BUKU AJAR PENDIDIKAN PANCASILA BUKU AJAR PENDIDIKAN PANCASILA “BERBASIS KEARIFAN LOKAL BONDOWOSO” 20 24 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Fatimah Octavia Firanda, S.Pd
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izinnya penulis dapat menyelesaikan buku ajar ini dengan baik. Buku ajar ini dapat digunakan sebagai bahan ajar pendamping bagi buku peserta didik yang telah diterbitkan oleh pemerintah. Penulis menyusun buku ajar ini mengacu pada capaian pembelajaran yang terdapat pada kurikulum merdeka. Tujuan dari penyusunan buku ajar ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kearifan lokal di Bondowoso berupa budaya atau tradisi di Bondowoso. Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ajar ini. Semoga buku ajar ini dapat membantu peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mandiri, sehingga dapat menambah wawasan terhadap budaya di Bondowoso serta kegiatan gotong royong pada budaya yang ada di Bondowoso. Penulis menyadari bahwa dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki selama penyusunan buku ajar ini, sehingga belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca maupun pengguna untuk kesempurnaan dan perbaikan buku ajar ini dikemudian hari. Jember, 27 Mei 2024 Penulis ii KATA PENGANTAR
Kata Pengantar.............................................................................ii Daftar Isi......................................................................................iii Profil Pelajar Pancasila.................................................................1 Capaian Pembelajaran..................................................................2 Tujuan Pembelajaran....................................................................2 Peta Konsep................................................................................. 3 Petunjuk Penggunaan...................................................................4 Kegiatan Belajar a. Gotong Royong...................................................................5 b. Kegiatan Gotong Royong Pada Budaya di Bondowoso......7 Lembar Kerja Kelompok............................................................14 Asesmen Formatif....................................................................... Glosarium................................................................................... Daftar Pustaka............................................................................ Biografi Penulis........................................................................... iii DAFTAR ISI
1 Pada Kurikulum Merdeka terdapat Profil Pelajar Pancasila yang dapat ditumbuhkan pada diri peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Profil Pelajar Pancasila terdapat 6 dimensi sebagai berikut. P R O F IL P EL A J A R P A N C A S IL A Beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia Berkebhinekaan global Gotong royong Mandiri Kreatif Bernalar kritis
Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial budaya di lingkungan sekitar. Peserta didik mampu memahami lingkungan sekitar (RT/RW/desa/ kelurahan, dan kecamatan) sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI. Peserta didik mampu menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan. 2 CAPAIAN PE M BELAJARAN TUJUAN PE M BELAJARAN Setelah mempelajari dan mengikuti serangkaian materi dan penugasan dalam buku ajar ini, diharapkan peserta didik dapat : Menganalisis kegiatan yang dilakukan, waktu pelaksanaan kegiatan, tokoh yang melaksanakan kegiatan, tujuan dan manfaat dari kegiatan yang dilakukan serta letak kegiatan gotong royong yang dilakukan dengan tepat. 1. Mengaitkan manfaat dari pelaksanaan kegiatan gotong royong pada budaya yang ada di Bondowoso dengan tepat. 2. 3.Mengerjakan tugas pada LKK dengan tepat.
3 Buku Ajar Pendidikan Pancasila Berbasis Kearifan Lokal Bondowoso Kegiatan gotong royong pada budaya yang ada di Bondowoso PETA KONSEP Gotong Royong Tota’an doro Longnolongen Kerapan sapi
4 PETUNJUK PENGGUNAAN Bacalah doa sebelum memulai kegiatan belajar Bacalah tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada buku ajar ini Pelajari setiap materi secara cermat dan teliti Bertanyalah kepada guru apabila terdapat kesulitan dalam mempelajari materi pada buku ajar ini. Mengerjakan setiap tugas yang terdapat pada buku ajar ini.
K E G I A T A N B EL A J A R Pada pertemuan sebelumnya kalian telah mempelajari terkait dengan makna dan manfaat gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kalian masih ingat ? Mari kita sedikit membahas makna dan manfaat kegiatan gotong royong untuk mengingat kembali. 5 A. GOTONG ROYONG Gotong royong merupakan satu di antara ciri khas dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Gotong royong sudah mendarah daging, bahkan menjadi kepribadian bangsa dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat, hampir seluruh daerah di Indonesia menanamkan nilai gotong royong. Gotong royong berasal dari kata ‘gotong’ yang berarti bekerja dan ‘royong’ yang berarti bersama. Gotong Royong merupakan bentuk kegiatan bekerja bersama-sama dan saling tolong menolong untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.Mari kita sedikit membahas manfaat kegiatan gotong royong.
