BUKU AJAR PENDIDIKAN PANCASILA BUKU AJAR PENDIDIKAN PANCASILA “BERBASIS KEARIFAN LOKAL JEMBER” 20 24 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Fatimah Octavia Firanda, S.Pd
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izinnya penulis dapat menyelesaikan buku ajar ini dengan baik. Buku ajar ini dapat digunakan sebagai bahan ajar pendamping bagi buku peserta didik yang telah diterbitkan oleh pemerintah. Penulis menyusun buku ajar ini mengacu pada capaian pembelajaran yang terdapat pada kurikulum merdeka. Tujuan dari penyusunan buku ajar ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kearifan lokal di Jember berupa budaya atau tradisi Jember. Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ajar ini. Semoga buku ajar ini dapat membantu peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mandiri, sehingga dapat menambah wawasan terhadap budaya di Jember serta kegiatan gotong royong pada budaya yang ada di Jember. Penulis menyadari bahwa dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki selama penyusunan buku ajar ini, sehingga belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca maupun pengguna untuk kesempurnaan dan perbaikan buku ajar ini dikemudian hari. Jember, 26 April 2024 Penulis ii KATA PENGANTAR
Kata Pengantar.............................................................................ii Daftar Isi......................................................................................iii Profil Pelajar Pancasila.................................................................1 Capaian Pembelajaran..................................................................2 Tujuan Pembelajaran....................................................................2 Peta Konsep................................................................................. 3 Petunjuk Penggunaan...................................................................4 Kegiatan Belajar a. Gotong Royong...................................................................5 b. Kegiatan Gotong Royong Pada Budaya di Jember.............7 Lembar Kerja Kelompok............................................................20 Asesmen Formatif.......................................................................28 Glosarium...................................................................................34 Daftar Pustaka............................................................................35 Biografi Penulis...........................................................................36 iii DAFTAR ISI
1 Pada Kurikulum Merdeka terdapat Profil Pelajar Pancasila yang dapat ditumbuhkan pada diri peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Profil Pelajar Pancasila terdapat 6 dimensi sebagai berikut. P R O F IL P EL A J A R P A N C A S IL A Beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia Berkebhinekaan global Gotong royong Mandiri Kreatif Bernalar kritis
Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial budaya di lingkungan sekitar. Peserta didik mampu memahami lingkungan sekitar (RT/RW/desa/ kelurahan, dan kecamatan) sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI. Peserta didik mampu menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan. 2 CAPAIAN PE M BELAJARAN TUJUAN PE M BELAJARAN Setelah mempelajari dan mengikuti serangkaian materi dan penugasan dalam buku ajar ini, diharapkan peserta didik dapat : Menganalisis kegiatan yang dilakukan, waktu pelaksanaan kegiatan, tokoh yang melaksanakan kegiatan, tujuan dan manfaat dari kegiatan yang dilakukan serta letak kegiatan gotong royong yang dilakukan dengan tepat. 1. Mengaitkan manfaat dari pelaksanaan kegiatan gotong royong pada budaya yang ada di Jember dengan tepat. 2. 3.Membandingkan budaya yang ada di Jember dengan tepat. 4.Mempresentasikan hasil diskusinya dengan tepat.
3 Buku Ajar Pendidikan Pancasila Berbasis Kearifan Lokal Jember Kegiatan gotong royong pada budaya yang ada di Jember PETA KONSEP Gotong Royong Larung sesaji Tota’an doro Pawai pegon Rewang Kerapan sapi Macan kadduk Festival patrol
4 PETUNJUK PENGGUNAAN Bacalah doa sebelum memulai kegiatan belajar Bacalah tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada buku ajar ini Pelajari setiap materi secara cermat dan teliti Bertanyalah kepada guru apabila terdapat kesulitan dalam mempelajari materi pada buku ajar ini. Mengerjakan setiap tugas yang terdapat pada buku ajar ini.
K E G I A T A N B EL A J A R Pada pertemuan sebelumnya kita telah mempelajari terkait dengan makna dan manfaat gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kalian masih ingat ? Mari kita sedikit membahas makna dan manfaat kegiatan gotong royong untuk mengingat kembali. 5 A. GOTONG ROYONG Gotong royong merupakan satu di antara ciri khas dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Gotong royong sudah mendarah daging, bahkan menjadi kepribadian bangsa dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat, hampir seluruh daerah di Indonesia menanamkan nilai gotong royong. Gotong royong berasal dari kata ‘gotong’ yang berarti bekerja dan ‘royong’ yang berarti bersama. Gotong Royong merupakan bentuk kegiatan bekerja bersama-sama dan saling tolong menolong untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.Mari kita sedikit membahas makna dan manfaat kegiatan gotong royong.
