pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning dengan metode mengamati, membangun konsep tanya-jawab dan penugasan.
Peserta didik mampu Menguraikan faktor penyebab terbentuknya masyarakat
multikultural, mendeskripsikan ciri-ciri masyarakat multikultural, Menelaah dampak
masyarakat multikultural dengan disiplin, penuh tanggung jawab, kerja keras, religius
sebagai karakter positif, serta dapat mengembangkan kemampuan Menyajikan syarat
terwujudunya masyarakat multikultural, ciri-ciri masyarakat multikultural dan faktor yang
mempengaruhi masyarakat multikultural dalam bentuk Essay Singkat yang cerdas dan
kompetitif, budaya literasi, kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, dan
berkreasi (4C).

PETA KONSEP MEWUJUDKAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Faktor Pendorong dalam
mewujudkan masyarakat

multikultural

1. Melakukan interaksi
yang baik dengan
lingkungan sosial
2. Menghormati segala
perbedaan
3. Tidak menganggap
kebudayaan lain buruk

Hambatan yang kerap terjadi
dalam mewujudkan

masyarakat multikultural

1. Adanya pihak
provokator yang kerap
mengadu domba antar
suku
2. Beberapa individu
yang masih kurang
memahami bahwa
berbeda itu indah
3. Masih sering
terjadinya diskriminasi

ANALISIS MATERI AJAR

Komponen Fakta Konsep Prinsip
Faktor pendorong Masyarakat Harmonisasi Sosial Karena seringnya
dalam multikultural memiliki terjadi interaksi antar
mewujudkan kepribadian yang perbedaan suku dan
masyarakat mudah untuk ras dan saling
multikultural berinteraksi sehingga berbaur, sehingga
menciptakan menimbulkan
keteraturan sosial keteraturan sosial

Masyarakat Toleransi antar Toleransi terjadi
multikultural secara perbedaan karena seringnya
tidak langsung hidup berdampingan
memiliki rasa toleransi dengan asal yang
yang tinggi berbeda, agama, suku
dan ras

Memiliki sikap Tidak bersikap Minimnya sifat
menganggap semua ciri etnosentrisme etnosentrisme di
khas dari masing- masyarakat bisa
masing daerah tersebut memiliki
adalah kelebihan dan keharmonisan karena
patut dibanggakan tidak ada bentrok
merupakan salah satu kebudayaan
cara mewujudkan
masyarakat
multikultural

Adanya pihak Adu domba Memprovokator
provokator yang kerap biasanya dilakukan
Hambatan yang mengadu domba antar oleh oknum-oknum
kerap terjadi dalam suku bangsa, sehingga yang tidak
mewujudkan tak jarang pihak yng bertanggung jawab
masyarakat mudah terprovokasi
multikultural menimbulkan konflik Mendiskriminasi
kaum minoritas sudah
Diskriminasi yang Diskriminasi sering terjadi
biasanya dilakukan sehingga menjadi
oleh kaum mayoritas faktor penghambat
terhadap kaum terciptanya
minoritas sehingga tak masyarakat
jarang juga multikultural yang
menimbulkan konflik damai

B. Materi Pembelajaran
a. Faktor Pendorong dalam Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Menurut Parekh dalam Yana Suryana dan Rusdiana (2015: 226), , multikulturalisme

meliputi tiga hal yaitu:
1.Berkenaan dengan budaya.
2.Merujuk pada keragaman yang ada.
3.Berkenaan dengan tindakan spesifik pada respon terhadap keragaman tersebut
Akhiran isme menandakan suatu doktrin normatif yang diharapkan bekerja pada