6 Kegiatan gotong royong memiliki beberapa manfaat, diantaranya yaitu : Membuat pekerjaan menjadi lebih cepat selesai 1. Memperkuat rasa persatuan dan kesatuan 2. Membuat pekerjaan yang sulit menjadi lebih mudah 3. Menumbuhkan sikap tolong menolong dan kekeluargaan 4. Sekarang kalian sudah ingat tentang materi gotong royong yang telah kita bahas pada pertemuan sebelumnya, khususnya terkait perngertian dan manfaat dari gotong royong. https://heyzine.com/flipbook/2fcea12c0a.html Materi gotong royong pada pertemuan sebelumnya T A H U K A H K A MU ?? Pada setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda, namun kegiatan kebudayaan tersebut tidak lepas dari kegiatan gotong royong guna melancarkan kegiatan yang diadakan. Kota tempat tinggalmu saat ini yaitu Kota Bondowoso yang memiliki berbagai budaya yang mana pada setiap kegiatan mengandung kegiatan gotong royong didalamnya. Mari kita pelajari lebih lanjut terkait kegiatan gotong royong pada budaya yang ada di Bondowoso.
7 Bondowoso merupakan salah satu kota yang memiliki beragam budaya. Keberagaman budaya tersebut tidak luput dengan kegiatan gotong royong, yang mana dengan melakukan gotong royong kegiatan budaya atau tradisi yang dilaksankan pun akan berjalan dengan lancar atas bantuan atau kerja sama berbagai macam pihak. Pada topik ini kita akan mempelajari beberapa budaya di Bondowoso yang dalam pelaksanaannya erat dengan kegiatan gotong royong. Adapun diantaranya yaitu : long-nolongen, tota’an doro, dan kerapan sapi. B. KEGIATAN GOTONG ROYONG PADA BUDAYA DI BONDOWOSO
8 L O NG-N O L O NGEN Bacalah teks berikut dengan seksama! Tradisi long-nolongen biasa ditemukan dalam masyarakat pedesaan, dimana semangat gotong royong masih terpatri kuat dalam diri setiap individu. Umumnya kegitan ini dilakukan ketika tetangga sekitar sedang punya hajat atau acara besar. Kegiatan yang dilakukan yaitu membantu persiapan tetangga yang memiliki hajat atau acara besar. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat setempat, baik wanita maupun pria akan bersama-sama membantu meringankan tetangga yang sedang punya hajat tersebut. Para ibu-ibu lebih fokus pada kegiatan masak dan menyiapkan segala kebutuhan pangan. Sementara, bapak-bapak berkumpul untuk mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam acara tersebut. Kemudian, ada juga para muda-mudi yang bertugas untuk menyajikan makanan kepada tamu undangan.
Ayo Berdiskusi 1.Apa kegiatan yang dilakukan pada kegiatan long-nolongen? 2.Kapan waktu dilaksanakannya kegiatan long-nolongen? 3.Siapa saja tokoh yang melaksankaan kegiatan long-nolongen? 4.Apa tujuan dari kegiatan long-nolongen? 5.Apa manfaat dari kegiatan long-nolongen? Apa saja kegiatan gotong royong yang dilakukan pada kegiatan long-nolongen? 6. 9 Tradisi ini dilakukan guna untuk membantu memperlancar dan meringankan tetangga yang memiliki hajat atau acara. Melalui tradisi ini, dapat mempererat tali persaudaraan serta memperkuat toleransi dan gotong royong antar masyarakat. Bahkan, kegiatan ini menjadi penentu keberhasilan suatu hajatan. Apabila masyarakat bergotong royong dan mempersiapkan dengan baik, maka acara dapat berjalan sukses, begitu pun sebaliknya. Menariknya, seluruh masyarakat yang ikut bergabung dalam tradisi long-nolongen tidak mendapatkan upah. Tetapi, mereka bekerja secara sukarela tanpa mengharap imbalan. Namun, biasanya pada akhir acara, mayoritas tuan rumah akan memberikan hantaran berupa makanan atau bahan sembako sebagai sebuah ucapan terima kasih kepada masyarakat yang telah membantu melancarkan acaranya.