6 Kegiatan gotong royong memiliki beberapa manfaat, diantaranya yaitu : Membuat pekerjaan menjadi lebih cepat selesai 1. Memperkuat rasa persatuan dan kesatuan 2. Membuat pekerjaan yang sulit menjadi lebih mudah 3. Menumbuhkan sikap tolong menolong dan kekeluargaan 4. Sekarang kalian sudah ingat tentang materi gotong royong yang telah kita bahas pada pertemuan sebelumnya, khususnya terkait perngertian dan manfaat dari gotong royong. https://heyzine.com/flipbook/2fcea12c0a.html Materi gotong royong pada pertemuan sebelumnya T A H U K A H K A MU ?? Pada setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda, namun kegiatan kebudayaan tersebut tidak lepas dari kegiatan gotong royong guna melancarkan kegiatan yang diadakan. Kota tempat tinggalmu saat ini yaitu Kota Jember memiliki berbagai budaya yang mana pada setiap kegiatan mengandung kegiatan gotong royong didalamnya. Mari kita pelajari lebih lanjut terkait kegiatan gotong royong pada budaya yang ada di Jember
7 Jember merupakan salah satu kota yang memiliki beragam budaya. Keberagaman budaya tersebut tidak luput dengan kegiatan gotong royong, yang mana dengan melakukan gotong royong kegiatan budaya atau tradisi yang dilaksankan pun akan berjalan dengan lancar atas bantuan atau kerja sama berbagai macam pihak. Pada topik ini kita akan mempelajari beberapa budaya di Jember yang dalam pelaksanaannya erat dengan kegiatan gotong royong. Adapun diantaranya yaitu : tota’an doro, larung sesaji, pawai pegon, rewang, macan kadduk, festival patrol, kerapan sapi. B. KEGIATAN GOTONG ROYONG PADA BUDAYA DI JE M BER
8 Larung sesaji merupakan kegiatan melepas perahu ke tengah laut yang berisi jolen . Jolen adalah sesaji yang berasal dari hasil pertanian dan laut. Hasil alam itu disusun menyerupai gunung. Larung sesaji ini dilaksanakan setiap tahun pada Bulan Muharram dalam penanggalan Hijiriah atau Bulan Suro dalam istilah Jawa. Para nelayan memikul sesaji dari balai desa menuju pelabuhan yang berjarak sekitar 500 meter. Sesampainya di pelabuhan, tujuh Jolen itu diletakkan di dua perahu yang telah disiapkan dan kemudian dilarung ke tengah lautan secara bersama-sama. Ada yang berupa nasi kuning yang puncaknya diberi kepala kambing dan buah-buahan serta sayur mayur. Hasil laut seperti ikan juga menjadi salah satu bahan pembuatan jolen itu. “LARUNG SESAJ I ” Bacalah teks berikut dengan seksama!
Dari tujuh jolen itu, ada satu yang akan menjadi rebutan para nelayan saat dilepas ke tengah laut. Jolen ini berbentuk perahu mini, dengan panjang sekitar lima meter. Nelayan percaya, siapa saja yang berhasil mendapatkan jolen perahu akan mendapat keberuntungan selama setahun ke depan dalam mencari ikan. Larung sesaji merupakan perwujudan rasa syukur masyarakat sekitar Pantai Papuma yang sebagian besar adalah nelayan, sehingga mereka meyakini kedepan akan mendapat berkah alam berupa hasil tangkapan ikan yang melimpah. Harapannya, nelayan dan petani desa setempat mendapat keberkahan sehingga mendapat kemudahan dalam menjalankan aktifitasnya di kemudian hari. Larung sesaji atau petik laut ini juga dibarengkan dengan sedekah desa. Semoga ke depannya masyarakat di Desa Puger Kulon mendapat berkah yang melimpah. Ayo Berdiskusi 1.Apa kegiatan yang dilakukan pada kegiatan larung sesaji? 2.Kapan waktu dilaksanakannya kegiatan larung sesaji? 3.Siapa saja tokoh yang melaksankaan kegiatan larung sesaji? 4.Apa tujuan dari kegiatan larung sesaji? 5.Apa manfaat dari kegiatan larung sesaji? Apa saja kegiatan gotong royong yang dilakukan pada kegiatan larung sesaji? 6. 9