setiap orang dalam konteks masyarakat dengan beragam budaya. Proses dan cara
multikulturalisme sebagai doktrin normatif menjadi ada dan implementasi gagasan-gagasan
multikultural yang telah dilakukan melalui kebijakan-kebijakan politik, dalam hal ini
kebijakan pendidikan. Multikulturalisme adalah sebuah filosofi yang kadang-kadang
ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok
kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern.
Istilah multikulturalisme yang juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan
berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Yana Suyana (2015: 99),
Secara etimologis multikulturalisme terdiri atas kata multi yang berarti plural, kultural yang
berarti kebudayaan, dan ismeyang berarti aliranatau kepercayaan. Jadi multikulturalisme
secara sederhana adalah paham atau aliran tentang budaya yang plural. Multikulturalisme
adalah sebuah ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan pada kesederajatan
perbedaan kebudayaan. Tercakup dalam pengertian kebudayaan adalah para pendukung
kebudayaan, baik secara individual maupun secara kelompok, dan terutma ditujukan
terhadap golongan sosial askriptif yaitu sukubangsa (dan ras), gender, dan umur. Ideologi
multikulturalisme ini secara bergandengan tangan saling mendukung dengan proses-proses
demokratisasi, yang pada dasarnya adalah kesederajatan pelaku secara individual (HAM)
dalam berhadapan dengan kekuasaan dan komuniti atau masyarakat setempat. Secara garis
besar dasar-dasar tentang masyarakat yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1.Masyarakat tidak ada dengan sendirinya. Masyarakat adalah ekstensi yang hidup
dinamis,dan selalu berkembang.

2.Masyarakat bergantung pada upaya setiap individu untuk memenuhi kebutuhan
melalui hubungan dengan individu lain yang berupaya memenuhi kebutuhan masing-masing.

3.Individu-individu, dalam berinteraksi dan berupaya bersama guna memenuhi
kebutuhan, melakukan penataan terhadap upaya tersebut dengan jalan apa yang disebut
tentang sosial.

4.Setiap masyarakat bertanggung jawab atas pembentukan pola tingkah laku antara
individu dan komunitas yang membentuk masyarakat.

5.Pertumbuhan individu dalam komunitas, keterkaitan dengannya, dan
perkembangannya dalam bingkai yang menuntunnya untuk bertanggung jawab terhadap
tingkah lakunya.

https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fwww.budhii.web.id%2F2016%2F03%2Ffaktor-faktor-
terbentuknya-masyarakat-multikultural.html&psig=AOvVaw0Te_PAM3ES-
H1390cJBa9O&ust=1616571003402000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCMDbuc7yxe8CFQAAAAAd
AAAAABAK

Sulalah (2011: 9-11), menjelaskan beberapa faktor yang mendorong semaraknya
multikulturalisme antara lain:

1.Keterbukaan masyarakat yang memiliki kekayaan kultural, modal dan pengalaman
sejarah. Keterbukaan kultural ini kemudian melahirkan heterogenitas yang mengakibatkan
adanya gesekan intelektual dan akulturasi budaya secara intensif.

2.Banyaknya lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang membuat wajah dunia
pendidikan terasa lebih dinamis.

3.Semakin menjamurnya berbagai macam industri di beberapa daerah, menjadikan
latar belakang budaya yang semakin beragam. Hal inilah yang pada akhirnyamelahirkan
budaya heterogen sehingga memungkinkan terjadinya kreativitas sosial. kreativitas sosial
tersebut memiliki sejumlah aspek yakni mencakup penciptaan akan adanya tuntutan tuntutan
baru dalam bentuk protes protes politik untuk menyuarakan tuntutannya. Pencipta relasi relasi
dan sumber daya ekonomi baru berikut strategi strategi untuk mengatasinya serta penciptaan

hubungan sosial yang berupa kerjasama dan Solidaritas. Aspek-aspek inilah yang merupakan
bentuk dari kreativitas sosial dan menjadi prasyarat bagi lahirnya sejumlah gerakan sosial.

4.Adanya sejumlah lembaga pendidikan yang mampu melahirkan generasi muda
militan. Munculnya berbagai organisasi dan gerakan mahasiswa merupakan salah satu
ekspresi dari kreativitas generasi muda militan.