Setelah kalian berdiskusi terkait pertanyaan sebelumnya, sekarang bacalah beberapa teks bacaan terkait budaya di Bondowoso berikut ini untuk menambah wawasan kalian tentang kegiatan gotong royong pada budaya di Bondowoso 10 Ratusan warga di Desa Gubrih, Kecamatan Wringin Bondowoso menggelar budaya tota'an merpati atau melepas liarkan burung merpati atau perkutut ke alam liar. Sebanyak 2.023 ekor dilepas dalam tradisi yang digelar turun temurun ini. Tota’an doro berasal dari dua bahasa yaitu bahasa Madura dan bahasa jawa. Kata tota’an berasal dari bahasa Madura yang artinya menuangkan, menumpahkan, mengeluarkan sedangkan kata doro berasal dari bahasa jawa yang artinya adalah merpati. merpati diartikan sebagai simbol damai dan juga juga simbol kesetiaan. Selain itu tradisi ini memiliki tujuan ke depannya agar desa bisa lebih baik lagi dan kebersamaan warga bisa terus terjaga. Tradisi Tota'an ini digelar di Kantor Desa Gubrih dan diikuti ratusan warga. Mereka berkumpul sambil membawa peliharaan burung merpati atau perkututnya. Burung-burung merpati dikumpulkan dalam satu sangkar oleh sang pemilik, setelah itu dilepas bersama-sama. T O TA’AN D O R O (MERPATI)
11 Sebelum dilepas, merpati dirawat terlebih dahulu mulai dari dimandikan, diberi makan dan juga dirapikan bulunya. Sejumlah warga terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan ini karena sebagai bentuk kerelaan dan keikhlasan demi kemajuan desa mereka. Setelah menggelar doa bersama, ribuan burung merpati kemudian dilepasliarkan dari sangkarnya dan dibiarkan terbang bebas di alam liar. Manfaat dari kegiatan ini yaitu dapat mempererat hubungan antar masyarakat desa, serta dapat menumbuhkan sikap toleransi dan gotong royong antar masyarakat sehingga Masyarakat dapat hidup rukun dan tentram. Acara Tota’an burung merpati ini sendiri digelar bervariasi ada yang setahun dua kali, 1 bulan sekali, 15 hari sekali oleh pecinta burung merpati
12 Karapan sapi merupakan tradisi pacuan sapi khas Madura. Dengan dua ekor sapi yang menarik sebuah kereta kayu diiringi dengan gamelan Madura yang disebut saronen. Istilah Karapan Sapi diambil dari kata Kerap atau Kirap yang berarti berangkat dan dilepas secara bersamasama. Dua ekor sapi tersebut berlomba dengan sapi lainnya dipacu untuk adu cepat menuju garis finish sambil menarik kereta dari kayu tempat joki berdiri untuk mengedalikan kedua sapi tersebut. Jalur pacuan karapan sapi biasanya sekitar 100 meter. Hujan yang terjadi beberapa hari terakhir disambut antusias dan penuh rasa syukur oleh masyarakat Desa Klabang, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso. Rasa syukur itu diwujudkan dengan menggelar Karapan Sapi. Tak hanya kali ini saja, tiap tahun rasa terima kasih setiap memasuki musim penghujan pun dirayakan dengan kegiatan serupa. Kegiatan tersebut bukanlah perlombaan melainkan, murni perayaan rasa syukur masyarakat atas turunnya hujan. Selain sebagai rasa syukur, tradisi ini dapat memelihara budaya serta dapat menjadi sarana dalam menjalin silahturahmi antar peserta. Tak heran ribuan warganya tumpah ruah menyaksikan acara yang hanya bisa ditengok setiap tahun sekali itu. KARAPAN SAPI
13 Nilai Budaya yang dapat diambil dari tradisi Karapan Sapi adalah kerja keras, kerja sama, persaingan, ketertiban, dan sportivitas. Nilai kerja sama tersebut didapatkan dalam proses pembuatan pakaian, menghias sapi dengan pakaian dan aksesoris yang beraneka warna serta kerjasama antara joki dan sapi untuk sampai ke garis finish. Para peserta sendiri adalah masyarakat setempat dan juga ada peserta yang dari luar Bondowoso, seperti Situbondo Hadirnya Karapan Sapi di wilayahnya, menjadi angin segar setelah sekian lama masyarakat tak bisa menyaksikan tradisi itu. Karena itulah, dirinya berharap ke depan tradisi ini tetap terjaga dan terlestarikan.