GENDANG PATR O L Gendang patrol sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Jember, Jawa Timur, terutama di Bulan Puasa. Selain menghibur dan membangunkan warga untuk makan sahur, musik yang biasanya dimainkan 10 orang pemain ini juga bertujuan mengamankan kampung di malam hari. Tak heran, anggota kelompok musik jenis patrol selalu menyelipkan senjata tajam di pinggang. Lazimnya kesenian rakyat, musik ini hanya mengandalkan harmonisasi dan apresiasi dadakan para pemain. Personel kelompok musik ini terdiri dari pemain kentongan berbagai ukuran, pemain seruling bambu, perkusi, dan rebana. Mereka melantunkan sejumlah lagu daerah, seperti “Kendang Kempul Banyuwangi”, “Macapat Madura”, dan lagu-lagu dangdut. Konon, istilah patrol mengacu pada makna kata patroli atau berjaga-jaga. Tiap tahun, musik pengantar sahur ini mengalami perkembangan karena perangkat musik yang dipergunakan kian bertambah. Ada satu inovasi baru yang menambah kerampakan musik ini, yakni dengan ditambahkannya unsur Kendang Banyuwangi dalam komposisinya, sehingga populer dengan nama Gendang Patrol. Setelah kalian berdiskusi terkait pertanyaan sebelumnya, sekarang bacalah beberapa teks bacaan terkait budaya di Jember berikut ini untuk menambah wawasan kalian tentang kegiatan gotong royong pada budaya di Jember 10
Tradisi sangat erat hubungannya dengan masyarakat Jawa. Salah satunya yang banyak dikenal adalah rewang. Tradisi ini biasa ditemukan dalam masyarakat pedesaan, dimana semangat gotong royong masih terpatri kuat dalam diri setiap individu. Umumnya rewang dilakukan ketika tetangga sekitar sedang punya hajat atau acara besar. Baik wanita maupun pria akan bersama-sama membantu meringankan tetangga yang sedang punya hajat tersebut. Para ibu-ibu lebih fokus pada kegiatan masak dan menyiapkan segala kebutuhan pangan. Sementara, bapak-bapak berkumpul untuk mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam acara tersebut. Kemudian, ada juga para muda-mudi yang bertugas untuk menyajikan makanan kepada tamu undangan. Dalam masyarakat pedesaan, ikut serta dalam tradisi rewang merupakan suatu kewajiban. Hal ini bukan hanya kepentingan kemanusiaan, akan tetapi untuk menghindari hukum sosial. Sebab, jika seseorang tidak mengikuti tradisi ini, maka dapat dipastikan, ketika ia memiliki hajat nanti tidak akan mendapat bantuan dari masyarakat sekitar juga. 11 REWANG
Melalui tradisi ini, para wanita dapat saling mengobrol dan menjalin silaturahmi satu sama lainnya. Situasi ini juga menjadi momen untuk bertukar cerita maupun pengalaman masing-masing wanita. Secara tidak langsung mereka akan semakin dekat dan akan terbentuk hubungan persaudaraan satu sama lainnya. Bahkan, rewang menjadi penentu keberhasilan suatu hajatan. Apabila masyarakat bergotong royong dan mempersiapkan dengan baik, maka acara dapat berjalan sukses, begitu pun sebaliknya. Maka, peran wanita sebagai kanca wingking sangat dibutuhkan dalam hal ini. Wanita bertugas untuk mengelola dan mengkoordinir dapur sebaik mungkin. Agar distribusi hidangan dapat disajikan dengan lancar. Menariknya, seluruh masyarakat yang ikut bergabung dalam tradisi rewang tidak mendapatkan upah. Tetapi, mereka bekerja secara sukarela tanpa mengharap imbalan. Namun, biasanya pada akhir acara, mayoritas tuan rumah akan memberikan hantaran berupa makanan atau bahan sembako sebagai sebuah ucapan terima kasih kepada masyarakat yang telah membantu melancarkan acaranya. 12
Warga Jember selatan menggelar Parade Pegon di Pantai Watu Ulo, puncak perayaan Lebaran Ketupat. Sekitar 50 pegon atau delman yang ditarik menggunakan dua ekor sapi pawai, sebagai simbol ungkapan rasa syukur. Pawai dimulai dari Balai Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu ke arah selatan sejauh enam kilometer menggunakan pegon menuju Pantai Watu Ulo. Tiba di Pantai Watu Ulo Jember mereka melakukan pertunjukan dan ritual khusus memandikan sapi di pinggir pantai selatan. Acara ditutup dengan warga rebutan Gunungan Ketupat dan buah sayur di pinggir Pantai. Kegiatan tersebut merupakan acara tahuan dari warga di pesisir Pantai Selatan Jember, khususnya saat