5.Semakin banyaknya daerah yang memiliki pluralitas dan free berbagai ras etnis
agama budaya dan bangsa. Karena itulah isu yang berkembang secara nasional maupun
internasional secara umum lebih cepat diterima masyarakat. Dalam konteks relasi budaya
daerah-daerah seperti ini juga memiliki ciri khas tersendiri misalnya terlihat adanya relasi dan
komunikasi yang telah terjalin antar etnis dan intelektual. Relasi ini termanifestasi dalam
keterlibatan mereka secara aktif dalam dialog dialog dan kerjasama sosial maupun akademik.

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.yuksinau.id%2Fmasyarakat -multikultural%2F& psig=AOvVaw0Te_PAM 3ES-
H1390cJBa9O&ust=1616571003402000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCMDbuc7yxe8CFQAAAAAdAAAAABAD

b. Hambatan yang Kerap terjadi dalam Mewujudkan Masyarakat
Multikultural

Keberadaan kelompok minoritas selalu dalam kaitan dan pertentangannya dengan
kelompok dominan, yaitu mereka yang menikmati status sosial tinggi dan sejumlah
keistimewaan yang banyak. Mereka ini mengembangkan seperangkat prasangka terhadap
golongan minoritas yang ada dalam masyarakatnya. Prasangka ini berkembang berdasarkan
pada adanya (1) perasaan superioritas pada mereka yang tergolong dominan; (2) sebuah
perasaan yang secara intrinsik ada dalam keyakinan mereka bahwa golongan minoritas yang
rendah derajadnya itu adalah berbeda dari mereka dantergolong sebagai orang asing; (3)
adanya klaim pada golongan dominan bahwa sebagai akses sumber daya yang ada adalah
merupakan hak mereka, dan disertai adanya ketakutan bahwa mereka yang tergolong
minoritas dan rendah derajadnya itu akan mengambil sumberdaya-sumberdaya tersebut.

Kekuatan yang terwujud dalam struktur-struktur hubungan kekuatan, baik pada
tingkat nasional maupun pada tingkat-tingkat lokal. Bila kita melihat minoritas dalam kaitan
atau pertentangannya dengan mayoritas maka yang akan dihasilkan adalah hubungan mereka
yang populasinya besar (mayoritas) dan yang populasinya kecil (minoritas). Perspektif ini
tidak akan dapat memahami mengapa golongan minoritas didiskriminasi. Karena besar
populasinya belum tentu besar kekuatannya.

Konsep diskriminasi sebenarnya hanya digunakan untuk mengacu pada tindakan-
tindakan perlakuan yang berbeda dan merugikan terhadap mereka yang berbeda secara
askriptif oleh golongan yang dominan. Yang termasuk golongan sosial askriptif adalah suku
bangsa (termasuk golongan ras, kebudayaan sukubangsa, dan keyakinan beragama), gender
atau golongan jenis kelamin, dan umur. Berbagai tindakandiskriminasi terhadap mereka
yang tergolong minoritas, atau pemaksaan untuk merubah cara hidup dan kebudayaan
mereka yang tergolong minoritas (atau asimilasi) adalah pola-pola kehidupan yang umum
berlaku dalam masyarakat majemuk. Berbagai kritik atau penentangan terhadap dua pola
yang umum dilakukan oleh golongan dominan terhadap minoritas biasanya tidak mempan,
karena golongan dominan mempunyai kekuatan berlebih dan dapat memaksakan kehendak
mereka baik secara kasar dengan kekuatan militer dan atau polisiatau dengan menggunakan
ketentuan hukum dan berbagai cara lalin yang secara sosial dan budaya masuk akal bagi
kepentingan mereka yang dominan.

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3 A%2F%2Fwww.bbc.com%2Findonesia%2Ftrensosial -
38793378&psig=AOvVaw3wBYzAl053xk_yAhxUEp2&ust=1616571655998000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCIDa
uIf1xe8CFQAAAAAdAAAAABAK


Click to View FlipBook Version