LKK Kelompok : Nama Anggota : Lembar Kerja Kelompok 14
15 Bacalah teks bacaan tentang budaya di Bondowoso pada teks bacaan yang telah disediakan pada halaman sebelumnya. 1. 2.Diskusikanlah bersama kelompok masing-masing. Diskusikanlah terkait kegiatan yang dilakukan, waktu pelaksanaan, tokoh yang melaksankan, tujuan dan manfaat kegiatan, serta kegiatan gotong royong yang dilakukan pada masing-masing kegiatan. 3. Tuangkan hasil diskusi tersebut pada Lembar Kerja Kelompok 4. PETUNJUK PENGERJAAN
KERAPAN SAPI Kegiatan yang dilakukan : Waktu pelaksanaan kegiatan : Tokoh yang melaksanakan kegiatan : Tujuan dari kegiatan yang dilakukan : Manfaat dari kegiatan yang dilakukan : Letak kegiatan gotong royong yang dilakukan : 16
TOTA’AN DORO Kegiatan yang dilakukan : Waktu pelaksanaan kegiatan : Tokoh yang melaksanakan kegiatan : Tujuan dari kegiatan yang dilakukan : Manfaat dari kegiatan yang dilakukan : Letak kegiatan gotong royong yang dilakukan : 17
A. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda (X) pada huruf A, B, C, atau D! ASES M EN FOR M ATIF Di daerah Bondowoso terdapat budaya atau kebiasaan yang disebut dengan kegiatan long-nolongen. Apa kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan budaya tradisi long-nolongen ... 1. A. Long-nolongen merupakan kegiatan yang dilakukan ketika tetangga sekitar sedang punya hajat atau acara besar. B. Long-nolongen merupakan kegiatan yang dilakukan saat bulan puasa dengan membangunkan warga untuk makan sahur, musik yang biasanya dimainkan 10 orang pemain ini juga bertujuan mengamankan kampung di malam hari. C. Long-nolongen merupakan kegiatan tahunan dari warga di pesisir Pantai, khususnya saat tujuh hari setelah Lebaran Idul Fitri. simbolis bentuk rasa syukur para peternak, petani dan nelayan atas hasil bumi yang bisa mereka nikmati hingga sekarang. D. Long-nolongen merupakan penggambaran tokoh macan berwarna hitam, putih, dan loreng yang berbentuk mirip barongsai. Tujuan dan maksud dari pertunjukan tersebut terdapat simbol-simbol yang memiliki makna. 18
2. Di daerah Bondowoso terdapat budaya atau kebiasaan yang disebut dengan kegiatan karapan sapi. Apa kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan budaya tradisi karapan sapi ... A. Karapan sapi merupakan kegiatan yang dilakukan ketika tetangga sekitar sedang punya hajat atau acara besar. B. Karapan sapi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melepaskan ribuan merpati dari kandangnya. C. Karapan sapi merupakan tradisi pacuan sapi yang dilaksanakan sebagai rasa syukur karena telah memasuki musim penghujan. D. Karapan sapi merupakan penggambaran tokoh macan berwarna hitam, putih, dan loreng yang berbentuk mirip barongsai. 3. Bondowoso memiliki tradisi melepas liarkan burung merpati ke alam liar, tradisi tersebut biasa disebut dengan Tota’an doro. Namun, kegiatan ini tidak dilaksanakan setiap hari, terdapat waktu tertentu dalam pelaksanaannya. Waktu dilaksanakannya kegiatan Tota’an doro yaitu ... A. Tujuh hari setelah Lebaran Idul Fitri B. Ketika terdapat tetangga yang mempunyai hajat atau acara besar C. Setahun dua kali, atau 1 bulan sekali, atau 15 hari sekali D. Dilaksanakan saat HUT Kemerdekaan Republik Indonesia 4. Bondowoso memiliki tradisi yang umumnya ditemukan dan dilaksanakan dalam masyarakat pedesaan yang biasa disebut dengan kegiatan long-nolongen dalam Bahasa Madura. Terdapat waktu tertentu dalam pelaksanaannya. Waktu dilaksanakannya kegiatan long-nolongen yaitu ... A. Saat memasuki musim penghujan B. Ketika terdapat tetangga yang mempunyai hajat atau acara besar C. Setahun dua kali, atau 1 bulan sekali, atau 15 hari sekali D. Dilaksanakan saat HUT Kemerdekaan Republik Indonesia 19