tujuh hari setelah Lebaran Idul Fitri. Tujuan dari diadakannya kegiatan tersebut yaitu sebagai simbolis bentuk rasa syukur para peternak, petani dan nelayan atas hasil bumi yang bisa mereka nikmati hingga sekarang. Bentuk rasa syukur itu, dibuat kegiatan dengan gunungangunungan untuk sajian yang disedekahkan kepada Masyarakat. Awalnya masyarakat yang memiliki pegon hanya ingin reuni setelah hari raya, mereka datang ke Pantai Watu Ulo sambil makan-makan. Akhirnya mereka sepakat untuk berkumpul di Watu Ulo saat Lebaran Ketupat, namun belum diberi ornamen seperti sekarang. PARADE PEG O N 13
Daerah Jember terdapat budaya Pandalungan. Pandalungan merupakan sebutan untuk menunjukan percampuran budaya antar etnis, yaitu Jawa (Ponorogo dan Kediri) dan Madura di wilayah Jawa Timur. Salah faktor yang menyebabkan lahir budaya Pandalungan ini karena banyaknya pendatang Madura dan Jawa (Ponorogo, Kediri) menjadi masyarakat dominan di Kabupaten Jember. Arti Pandalungan adalah gambaran wilayah yang menampung beragam kelompok etnis dengan latar belakang budaya yang berbeda, yang kemudian melahirkan budaya atau terjadinya kebudayaan baru yang mengambil unsur-unsur budaya yang membentuknya. Salah satu pertunjukan kesenian yang dihasilkan dari budaya Pandalungan, yaitu Pertunjukan Can Macanan Kadduk. Can Macanan Kadduk diambil dari bahasa Madura yang digunakan oleh masyarakat Jember yang berarti macan karung. Pertunjukan Can Macanan Kadduk biasanya selalu hadir saat upacara selamatan desa, namun saat ini pertunjukan Can Macanan Kadduk sering dipentaskan sebagai hiburan masyarakat dan saat pelaksanaan arisan antar kelompok Kesenian Can Macanan Kadduk. CAN-MACANAN KADDUK 14
Pertunjukan Can Macanan Kadduk, meliputi pertunjukan tari, atraksi, dan nyanyian. Di antaranya hadir Tari Garuda, Pencak Silat, Tari Bujanganong, Sinden, atraksi Can Macanan Kadduk, dan atraksi kesurupan Jaranan. Pertunjukan biasanya dilaksanakan pada malam hari mulai pukul 20.00 – 01.30 WIB. Can Macanan Kadduk merupakan penggambaran tokoh macan berwarna hitam, putih, dan loreng yang berbentuk mirip barongsai. Perbedaan warna kostum Can Macanan ini yang kemudian menjadi simbol Pandalungan di Jember. Pertunjukan Can Macanan Kadduk banyak dijumpai di desa-desa sekitar wilayah Kabupaten Jember. Anggota pertunjukan Can Macanan Kadduk meliputi, enam lakilaki pemeran Can Macanan Kadduk, dua laki-laki penari Garuda, lima laki-laki sebagai pemain Pencak Silat, empat wanita sebagai Sinden, empat laki-laki sebagai penari Bujangganong, dan sepuluh pemain musik. Alat musik yang digunakan meliputi, saron, kendhang, suling, drum, kenong, bonang, kempul, gong, dan kluncing. 15
Karapan Sapi adalah tradisi pacuan sapi khas Madura. Dengan dua ekor sapi yang menarik sebuah kereta kayu berlomba diiringi dengan gamelan Madura yang disebut saronen. Karapan Sapi termasuk dalam jenis kesenian, olahraga, atau permainan tradisional yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Madura. Istilah Karapan Sapi diambil dari kata Kerap atau Kirap yang berarti berangkat dan dilepas secara bersama-sama. Dua ekor sapi tersebut berlomba dengan sapi lainnya dipacu untuk adu cepat menuju garis finish sambil menarik kereta dari kayu tempat joki berdiri untuk mengedalikan kedua sapi tersebut. Jalur pacuan karapan sapi biasanya sekitar 100 meter dan lomba tersebut berlangsung selama sepuluh detik sampai satu menit. Nilai Budaya yang dapat diambil dari Karapan Sapi adalah kerja keras, kerja sama, persaingan, ketertiban, dan sportivitas. Nilai kerja sama tersebut didapatkan dalam proses pembuatan pakaian, menghias sapi dengan pakaian dan aksesoris yang beraneka warna serta kerjasama antara joki dan sapi untuk sampai ke garis finish. KERAPAN SAPI 16