5. Tota’an doro (merpati) merupakan tradisi yang digelar secara turuntemurun. Acara Tota’an burung merpati ini sendiri digelar bervariasi ada yang setahun dua kali, 1 bulan sekali, 15 hari sekali oleh pecinta burung merpati. Tokoh yang mengikuti kegiatan tota’an doro adalah ... A. Nelayan dan petani desa B. Pecinta burung merpati C. Seluruh masyarakat di suatu desa D. Masyarakat Jember, Probolinggo, Lumajang, serta empat kabupaten dari Madura 6. Karapan sapi dilaksanakan menggunakan dua ekor sapi yang berlomba dengan sapi lainnya dipacu untuk adu cepat menuju garis finish sambil menarik kereta dari kayu tempat joki berdiri untuk mengedalikan kedua sapi tersebut. Tentu saja kegiatan tersebut dilaksanakan dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan kerapan sapi yaitu ... A. Tujuan ke depannya agar desa bisa lebih baik lagi dan kebersamaan warga bisa terus terjaga B. Membantu memperlancar dan meringankan tetangga yang memiliki hajat atau acara C. Sebagai bentuk rasa syukur atas datangnya musim hujan. D. Sebagai sarana hiburan masyarakat dan saat pelaksanaan arisan antar kelompok Kesenian Can Macanan Kadduk 20
7. Ibu Ani merupakan warga yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat. Ia selalu mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi. Ketika ada salah satu tetangganya yang memiliki hajat, Ia selalu membantu dan tidak pernah absen. Ia senang karena dapat berkumpul bersama tetangga lain sembari bercerita dan dapat berguna bagi orang lain dengan membantu memperlancar acara tetangganya. Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan long-nolongen yaitu ... A. Tujuan ke depannya agar desa bisa lebih baik lagi dan kebersamaan warga bisa terus terjaga B. Membantu memperlancar dan meringankan tetangga yang memiliki hajat atau acara C. Sebagai bentuk rasa syukur atas datangnya musim hujan. D. Sebagai sarana hiburan masyarakat dan saat pelaksanaan arisan antar kelompok Kesenian Can Macanan Kadduk 8. Seluruh masyarakat yang ikut bergabung dalam tradisi long-nolongen tidak mendapatkan upah. Tetapi, mereka bekerja secara sukarela tanpa mengharap imbalan. Walaupun begitu, mereka tetap bersuka hati, karena terdapat manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini. Manfaat dari dilaksanakannya kegiatan long-nolongen yaitu ... A. Mempererat sikap gotong royong antar sesama dalam mempertunjukkan kegiatan, yang ditunjukkan saat mengangkat salah satu teman agar kepala macan terlihat berdiri B. Mempererat tali persaudaraan, kepedulian antar sesama, dan menumbuhkan sikap saling gotong royong C. Para wanita dapat saling mengobrol dan menjalin silaturahmi satu sama lainnya. Situasi ini juga menjadi momen untuk bertukar cerita maupun pengalaman masing-masing wanita. Secara tidak langsung mereka akan semakin dekat dan akan terbentuk hubungan persaudaraan satu sama lainnya. D. Melestarikan budaya Madura dan terjalin tali silahturahmi atau persaudaraan antar pihak yang mengikuti 21
9. Nilai Budaya yang dapat diambil dari tradisi Karapan Sapi adalah kerja keras, kerja sama, persaingan, ketertiban, dan sportivitas. Letak kegiatan gotong royong yang dilakukan pada kegiatan karapan sapi yaitu ... A. Gotong royong saat mempersiapkan dan membawa beberapa keranjang berisi burung merpati yang akan dilepas B. Mempererat sikap gotong royong antar sesama dalam mempertunjukkan kegiatan, yang ditunjukkan saat mengangkat salah satu teman agar kepala macan terlihat berdiri serta ditunjukkan antar sesama C. Saat proses pembuatan pakaian, menghias sapi dengan pakaian dan aksesoris beraneka warna D. Saat mempersiapkan jolen atau sesaji yang berasal dari hasil pertanian dan laut yang disusun menyerupai gunung dan saat mengangkat perahu yang berisi jolen 10. Bondowoso merupakan kota yang memiliki 2 suku yaitu Jawa dan Madura. Sehingga budaya di Bondowoso memiliki percampuran dari 2 suku. Tentunya budaya-budaya tersebut memiliki perbedaan dan keterkaitan antara satu sama lain. Keterkaitan manfaat dari pelaksanaan kegiatan long-nolongen, kerapan sapi, dan tota’an doro secara umum yaitu .... A. Kegiatan tersebut tidak memiliki manfaat bagi masyarakat yang mengikuti kegiatan. B. Kegiatan tersebut memiliki manfaat untuk menumbuhkan sikap gotong royong, mempererat silahturahmi, dan tali persaudaraan antar sesama masyarakat. C. Kegiatan tersebut memiliki manfaat untuk menumbukan sikap kerjasama antar masyarakat D. Pilihan A, B, dan C tidak tepat 22
B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 1.Jelaskan pengertian dari gotong royong! 2.Sebutkan manfaat dari gotong royong! Berikan contoh budaya Bondowoso yang dalam penerapan kegiatannya berkaitan dengan gotong royong! 3. Adakah keterkaitan atau hubungan manfaat dari tradisi longnolongen, tota’an doro, karapan sapi? Jelaskan! 4. 23
Gotong royong : Bekerja bersama-sama dan saling tolong menolong Budaya : Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi namun tidak turun temurun. Tota’an doro : tradisi melepeas puluhan ribu burung merpati Long-nolongen : tradisi dimana masyarakat saling gotong royong membantu sesama yang memiliki acara besar atau hajatan Karapan sapi : Istilah dalam Bahasa Madura yang digunakan untuk menamakan suatu tradisi pacuan sapi GLOSARIU M 24
DAFTAR PUSTAKA Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, SK Kepala BSKAP No. 033 Tahun 2002, Capaian Pembelajaran PAUD Dikdasmen, pada Kurikulum Merdeka, Jakarta, 2002. Jamil, Robit Nurul. 2023. Ethnozoology of Tota’an Dove. Jurnal Budaya Islam, 25 (2). Menengok Sejarah Aduan Sapi, Budaya Khas Bondowoso Peninggalan Kironggo. 2024. detikcom (online), (https://www.detik.com), diakses 27 Mei 2024. Lubis Yusnawan, Priharto Dwi Nanta. 2021. Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SD Kelas IV. Jakarta : Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia Lutfi, M. 2023. Pendidikan Pancasila. Jakarta : CV. Wahana Karya Jaya Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, SK Kepala BSKAP No. 033 Tahun 2022, Capaian Pembelajaran Datadikdasmen, Pada Kurikulum Merdeka, Jakarta 2023. Mengenal Tradisi Rewang Bagi Masyarakat Jawa. 2022. detiknews (online), (https://news.detik.com), diakses 27 Mei 2024. 25
Fatimah Octavia Firanda putri pertama dari pasangan Bapak Inarintok Adi Firmanu dan Ibu Evi Silfiana. Lahir di Bondowoso, 10 Oktober 1999. Tahun 2004 pendidikan awal dimulai dari TK AlIrsyad, Bondowoso. Tahun 2006 melanjutkan ke jenjang Pendidikan Dasar di SDN Dabasah 01 Bondowoso dan menyelesaikan sekolah di jenjang Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2012. BIOGRAFI PENULIS Prestasi non akademik yang pernah diraih saat SD yaitu juara 1 lomba senam tingkat provinsi. Tahun 2012 melanjutkan Pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 01 Bondowoso dan menyelesaikan sekolah di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2015. Prestasi non akademik yang pernah diraih saat SMP yaitu juara 1 lomba samroh tingkat kabupaten dan juara 3 lomba samroh tingkat provinsi. Tahun 2015 melanjutkan Pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 02 Bondowoso jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) dan menyelesaikan sekolah di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2018. Tahun 2018 melanjutkan studi di Universitas Negeri Malang (UM) Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah (KSDP), Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan menyelesaikan studi di Universitas Negeri Malang (UM) pada tahun 2022. 26