Lomba ini diadakan untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Lokasi diselenggarakan Lomba Karapan Sapi Tradisional, yakni di Lapangan Desa Tanggul Wetan, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Dengan iringan dan sorakan pendukung, sapi-sapi itu diarak memasuki dan mengelilingi arena pacuan. Melemaskan otot-otot sekaligus memamerkan keindahan pakaian dan aksesori yang beraneka warna. Seusai parade, pakaian dan seluruh aksesori dilepas. Kecuali hiasan kepala yang dipercaya berfungsi memberikan rasa percaya diri dan keperkasaan sapi. Setelah itu, perlombaan pun dimulai. Perlombaan karapan sapi yang digelar selama dua hari diikuti oleh sejumlah peserta yang berasal dari tujuh kabupaten. Di antaranya dari Jember, Probolinggo, Lumajang, serta empat kabupaten dari Madura. Dengan jumlah 120 pasang ekor sapi yang siap dipacu untuk memperebutkan gelar juara. Lomba karapan sapi tradisional itu, menurutnya, merupakan budaya yang harus dipertahankan. Selain itu, karapan sapi juga termasuk sarana hiburan bagi masyarakat Jawa Timur. Khususnya Madura, Jember, Lumajang, dan Probolinggo. Selain memelihara budaya bangsa, karapan sapi juga dapat menjadi sarana memperkokoh persatuan dan kesatuan. 17
Tota’an doro berasal dari dua bahasa yaitu bahasa Madura dan bahasa jawa. Kata tota’an berasal dari bahasa Madura yang artinya menuangkan, menumpahkan, mengeluarkan sedangkan kata doro berasal dari bahasa jawa yang artinya adalah merpati. merpati diartikan sebagai simbol damai dan juga juga simbol kesetiaan. Tota’an doro (merpati) ini kata berawal dari Kecamatan Semboro Kabupaten Jember, dimana merpati mewakili sebuah tradisi panjang bernama Tota’an kemudian menyebar ke daerah lain di Jember, seperti Puger, Tanggul Mangli hingga di pusat kota Jember. Tota’an merpati ini dijadikan kelompok paguyuban oleh salah satu calon bupati pada waktu itu. Acara Tota’an burung merpati ini sendiri digelar bervariasi ada yang setahun dua kali, 1 bulan sekali, 15 hari sekali oleh pecinta burung merpati. Kegiatan ini dijadikan ajang lomba dan arisan bahkan juga pergantian antar desa satu dengan desa yang lain. Namun bagi mereka para pencinta burung merpati, tota’an merpati merupakan wadah untuk berkumpul dan menjadikan acara ini sebagai sarana merekatkan persaudaraan. Dalam acara” tota’an ini, para penggemar burung merpati saling bertukar informasi seputar perawatan burung, dan di sambung juga acara makan-makan. T O TA’AN D O R O 18
Tak jelas juga apa makna kata Tota’an. Namun realitas acap melampaui makna kata. Lihatlah, bagaimana saat siang datang, ratusan orang meriung membawa keranjang berisi burung dara dengan tak menampik rasa bangga. Jumlah merpati bisa mencapai ribuan ekor. Setiap burung dara yang hadir dalam acara Tota’an didandani dengan berbagai pernik. Ada pita warna-warni, hiasan jambul. Mereka diberi nama yang ganjil, kadang lucu: Penakluk Cewek, Anak Manja, Putra Utama. Tak ada alasan apapun di balik penamaan ini, kecuali keinginan bersenang-senang. Tota’an diawali dengan melepas sepasang merpati dari dua daerah yang berbeda. Dua merpati itu mewakili mata angin, dan disebut dengan pengantin barat dan pengantin timur. Selepas pasangan pengantin itu diterbangkan, para penyuka merpati ini berkumpul di tengah lapangan, untuk melepaskan ribuan burung milik masing-masing yang sedari tadi telah dipersiapkan. Merpati terbang, kembali ke kandang masing-masing. Merpati tak pernah ingkar janji. 19
LKK Kelompok : Nama Anggota : Lembar Kerja Kelompok 20
21 Bacalah teks bacaan tentang budaya di Jember pada teks bacaan yang telah disediakan pada halaman sebelumnya. 1. Diskusikanlah bersama kelompok ahli sesuai dengan materi yang telah didapatkan pada masing-masing kelompok. 2. Diskusikanlah terkait kegiatan yang dilakukan, waktu pelaksanaan, tokoh yang melaksankan, tujuan dan manfaat kegiatan, serta kegiatan gotong royong yang dilakukan pada masing-masing kegiatan. 3. Kemudian sampaikanlah hasil diskusi dari kelompok ahli kepada anggota kelompok asal kalian. 4. Tuangkan hasil diskusi tersebut pada Lembar Kerja Kelompok 5. PETUNJUK PENGERJAAN
GENDANG PATROL Kegiatan yang dilakukan : Waktu pelaksanaan kegiatan : Tokoh yang melaksanakan kegiatan : Tujuan dari kegiatan yang dilakukan : Manfaat dari kegiatan yang dilakukan : Letak kegiatan gotong royong yang dilakukan : 22
REWANG Kegiatan yang dilakukan : Waktu pelaksanaan kegiatan : Tokoh yang melaksanakan kegiatan : Tujuan dari kegiatan yang dilakukan : Manfaat dari kegiatan yang dilakukan : Letak kegiatan gotong royong yang dilakukan : 23
PARADE PEGON Kegiatan yang dilakukan : Waktu pelaksanaan kegiatan : Tokoh yang melaksanakan kegiatan : Tujuan dari kegiatan yang dilakukan : Manfaat dari kegiatan yang dilakukan : Letak kegiatan gotong royong yang dilakukan : 24
CAN-MACANAN KADDUK Kegiatan yang dilakukan : Waktu pelaksanaan kegiatan : Tokoh yang melaksanakan kegiatan : Tujuan dari kegiatan yang dilakukan : Manfaat dari kegiatan yang dilakukan : Letak kegiatan gotong royong yang dilakukan : 25
KERAPAN SAPI Kegiatan yang dilakukan : Waktu pelaksanaan kegiatan : Tokoh yang melaksanakan kegiatan : Tujuan dari kegiatan yang dilakukan : Manfaat dari kegiatan yang dilakukan : Letak kegiatan gotong royong yang dilakukan : 26
TOTA’AN DORO Kegiatan yang dilakukan : Waktu pelaksanaan kegiatan : Tokoh yang melaksanakan kegiatan : Tujuan dari kegiatan yang dilakukan : Manfaat dari kegiatan yang dilakukan : Letak kegiatan gotong royong yang dilakukan : 27
A. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda (X) pada huruf A, B, C, atau D! ASES M EN FOR M ATIF Di daerah Jember terdapat budaya atau kebiasaan yang sering dilakukan saat bulan puasa yang biasa disebut dengan gendang patrol. Apa kegiatan yang dilakukan dalam budaya gendang patrol Jember ... 1. A. Gendang patrol merupakan kegiatan yang dilakukan ketika tetangga sekitar sedang punya hajat atau acara besar. B. Gendang patrol merupakan kegiatan yang dilakukan saat bulan puasa dengan membangunkan warga untuk makan sahur, musik yang biasanya dimainkan 10 orang pemain ini juga bertujuan mengamankan kampung di malam hari. C. Gendang patrol merupakan kegiatan tahunan dari warga di pesisir Pantai Selatan Jember, khususnya saat tujuh hari setelah Lebaran Idul Fitri. simbolis bentuk rasa syukur para peternak, petani dan nelayan atas hasil bumi yang bisa mereka nikmati hingga sekarang. Dengan membuat gunungan-gunungan untuk sajian yang disedekahkan kepada masyarakat D. Gendang patrol merupakan penggambaran tokoh macan berwarna hitam, putih, dan loreng yang berbentuk mirip barongsai. Tujuan dan maksud dari pertunjukan tersebut terdapat simbol-simbol yang memiliki makna. 28
2. Waktu dilaksanakannya kegiatan Parade pegon yaitu ... A. Tujuh hari setelah Lebaran Idul Fitri B. Ketika terdapat tetangga yang mempunyai hajat atau acara besar C. Saat upacara selamatan desa, namun saat ini sering dipentaskan sebagai hiburan masyarakat dan saat pelaksanaan arisan D. Dilaksanakan saat HUT Kemerdekaan Republik Indonesia 3. Waktu dilaksanakannya kegiatan Larung sesaji yaitu ... A. Setiap tahun pada Bulan Muharram dalam penanggalan Hijiriah atau Bulan Suro dalam istilah Jawa B. Saat HUT Kemerdekaan Republik Indonesia C. Saat upacara selamatan desa, namun saat ini sering dipentaskan sebagai hiburan masyarakat dan saat pelaksanaan arisan D. Tujuh hari setelah Lebaran Idul Fitri 4. Tota’an merpati dijadikan kelompok paguyuban oleh salah satu calon bupati pada waktu itu. Acara Tota’an burung merpati ini sendiri digelar bervariasi ada yang setahun dua kali, 1 bulan sekali, 15 hari sekali oleh pecinta burung merpati. Tokoh yang mengikuti kegiatan tota’an doro adalah ... A. Nelayan dan petani desa B. Pecinta burung merpati C. Seluruh masyarakat di suatu desa D. Masyarakat Jember, Probolinggo, Lumajang, serta empat kabupaten dari Madura 29
5. Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan larung sesaji yaitu ... A. Wadah untuk berkumpul, berbagi informasi terkait perawatan merpati, dan menjadikan acara ini sebagai sarana merekatkan persaudaraan. B. Sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat sekitar Pantai Papuma yang sebagian besar adalah nelayan C. Sebagai upaya untuk mempertahankan Budaya Madura, yang mana dalam masyarakat Jember terdapat suku Madura D. Sebagai sarana hiburan masyarakat dan saat pelaksanaan arisan antar kelompok Kesenian Can Macanan Kadduk 6. Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan kerapan sapi yaitu ... A. Sebagai upaya untuk mempertahankan Budaya Madura, yang mana dalam masyarakat Jember terdapat suku Madura B. Sebagai sarana hiburan masyarakat dan saat pelaksanaan arisan antar kelompok Kesenian Can Macanan Kadduk C. Wadah untuk berkumpul, berbagi informasi terkait perawatan merpati, dan menjadikan acara ini sebagai sarana merekatkan persaudaraan. D. Sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat sekitar Pantai Papuma yang sebagian besar adalah nelayan 30
7. Manfaat dari dilaksanakannya kegiatan rewang yaitu ... A. Mempererat sikap gotong royong antar sesama dalam mempertunjukkan kegiatan, yang ditunjukkan saat mengangkat salah satu teman agar kepala macan terlihat berdiri B. Mempererat tali persaudaraan, kepedulian antar sesama, dan menumbuhkan sikap saling gotong royong C. Para wanita dapat saling mengobrol dan menjalin silaturahmi satu sama lainnya. Situasi ini juga menjadi momen untuk bertukar cerita maupun pengalaman masing-masing wanita. Secara tidak langsung mereka akan semakin dekat dan akan terbentuk hubungan persaudaraan satu sama lainnya. D. Mempererat silahturahmi dengan mengadakan reuni setelah hari raya dengan datang ke Pantai Watu Ulo sembari makan-makan 8. Kegiatan gotong royong yang dilakukan pada kegiatan can macanan kadduk yaitu ... A. Gotong royong saat mempersiapkan dan membawa beberapa keranjang berisi burung merpati yang akan dilepas B. Mempererat sikap gotong royong antar sesama dalam mempertunjukkan kegiatan, yang ditunjukkan saat mengangkat salah satu teman agar kepala macan terlihat berdiri serta ditunjukkan antar sesama C. Saat proses pembuatan pakaian, menghias sapi dengan pakaian dan aksesoris beraneka warna D. Saat mempersiapkan jolen atau sesaji yang berasal dari hasil pertanian dan laut yang disusun menyerupai gunung dan saat mengangkat perahu yang berisi jolen 31
9. Keterkaitan manfaat dari pelaksanaan kegiatan gendang patrol, rewang, parade pegon, can macanan, kerapan sapi, larung sesaji, dan tota’an doro secara umum yaitu .... A. Kegiatan tersebut tidak memiliki manfaat bagi masyarakat yang mengikuti kegiatan. B. Kegiatan tersebut memiliki manfaat untuk menumbuhkan sikap gotong royong, mempererat silahturahmi, dan tali persaudaraan antar sesama masyarakat. C. Kegiatan tersebut memiliki manfaat untuk menumbukan siakp kerjasama antar masyarakat D. Pilihan A, B, dan C tidak tepat 10. Kegiatan budaya yang dilaksanakan di daerah Jember memiliki hubungan atau keterkaitan manfaat, namun juga memiliki perbedaan dari setiap kegiatannya. Beberapa perbedaan dari pelaksanaan kegiatan budaya yang ada di Jember yaitu .... A. Kegiatan yang dilakukan, tokoh yang melaksankaan kegiatan, manfaat kegiatan B. Waktu pelaksanaan, tokoh yang melaksanakan kegiatan, tujuan kegiatan C. Tokoh yang melaksankan kegiatan, tujuan kegiatan, manfaat kegiatan D. Kegiatan yang dilakukan, waktu pelaksanaan, kegiatan, tokoh yang melaksanakan kegiatan,, tujuan, manfaat dari kegiatan yang dilakukan serta letak kegiatan gotong royong yang dilakukan 32
B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 1.Jelaskan pengertian dari gotong royong! 2.Sebutkan manfaat dari gotong royong! Berikan contoh budaya Jember yang dalam penerapan kegiatannya berkaitan dengan gotong royong! 3. Adakah keterkaitan atau hubungan manfaat dari ke-enam kegiatan budaya tersebut? Jelaskan! 4. 5.Jelaskan perbedaan dari ke-enam kegiatan budaya tersebut! 33
Gotong royong : Bekerja bersama-sama dan saling tolong menolong Budaya : Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi namun tidak turun temurun. Larung sesaji : tradisi yang dilakukan Masyarakat Jawa yang disebut juga dengan sedekah laut Tota’an doro : tradisi melepeas puluhan ribu burung merpati Pawai pegon : tradisi yang dilakukan petani, nelayan, dan peternak Rewang : tradisi dimana masyarakat saling gotong royong membantu sesama yang memiliki acara besar atau hajatan Kerapan sapi : Istilah dalam Bahasa Madura yang digunakan untuk menamakan suatu perlombaan pacuan sapi Macan kadduk : Seni budaya Pandhalungan khas Kabupaten Jember yang mempertontonkan macan-macanan dari karung goni di malam hari. Festival patrol : Kegiatan aktivitas budaya dengan memainkan musik patrol menggunakan peralatan musik tradisional GLOSARIU M 34
DAFTAR PUSTAKA Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, SK Kepala BSKAP No. 033 Tahun 2002, Capaian Pembelajaran PAUD Dikdasmen, pada Kurikulum Merdeka, Jakarta, 2002. Jamil, Robit Nurul. 2023. Ethnozoology of Tota’an Dove Jember. Jurnal Budaya Islam, 25 (2). Lomba Tradisional Karapan Sapi. 2023. Radar Jember (online), (https://radarjember.jawapos.com), diakses 26 April 2024. Lubis Yusnawan, Priharto Dwi Nanta. 2021. Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SD Kelas IV. Jakarta : Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia Lutfi, M. 2023. Pendidikan Pancasila. Jakarta : CV. Wahana Karya Jaya Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, SK Kepala BSKAP No. 033 Tahun 2022, Capaian Pembelajaran Datadikdasmen, Pada Kurikulum Merdeka, Jakarta 2023. Mengenal Can-macanan Kadduk. 2020. Jawapos (online), (https://www.jawapos.com), diakses 26 April 2024. Mengenal Tradisi Rewang Bagi Masyarakat Jawa. 2022. detiknews (online), (https://news.detik.com), diakses 26 April 2024. Musik Patrol yang Merupakan Budaya Jember. 2023. Radar Jember (online), (https://radarjember.jawapos.com), diakses 26 April 2024. Ritual Syukur Larung Sesaji di Pantai Selatan Jember. 2016. detiknews (online), (https://news.detik.com), diakses 26 April 2024. Tradisi Festival Pegon Jember. 2024. Radar Jember (online), (https://radarjember.jawapos.com), diakses 26 April 2024. 35
Fatimah Octavia Firanda putri pertama dari pasangan Bapak Inarintok Adi Firmanu dan Ibu Evi Silfiana. Lahir di Bondowoso, 10 Oktober 1999. Tahun 2004 pendidikan awal dimulai dari TK AlIrsyad, Bondowoso. Tahun 2006 melanjutkan ke jenjang Pendidikan Dasar di SDN Dabasah 01 Bondowoso dan menyelesaikan sekolah di jenjang Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2012. BIOGRAFI PENULIS Prestasi non akademik yang pernah diraih saat SD yaitu juara 1 lomba senam tingkat provinsi. Tahun 2012 melanjutkan Pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 01 Bondowoso dan menyelesaikan sekolah di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2015. Prestasi non akademik yang pernah diraih saat SMP yaitu juara 1 lomba samroh tingkat kabupaten dan juara 3 lomba samroh tingkat provinsi. Tahun 2015 melanjutkan Pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 02 Bondowoso jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) dan menyelesaikan sekolah di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2018. Tahun 2018 melanjutkan studi di Universitas Negeri Malang (UM) Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah (KSDP), Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan menyelesaikan studi di Universitas Negeri Malang (UM) pada tahun 2022. 36